Tipologi Pengaturan Kepatuhan dan Sanksi Administratif

3.3. Sanksi moneter denda dan moneter pemulihan

Sanksi denda dalam hukum administrasi merupakan bentuk untuk menghukum masyarakat yang tidak mematuhi kewajibannya. Meski tidak diarahkan untuk menghentikan perbuatan semata, seperti layaknya sifat sanksi administrasi pada umumnya, denda sebagai sanksi adminsitratif dianggap lebih efektif sebagai disinsentif untuk membangun perilaku dalam perlindungan

lingkungan hidup 46 . Kekhususan sanksi denda dalam hukum administrasi terutama karena dapat langsung dibebankan kepada pelanggar hukum tanpa proses ajudikasi yang berlarut-larut – khususnya terhadap pelanggaran

administratif yang ringan 47 .

Tentu saja untuk dapat menjadi insentif yang sangat kuat dalam kepatuhan perlindungan lingkungan hidup, diperlukan pengaturan yang lebih khusus lagi, tidak hanya dari segi jumlah yang tepat, termasuk juga mekanisme pengawasan yang akuntabel. Dengan menyitir risetnya Rousseau pada tahun 2007, Faure

46 Svastikova, K., op.cit., 2010, hal. 1 dan hal. 17. 47 Ibid. Dalam tulisannya Svastikova menggunakan pemodelan berargumen bahwa keuntungan dari turunan emisi dan penegakan hukum akan melebihi biaya pencegahan. Sehingga dapat dibaca dari perspektif perusahaan, insentif akan lebih baik jika perusahaan menyediakan biaya untuk melakukan pencegahan kerusakan.

JURNAL HUKUM LINGKUNGAN VOL. 3 ISSUE 2, MARET 2017

juga lebih lanjut menekankan pentingnya memastikan akuntabilitas pengenaan sanksi denda tersebut dengan menjelaskan perilaku pelaku usaha yang

didasarkan pada persepsinya terhadap penjatuhan sanksi 48 . Riset tersebut menjelaskan bahwa pelaku usaha yang telah membayar sanksi denda pada 2 (dua) tahun periode sebelumnya, cenderung akan jauh lebih banyak melakukan pelanggaran hukum pada periode berikutnya ketimbang yang tidak dikenakan sanksi denda pada periode sebelumnya.

Terlepas dampak menyimpang dari denda tersebut, denda dalam ketiga sektor tersebut tidak banyak digunakan sebagai bentuk sanksi administratif. Terhadap regulasi yang dibaca untuk tulisan ini, denda hanya digunakan sebagai sanksi administratif di sektor kehutanan melalui Permenhut P.39/2008. Tidak diketahui dengan jelas apakah dampak penggunaan denda tersebut positif atau negatif jika dikaitkan dengan Permenhut P.39/2008.

Seperti halnya denda, ganti rugi atau paksaan pemerintah untuk pemulihan juga merupakan sanksi yang sifatnya menghukum – tidak hanya menghentikan perbuatan pelaku seperti pencabutan izin atau penutupan lubang limbah misalnya. Dengan paksaan untuk pemulihan, tujuan utamanya untuk mengembalikan seperti keadaan semua sebelum terjadinya kerusakan lingkungan.

Faure dan Visser sendiri mengkritik perihal ganti rugi yang secara inheren tidak masuk akal. Inefisiensi akan tetap terhitung ketika kerusakan lingkungan hidup terjadi, mengingat tidak jarang kerusakan lingkungan yang terjadi tidak

mungkin pulih seperti sediakala 49 . Akan tetapi penggunaan paksaan pemerintah untuk pemulihan, khususnya di dalam perlindungan lingkungan hidup sangat beriringan dengan konsep pencemar membayar yang kemudian diperluas termasuk kepada kerusakan lingkungan. Dengan sanksi yang demikian, pelaku usaha juga dipaksa untuk menginternalisasi biaya-biaya yang digunakan untuk mencegah terjadinya kerusakan.

48 Faure, 2009, op.cit., hal. 21.

49 Faure, 2003, op.cit., hal. 2. Dalam tulisan tersebut Faure dan Visser memang sedang membandingkan antara sanksi pidana dengan ganti rugi perdata. Faure misalnya

mencontohkan bagaimana ganti rugi tidak mungkin menggantikan hilangnya tangan.

GRAHAT NAGARA

Dilihat dari ketiga sektor yang ada, tidak ada satupun sektor yang mengatur pemulihan kerusakan sebagai bentuk sanksi administrasi. Di dalam UU 41/1999 memang menyebutkan pemulihan terhadap kerusakan hutan, akan tetapi pengaturan tersebut diletakkan sebagai bentuk ganti rugi terhadap tindak pidana. Sehingga pertanggungjawaban kerugiannya pun, hanya dapat diberlakukan dalam kerangka penegakan hukum pidana. Dengan pengaturan sanksi moneter dan non moneter yang demikian dapat dikatakan bahwa penegakan hukum administrasi yang dirumuskan bertendensi lebih banyak membebani pemerintah ketimbang pelaku pelanggaran.

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Kegiatan Bermain dengan Perkembangan Emosi Anak Pada Kelompok Bermain PAUD Terpadu Ananda SKB Bondowoso Tahun Pelajaran 2012-2013

0 28 4

Hubungan Antara Kegiatan Menggambar Dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini Di Paud Aisyah Desa Karang Pranti Kecamatan Pajarakan Kabubaten Probolinggo

1 46 79

Efektivitas mediasi Badan Penasehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (Bp4) Dan Pengadilan Agama Di Kota Administratif Jakarta Timur

1 59 104

Perkembangan agama Khonghucu di Indonesia pada masa reformasi(1998-2007) : studi kasus di masyarakat cina penganut agama khonghucu di tangerang

1 32 68

Pengaruh Kerjasama Militer Indonesia-Rusia Terhadap Perkembangan Kekuatan TNI-AU (Tahun 2003-2010)

0 28 123

Pengaruh Norma Subjektif Dan Sanksi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

9 95 121

Perlindungan Hukum Oleh Polisi Republik Indonesia (POLRI) Terhadap Sanksi Dan Korban Pada Proses Penyidikan Dalam Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia JUNCTO Und

0 12 105

Pengaruh Kebijakan Penghapusan Sanksi Adminstrasi (Sunset Policy) Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi (studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

0 17 1

Tunggakan Pajak Dideterminasi Oleh Perkembangan Kuantitas Sumber Daya Manusia Seksi Penagihan dan Jumlah Wajib Pajak (Pada KPP Pratama Bandung Bojonagara Periode 2010-2015)

0 4 46

Perkembangan Hukum Pidana Formil

0 0 16