Pengaruh Norma Subjektif Dan Sanksi Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

(1)

(2)

THE INFLUENCE OF SUBJECTIVE NORMS AND ADMINISTRATION TAX PINALTIES TO INDIVIDUAL

TAX COMPLIANCE AT BANDUNG CIBEUNYING TAXATION OFFICE SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi Disusun oleh : YOHANES MITAK

21107010

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

YOHANES MITAK 21107010 ABSTRAK

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menguji pengaruh norma subjektif dan sanksi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kantor pelayanan pajak pratama Bandung Cibeunying baik secara parsial dan simultan. Penelitian ini menggunakan data primer dengan cara meyebarkan kuesioner dengan 100 sampel wajib pajak orang pribadi di KPP pratama Bandung Cibeunying. Pengambilan sampel dilakukan secara acak yang mewakili populasi dalam lokasi penelitian. Data dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan bantuan program SSPS.

Hasil penelitian menunjukan bahwa norma subjektif secara parsial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kapatuhan wajib pajak orang pribadi dengan 12,32% sedangkan sanksi administrasi secara parsial berpengaruh 16,14%. Secara simultan norma subjektif dan sanksi administrasi perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebesar 28,46% sedangkan sisanya sebesar 71,54% merupakan faktor lain yang tidak diteliti.

Kata kunci : norma subjektif , sanksi administrasi perpajakan, kepatuhan pajak orang pribadi


(5)

YOHANES MITAK 21107010 ABSTRACT

This study aims find to test the effect of subjective norms and administration tax pinalties to individual tax compliance at Bandung Cibeunying taxation office both in partial and simultan. The research using primary data by distributing questionnaires to one hundred sampling taxpayers at Bandung Cibeunying taxation office. Sampling was done randomly to represent the population in the study cities. Data were analyzed using multiple linear regresion statistical analysis with SSPS.

The result showed that subjective norms to partial have a positive and significant impact on individual taxpayers 12,32% whereas administration tax pinalties to partial have impact 16,14%. The simultan showed subjective norms and administration tax pinalties have 28,46% impact to individual tax compliance while the rest 71,54% influented another factor.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya,maka saya dapat menyelesaikan penelitian, penulisan dan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH NORMA SUBJEKTIF DAN SANKSI ADMINISTRASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA BANDUNG CIBEUNYING”. Tentunya dalam proses penelitian, penulisan serta penyusunan skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis, namun berkat bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Berkaitan dengan hal di atas maka penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh Ibu Ony Widilestariningtyas,SE.,M.Si., sebagai dosen pembimbing Saya mengucapkan terima kasih kepada selaku dosen pembimbing dalam penyusunan usulan penelitian yang telah berkenan meluangkan waktunya memberikan bimbingan, membina, dan mengarahkan peneliti sehingga usulan penelitian ini dapat terselesaikan. Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan dari dasar hati yang paling dalam kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M. Sc, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia

2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia


(7)

3. Sri Dewi Anggadini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

4. Ely Suhayati, SE., M.Si., Ak selaku dosen wali Ak1 2007

5. Ibu Senny dan Ibu Donna atas bantuan kesekertariatan selama ini

6. Kedua Orang Tua dan adik-adik yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan tiada henti

7. Teman-teman KMK Universitas Komputer Indonesia dan Spirit of legion Mariae Borromeus

8. Semua Pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan skripsi ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik secara teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan penyusunan usulan penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Bandung, Agustus 2012 Penyusun

Yohanes Mitak 21107010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRACT ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Norma subjektif ... 12

2.1.1.1 Indikator Norma subyektif ... 12

2.1.2 Sanksi Administrasi Perpajakan ... 14

2.1.2.1 Pengertian Sanksi Administrasi Perpajakan... 14

2.1.2.2 Indikator Sanksi Administrasi Perpajakan ... 17

2.1.3 Kepatuhan Pajak ... 18

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan ... 18

2.1.3.2 Indikator kepatuhan ... 20

2.1.4 Hasil penelitian Sebelumnya ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran ... 23

2.2.1 keterkaitan norma subjektif dan kepatuhan pajak ... 23

2.2.2 keterkaitan sanksi admnistrasi perpajakan dan kepatuhan pajak... 24

2.2.3 Paradigma Penelitian... 24


(9)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 27

3.2 Metode Penelitian ... 27

3.2.1 Desain Penelitian... 28

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 31

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 35

3.2.3.1 Sumber Data ... 36

3.2.3.2 Teknik Penentuan data ... 36

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.2.4.1 Uji Validitas ... 38

3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 41

3.2.4.3 Uji MSI... 43

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 44

3.2.5.1 Analisis Deskriptif ... 44

3.2.5.2 Analisis Verifikatif ... 46

3.2.5.3 Pengujian Hipotesis ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Perusahaan ... 58

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 58

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 60

4.1.3 Deskripsi Jabatan ... 61

4.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 64

4.2Karakteristik Responden ... 66

4.3Analisis Deskriptif ... 69

4.3.1 Analisis Deskriptif Norma Subjektif ... 69

4.3.2 Analisis Deskriptif Sanksi Administrasi Perpajakan ... 75

4.3.3 Analisis Deskriptif kepatuhan wajib pajak orang pribadi ... 81

4.4Analisis Verifikatif ... 87

4.4.1 Uji Asumsi klasik ... 87

4.4.2 Persamaan Regresi Linear Berganda ... 90

4.4.3 Analisis korelasi ... 91

4.4.3.1 Pengaruh norma subjektif dengan kepatuhan wajib pajak orang pribadi ... 91

4.4.3.2 Pengaruh sanksi administrasi Perpajakan dengan kepatuhan wajib pajak orang Pribadi ... 95

4.4.3.3 Pengaruh norma subjektif dan Sanksi administrasi dengan kepatuhan wajib pajak Orang pribadi ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Saran ... 104


(10)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak memiliki peranan yang sangat penting bagi negara, bahkan pajak menjadikan kunci berhasilnya pembangunan dimasa yang akan datang. Mengingat penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi sudah tidak stabil sehingga tidak bisa diharapkan lagi sebagai sumber utama penerimaan negara, akibatnya sebagai tumpuan dalam membiayai pembangunan negara penerimaan dari sektor pajaklah yang menjadi sektor utama. (Agustina,2010)

Pemerintah kita telah beberapa kali melakukan reformasi perpajakan ditandai dengan Semenjak adanya perubahan system pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system hingga system perpajaknnya. Self assessment system memberikan tanggung jawab penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya sedangkan fiskus hanya mengawasi atas kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Tujuan dari system ini adalah menumbuhkan kesadaran wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya ( Tjaraka,2007)

Hingga sekarang pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan perpajakannya dalam misi reformasi perpajakan, salah satunya adalah kebijakan sunset policy untuk menambah pemegang nomor pokok wajib pajak (NPWP) tapi hal


(12)

ini tidak sesuai kenyataan Saat ini saja, masyarakat Indonesia yang memiliki NPWP ( Nomor Pokok Wajib Pajak) kurang dari 10 juta orang sedangkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta orang. (Warits Syakirin,2011). Pentingnya kesadaran wajib pajak untuk berperilaku patuh dalam memenuhi kewajibannya perlu ditanggapi serius oleh pemerintah khususnya Dirjen Pajak selaku instansi tunggal perpajakan bangsa ini, karena apabila wajib pajak tidak patuh maka akan timbul tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak ( siti kurnia rahayu,2010:140) .

Di tahun 2011 jumlah WP yang menyerahkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Orang Pribadi yang hanya 8,5 juta WP dari yang aktif (seharusnya) kerja tercatat 110 juta orang. Dengan demikian rasio SPT tercatat hanya 7,7 % atau dengan kata lain tingkat kepatuhan wajib pajak masih belum memadai. “Yang serahkan SPT orang pribadi 8,5 juta WP, padahal yang aktif kerja ada 110 juta rakyat. Itu artinya rasio SPT aktif 7,7 persen, memang tingkat kepatuhan WP kita masih belum memadai bahwa kan kalau di Negara lain, misalnya Jepang bisa sampai 50 %

jumlah penduduknya bayar pajak aktif,” (Srihandriatmo,2011)

Di jawa barat sendiri Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Barat I menyiapkan sejumlah cara, untuk mendongkrak pemasukan pajak. Di antaranya dengan meningkatkan sosialisasi untuk meningkatkan jumlah wajib pajak (WP), kemudahan pengurusan, dan sanksi tegas terhadap WP yang lalai. Menurut Ajat Djatnika “selama ini rasio pertumbuhan wajib pajak belum diimbangi dengan


(13)

kepatuhan penyampaian SPT. Tahun 2011 tercatat 45% dari total WP yang menyerahkan SPT. terdiri dari 1,2 juta WP orang pribadi dan 90.000 WP badan” (Ahmad Fikri:2012) , hal ini juga diperkuat oleh Tobing selaku kepala bagian pelayanan di KPP Pratama Cibeunying bahwa ”dari total wajib pajak orang pribadi

90.000 jiwa yang patuh melaporkan SPT hanya sekitar 30%”.

MenurutKepala Kantor Direktorat Jendral Pajak Wilayah Jawa Barat I Ajat Djatnika, “rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya disebabkan oleh isu korupsi oknum pegawai pajak yang sedang ramai, seperti Gayus dan Dhana”. Di samping itu juga menurut Adjat,“masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak, disebabkan dua faktor. Pertama, sosialisasi yang minim sehingga wajib pajak tidak melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pajak, dan kedua, karena wajib pajaknya yang enggan membayar pajak karena alasan-alasan tertentu”. ( Halim:2012 )

Beberapa hal yang kurang dimiliki dari pemerintah, khususnya perpajakan Indonesia adalah sosialisasi yang kurang memprovokasi masyarakat untuk membayar kewajibannya, selain itu akan lebih baik jika pemerintah menyiapkan jaminan masa tua atau kematian untuk masyarakat yang telah membayar, agar masyarakat juga tertarik untuk menuntaskan kewajiban sebagai warga negara yang baik. Sedangkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pajak sangatlah penting, harus ada tindakan tegas dari pemerintah agar timbul efek jera dari masyarakat bila tidak membayar pajak.( Warits Syakirin,2011)


(14)

Permasalahan kepatuhan pajak sebenarnya tidak hanya tergantung pada masalah teknis saja yang menyangkut metode pemungutan, tarif pajak teknis pemeriksaan, penyidikan, penerapan sanksi namun juga harus dilihat dari pengaruh social dalam masyarakat diantaranya budaya dan norma yang terbentuk dalam masyarakat (Siti kurnia rahayu,2010:141). Pengaruh social dalam masyarakat ini akan membentuk persepsi wajib pajak mengenai pajak itu sendiri.

Dalam lingkup masyarakat norma sosial yang terbentuk erat kaitannya dengan perilaku untuk menilai suatu hal yang akan dilakukan. Contohnya saja kasus gayus Kebanyakan masyarakat tidak paham duduk permasalahannya secara benar, dan ditambah lagi pemberitaan media yang kurang objektif berujung pada tersudutnya para pegawai pajak di tengah masyarakat. Logikanya, masyarakat mungkin mengenal siapa dan bagaimana pegawai pajak itu, namun ada keengganan untuk mengenali mereka. Ditambah dengan berita dari media yang kebanyakan yang kurang objektif dan cenderung menyudutkan yang akan berdamapak pada kepatuhan pajak. (Ari Subroto,2011). Oleh karena itu pemerintah mengajak peran serta orang-orang yang dianggap panutan dalam masyarakat untuk mengkampanyekan pentingnya pajak dan penggunaannya, seperti yang diungkapkan Menteri Keuangan Agus Darmawan Wintarto Martowardojo “Ibu dan anak dalam setiap keluarga menjadi sasaran program peningkatan kepatuhan pajak”. Hal ini dilakukan karena kepatuhan wajib pajak menyampaikan surat pemberitahuan tahunan masih rendah, apalagi melunasi pajak”. ( Muksin: 2011)


(15)

Sistem panutan dan “jor-joran” di kalangan masyarakat wajib pajak di

Indonesia untuk menjadi wajib pajak “terbesar” dapat merupakan faktor yang

meningkatkan rasa kepatuhan perpajakan, menjadi salah satu dari 100 pembayar pajak terbesar mendorong konglomerat, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah untuk meningkatkan pembayaran pajaknya yang sekaligus mendekatkan dirinya pada tingkat kepatuhan. Contoh yang diberikan Presiden untuk mengisi SPT dan menyampaikannya ke KPP sebelum tanggal 31 Maret, ikut mendorong pimpinan Departemen, pimpinan perusahaan untuk mengajak anggota organisasinya untuk mengikuti jejak presiden menyampaikan SPT sebelum batas waktu. Sebaliknya apabila pimpinan, bahkan tetangga yang tidak membayar pajak, atau tidak menyampaikan SPT bahkan tidak atau belum mempunyai NPWP akan merupakan panutan yang negatif bagi anggota masyarakat wajib pajak untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya. (Safri Nurmantu,2010)

Perilaku tidak patuh wajib pajak dapat dikenakan hukuman yaitu berupa sanksi perpajakan, di negara kita dikenal ada 2 macam sanksi perpajakan yaitu sanksi administasi dan sanksi pidana. Tentu saja yang masih hangat batas akhir penyampaian SPT yang baru berakhir 31 maret 2012 kemarin untuk SPT tahunan 2011, jika telat maka akan dikenakan sanksi admnistrasi yaitu untuk SPT tahunan orang pribadi Rp 100.000 dan untuk SPT tahunan badan Rp 1.000.000. ( Warits Syakirin,2011)


(16)

UU tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan, setiap pihak yang sengaja tidak membayar atau memberikan laporan kewajiban pajaknya secara keliru diancam pidana di bidang perpajakan paling lama enam tahun dan denda paling tinggi empat kali jumlah pajak terutang. Pasal 44B UU KUP No. 6 Tahun 2000 yang diubah dengan UU 16 tahun 2009 menegaskan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan pajak bila ada permintaan dari Menteri Keuangan yang didasarkan pada kepentingan penerimaan negara. Penghentian penyidikan dilakukan bila WP mau melunasi utang pajak ditambah sanksi denda empat kah jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa penyelesaian pembayaran pajak (penyelesaian administratif) lebih penting daripada persoalan tindak pidana yang dilakukan. Undang-Undang Pajak berbeda dengan pidana, yang pada hakikatnya merupakan ketentuan hukum administrasi, yakni mengatur kewenangan negara untuk memungut pajak. Oleh karena itu, penggunaan sanksi pidana hanya bersifat pelengkap. Sanksi administratif berupa denda atau kenaikan pajak harus lebih dahulu dikedepankan sehingga bagi WP yang karena kelalaian ataupun kesengajaan menyebabkan terjadinya pelanggaran pajak tidak mutlak harus diusut secara pidana. (Endi Sungkono,2010)

Dasar hukum pengenaan sanksi administrasi sendiri diatur dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang-Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Meskipun begitu Tindakan tegas harusnya mulai ditingkatkan dalam bentuk pengawasan serius dari fiskus,


(17)

meskipun kita tahu pemberlakuan sanksi administrasi sejak lama telah dilaksanakan berupa bunga, denda dan kenaikan. Sanksi ini diberlakukan dengan tujuan sebagai alat pencegah (preventatif) bagi wajib pajak yang lalai ataupun sengaja untuk tidak patuh pada norma perpajakan untuk patuh ( Mardiasmo,2009:57) dalam tahun 2011 kanwil jawa barat 1 mencatat banyak wajib pajak yang terkena sanksi seperti yang diungkapkan Kepala Kantor Direktorat Jendral Pajak Wilayah Jabar I Ajat Djatnika

“Tahun 2011 ada ribuan WP yang lalai dan dikenakan denda. Selain itu ada 2 WP yang sedang disidik karena melakukan tindak pidana,” (Ahmad Fikri,2012)

Dalam ketentuan perpajakan dikenal adanya sanksi administrasi yang dikenakan terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan tertentu dalam Undang-undang Perpajakan. Dalam prakteknya, pengenaan sanksi administrasi ini bisa terjadi bukan karena kesalahan Wajib Pajak atau akibat kekhilafan Wajib Pajak sendiri. Dalam hal terjadi hal seperti ini Wajib Pajak memiliki hak untuk mengajukan permohonan untuk mengurangkan atau penghapuskan sanksi administrasi. (Dudi,2008). Berdasarkan gambaran tersebut diatas menarik untuk diteliti mengenai

“PENGARUH NORMA SUBJEKTIF DAN SANKSI ADMINISTRASI

PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


(18)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1. Menurut Kepala Kantor Direktorat Jendral Pajak Wilayah Jawa Barat I Ajat Djatnika Rendahnya kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya disebabkan oleh isu korupsi oknum pegawai pajak yang sedang ramai, seperti

Gayus dan Dhana” serta disebabkan dua faktor. Pertama, sosialisasi yang minim sehingga wajib pajak tidak melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pajak, dan kedua, karena wajib pajaknya yang enggan membayar pajak karena alasan-alasan tertentu”.

2. Menurut Kepala Kantor Direktorat Jendral Pajak Wilayah Jawa Barat I Ajat Djatnika ada ribuan WP yang lalai dan dikenakan denda.

3. Menurut Tobing selaku kepala bagian pelayanan di KPP Cibeunying bahwa

”dari total wajib pajak orang pribadi 90.000 jiwa yang patuh melaporkan SPT


(19)

1.2.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka Penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh norma subyektif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

2. Bagaimana pengaruh pelaksanaan sanksi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

3. Bagaimana pengaruh pengaruh norma subyektif dan sanksi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh norma subjektif dan sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.


(20)

3. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh norma subjektif dan sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis:

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal pajak mengenai norma subjektif , sanksi administrasi dan kepatuhan wajib pajak 2. Bagi Akademika:

Sebagai bagian pemenuhan dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai norma subjektif , sanksi administrasi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi

1.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di KPP Cibeunying dalam kanwil pajak kota Bandung Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Februari 2011 sampai dengan selesai.


(21)

Tabel 1.1 Waktu penelitian

N

o Kegiatan

Februari 2012

Maret 2012

April 2012

Mei 2012

Juni 2012

Juli 2012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pra Survei :

Persiapan Judul

Persiapan teori

Pengajuan Judul

Mencari Perusahaan

2 Usulan Penelitian:

Penulisan UP

Bimbingan UP

Seminar UP

Revisi UP

3

Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

5 Penyusunan Skripsi:

Bimbingan Skripsi

Sidang Skripsi

Revisi Skripsi

Pengumpulan draf skripsi


(22)

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 Norma Subjektif

Menurut Ajzen (1988) yang dikutip Saifuddin Azwar (2011:12-13) menyatakan :

“Norma Subjektif adalah persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang diharapkan. Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Norma subyektif terbentuk dari keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu.”

Berdasarkan pengertian tersebut maka norma subjektif dalam penelitian ini didefenisikan sebagai dugaan terhadap harapan yang dipersepsikan oleh wajib pajak orang pribadi yang berasal dari individu atau kelompok dan pengaruh sosial seperti isu dari media massa atau orang-orang yang dianggap dapat memotivasi wajib pajak orang pribadi untuk patuh atau tidak patuh dalam melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku berdasarkan undang-undang pajak yang ada.

2.1.1.1 Indikator Norma Subjektif

Menurut Saifuddin Azwar (2011:13-14) “norma subjekif adalah keyakinan mengenai perilaku apa yang diinginkan atau tidak diinginkan. Keyakinan mengenai apa yang bersifat normatif atau yang diharapkan orang lain dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif (teman sejawat, keluarga dan sebagainya) tersebut membentuk norma subjektif dalam diri individu. Begitu banyak faktor internal dan external dari dimensi masa lalu, saat


(24)

ini, masa datang yang ikut mempengaruhi perilaku manusia antara lain pengalaman individu, motivasi, status, kepribadian, dan sebagainya. Sikap individu memegang peranan penting dalam menentukan bagaimanakah perilaku seseorang di lingkungannya, lingkungan secara timbal balik akan mempengaruhi sikap dan perilaku.”

Dalam hal ini norma subjektif dalam penelitian ini adalah pengaruh lingkungan sosial dalam mempengaruhi kepercayaan dan memotivasi wajib pajak orang pribadi untuk patuh terhadap pajak. Dalam teori Kurt Lewin(1951) dalam Saifuddin Azwar (2011:19) “bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor

kepribadian individual dan faktor lingkungan”. Untuk menjabarkan indikator yang

digunakan peneliti menggunakan dimensi pengaruh sosial. Lingkungan sosial disini maksudnya orang lain yang dianggap penting oleh wajib pajak orang pribadi sendiri dalam mempengaruhinya dalam mematuhi pajak.

Menurut Saifuddin Azwar(2011:32) pengaruh orang lain yang dianggap penting sebagai berikut:

1. Pengaruh teman sejawat/profesi

Dalam penelitian ini Pengaruh teman sejawat dianggap penting dalam mempengaruhi perilaku wajib pajak orang pribadi untuk patuh dalam melaporkan SPT sesuai peraturan perpajakan. Pengaruh teman sejawat/profesi juga dibuktikan dengan penelitian bahwa teman sejawat mempunyai pengaruh penting untuk memprediksi perilaku Wajib Pajak (Jackson dan Milliron, 1986; Roth et al., 1989; Steenbergen, McGraw and Scholz, 1992).


(25)

Pengaruh petugas pajak penting dalam peranan memotivasi wajib pajak dengan menunjukan citra dan pelayanan yang baik pada wajib pajak sehingga akan mempengaruhi keyakinan normative wajib pajak sehingga akan memotivasi wajib pajak orang pribadi untuk patuh .

3. Pengaruh keluarga

Media keluarga berpengaruh dalam memotivasi wajib pajak yang secara langsung akan mempengaruhi wajib pajak dalam berperilaku patuh. Faktor keluarga adalah factor insidentil dikarenakan seorang wajib pajak bertumbuh dan berkembang dari keluarga maka segala sesuatu tindakan dan perbuatan akan mencerminkan keluarganya. Hal ini berkaitan dengan pengaruh sosial yang ada disekeliling wajib pajak orang pribadi dalam mempersepsikan pengaruh yang ada untuk berperilaku patuh, Seperti dalam penelitiannya Hanno & Violette (1996) menggunakan indikator keluarga.

2.1.2 Sanksi Administrasi Perpajakan

Sanksi perpajakan menurut Siti Resmi (2003:62) dalam bukunya yang berjudul Perpajakan Teori dan konsep mengungkapkan :

“sanksi perpajakan terjadi karena terdapat pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akandituruti/ditaati/dipatuhi.”

2.1.2.1 Pengertian Sanksi Administrasi Perpajakan

Pengertian sanksi administrasi Menurut Mardiasmo (2006:39) adalah sebagai berikut :

Sanksi administrasi perpajakan adalah merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa denda, bunga dan kenaikan. sanksi administrasi bunga dapat dibagi menjadi bunga pembayaran,bunga penagihan dan bunga


(26)

ketetapan. Bunga pembayaran adalah bunga karena melakukan pembayaran pajak tidak pada waktunya, dan pembayaran pajak tersebut dilakukan sendiri tanpa adanya surat tagihan berupa STP,SKPKB dan SKPKBT. Dengan demikian bunga pembayaran umumnya dibayar dengan menggunakan SSP. Bunga penagihan adalah bunga karena pembayaran pajak yang ditagih dengan surat tagihan berupa STP, SKPKBT,SKPKB tidak dilakukan dalam batas waktu pembayaran. bunga ketetapan adalah bunga yang dimasukkan dalam surat ketetapan pajak tambahan pokok pajak. Bunga ketetapan maksimum 24 bulan. Landasan hukum mengenai sanksi administrasi diatur dalam masing-masing pasal undang-undang ketentuan umum perpajakan. “

Pengertian sanksi administrasi menurut Siti Resmi (2003:62) adalah sebagai berikut :

“Merupakan pembayaran kepada Negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan. Sanksi administrasi di bedakan menjadi tiga, yaitu sanksi berupa bunga, sanksi berupa denda administrasi dan sanksi berupa kenaikan.” Dapat disimpulkan bahwa pada intinya yang dimaksud dengan sanksi administrasi merupakan pembayaran atas kerugian kepada negara dan pembayaran atas kerugian ini dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan.” Sanksi adminstrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sanksi administrasi perpajakan akan dijelaskan dalam tabel 2.1 berikut ini

Tabel 2.1

Sanksi Administrasi Pajak

No Pasal Masalah Sanksi Keterangan

Denda

1 7 (1) SPT Terlambat disampaikan :

a. Masa Rp. 50.000 Per SPT

b. Tahunan Rp. 100.000 Per SPT

2 8 (3) Pembetulan sendiri dan belum disidik 200% Dari jumlah pajak yang kurang dibayar 3 14 (4) a. Pengusaha kena PPN tidak PKP 2% Dari DPP


(27)

b. Pengusaha tidak PKP buat faktur pajak 2% c. PKP tidak buat faktur atau faktur tidak

lengkap

2% Bunga

1 8 (2) Pembetulan SPT dalam 2 tahun 2% Per bulan, dari jumlah pajak yang kurang dibayar 2 9 (2a) Keterlambatan pembayaran pajak masa dan

tahunan

2% Per bulan, dari jumlah pajak terutang 3 13 (2) Kekurangan pembayaran pajak dalam

SKPKB

2% Per bulan, dari jumlah kurang dibayar, max 24 bulan 4 13 (5) SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 10

tahun karena adanya tindak pidana

48% Dari jumlah paak yang tidak mau atau kurang

dibayar. 5 14 (3) a. PPh tahunn berjalan tidak/kurang bayar 2% Per bulan, dari

jumlah pajak tidak/kurang dibayr, max 24 bulan

b. SPT kurang bayar 2% Per bulan, dari

jumlah pajak tidak/kurang dibayr, max 24 bulan

6 15 (4) SKPKBT diterbitkan setelah lewat wkatu 10 tahun karena adanya tindak pidana

48% Dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar 7 19 (1) SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan,

Putusan Banding yang menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar

2% Per bulan, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar 8 19 (2) Mengangsur atau menunda 2% Per bulan,

bagian dari bulan dihitung penuh 1 bulan 9 19 (3) Kekurangan pajak akibat penundaan SPT 2% Atas

kekurangan pembayaran


(28)

pajak Kenaikan

1 8 (5) Pengungkapan ketidak benaran SPT setelah lewat 2 tahun sebelum terbitnya SKP

50% Dari pajak yang kurang dibayar 2 13 (3) Apabila: SPT tidak disampaikan

sebagaimana disebut dalam surat teguran, PPN/PPnBM yang tidak seharusnya dikompensasikan atau tidak tarif 0%, tidak terpenuhinya Pasal 28 dan 29

a. PPh yang tidak atau kurang dibayar 50% Dari PPh yang tidak/kurang dibayar b. tidak/kurang dipotong/ dipungut/

disetorkan

100% Dari PPh yang tidak/kurang dipotong/dipu ngut

c. PPN/PPnBM tidak atau kurang dibayar 100% Dari

PPN/PPnBM yang tidak atau kurang dibayar 3 15 (2) Kekurangan pajak pada SKPKBT 100% Dari jumlah

kekurangan pajak tersebut © PajakOnline.com

Sebelum melaksanakan sanksi administrasi petugas kantor pajak melaksanakan penagihan pajak dengan memberikan Surat Tagihan Pajak pada wajib pajak.

2.1.2.2 Indikator Sanksi Administrasi Perpajakan

Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Indikator sanksi administrasi dapat berupa :

1. Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkitan dengan kewajiban pelaporan.


(29)

2. Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak.

3. Kenaikan adalah sanksi administrsi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam ketentuan.

2.1.3 Kepatuhan Pajak

2.1.3.1 Pengertian kepatuhan pajak

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut :

“Kepatuhan adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan”.

Menurut Siti Resmi (2008:21) adalah sebagai beikut:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

Kepatuhan sukarela merupakan tulang punggung sistem self assessment di mana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan melaporkan pajak tersebut.

Kepatuhan sebagai fondasi self assessment dapat dicapai apabila elemen- elemen kunci telah diterapkan secara efektif. Elemen- elemen kunci (Ismawan, 2001:83) tersebut adalah sebagai berikut.

1. Program pelayanan yang baik kepada wajib pajak. 2. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak. 3. Program pemantauan kepatuhan dan verifikasi yang efektif. 4. Pemantapan law enforcement secara tegas dan adil.


(30)

Ada 2 macam kepatuhan menurut Safri Nurmatu (Siti Kurnia Rahayu,2010:138-139)

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya menyampaikan SPT PPh sebelum tanggal 31 Maret ke KPP, dengan mengabaikan apakah isi SPT PPh tersebut sudah benar atau belum. Yang penting SPT PPh sudah disampaikan sebelum tanggal 31 Maret 2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan di mana wajib pajak secara

substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal. Di sini wajib pajak yang bersangkutan, selain memperhatikan tanggal penyampaian SPT PPh juga memperhatikan kebenaran yang sesungguhnya dari isi dah hakekat SPT PPh tersebut.

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut Kemudian merujuk pada kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 192/PMK.03/2007, bahwa kriteria kepatuhan wajib pajak adalah :

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

4. Dalam 2 tahun terkahir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5%.


(31)

5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun terakhir diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

2.1.3.2 Indikator kepatuhan pajak

Kepatuhan wajib pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak (moh. Zain : 2004) seperti yang dikutip Siti Kurnia Rahayu (2010:138) sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi di mana :

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pada penelitian ini seorang wajib pajak dengan berusaha paham atau sudah paham wajib pajak akan secara langsung memenuhi kriteria kepatuhan pajak dengan penuh kesadaran meskipun dalam kenyataanya seorang wajib pajak sangat membutuhkan pengaruh orang terdekat dalam mempengaruhinya. Peran petugas pajak penting dalam hal membimbing dan menjelaskan mengenai peraturan perpajakan yang terkadang membingungkan dan terus berubah.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

Setiap melaporkan SPT baik itu tahunan maupun masa seorang wajib pajak dituntut untuk memenuhi kewajibannya, salah satunya adalah mengisi formulir pajak dengan jelas dan lengkap karena akan dilakukan pemeriksaan pajak.

3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

Hal ini berkaitan dengan sanksi administrasi yang akan dikenakan apabila setelah diaudit pajak terdapat kesalahan penghitungan maka akan diusut oleh petugas pajak dan akan dikenakan sanksi jika tidak sesuai peraturan.


(32)

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

1. Hasil penelitian variabel norma subjektif Tabel 2.2

Hasil penelitian sebelumnya Variabel Norma Subjektif Nama dan

Tahun

Judul penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Marselius,

2002

Pengaruh Sikap wajib pajakterhadap

perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan dengan Intensikepatuhan membayar pajak penghasilan

pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan control perilaku yang dipersepsikan

berpengaruh positif

Menggunakan variabel norma subyektif pada variabel X3

Menambahakan varibel sikap dan kontrol perilaku pada X1 dan pada X4

Sri

Hendarto, 2010

Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif dan Kontrol Keprilakuan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel sikap, norma subyektif dan control keprilakuan berpengaruh postif baik secara parsial maupun simultan

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Menggunakan variabel norma subyektif pada

X2 dan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada variable

Menambahkan variabel sikap dan control perilaku pada X1 dan X3

Wulan Sari , 2011

Analisis tingkat penghasilan , norma subyektif dan budaya organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang memeiliki usaha di wilayah KPP Pratama Karanganyar

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara norma subyektif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

signifikansi 5%.

Menggunakan variabel norma subyektif pada

X2 dan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada variabel Y

Menambahkan variabel tingkat penghasilan X1, dan budaya organisasi pada X3

Natrah Saad, 2009, ISSN 1448-2398 Fairness Perceptions and Compliance Behaviour: The Case of Salaried Taxpayers in

Malaysia after

Implementation of the Self-

Assessment System

Hasil dari penelitian menunjukan persepsi wajib pajak, norma subyektif dan sikap berpengaruh terhadap kepatuhan

Menggunakan variabel teori perilaku

terencana yang terkandung norma subjektif dan kepatuhan pajak pada X2

Menambahkan variabel

pengetahuan pajak X3


(33)

2. Hasil penelitian variabel sanksi administrasi perpajakan Tabel 2.3

Hasil Penelitian Sebelumnya Variabel Sanksi Administrasi Perpajakan Nama dan

Tahun

Judul penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

Michael Doran (Hardvard Journal on Legislation vol.46: 2009) Tax Penalties and Tax Compliance (Sanksi Pajak dan Kepatuhan Pajak)

Literatur hukum dan ekonomi konvensional menganggap bahwa hubungan ini murni

instrumental: fungsi sanksi pajak semata-mata untuk mendukung kepatuhan pajak. Artikel ini telah

mengidentifikasi dan memeriksa aspek lain dari hubungan antara sanksi pajak yang umumnya telah

diabaikan oleh literature yang ada. Artikel ini

menjelaskan standar prilaku untuk wajib pajak , praktisi pajak, pejabat pemerintah, yang menentukan kepatuhan pajak lebih tepat untuk sistem self assessment

Membahas mengenai sanksi pajak dan

kepatuhan pajak

standar prilaku untuk wajib pajak , praktisi pajak, pejabat

pemerintah, yang menentukan kepatuhan pajak lebih tepat untuk sistem self assessment Ririn Rahmanita 2011 Analisa atas sanksi administrasi perpajakan dan pelaksanaan penagihan pajak pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan sanksi

Administrasi perpajakan dan pelaksanaan penagihan berdampak positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Secara simultan

pengaruhnya lebih besar yaitu 49,14% dari pada pengaruh secara parsial sebesar 24,02% dan 26,86%.

Menggunakan sanksi

administrasi pada vaiabel X1 dan kepatuhan pajak pada Y

Menggunakan variabel penagihan pajak pada X2


(34)

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 keterkaitan Norma Subjektif terhadap Kepatuhan Pajak

Norma subjektif lebih mengacu pada persepsi individu terhadap apakah individu tertentu atau grup tertentu setuju atau tidak setuju atas perilakunya, dan motivasi yang diberikan oleh mereka kepada individu untuk berperilaku tertentu. Orang disekitar yang direferensikan ini misalnya teman, keluarga, atau pimpinan. Pengaruh social dalam masyarakat memang adalah hal yang paling utama jika kita membicarakan sikap dan perilaku seseorang, dalam kaitannnya dengan kepatuhan wajib pajak pengaruh social dari orang terdekat juga penting. James ( 2003) yang dikutip Timbul Hanomangan (2012:92) mengemukakan bahwa : “work in sociology has identified a number of relevant variables such a social support,social influence, attitudes and certain background such as gender, race Risnawati Pengaruh

penerapan sanksi administrasi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kantor pelayanan pajak pratama Bandung Cicadas

Dari hasil penelitian didapat besarnya koefisien korelasi Pearson sebesar 0,610 maka hubungan ini menurut aturan criteria Guilford termasuk hubungan yang cukup dan besarnya pengaruh variabel X (penerapan sanksi

administrasi) terhadap variabel Y (tingkat

kepatuhanWajib Pajak orang pribadi) adalah sebesar 37,2% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain

Menggunakan sanksi

admnistrasi dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Beberapa fakrot

lain yang

mempengaruhi adalah lebih kepada factor psikologi wajib pajak terhadap lingkungan sekitar Nicoleta barbuta-misu, ISSN 1584-0409 2011

A review of factors for tax compliance

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan adanya sanksi pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Menggunakan sanksi pajak untuk

meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Menambahakan beberapa factor lain dalam penelitiannya


(35)

and culture, pandangan ini mengisyaratkan bahwa kepatuhan pajak ditengarai oleh masalah-masalah sosial Termasuk didalamnya antara lain dukungan masyarakat dan pengaruh masyarakat dalam mempengaruhi seorang wajib pajak untuk berperilaku.”

2.2.2 Keterkaitan Sanksi Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Pajak.

Dengan kepercayaan yang telah diberikan kepada Wajib Pajak, maka diperlukan suatu tindakan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Tindakan tersebut dengan melalui pemberian sanksi kepada wajib pajak yang tidak patuh. Sehingga Wajib Pajak yang tidak patuh dan yang kepatuhannya tergolong rendah, diharapkan dengan diberikannya sanksi, tingkat kepatuhannya akan menjadi lebih baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mardiasmo (2009:57)

“sanksi administrasi diberlakukan dengan tujuan sebagai alat pencegah (preventatif) bagi wajib pajak yang lalai ataupun sengaja untuk tidak patuh pada norma perpajakan untuk patuh.”

2.2.3 Paradigma Penelitian

Seiring waktu system pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Perkembangan tidaklah selalu baik, data DJP sendiri menyebutkan bahwa masih banyak penemuan DJP yang membuktikan bahwa kepatuhan wajib pajak masih rendah, hal ini diakibatkan karena beberapa factor utama dalam masyarakat yang terbentuk secara langsung akibat pengaruh sosial yang terjadi dari lingkungan sosial seorang wajib pajak seperti keluarga dan teman sejawat, serta peran dari petugas pajak yang


(36)

seharusnya mendukung jalannya reformasi perpajakan tapi terkena kasus pajak yang jelas memakan uang rakyat milyaran rupiah. Seharusnya pemerintah mengerti akan dampak dari semua itu, pentingnya sosialisasi perpajakan dari sejak dini akan sangat dibutuhkan agar memotivasi wajib pajak jika pemerintah ingin semua wajib pajak patuh pada peraturan perpajakan. Pengaruh social yang terbentuk akan memunculkan kepercayaan wajib pajak terhadap pemerintah oleh karena agar dapat memotivasi wajib pajak untuk patuh terhadap kewajibannya. Selain itu harus ditekankan pada pelaksanaan sanksi admnistrasi pajak sehingga dapat berbuah pada efek jera pada wajib pajak. Pelaksanaan sanksi administrasi ini tidak terlepas dari petugas pajaknya sendiri dalam memantau wajib pajak itu sendiri alhasil dengan adanya pengawasan yang ketat serta sanksi yang jelas dan tegas niscaya kepatuhan wajib pajak akan tumbuh sendiri dengan catatan perbaikan citra DJP sudah sepenuhnya bersih dari segala kasus.

.

“TPB model has significant potential to contribute to the tax compliance literature. Subjective norm positively influenced compliance behaviour”

(Natrah Saad,2009 ISSN 1448-2398)

“The most important determinants identified is tax pinalties to compliace behaviour “ (Nicoleta barbuta-misu, 2011 ISSN 1584-0409)

Gambar 2.1 Paradigma penelitian NORMA SUBJEKTIF

( X1 )

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

( Y )

SANKSI ADMINISTRASI ( X2 )


(37)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2009:93) hipotesis adalah sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah peneliktian biasanya disusun dalam bentuk kalimat

pertanyaan”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa norma subyektif dan Sanksi Administrasi perpajakan secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi


(38)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2006:32) adalah sebagai berikut :

“Objek Penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan.”

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah norma subyektif wajib pajak orang pribadi dan sanksi administrasi perpajakan serta kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Penelitian ini dilaksanakan pada wilayah pajak Kanwil Jabar I yaitu di KPP Pratama cibeunying.

3.2Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut. Menurut Sugiyono (2009:2) menjelaskan bahwa “Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat


(39)

dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif dan verifikatif . Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif dan verivikatif, yaitu suatu metode yang berusaha memberikan gambaran deskripsi mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada situasi yang diselidiki peneliti. Menurut Sugiyono (2009:147) menyatakan bahwa:

“Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi”

Metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Umi Narimawati (2010:29) adalah sebagai berikut :

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan

untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan

kehidupan”

Metode verifikatif dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu Analisis Regresi Berganda

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian dilakukan agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan baik dan sistematis. Desain penelitian merupakan hal yang penting karena dapat dijadikan pedoman dalam memlakukan penelitian. Desain Penelitian menurut


(40)

Moh. Nazir (2006:84) adalah “Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) adalah

Berikut ini penjelasan mengenai langkah-langkah desain penelitian :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian. Fakta-fakta menunjukkan bahwa kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia masih memprihatinkan, dilihat dari respon wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kepatuhan kewajiban pajaknya yang masih rendah sedangkan kebutuhan akan penerimaan pajak sangat penting untuk pembiayaan Negara. Untuk itu perlu dikaji secara intensif faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan wajib pajak. oleh

karena itu judul dari penelitian ini “ANALISIS PENGARUH NORMA

SUBJEKTIF DAN SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI”

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.

Adanya pengaruh social dan kurang optimalnya pelaksanaan sanksi administrasi mempengaruhi kepatuhan pajak

3. Menetapkan rumusan masalah. Dalam penelitian ini rumusan masalahnya yaitu

1. Bagaimana pengaruh norma subyektif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi


(41)

2. Bagaimana pengaruh pelaksanaan sanksi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

3. Bagaiamana pengaruh pengaruh norma subyektif dan sanksi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

4. Menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh Norma Subjektif dan Sanksi administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi 5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan

teori. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Norma Subjektif dan Sanksi administrasi berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Norma Subjektif dan Sanksi administrasi sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Teknik sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik random sampling Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi,wawancara,kuesioner dan dokumentasi.


(42)

8. Melakukan analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis metode deskriptif dan metode verifikatif dengan menggunakan analisis regresi berganda

9. Menyusun pelaporan hasil penelitian

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan dua variable bebas secara bersamaan dengan satu variable tergantung.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tujuan penelitian

Desain penelitian Jenis

penelitian

Metode yang digunakan

Unit Analisis

Time horizon T – 1 Descriptive Descriptive

Survey

Wajib pajak Cross Sectional T – 2 Descriptive Descriptive

Survey

Wajib pajak Cross Sectional T – 3 Descriptive

verikatif

Explanatory survey

Wajib pajak Cross Sectional Sumber: Umi Narimawati:2010

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis dan indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu pengertian variabel menurut Sugiyono (2011: 31) adalah

“Sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulan.”

Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69) sebagai berikut:


(43)

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang

lebih baik.”

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Sugiyono (2009:33) mengemukakan bahwa: “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat (dependen)”. Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel

yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini ada dua, pertama (X1) adalah norma subyektif dan kedua (X2) adalah sanksi administrasi perpajakan. Norma Subyektif adalah determinan persepsi individu tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku tertentu.(Azjen,1988 dalam Saifuddin Azwar,2011:12-13) Sanksi administrasi adalah merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa denda, bunga dan kenaikan. (Mardiasmo,2006:39).

2. Variabel Dependen

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika

dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono (2010:39): “Variabel


(44)

adanya variabel bebas”. Dalam hal ini variabel terikatnya adalah Kepatuhan , Kepatuhan adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan. Siti Kurnia Rahayu (2010:138). Berikut ini akan dijelaskan dalam tabel 3.2 mengenai operasionalisasi variabel

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala Kuisioner Norma

subjektif (X1)

Norma Subyektif adalah determinan persepsi individu tentang pengaruh sosial dalam membentuk perilaku tertentu.

(Saifuddin Azwar,2011:12-13 )

Pedoman perilaku

1. Pengaruh teman sejawat

2. Pengaruh petugas pajak

3. Pengaruh keluarga (Mustikasari,2007)

Ordinal 1-6

Sanksi administrasi (X2)

Sanksi administrasi adalah merupakan pembayaran kerugian kepada negara, khususnya yang berupa denda, bunga dan kenaikan. (Mardiasmo,2006:39). Pengenaan sanksi 1. Denda 2. Bunga 3. Kenaikan

(Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan)

Ordinal 7-12

Kepatuhan pajak ( Y )

Kepatuhan adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perpajakan.

Siti Kurnia Rahayu (2010:138)

Kepatuha n materil dan formal

1. Pemahaman wajib

pajak pada peraturan pajak

2. Mengiisi SPT

dengan jelas dan benar

3. Menghitung pajak

terutang dengan benar

Norman D. Nowak (moh. Zain : 2004) dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138)


(45)

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2011:134) adalah sebagai berikut:

”Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Untuk pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Skor pernyataan positif

No .

Keterangan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Selalu Sering Kadang-kadang Hampir tidak pernah Tidak pernah 5 4 3 2 1 Sumber: Sugiyono, 2009

Sedangkan skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan negatif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Skor pernyataan negatif

No .

Keterangan Skor

1. 2. 3. 4. 5. Selalu Sering Kadang-kadang Hampir tidak pernah Tidak pernah 1 2 3 4 5 Sumber: Sugiyono, 2009


(46)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Data itu dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama, sedangkan data sekuder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan. (Umi Narimawati : 2008). Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah data primer.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 1. Populasi

Dalam penelitian ini popolasi yang diambil adalah 1 KPP yaitu KPP cibeunying di wilayah Kanwil Jawa Barat 1 .

Menurut Sugiyono (2009:80), menyatakan bahwa populasi adalah sebagai berikut:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Populasi yang ada di KPP Pratama Cibeunying adalah 90.000 jiwa wajib pajak orang pribadi.


(47)

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2011:59) menyatakan bahwa

“Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.

Teknik sampel yang digunakan adalah random sampling anggota populasi yang dibutuhkan secara acak tanpa menggunakan starta yang ada dalam anggota populasi dengan kata lain populasi dianggap homogen, dengan jumlah kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel sebesar 10%. Untuk mengambil jumlah sampel tersebut, penulis menggunakan rumus Slovin yang dikutip dari Umi Narimawati (2010:38) sebagai berikut:

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%, 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

N n = 1 + Ne²

90000 n =

1 + 90000.0,12

90000 =

901


(48)

Sampel dalam penelitian ini adalah 100 wajib pajak orang pribadi yang berada diwilayah KPP Pratama Cibeunying kanwil jawa barat 1.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini merupakan cara-cara untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu Penelitian Lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (LibraryReseach).

Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara : 1. Kuesioner

Pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun sedemikian rupa dan ditunjukkan kepada responden berkaitan dengan masalah penelitian. Menurut Umi Narimawati (2010:40) merupakan :

“teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya.”

2. Wawancara

Teknik wawancara menurut Umi Narimawati (2010:40) yaitu adalah

“teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas”.


(49)

Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh berbagai teori dan asumsi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti berupa buku-buku, dokumentasi perusahaan danrefernsi lain berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dalam penelitian ini bertintak sebagai nonpartisipan. Observasi nonpartisipan adalah peneliti tidak terlibat langsung dengan objek yang diamati. Peneliti hanya sebagai pengamat independen. Menurut Umi Narimawati (2010:39) “Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan”

1.2.4.1Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2011:2) valid adalah “Menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat

dikumpulkan oleh peneliti.” Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat

diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS for


(50)

windows dengan metode korelasi untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X1

dan Y, Variabel X2 dan Y, X1 dan X2 . Pengujian statistika mengaju pada kriteria :

1. r hitung < r kritis maka tidak valid 2. r hitung > r kritis maka valid.

Menurut Sugiyono (2005:124)

“alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment, guna menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total”.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui pernyataan mana yang valid dan mana yang tidak, dengan mengkonsultasikan data tersebut dengan tingkat signifikan 0.3, apabila alat ukur tersebut berada < 0.3 ( tidak valid ).

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan korelasi product moment (indeks validitas).adapun rumusnya sebagai berikut:

Keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument Adapun hasil pengolah uji validitas :

Tabel 3.5

Hasil uji validitas variabel norma subjektif Variabel No

Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan Norma

Subjektif (X1)

1 0,710 0,300 Valid 2 0,672 0,300 Valid 3 0,549 0,300 Valid


(51)

4 0,678 0,300 Valid 5 0,606 0,300 Valid 6 0,597 0,300 Valid Sumber: pengolahan data primer,2012

Dari tabel diatas, dapat diketahui dari percobaan 30 responden bahwa seluruh koefisien validitas item pertanyaan norma subjektif dari pernyataan 1-6 koofesien validitasnya rata-rata diatas titik kritis yaitu 0,300, hal ini berarti semua pernyataan norma subjektif valid dan dapat dilanjutkan

Tabel 3.6

Hasil uji validitas variabel sanksi administrasi perpajakan Variabel No

Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan Sanksi

Administrasi Perpajakan

(X2)

7 0,774 0,300 Valid 8 0,794 0,300 Valid 9 0,706 0,300 Valid 10 0,739 0,300 Valid 11 0,604 0,300 Valid 12 0,913 0,300 Valid Sumber: pengolahan data primer,2012

Dari tabel diatas dari 30 responden yang diuji dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas item pertanyaan sanksi administrasi perpajakan berada diatas nilai kritis 0,300. maka valid dan dapat dilanjutkan

Tabel 3.7

Hasil uji validitas variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi Variabel No

Item

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan Kepatuhan wajib Pajak Orang Pribadi (Y)

13 0,759 0,300 Valid 14 0,802 0,300 Valid 15 0,829 0,300 Valid 16 0,952 0,300 Valid 17 0,660 0,300 Valid 18 0,889 0,300 Valid Sumber: pengolahan data primer,2012


(52)

Dari tabel diatas dari 30 responden yang diuji, dapat diketahui bahwa seluruh koefisien validitas item pertanyaan kepatuhan wajib pajak orang pribadi berada diatas nilai kritis 0,300 maka valid dan dapat dilanjutkan

3.2.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010:3) reliabiltas adalah “Derajad konsistensi / keajegan data dalam interval waktu tertentu.” Berdasarkan definisi diatas, maka

relibilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Dalam uji reliabilitas ini, penulis menggunakan program Excel dalam tabulasi data dan memasukan data tersebut ke dalam program SPSS For Windows. Item dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari nilai kritis. Nilai r kritis yang ditetapkan adalah antara 0,6 dan 0,7.(Sugiyono, 2003:124).

Setelah melakukan pengujian validitas butir pertanyaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas untuk menguji kehandalan atau kepercayaan alat pengungkapan dari data. Dengan diperoleh nilai r dari uji validitas yang menunjukkan hasil indeks korelasi yang menyatakan ada atau tidaknya hubungan antara dua belahan instrumen. Dalam penelitian ini, metode


(53)

yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman–Brown Correlation) Tehnik Belah Dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap–ganjil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II

b. Skor untuk masing–masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II

c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II

d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

b I' 1

b 2I' I'1

 

Umi Narimawati (2010:44) Dimana :

Ґ1 = reliabilitas internal seluruh item

Ґb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Keputusan pengujian reliabilitas instrument dengan membandingkan rtabel df - 2 pada taraf signifikan dengan 5% satu sisi adalah :


(54)

1. Nilai realibiitas dikatakan reliabel jika rhitung > rtabel maka instrument tersebut dapat digunakan.

2. Nilai realibiitas dikatakan kurang reliabel jika rhitung < rtabel maka instrument tersebut dapat digunakan.

Tabel 3.8 Hasil uji Reliabilitas

Kuesioner Jumlah

Pertanyaan

Koofesien reabilitas

Titik

kritis Kesimpulan

Norma subjektif 6 0,785 0,700 Reliabel

Sanksi administrasi

perpajakan 6 0,755 0,700 Reliabel

Kepatuhan wajib pajak

orang pribadi 6 0,904 0,700 Reliabel

Sumber: pengolahan data primer,2012

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata koofesien realibilitas diatas titik kritis yang berarti bahwa reliabel. Koofesien yang paling tinggi adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi .

1.2.4.2 Uji MSI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Dimana variabel X1 (norma subjektif) dan X2 (Sanksi administrasi Perpajakan) dipasangkan dengan data variabel Y (Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi) yang dikumpulkan melalui kuesioner masih memiliki skala ordinal, maka sebelum diolah data ordinal terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval menggunakan Methode Succesive Internal (MSI).


(55)

Langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval yaitu :

1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan.

2. Pada setiap butir yang ditentukan dihitung masing-masing frekuensi jawaban responden.

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi.

4. Menetukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor.

5. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas).

7. Menggunakan skala dengan rumus.

Keterangan:

Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah Density at Upper Limit = kepadatan batas atas

Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas bawah


(56)

8. Sesuaikan nilai skala ordinal ke interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan jawaban responden yang terkecil melalui transformasi berikut ini:

[NS + | NS min | +1 ] = Y

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1Analisis Deskritif

Dalam pelaksanaan, penelitian ini menggunakan jenis atau alat bentuk penelitian deskriptif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan. Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana masing masing variable penelitian. Metode kualitatif yaitu metode pengolahan data yang menjelaskan pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan kalimat. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat faktor penyebab. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternative jawaban dengan menggunakan skala ordinal yang menggambarkan peringkat jawaban.

b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari seluruh indikator variabel untuk semua responden.


(57)

c. Dihitung skor setiap variabel/subvariabel = rata-rata dari total skor.

d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel ataupun grafik.

e. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian ini, digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut :

Sumber : Umi Narimawati, 2010:45

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi. Penjelasan bobot nilai skor aktual dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.9

Kriteria % tanggapan responden

No % jumlah skor Kriteria

1 20,00%-36,00% Tidak baik

2 36,01%-52,00% Kurang baik

3 52,01%-68,00% Cukup

4 68,01%-84,00% Baik

5 84,01%-100% Sangat baik

sumber:Umi Narimawati,2010:46

3.2.5.2Analisis verifikatif

1. Analisis regresi linear berganda

Menurut Umi Narimawati (2008:5) Analisis Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut :

100% X Ideal Skor

Aktual Skor

Total


(58)

“Suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti

pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel tergantung dengan skala interval”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh norma subyektif dan sanksi administrasi terhadap kepatuhan pajak orang pribadi. Analisis regresi ganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Analisis ini digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen (X1 dan X2 ). Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2

(Sumber: Sugiyono 2009) Dimana:

Y = variabel tak bebas (kepatuhan wajib pajak orang pribadi ) a = bilangan berkonstanta

b1,b2 = koefisien arah garis

X1 = variabel bebas (norma subyektif )

X2 = variabel bebas (sanksi administrasiperpajakan)

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2 metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, b1, dan b2 dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

∑y = na + b1∑X1 + b2∑X2

∑X1y = a∑X1 + b1∑X1 2

+b2∑X1X2

∑X2y = a∑X2 + b1∑X1X2 + b2∑X2 2


(59)

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti. Beberapa asumsi itu diantaranya:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Menurut Singgih Santoso (2002:393) dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

 Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.  Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan :

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Singgih Santoso, 2002:322)


(60)

Selain itu uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diambil berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji yang digunakan untuk menguji kenormalan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan sampel ini akan diuji hipotesis nol bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan bahwa populasi berdistribusi tidak normal.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah:

1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen, maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas adalah dengan:menggunakan Variance Inflation Factors (VIF),

2 i

R

1

1

VIF

(Gujarati, 2003: 351)

Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas X1 terhadap variabel bebas lainnya. Jika


(1)

1.2 Saran

1 Peran lingkungan sosial masih perlu ditingkatkan untuk mendukung kepatuhan wajib pajak orang pribadi seperti keluarga dan teman sejawat/profesi

2 Peran petugas pajak yang peneliti temui dilapangan dan dari wawancara dengan wajib pajak masih harus ditingkatkan lagi dalam hal pelayanan lebih khususnya mengenai sosialisasi akan peraturan perpajakan dam mengenai pengenaan sanksi administrasi yang tegas mencegah.

3 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh norma subjekti dan sanksi administrasi perpajakan dalam menunjang kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dan perlu juga dilakukan penelitian yang serupa dengan populasi yang berbeda di kantor pajak lainnya.


(2)

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fikri. (2012). “Pembayar Pajak di Jawa Barat Hanya 45 Persen”. Diakeses pada 6 April 2012 dari “World Wide Web” : TEMPO.CO

Ari Subroto. (2011). “Pahlawan Tak di Kenal”. Diakses pada 17 Mei 2012 dari “World Wide Web” :http://www.pajak.go.id

Danny Darusalam. (2010). “Memacu Tax Ratio Untuk Menghindari Jebakan Utang”.Harian Bisnis Indonesia, Rabu, 02 Juni 2010

Elia Mustikasari. (2007). “Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya, Simposium Nasional Akuntansi X”. Makasar

Endi Sungkono. (2010). “Aspek Penerapan Sanksi Perpajakan”. Harian Bisnis Indonesia. Diakses pada 15 Mei 2012

Dudi.(2008). “Praktek sanksi administrasi”. Diakses pada 20 januari 2012 dari “world wide web” : Harian kompas

Farisya Agustina. (2010). Pengaruh sikap, norma subyektif dan kewajiban moral terhadap tindakan wajib pajak pribadi di KPP Serpong. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UPN

Heri Tjaraka. (2007). Aspek Hukum Dan Akuntansi Atas Kewajiban Pembukuan Dari Wajib pajak, Simposium Nasional Perpajakan I. Universitas Trunojoyo

Halim.(2012). “Tingkat kepatuhan di jawa barat menurun”. Diakses pada 15 Mei 2012 dari “World Wide Wibe” :http://www.pikiran-rakyat.com/

Mardiasmo.(2006). Perpajakan.Yogyakarta : Andi Offst Mardiasmo.(2009). Perpajakan.Yogyakarta : Andi Offst

Marselius. (2002). Pengaruh sikap wajib pajak terhadap perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dipersepsikan dengan intensi kepatuhan membayar pajak penghasilan. Thesis. Yogyakarta

Michel Doran. (2009). Tax pinalties and Tax compliance. Harvard journal on legislation vol 46


(4)

Muksin.(2011). “Ibu-Anak sasaran kepatuhan pajak”. Diakses pada 15 Mei 2012 dari harian kompas

Natrah Saad. (2009). Fairness Perceptions and Compliance Behaviour: The Case of Salaried Taxpayers in Malaysia after Implementation of the Self- Assessment System. The University of New South Wales eJournal of Tax Research (2009) vol. 8, no. 1, pp. 32-63

Nicoleta Barbuta-misu. (2011). A review of factors for tax compliance.Annals of “Dunarea de Jos” University of GalatiFascicle I. Economics and Applied InformaticsYears XVII – no1/2011 ISSN 1584-0409

Nur indrianto dan Bambang Supomo.(2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung. Alfabeta

Umi Narimawati,Dkk. (2010). Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi. Genesis

Umi Narimawati. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif : Teori dan Aplikasi

Risnawati. (2009). Pengaruh penerapan sanksi administrasi terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kantor pelayanan pajak pratama bandung Cicadas. Skripsi.Bandung : Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

Ririn Rahmanita. (2011).Analisa atas sanksi administrasi perpajakan dan

pelaksanaan penagihan pajak pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak.Skripsi.Bandung:Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Rochmat Soemitro.(2006). Perpajakan Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat Saiffudin Azwar. (2011).Sikap Manusia,Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Srihendarto. (2010). Analisis Pengaruh Sikap, Norma Subyektif dan Kontrol Keprilakuan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Surabaya Mulyorejo.Skripsi.Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Airlangga

Siti Kurnia Rahayu.(2010).Perpajakan Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu

Siti Resmi.(2008).Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 4.Jakarta : Salemba Empat

Srihandriatmo.(2011). Menkeu Tingkat Kepatuhan Pajak Masyarakat Rendah Diakses pada 17 mei 2012 dari “World Wide Web”: http://www.pikiran-rakyat.com/


(5)

Sugiyono. (2011). Metode penelitian Kuantatif, kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta

Timbul Hanomangan dan Imam Mikhlis. (2012). Dimensi ekonomi perpajakan dalam pembangunan ekonomi, Jakarta : penebar swadaya group

Wulan Sari. (2011).Analisis tingkat penghasilan, norma subyektif dan budaya organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang memeiliki usaha di wilayah KPP Pratama Karanganyar.Skripsi.Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadyah

Warits Syakirin.( 2010). Meningkatkan Masyarakat Sadar Pajak.Diakses pada 26 januari ,2011 dari “World Wide Web” : http://id.shvoong.com/law-and- politics/political-economy/2106895-meningkatkan-masyarakat-sadar-pajak/#ixzz1oaG5ifSJ


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Yohanes Mitak

Tempat Tanggal Lahir : Maumere, 16 Desember 1989

Agama : Katolik

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat :Jl.Soekarno-Hatta, RT.003/RW.003, Kelurahan Beru Kecamatan Alok Timur, Maumere Flores NTT

DATA PENDIDIKAN

SDK BHAKTYARSA MAUMERE 1995- 2001

SLTPK FRATER MAUMERE 2001- 2004

SMA N 2 MAUMERE 2004 - 2007

Sampai sekarang ini masih tercatat sebagai mahasiswa di UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA (UNIKOM) Bandung tahun pendidikan 2007.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara)

0 4 1

Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying)

0 5 1

Pengaruh Penerapan Sanksi Perpajakan dan Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey pada Wajib Pajak orang pribadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karawang Utara)

1 3 1

Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

16 165 122

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Administrasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya

1 17 67

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cibeunying

4 45 141

Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak, dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Di KPP Pratama Cianjur).

0 11 26

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei atas Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama "X").

0 0 20

Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan terhadap Kepuasan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Implikasinya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonegara).

1 3 23

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying).

2 4 35