PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

SOPIYAH

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, menunjukan masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo, oleh karena itu, perlu perbaikan pembelajaran melalui penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika dengan menggunakan model

cooperative learning type student team achievement divisions (STAD).

Penelitian ini menggunakan peneltian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak 3 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik analisis data dalam bentuk analisis kualitatif dan kuantitatif.

Perbaikan pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD menunjukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus I 50,94% (cukup aktif), siklus II 85,44% (sangat aktif), sementara rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I (50,08). Siklus II (86,96) dengan KKM ≥ 50.

Kata kunci: model cooperative learnning tipe STAD, aktivitas siswa dan hasil belajar


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar. Hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam perkembangan masa depan ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Untuk membentuk tunas bangsa yang berkualitas, dituntutlah seorang pendidik profesional yang memiliki berbagai strategi dalam pembelajaran yang dilakukan, agar tujuan pembelajaran dapat dengan mudah tercapai.

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dirumuskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UUSPN UU No. 20 tahun 2003).

Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kualitas suatu bangsa. Pendidikan bukanlah sesuatu yang bersifat statis melainkan sesuatu yang bersifat dinamis sehingga selalu menuntut adanya suatu perbaikan yang bersifat terus menerus. Peran pendidikan yang sangat penting untuk


(3)

membentuk manusia unggul. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan terus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satunya pendidikan matematika disekolah khususnya sekolah dasar diarahkan kepada wahana pendidikan untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa dalam bentuk pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan dasar matematika.

Ilmu matematika memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pembentukan manusia unggul, karena salah satu kriteria unggul adalah manusia yang dapat menggunakan nalarnya untuk kemajuan umatnya. Kita yakin bahwa sebaik-baiknya manusia adalah mampu membawa manfaat bagi manusia lainnya untuk kehidupan selanjutnya. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (Aisyah, dkk, 2007; 1-3). Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya pada mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membakali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.


(4)

tersebut, dalam kegiatan pembelajaran didapat indikasi bahwa tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika dan memiliki kemampuan berpikir yang telah disebutkan. Banyak peserta didik yang menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit serta rumit dan membosankan. Hal ini menyebabkan mereka takut dan malas untuk mempelajari matematika. Oleh sebab itu, bagaimana cara guru meyakinkan siswa bahwa pelajaran matematika tidak sulit seperti yang mereka bayangkan karena dengan ketidak senangan tersebut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar matematika.

Berdasarkan pengamatan atau observasi, dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 4 Oktober 2012 dengan guru serta siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika, serta dari data guru tentang hasil belajar siswa pada ulangan harian khususnya mata pelajaran matematika hanya memperoleh nilai rata-rata 4,5 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 50 atau apabila dilihat dari jumlah siswa yang mencapai KKM, hanya 10 orang (40%) dari jumlah keseluruhan siswa 25 orang. Oleh karena itu masih terdapat 15 orang (60%) yang belum mencapai KKM. Ini menandakan daya serap siswa terhadap pelajaran dominan menggunakan metode ceramah serta metode tanya jawab, guru pun hanya menggunakan satu bahan ajar saja, Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak dibuat secara jelas hanya diberikan sesuai buku pegangan guru saja, serta alat peraga atau media yang digunakan bersifat monoton dan kurang bervariasi atau dapat


(5)

saja.

Banyak faktor yang menyebabkan aktivitas dan hasil belajar matematika rendah baik faktor internal maupun faktor eksternal dari siswa, diantaranya motivasi, belajar, minat, cara belajar atau sikap, intelegensi, kebiasaan, rasa percaya diri, dan perhatian. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar diri siswa, seperti guru sebagai pembina belajar, metode, strategi, teknik pembelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, kurikulum, serta lingkungan sosial.

Menurut diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran matematika diketahui bahwa siswa kurang terbuka apabila ada kesulitan dalam belajar, mereka takut bertanya meskipun sudah diberi kesempatan untuk menunjuk atas pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya merangsang daya pikir mereka. Siswa pun kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya pada kegiatan diskusi kelompok, siswa yang mempunyai kemampuan sedang cendrung pasif, tidak mau mengungkapkan pendapatnya, meraka hanya sebagai pengamat terhadap siswa-siswa yang aktif saja. Waktu observasi pembelajaran yang dilakukan pada tanggal 5 November 2012 khususnya dalam kegiatan diskusi, proses pembelajaran menjadi tidak hidup karena hanya didominasi oleh siswa tertentu saja. Siswa kurang berani mengungkapkan pendapat padahal pendapatnya belum tentu salah.

Dari masalah-masalah yang terungkap jelas bahwa rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika bukan hanya disebabkan faktor guru sebagai penyampai materi tetapi tetapi juga dari siswa sebagai subjek dan objek


(6)

diperlukan suatu model yang baik, sehingga pembelajaran dapat memotivasi siswa agar lebih aktif, kreatif, inovatif bahkan menyenangkan guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.

Salah satu model yang ada, guna memperbaiki pembelajaran tersebut yaitu model cooperative learning. Pembelajaran dengan model kooperatif, siswa akan diminta untuk lebih aktif dan dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama temannya guna memecahkan berbagai konsep yang pada akhirnya mampu memecahkan masalah-masalah matematika yang sifat-sifatnya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang tidak agresif dan tak peduli dengan orang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai tingkatan usia (Isjoni, 2007; 16).

Menurut Slavin (2010; 11) terdapat tipe dalam cooperative learning

diantaranya Coopertive Learning Type Student Team Achievement Divisions

(STAD). Team Games Tournament (TGT), Team Games Tournament (TGT),

Team Assisted Inividualization (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Group Investigation (GI), Jigsaw II, dan Model Co-op


(7)

cooperative learning tipe STAD. Tipe ini dikembangkan oleh slavin dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Tipe ini pun dianggap sebagai model yang paling sesuai bagi guru yang baru belajar menggunakan pembelajaran kooperatif (Huda, 2011; 164).

Menurut Slavin (2010; 12), cooperative learning tipe STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, seperti matematika, bahasa, seni sampai dengan ilmu sosial dan ilmu lain, dan telah digunakan mulai dari siswa kelas dua sampai perguruan tinggi. Metode ini paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisikan dengan jelas, seperti matematika, berhitung dan studi terapan, penggunaann dan mekanika bahasa, geografi dan kemampuan peta dan konsep-konsep ilmu pengetahuan ilmiah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merasa perlu melakukan perbaikan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Cooperative Learning Type Student Team Achievement Divisions (STAD)

Siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(8)

Berdasarkan latar belakang masalah diatas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :

a. Rendahnya aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo pada mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2012/2013.

b. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 jatimulyo pada mata pelajaran matematika tahun pelajaran 2012/2013, dilihat dari rata-rata 4,5 dengan KKM ≥ 50.

c. Belum tersusun secara baik bahan ajar dan LKS yang digunakan guru dalam proses pembelajaran.

d. Kurangnya variasi metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang digunakan guru sehingga pembelajaran tidak aktif.

e. Penggunaan alat atau media pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.

f. Guru belum pernah menerapkan model cooperative learning tipe STAD dalam proses pembelajaran di kelas.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dalam penelitian ini dibatasi masalah yang akan diteliti, sehingga perlu pemecahan masalahnya. Adapun permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013?


(9)

learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menguji efektifnya belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo pada mata pelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe STAD. b. Menguji efektifnya hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo pada

mata pelajaran matematika melalui model cooperative learning tipe STAD.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian peningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui model cooperative learning tipe STAD siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013 sebagai :

1.5.1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, memberikan informasi, serta bahan penerapan ilmu metode perbaikan pembelajaran, khususnya mengenai peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika melalui model cooperative learning tipe STAD Kelas IV SDN 4 Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013.

1.5.2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa


(10)

pelajaran matematika melalui model cooperati learning tipe STAD. b. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan, menambah wawasan, meningkatkan kemampuan pengusaan penerapan model pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe STAD sehingga menjadi guru yang profesional dan dapat memberikan manfaat bagi siswa. c. Bagi Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika melalui model

cooperative learning tipe STAD. d. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model cooperative learning tipe STAD ada pembelajaran matematika, guna mutu pendidikan di Indonesia.


(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD

2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran

Dalam setiap proses pembelajaran seorang guru sebelumnya pasti akan mempersiapkan lebih dahulu apa yang akan disampaikan pada siswa dengan menyusun persiapan mengajar atau rencana pembelajaran. Ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, pada dasarnya guru tersebut sedang mempraktekan model pembelajaran. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan urutan atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.

Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal, dan sesuatu yang nyata dan dikonversikan untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Mayer dalam Trianto; 21). menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.


(12)

Ismail dalam, istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu rasional teoritik yang logis, tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan, serta lingkungan belajar. Menurut Soekamto, dkk, dalam Trianto (2010; 22) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah: ”Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010; 57).

Berkenaan dengan model pembelajaran, terdapat 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengelolaan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.


(13)

Aplikasi model pembelajaran biasanya tergantung pada tujuan, materi, karakteristik sekolah, lingkungan dan kebutuhannya. Dalam pembelajaran kooperatif, umumnya model belajar ditandai adanya Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka peneliti simpulakan bahwa model pembelajaran adalah suatu konsep atau rancangan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru secara sistematis untuk mengorganisasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan atau diharapkan.

2.1.2 Pengertian Model Cooperative Learning

Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan. Definisi pembelajaran kooperatif ialah “cooperative learning will be defined as student working together in a group small enough that everyone participate an a colective task that has been clearly assingn. Moreaver, students are expected to cary out their task without direct and immediate supervision of the teacher”.

Berdasarkan pengertian diatas, memiliki pengertian luas yang meliputi belajar kooperatif (cooperartive learning) siswa dituntut untuk kerja kelompok (group woork), dan juga pembelajaran kooperatif ciri sosiologis yaitu penekanan pada aspek tugas-tugas kolektif yang harus dikerjakan bersama dalam kelompok dan penedegelasian wewenang dari guru kepada


(14)

siswa. Guru berperan sebagai fasilatator dalam membimbing siswa menyelesaikan materi dan tugas.

Pembelajaran cooperative learning merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas dalam Komalasari, 2010; 62). Menurut slavin dalam Isjoni (2007; 12),

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Cooperative learning adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok belajar yang didalamnya pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Beberapa para ahli menyatakan bahwa model kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit,tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(15)

Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan, strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal.

Model cooperative learning memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Sementara itu menurut Wina dalam Widiyantini (2008; 4), model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Roger dan Dafid Johnson dalam Suprijono (2009, 5) mengatakan Tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah: (a). Positive Interdepence yaitu saling ketergantungan positif untuk melengkapi tugas kelompok; (b). Personal Responsibility yaitu tanggung jawab perseorangan dalam menjawab kuis yang diberikan; (c). Face to Face Promotive Interaction yaitu siswa menjelaskan, diskusi dan mengajar apa yang mereka ketahui kepada teman sekelasnya; (d). Interpersonal Skill yaitu kelompok tidak dapat berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki dan menggunakan ketrampilan sosial yang diperlukan; dan (e). Group Processing yaitu kelompok membutuhkan waktu khusus untuk diskusi bagaimana baiknya meraka mencapai tujuannya dan memelihara hubungan pekerjaan efektif diantara anggota (Suprijono, 2009, 5)

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanhya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil


(16)

belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan ketrampilan sosial.

2.1.3 Prinsip Dasar Dalam Pembelajaran Kooperatif

Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi, dan evaluasi proses kelompok Roger dan Johnson dalam Rusman (2010; 212) .

Menurut Muslimin, dkk., dalam Widiyantini (2008; 4) mengemukakan prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama..

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan prinsip yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip utama dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning dapat membentuk siswa untuk lebih bertanggung jawab secara individual maupun kelompok dengan didasari prinsip kepemimpinan untuk mencapai tujuan bersama.


(17)

2.1.4 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Muslimin, dkk., (dalam Widiyantini, 2008; 4) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: Kerja kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen, dan penghargaan kelompok. Dengan demikian ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah pertama, siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; kedua, kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, gabungan dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah berasal dari suku, agama yang berbeda dan memperhatikan kesetaraan gender; dan ketiga, penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan ciri-ciri utama dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning yaitu siswa belajar secara kelompok yang setiap kelompoknya mempunyai kemampuan secara heterogen yang terdapat suatu penghargaan disetiap akhir pembelajaran.

2.1.5 Komponen Pembelajaran Kooperatif

Terdapat komponen yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dengan kegiatan kelompok yang biasa, banyak aktivitas kelompok yang telah digunakan pada masa lalu dapat diadaptasikan dengan pembelajaran kooperatif dengan jalan mengubah dan menyesuaikan aktivitas.


(18)

Jasmine (2007; 141) menyebutkan ada Empat komponen dasar pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut:

a. Dalam pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok perlu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas. Tak boleh seorang pun selesai sampai seluruh anggota kelompok selesai’ tugas atau aktivitas sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota tidak menuntaskan bagiannya sendiri tapi bekerja sama untuk menyelesaikan satu produk secara bersama-sama.

b. Kelompok pembelajaran kooperatif seharusnya heterogen. Adalah membantu sekali jika diawali dengan mengorganisasi kelompok sedemikian rupa sehingga ada keseimbangan antara kemampuan di dalam dan di antara kelompok.

c. Aktivitas-aktivitas pembelajaran kooperatif perlu dirancang sedemikian rupa sehingga setiap siswa berkontribusi kepada kelompok dan setiap anggota kelompok dapat dinilai atas dasar kinerjanya. Ini dapat dilakukan secara baik dengan jalan memberikan peran yang penting untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pada setiap anggota. d. Tim pembelajaran kooperatif perlu mengetahui tujuan akademik

maupun sosial suatu pelajaran. Siswa perlu mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dalam mempelajari suatu pelajaran dan bagaimana meraka diperkirakan bekerja bersama untuk menyelesaikan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan komponen dalam pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok perlu bekerja sama untuk menyelesaikan tugas, kelompok pembelajaran kooperatif seharusnya heterogen, aktivitas-aktivitas pembelajaran kooperatif perlu dirancang sedemikian rupa, dan tim pembelajaran kooperatif perlu mengetahui tujuan akademik maupun sosial suatu pembelajaran.

2.1.6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2010; 211), langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(19)

Tabel. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.

No Langkah-langkah Aktivitas Guru

1.

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa

Menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar 2. Menyajikan

informasi

Guru menyajikan informasi dengan berbagai bentuk aktivitas pembelajaran.

3.

Mengorganisasikan siswa dalam

kelompok belajar

Guru menyampaikan informasi tentang bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu siswa agar melakukan transisi dalam kelompok belajar secara efesien.

4.

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru mengadakan bimbingan belajar pada saat kelompok melakukan tugas bersama 5. Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar kelompok melalui representasi siswa dalam

kelompok. 6. Memberi

penghargaan

Guru memberikan penghargaan kepada kelompok belajar secara individu atau pun kelompok.

2.1.7 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial atau kemampuannya. Tujuan ketiga kooperatif mengajarkan ketrampilan kerja sama dan berkaloborasi kepada siswa.


(20)

Gambar 1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif.

Berdasarkan gambar di atas tujuan dari pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademis siswa, dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial. 2.1.8 Peran Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif

Peran guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai fasilatator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

Menurut Jasmine (2007; 144) mengatakan bahwa peran guru dalam pembelajaran kooperatif hanyalah sebagai fasilatator selain sebagai pelatih. Ketika semuanya berjalan lancar, guru hendaknya berkeliling dan mengamati bagaimana tim bekerja. Guru barangkali perlu campur tangan dalam situasi-situasi berikut:

a. Membawa kelompok kembali kepada target jika mereka kelihatan bergeser, kabur dan sangsi dengan apa yang dilakukan.

Prestasi Akademis

Pengembangan Keterampilan Sosial

Toleransi Dan Penerimaan

Terhadap Keanekaragaman Cooperative


(21)

b. Memberikan umpan balik segera kepada kelompok tentang seberapa jauh mereka memperoleh kemajuan dalam tugas atau aktivitas yang dilakukan.

c. Menjelaskan sesuatu yang (kurang atau belum jelas) atau memberikan suatu informasi lanjut pada keseluruhan kelas setelah mengamati adanya kesulitan umum dalam penguasaan materi.

d. Membantu pengembangan ketermpilan sosial melalui penghargaan, pujian dan refleksi kelompok berkaca diri).

e. Mendorong dan memotivasi kelompok tentang bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam tugasnya atau memberi selamat kepada meraka jika mereka mengalami kemajuan yang baik dalam tugasnya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran guru dalam pembelajaran kooperatif ialah sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator dalam proses pembelajaran serta mendorong dan memotivasi siswa untuk memperoleh kemajuan yang baik.

2.1.9 Model Cooperative Learning Tipe STAD

Menurut Slavin (2010; 143) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran cooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Slavin dalam Trianto (2010; 68), menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku.


(22)

2.1.9.1 Komponen-komponen Coopertive Learning Tipe STAD

Menurut Slavin (2010; 143), TAD terdiri atas lima komponen utama, diantaranya sebagai berikut: pretasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim.

Dengan demikian tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses pembelajaran melalui model cooperative learning tipe STAD yaitu: (1). Presentasi kelas, materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi didalam kelas, lamanya presentasi bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas; (2). Tim, Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik, pada tahap ini guru berperan sebagai fasiltator dan motivator kegiatan tiap kelompok; (3). Kuis, tujuan dari kuis ini untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis; (4). Skor Kemajuan Individual, adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya;

Tabel. 2 Cara Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor Penilaian Skor

Perkembangan a. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal

b. 10 poin sampai 1 poin dibawah skor awal c. Skor kuis sampai 10 poin diatas skor awal d. Lebih dari 10 poin dari skor awal

e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 5 10 20 30 30


(23)

Sumber: Slavin dalam Isjoni. 2007. Coopertive Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Pekanbaru. (Halaman 53)

(5). Rekognisi Tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau dalam bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (poin peningkatan kelompok).

Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok:

a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya;

b. Menentukan nilai tes atau kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok misal nilai kuis I, nilai kuis II atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini; dan

c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini. (Widyantini, 2008; 8).

Peningkatan skor kelompok digunakan rumus (Slavin dalam Panduan Sertifikasi Guru dalam Jabatan, 2011; 77)

Jumlah PoinPeningkatan Setiap Kelompok Nk =

Banyaknya Anggota Kelompok Nk = nilai kelompok

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok

Kriteria Predikat

Nk < 15 15 < Nk < 25 Nk > 25

Cukup Baik

Sangat Baik

Penghargaan pada kelompok terdiri atas 3 tingkat, sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok, yaitu: (1) super team,


(24)

deiberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25; (2).

Great team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20; (3). good team, diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa komponen yang harus diperhatikan cooperative learnign tipe STAD adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu dan rekognisi tim.

2.1.9.2 Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe STAD

Langkah-langkah model coopertive learning tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperative yang terdiri dari enam langkah atau fase. Menurut Ibrahim dalam Trianto (2009; 71) terdapat enam fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Fase-fase Model Cooperative Learning Tipe STAD.

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan atau menhyampaikan informasi Fase 3 Mengorganisasi-kan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien


(25)

Fase 4 Membimbing

kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

2.1.9.3 Keunggulan dan kelemahan Cooperative Learning Tipe STAD Model cooperative learning tipe STAD memiliki keunggulan dan kelemahan, kendati pun model pembelajaran yang lain juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Sudjarwo (dalam Kidung, 2011) keuntungan model cooperative learning tipe STAD yaitu 1) tercapainya tujuan instruksional untuk aspek kognitif tingkat tinggi, 2) keterampilan berpikir dengan penuh kreatif, 3) meningkatkan keterampilan komunikasi, 4) keterampilan antar personal, 5) meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri bagi setiap anggota kelompok.

Disamping keuntungan pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga memiliki kelemahan. Kelemahan yang paling menonjol adalah kesulitan dalam mengorganisasikannya dan masalah yang timbul karena sikap para anggotanya.


(26)

Dengan demikian, yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran secara kelompok yang melibatkan siswa aktif dan saling bekerja sama dalam kelompoknya, dengan struktur kelompok bersifat heterogen. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah yaitu (1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2) menyajikan atau menyampaikan informasi; (3) mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar; (4) menyiapkan alat, media dan lembar penilaian; (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Adapun indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan untuk saling bekerja sama dalam berdiskusi atau kelompok belajar,mengemukakan pendapat dan ide, serta membantu temannya dalam mengatasi tugas yang dihadapinya.

2.2 Aktivitas dan Hasil Belajar 2.2.1 Belajar

Belajar merupakan perubahan perilaku manusia atau perubahan kapabilitas yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui proses yang relatif terus-menerus dijalani dari berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar.


(27)

Definisi lain tentang belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Sutikno (dalam Fathurrohman dan Sutikno, 2007; 5), belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian Belajar yang cukup komprehensif yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skils and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dijalani oleh manusia secara bertahap dengan melalui proses sehingga terjadinya perubahan yang dilahat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2.2.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik,


(28)

merupakan suatu aktifitas. Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan penting. Belajar sangat diperlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

2.2.2.1 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar banyak macamnya. Para ahli mencoba mengadakan klasifikasi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendenarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, instrumen musik, mendengarkan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa atau rangkuman mengerjakan tes,mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melksankan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun.


(29)

g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini terdapat pada semua kegiatan tersebut diatas dan bersifat tumpang tindih. 2.2.2.2 Manfaat Aktivitas Dalam Pembelajaran

Penggunaan asas aktivitas dalam belajar proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

a. Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa..

c. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa yang pada akhirnya dapat memperlancar kerja kelompok. d. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan

kemampuannya sendiri.

e. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.

f. Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan hubungan antara guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan siswa.

g. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

h. Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika. Dengan demikian aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan secara sadar dan melibatkan kerja pikiran serta badan terutama dalam hal kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditetapkan serta mencari pengalaman sendiri yang diperoleh dari jenis aktivitas yang dilakukan, dengan indikator mengemukakan pendapat dan suatu fakta, diskusi kelompok, mengerjakan tes, melakukan percobaan atau kegiatan diskusi, memecahkan masalah, membuat keputusan dan berani serta peneliti menyiapkan lembar observasi untuk menilai aktivitas belajar siswa.


(30)

Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa akan memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagaian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa Dimyati dan Mujiono, (2006; 3).

Bloom, dkk., dalam Dimyati dan Mudjiono (2006; 26-30) mengkatagorikan jenis prilaku dan kemampuan internal akibat belajar kedalam tiga ranah, diantaranya:

a. Ranah kognitif, terdiri dari enam prilaku diantaranya: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah afektif, terdiri dari lima prilaku diantaranya: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi serta pembentukan pola hidup.

c. Ranah psikomotor terdiri dari lima prilaku diantaranya: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa (berketerampilan), gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan peserta didik yang dilakukan melalui penilaian proses dan hasil belajar yang telah dilakukan berulang-ulang. Indikator ketercapaian mengenai hasil belajar dalam penelitian ini dilihat dari 3 ranah yaitu: (1). Kognitif berupa pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis; (2). Afektif berupa sikap dan partisipasi; (3). Psikomotor berupa keterampilan serta kreatifitas. Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan instrumen tes berupa pre-tes (skor awal) dan post-tes (skor akhir atau kuis).


(31)

2.3 Pengertian Matematika

Hakikat matematika adalah memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif. Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.

Matematika adalah pola pikir; pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa, bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat,representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.

Berdasarkan pernyataan para ahli matematika diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang didapt dengan berpikir yang terbentuk dari pengalaman manusia yang kebenarannya dapat dibuktikan.

2.3.1 Tujuan Matematika

Matematika bertujuan agar peserta memiliki kemampuan sebagai berikut:


(32)

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan luwes, akurat, efesien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD serta memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDN 4 Jatimulyo”.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai pembelajaran matematika melalui model

cooperative learning tipe STAD merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan

classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yang dirangkai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act),

pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Penelitian ini dipilih dan berkolaborasi dengan guru kelas IV SDN 4 Jatimulyo. Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa penggunaan model cooperative learning

tipe STAD mampu meningkatkan pembelajaran matematika bagi siswa dalam pembelajaran.

3.1.1. Setting Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 jatimulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.


(34)

3.1.2. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antara peneliti dengan guru kelas IV SDN 4 Jatimulyo. Adapun subjek penelitian adalah siswa dan guru kelas IV SDN 4 Jatimulyo dengan jumlah siswa 25 anak terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

3.1.3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester satu tahun pelajaran 2012/2013 selama empat bulan (1 Oktober 2012 – 31 Desember 2012).

3.1.4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1. Observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas belajar peserta didik selama penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD. 3.2.2. Tes, berupa pre-tes (skor awal) dan post-tes (kuis) digunakan untuk


(35)

mengetahui hasil belajar siswa dan sebagai acuan untuk mendapatkan skor kemajuan individual.

3.3 Alat Pengumpulan Data 3.3.1. Non Tes

Alat pengumpulan data non tes diperlukan untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Alat pengumpulan data non tes yang dipergunakan yaitu lembar panduan observasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru saat pembelajaran dilaksanakan, hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).

3.3.2. Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan lembar soal-soal tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada siklus I dan siklus II. Pengumpulan data tes untuk mengungkapkan keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan penerapan model cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran matematika. Soal digunakan untuk mengetahui ketercapaian indikator. Soal tes tersebut dibuat berdasarkan hasil belajar siswa pada pra-tindakan, siklus I dan siklus II. Dari hasil analisis tes tersebut dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Teknik tes ini dilakukan pada saat siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru, sementara penilaian hasil kerja setelah proses pembelajaran.


(36)

3.4 Teknik Analisis Data

Berdasarkan kedua jenis data yang diperoleh tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis data secara kualitatif. Pengkajian atau analisis data dilakukan dengan teknik kualitatif untuk penilaian aktivitas belajar siswa.

3.4.1.Data Kualitatif

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Data observasi mengetahui kinerja guru dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran matematika dengan model cooperative learning

tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses pembelajaran dari siklus I dan Siklus II.

Rumus penilaian aktivitas siswa dan kinerja guru di atas adalah

R

NP = X 100%

SM

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah yang diperoleh oleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap

(Sumber: Adaptasi Purwanto, 2008; 102)

Tabel 5. Kriteria Aktivitas Siswa dan Kinerja Guru dalam % Persentase (%) Tingkat Kinerja Guru dan Aktivitas Siswa N > 80%


(37)

40 < N ≤ 60% 20 < N ≤ 40% ≤ 20%

Sedang/cukup aktif Rendah/kurang aktif Sangat rendah/pasif

(sumber: adaptasi Poerwanti, 2008; 7.8) 3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SDN 4 jatimulyo. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi

(reflect) (Kusumah dan Dwitagama, 2009; 44).

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning Tipe STAD ini terdiri atas tiga siklus, yaitu: siklus I, II dan silus III, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Tindakan (action) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.


(38)

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

(Gambar 2. Siklus Penelitian tindakan kelas (PTK)

Sumber: Kusumah dan Dwitagama, 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. PT. Indeks. Jakarta. (Halaman 44)

3.5.1. SIKLUS I

a. Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses pembelajaran matematika dengan model cooperative learning

tipe STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok yang diajarkan, sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang terdapat pada

Perubahan

dst

Perencanaan (Planning)

Siklus I Tindakan

(Action) Refleksi (Reflecting) Pengamatan (Observing) Perencanaan (Planning)

Siklus II Tindakan

(Action) Refleksi

(Reflecting)

Pengamatan (Observing)


(39)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

2. Peneliti bersama guru berdiskusi untuk membuat kesepakatan tentang kegiatan pembelajaran matematika dengan model cooperative learning tipe STAD.

3. Menyiapkan Pemetaaan, silabus, penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, LKS dan media pembelajaran yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

4. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal pre-test dan post-test beserta kunci jawabannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.

b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

Merancang kegiatan pembelajaran dengan: a. Model cooperative learning tipe STAD:


(40)

1. Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif dan menertibkan siswa;

2. Merangking siswa (melihat rangking siswa pada semester sebeleumnya);

3. Menentukan jumlah kelompok dan membentuk kelompok belajar siswa;

4. Guru menginformasikan pengelompokan siswa dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5 siswa yang kemampuan akademiknya terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah serta gender siswa sehingga terbentuk menjadi 5 kelompok; dan

5. Membagikan topi bernomor untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa.

b. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

c. Guru menyampaikan apersepsi berupa suatu cerita yang berkaitan dengan satuan waktu.

d. Memberikan motivasi serta memberikan pre-tes untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal dan dikerjakan siswa secara individu.

2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi


(41)

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi mengenai “kesetaraan antar satuan waktu”.

2. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

3. Memfasilitasi siswa melakukan pengerjaan soal uraian yang terdapat di dalam LKS.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Siswa diminta untuk membaca buku pelajaran dan mencatat hal-hal penting atas penjelasan materi yang dijelaskan.

2. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa LKS.

3. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan oleh guru.

4. Memfasilitasi siswa menyajikan hasil kerja kelompok

5. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan post-test untuk digunakan untuk perolehan skor kemajuan individual untuk acuan dalam memberikan penghargaan kelompok guna menumbuhkan kebanggan dan rasa percaya diri siswa.

c. Konfirmasi


(42)

1. Memberikan penghargaan kelompok berupa kartu penghargaan kemenangan terhadap keberhasilan sisw bersama kelompoknya.

2. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Bersama siswa dan guru kelas melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

4. Guru memberikan post-test

5. Bersama sisa bertanya jawab untuk meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. Guru memberikan penghargaan kelompok super team, great team dan good team.

b. Bersama siswa membuat simpulan pelajaran yang telah dilakukan.

c. Memberikan pekerjaan rumah.

d. Menyampaikan rencana pembejaran pada pertemuan berikutnya.

c. Observasi

Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan


(43)

siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda ceklist

(√) pada lembar observasi. d. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD. Analisis hasil belajar siswa dilakuakan dengan menentukan rata-rata nilai kelas, hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus kedua.

3.5.2. SIKLUS II

Siklus kedua ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan model

cooperative learning tipe STAD. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran siklus I. Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:

a. Perencanaan

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran matematika dengan


(44)

menggunakan model cooperative learning tipe STAD pada siklus I sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

1. Kegiatan Pendahuluan

a. Merancang perbaikan kegiatan belajar mengajar yang disesuaikan pada temuan siklus I dengan:

1. Model cooperative learning tipe STAD;

2. Menata ruang kelas untuk pembelajaran kooperatif dan menertibkan siswa; dan

3. Membagikan topi bernomor untuk memudahkan dalam mengamati aktivitas siswa.

b. Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap siswa.

c. Guru menyampaikan apersepsi berupa, menceritakan tentang kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan satuan waktu.

d. Pemberian pre-tes. e. Memberikan motivasi. 2. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi mengenai “hubungan antar satuan waktu”.

2. Meminta beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.


(45)

3. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan. b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Siswa diminta untuk membaca buku pelajaran dan mencatat hal-hal penting atas penjelasan materi yang dijelaskan.

2. Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas berupa LKS.

3. Memberikan kesempatan untuk siswa berpikir, menganalisis dan menyelesaikan LKS yang diberikan.

4. Memfasilitasi sisa menyajikan hasil kerja kelompok.

c. Konfirmasi

Dalam kegaitan konfirmasi, guru:

1. Memberikan penghargaan kelompok berupa kartu kemenangan terhadap keberhasilan siswa bersama kelompoknya.

2. Melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

3. Bersama siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.


(46)

5. Bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. Memberikan penghargaan kelompok.

b. Bersama siswa membuat simpulan pelajaran yang telah dilakukan.

c. Memberikan pekerjaan rumah dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. b. Observasi

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu obeservasi tentang keaktifan dan keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati dengan cara membubuhkan tanda ceklis pada lembar observasi.

c. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitas siswa meliputi sejauh mana siswa mengikuti pembelajaran dan sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD. Analisis


(47)

hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas.

3.6 Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya dan KKM untuk mata pelajaran Matematika kelas IV SDN 4 Jatimulyo adalah ≥ 50. Seorang siswa dianggap tuntas belajar jika siswa tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya mendapatkan nilai 50 dan suatu kelas dianggap tuntas belajar apabila 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai sekurang-kurangnya 50 dan aktivitas belajar suatu kelas dianggap tuntas apabila sudah mencapai 75% dari jumlah siswanya (Depdiknas, 2008; 5).


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat dirumuskan kesimpulan tentang pembelajaran dengan model

cooperative learning tipe STAD, dengan materi mengubah hubungan antar satuan waktu dengan menggunakan alat peraga dan media LKS sebagai berikut.

a. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa SDN 4 Jatimulyo. Secara berurutan persentase rata-rata tipa siklusnya mencapai 50,94% (cukup aktif) pada siklus I, 70,10% (aktif) pada siklus II.

b. Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa SDN 4 Jatimulyo. Secara berurutan persentase rata-rata hasil belajar tiap siklusnya mencapai 50,08% pada siklus I, siklus II mencapai 65,20%.

c. Berdasarkan perhitungan analisis uji perbedaan hasil pre-test dan post-test, didapatkan adanya peningkatan secara signifikan tiap siklusnya, dengan perolehan thitung pada siklus I mencapai 7,97, siklus II sebesar 5,71 dengan c

sebesar 2,064 dengan ketentuan α = 0,05 (tiap siklus thitung > ttabel). jika dilihat

dari perhitungan uji t-tes terhadap peningkatan hasil belajar (post-tes) siklus I terhadap siklus II (thitung = 3,904) maka hipotesis dalam penelitian ini diterima


(49)

SDN 1 Jatimulyo setelah dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe STAD.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan diatas, berikut ini disampaikan saran-saran dalam menerapkan pembelajaran model cooperative learning tipe STAD, yaitu:

a. Siswa

1. Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar meningkat.

2. Siswa harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, baik tugas individu maupun kelompok.

b. Guru

1. Guru perlu memperhitungkan waktu yang tersedia agar rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

2. Guru harus memegang prinsip-prinsip pelaksanaan, dan mengoptimalkan sumber belajar yang tersedia (tidak hanya tergantung pada salah satu sumber belajarnya) dalam menggunakan medai LKS.

3. Penggunaan media LKS dan model cooperative learning tipe STAD yang berkualitas, harus didukung dengan kemampuan pelaksanaannya yang tidak dapat sekaligus dikuasai. Oleh karena itu guru harus terus menerus mencoba dan melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan penyusunan LKS dan penerapan model pembelajaran yang dipilih.

c. Sekolah

1. Perlu dilakukan pengembangan proses pembelajaran tentang penggunaan media LKS dan model yang selain cooperatve learning tipe STAD, untuk


(50)

menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran materi tentang operasi hitung pecahan.

2. Agar dapat memfasilitasi sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan disekolah. d. Peneliti

Penelitian ini mengkaji implementasi perbaikan pembelajaran dengan model

cooperative learning tipe STAD dan media LKS pada materi operasi hitung pecahan, untuk itu kepada peneliti berikutnya dapat melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan model pembelajaran sejenis pada materi lainnya.


(51)

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS DOSEN PEMBIMBING : Drs. KOJAT SUDIADMAJA, M.Pd

Oleh SOPIYAH NPM : 1013079281

S.1 PGSD DALAM JABATAN LAMPUNG SELATAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(52)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SOPIYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(53)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh SOPIYAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(54)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

( Skripsi )

Oleh :

SOPIYAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(55)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... DAFTAR PUSTAKA ... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Rumusan dan Pemecahan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD ... 10

2.2 Aktivitas dan Hasil Belajar ... 26

2.3 Pengertian Matematika ... 31

2.4 Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III MODEL PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 34

3.2 Tehnik Pengumpulan Data ... 35

3.3 Alat Pengumpulan Data ... 35

3.4 Tehnik Analisis Data ... 36

3.5 Prosedur Penelitian ... 38


(56)

4.2 Pembahasan ... 78 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 79 5.2 Saran ... 80 LAMPIRAN ...


(57)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT dan kerendahan

hati-ku persembahkan karya ini kepada :

Ayah dan Ibunda tercinta yang telah lama mengharapkan

keberhasilan dengan doa-Nya.

Anak dan suamiku tersayang yang telah lama mendorong

keberhasilanku.

Kanda dan adik-adiku yang telah lama menunggu

keberhasilanku.

Bapak dan Ibu Dosen yang selalu memberikan ilmu yang

bermanfaat bagiku.


(58)

Judul : Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Type Student Team Achievement Divisions Siswa Kelas IV SDN 4 Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013

Nama Mahasiswa : Sopiyah Nomor Pokok Mahasiswa : 1013079281 Program Studi : S1 PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ngadimun. Hd, M.Pd. Drs. Kojat Sudiadmaja, M.Pd. NIP.19500107 197710 1 001 NIP.1954501 197703 1 002

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP.19541016 1981103 1 003


(59)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Pembimbing : Drs. Kojat Sudiadmaja, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ngadimun. Hd, M.Pd. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP.19600315 198503 1 003


(60)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SOPIYAH

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013079281

Program Studi : S1 PGSD Universitas Lampung

Judul Skripsi : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperative Learning Type Stad

Siswa Kelas IV SDN 4 Jatimulyo Tahun Pelajaran 2012/2013

Menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya sendiri, buka jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Bandar Lampung, Februari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

SOPIYAH


(61)

(62)

(63)

(64)

Daftar Tabel

18. 1. Langkah-langkah pembelajaran ... 18

19. 2. Diagram tujuan pembelajaran kooperative ... 19

21. 3. Cara Perhitungan skor perkembangan individu ... 21

22. 4. Kriteria penghargaan kelompok ... 22

23. 5. Fase-fase model cooperative learning Tipe STAD ... 23

37. 6. Kriteria aktifitas siswa dan kriteria guru dalam persen (%) ... 37

51. 7. Jadwal Kegiatan tindakan kelas tiap siklus ... 51

79..8. Data aktivitas belajar siswa (Afektif dan psikomotor) ... 79

81. 9. Data kinerja guru tiap siklus ... 81


(65)

Daftar Lampiran

1. Surat-surat penelitian 2. Perangkat Pembelajaran 3. Analisis Aktivitas Siswa 4. Analisis Kinerja Guru

5. Analisis Hasil Kelompok Siswa 6. Analisis Uji t-tes


(66)

(67)

(68)

(69)

(1)

Daftar Tabel

18. 1. Langkah-langkah pembelajaran ... 18

19. 2. Diagram tujuan pembelajaran kooperative ... 19

21. 3. Cara Perhitungan skor perkembangan individu ... 21

22. 4. Kriteria penghargaan kelompok ... 22

23. 5. Fase-fase model cooperative learning Tipe STAD ... 23

37. 6. Kriteria aktifitas siswa dan kriteria guru dalam persen (%) ... 37

51. 7. Jadwal Kegiatan tindakan kelas tiap siklus ... 51

79..8. Data aktivitas belajar siswa (Afektif dan psikomotor) ... 79

81. 9. Data kinerja guru tiap siklus ... 81


(2)

Daftar Lampiran

1. Surat-surat penelitian 2. Perangkat Pembelajaran 3. Analisis Aktivitas Siswa 4. Analisis Kinerja Guru

5. Analisis Hasil Kelompok Siswa 6. Analisis Uji t-tes


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS V C SDN 3 BUMI AGUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 58

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 4 JATIMULYO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 69

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS SISWA KELAS IV SDN 5 SUNGAILANGKA GEDONGTATAAN PESAWARAN TP 2012-2013

0 6 45

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR GAYA MELALUI MODEL KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DEVISION (STAD) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 GUNUNG SULAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 49

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PELAJARAN IPA KELAS IV A SDN 2 SUMUR BATU TELUK BETUNG UTARA

0 8 50

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 BOJONG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 107

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VA SDN 2 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 38

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 SINDANG AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 5 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY DENGAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV A SDN 2 LANGKAPURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 24 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 73