PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PELAJARAN IPA KELAS IV A SDN 2 SUMUR BATU TELUK BETUNG UTARA

(1)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PELAJARAN IPA KELAS IV ASDN 2 SUMUR BATU

TELUK BETUNG UTARA

Oleh YULIAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TYPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PELAJARAN IPA KELAS IV A SDN 2 SUMUR BATU

TELUK BETUNG UTARA

Oleh

YULIAWATI

Penelitian ini berlatar belakang dari rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV A mata pelajaran IPA di SDN 2 Sumur Batu. Perbaikan pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning type student teams achievement division (STAD), dengan tujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV A.

Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, dengan prosedur pengkajian berdaur, yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes formatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, aktivitas siswa pada siklus I adalah 50,69%, pada siklus II meningkat menjadi 81,25%. Hasil pembelajaran pada siklus I terdapat 14 orang siswa (51,85%) mencapai ketuntasan belajar, pada siklus II meningkat menjadi 24 siswa (88,89%), dengan KKM 60. Pembelajaran dengan model cooperative learning type STAD menunjukkan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.


(3)

(4)

(5)

(6)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

ABSTRAK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6


(7)

xiii

C. Hasil Belajar ... . 11

D. Model Pembelajaran... 12

E. Metode Pembelajaran ... 13

F. Tipe Pembelajaran ... 13

G. Model Pembelajaran Cooperative Learning ... . 13

H. Macam-macam model Cooperative Learning ... 14

I. Pengertian Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD). ... 15

J. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD). ... 17

K. Langkah-langkah Pembejaran Menggunakan Model Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD). ... 18

L. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). ... 21

M. Hipotesis Tindakan. ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 24

1. Tempat Penelitian... 24

2. Waktu Penelitian. ... 25

3. Subyek Penelitian. ... 25

C. Teknik Pengumpulan Data ... 25

1. Observasi. ... 25

2. Tes Hasil Belajar ... 25

D. Alat Pengumpulan Data ... 25

E. Teknik Analisis Data ... 26

1. Data Kualitatif. ... 26

2. Data Kuantitatif. ... 27

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas. ... 29

1. Siklus I ... 29

2. Siklus II ... 33

G. Indikator Keberhasilan ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian ... 37

1. Deskripsi Awal ... 37

2. Refleksi Awal ... 38

3. Persiapan Pembelajaran ... 38

B. Hasil Penelitian. ... 39

1. Siklus I. ... 39

2. Siklus II. ... 51

C. Pembahasan ... 61

1. Aktivitas Belajar Siswa ... 61


(8)

xiv A. Kesimpulan ... 73 B. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA. ... 75 LAMPIRAN


(9)

xii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Peserta Didik Pelajaran IPA Ujian Semester Genap ... 3

2. Fase-Fase Model Cooperative Learning Type STAD... 19

3. Cara Perhitungan Skor Perkembangan Individu ... 22

4. Kriteria Tingkat Keberhasilan Observasi Dalam % ... 29

5. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Dalam % ... 31

6. Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus I ... 44

7. Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I ... 46

8. Data Nilai Hasil Belajar Siklus I ... 47

9. Data Nilai Perkembangan Skor Kelompok Siklus I ... 48

10. Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus II ... 55

11. Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus II ... 57

12. Data Nilai Hasil Belajar Siklus II ... 58

13. Data Nilai Perkembangan Skor Kelompok Siklus II ... 59

14. Rekapitulasi persentase aktivitas siswa per-siklus ... 63

15. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kinerja Guru Per-Siklus ... 66

16. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa Per-Siklus ... 68


(10)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 26

2. Diagram Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Per-Siklus ... 64

3. Diagram Rekapitulasi Kinerja Guru Per-Siklus ... . 67

4. Diagram Rekapitulasi Rata-rata Hasil Belajar Per-Siklus ... 69


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan pilar utama dalam pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat suatu bangsa. Untuk itu, pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan mandiri, serta memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Depdiknas, (2008: 3).

Penyelenggaraan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan


(12)

kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.

IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama metode ilmiah. Metode ilmiah ini pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan ketrampilan proses, sehingga peserta didik dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah peserta didik itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja.

Seorang guru mengharapkan peserta didik belajar dengan baik dan menciptakan suasana belajar menyenangkan supaya mudah menerima dan memahami materi pelajaran, agar hasil yang di capai maksimal. Peneliti merupakan guru kelas IVA di SDN 2 Sumur Batu, sehingga dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas di laksanakan di SD tersebut. Hasil yang diperoleh peserta didik pada ujian semester I masih rendah, bahkan di bawah standar KKM yang ditetapkan sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut:


(13)

Tabel 1.1. Nilai Peserta Didik Pelajaran IPA Pada Ujian Semester I

No. kela

s Jumla h Interva l Frekuens i Persentas i Persentasikumulati f

IV A 27 85-90

80-84 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 1 1 2 1 1 1 10 5 3 2 4% 4% 7% 4% 4% 4% 37% 18% 11% 7% 100 96 92 85 81 77 73 36 18 7

27 27 100%

(sumber : SDN 2 Sumur Batu, 2013)

Berdasarkan hasil observasi dikelas IVA SDN 2 Sumur Batu tersebut, nilai belajar peserta didik yang telah dicapai masih rendah, atau dibawah rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 60. Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik pada nilai semester pertama Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu memperoleh nilai rata-rata: 4,9 dari 27 orang peserta didik kelas IVA, hanya 7 (25%) siswa yang mendapat nilai di atas 60 atau yang sudah mencapai KKM. Sedangkan 20 siswa (75%) belum tuntas atau belum mencapai KKM.


(14)

Rendahnya aktivitas dan hasil belajar IPA disebabkan karena guru masih menggunakan metode konvensional yang didominasi oleh metode ceramah sehingga kurang menarik perhatian peserta didik, membosankan dan kurangnya interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas peserta didik masih terlihat pasif. Kekurangan metode ceramah yang paling dominan adalah pembelajaran akan terkesan membosankan, peserta didik akan menjadi pasif karena tidak ada kesempatan untuk berdiskusi.

Pola pembelajarannya bersifat guru-sentris, jadi peserta didik kurang berani berpartisipasi untuk bertanya dan mengemukakan ide atau pendapatnya. Pembelajaran tersebut cenderung mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri peserta didik, sehingga hasil belajar yang dicapai masih rendah dan jauh dari harapan.

Solusi untuk menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan model yang cocok untuk meningkatkan mutu pembelajaran sehingga dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan menjadikan peserta didik lebih berpartisipasi dalam mengemukakan ide-idenya serta aktif dalam pembelajaran. Salah satu model yang mampu mengaktifkan dan dipandang dapat memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran adalah model Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD).

Model cooperative learning type STAD menurut Slavin, (2010: 143) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana, dan merupakan model yang baik untuk permulaan bagi para guru yang baru


(15)

menggunakan pendekatan kooperatif. Isjoni, ( 2007: 51 ) model cooperative learning type STAD merupakan salah satu type cooperative yang menekankan pada adanya interaksi diantara peserta didik untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Model cooperative learning type STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan perbaikankualitas pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA di kelas IVA SDN 2 Sumur Batu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas IV A pada pembelajaran IPA di SDN 2 Sumur Batu.

2. Guru belum menerapkan model cooperative learning type STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA.

3. Guru masih menggunakan pola mengajar konvensional, yaitu pembelajaran terpusatpada guru (guru-sentris) sehingga peserta didik


(16)

kurang berani berpartisipasi untuk bertanya dan mengemukakan ide atau pendapatnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning type STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas IVA SDN 2 Sumur Batu ?

2. Bagaimanakah pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning type STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 2 Sumur Batu .

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA di kelas IVA SDN 2 Sumur Batu dengan menggunakan model cooperative learning type STAD.

2. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA di kelas IVA SDN 2 Sumur Batu dengan menggunakan model cooperative learning type STAD.


(17)

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Peserta didik

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA di kelas IVA SDN 2 Sumur Batu.

2. Guru

Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan model cooperative learning type STAD, serta sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja guru dan kualitas pembelajaran IPA di kelasnya.

3. SDN 2 Sumur Batu

Dapat memberikan kontribusi dan masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui penggunaan model cooperative learning type STAD sebagai inovasi model pembelajaran di SDN 2 Sumur Batu, sehingga memilikioutput yang berkualitas dan kompetitif.


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam belajar di sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam belajar. Aktivitas peserta didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Dimyati & Mudjiono, (2006: 236) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh peserta didik sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain.

Aktivitas belajar juga dikemukakan oleh Sardiman (dalam http://edukasi.kompasiana.com) bahwa aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan


(19)

mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen.“pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar”. Aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh peserta didik.

Kunandar (2011: 277) mendefinisikan aktivitas siswa sebagai keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, minat, perhatian, dan adanya interaksi antara peserta didik dan guru serta teman dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik menyangkut sikap, perhatian, partisipasi, dan presentasi ketika proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikelas, sehingga dengan adanya aktivitas belajar, maka akan tercapai suasana aktif dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan yang diharapkan oleh guru dapat tercapai.


(20)

Aktivitas dalam penelitian ini mencakup sikap, perhatian, partisipasi peserta didik dalam bekerja kelompok maupun individu dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning type Student Teams achievement Division (STAD).

B. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Pengertian belajar menurut pandangan Hakim (dalam http://books.google.co.id) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam diri manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan lain-lain. Dari definisi diatas yang sangat perlu kita garis bawahi adalah bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan orang itu dalam berbagai bidang. Jika di dalam suatu proses belajar seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain mengalami kegagalan dalam proses belajar.

Trianto, (2009: 15), mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu


(21)

(pengetahuan) yang baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu : (1) penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan)yang sudah dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi dalam makna belajar, disini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar belum diketahui (nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru.

Melalui pengertian belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku, baik pengetahuam, sikap maupun ketrampilan siswa yang dibangun dan terbentuk oleh peserta didik itu sendiri, serta pengalaman yang diperolehnya.

C. Hasil Belajar

Proses pembelajaran memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan yang dimaksudkan adalah tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan belajar atau hasil belajar tidak akan dicapai peserta didik, apabila peserta didik tersebut tidak memperhatikan cara-cara dan faktor yang menunjang keberhasilan belajar tersebut.

Menurut Suprijono,( 2009: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), applicatian (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima),


(22)

responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiotory, pre-routine, rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar bukan saja sejumlah pengetahuan yang diperoleh peserta didik, melainkan juga adanya perubahan perilaku dan sikap peserta didik. Jadi, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang diperolehdari soal tes yang diberikan oleh guru kepada peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.

D. Model Pembelajaran

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran. Menurut Suprijono, (2009: 46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulismenyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu konsep atau rancangan pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru secara sistematis untuk mengorganisasikan pengalaman belajar guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan atau diharapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran cooperative learning, karena model tersebut merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, khususnya dalam pembelajaran IPA di SD.


(23)

E. Metode Pembelajaran

Menurut Sagala, (2003, 23), metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkain terjadi dalam suatu strategi. Tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal jika pemilihan metodenya tepat.

Macam-macam metode menurut Sagala, (2003, 24) : 1. Metode ceramah, 2. Metode tanya jawab, 3. Metode diskusi, 4. Metode simulasi, 5. Metode pemberian tugas, 6. Metode karya wisata, 7. Metode laboratorium, 8. Metode sosiodrama, 9. Metode demonstrasi, 10. Metode problem solving, 11. Metode individual.

F. Tipe Pembelajaran

Tipe Pembelajaran menurut David ausubel, yaitu: 1. Belajar dengan penemuan bermakna, 2. Belajar dengan dengan ceramah yang bermakna, 3. Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, 4. Belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. dengan demikian tipe pembelajaran merupakan pemilihan kebermaknaan bahan ajar yang akan di pelajari.

G. Model Pembelajaran Cooperative Learning

Model pembelajaran cooperative learning adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Model cooperative learning menurut Suprijono, (2009: 61), model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi menerima keragaman, dan


(24)

pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model cooperative learning menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaiman tugas diorganisir. Struktur tugas dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.

Pelaksanaan model cooperative learning peserta didik memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya prilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas, Isjoni, ( 2007: 23).

Melalui berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model cooperative learning ialah model pembelajaran yang di harapkan bisa meningkatkan peserta didik untuk dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih peserta didik untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir maupun keterampilan sosial.

H. Macam-macam Model Cooperative Learning

Model cooperative learning terdapat lima variasi model yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Tiga model yang dapat diterapkan pada sebagian besar mata pelajaran yaitu: Student Team


(25)

Achievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), dan Jigsaw. Dua yang lain adalah model kooperatif yang digunakan untuk mata pelajaran tertentu, seperti Cooperative Integrated Reading Compotition (CIRC) untuk keterampilan mengarang dan membaca dalam mata pelajaran bahasa dan Team Accelerated Instruction (TAI) untuk matematika, Slavin,( 2010: 11).

Sedangkan Isjoni, (2007: 51) juga berpendapat, model cooperative learning ini terbagi menjadi beberapa jenis variasi model yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: 1) Student Team Acievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Group Investigastion (GI), 4) Rotating Trio Exchange, 5) Group Resume.

Dari berbagai model di atas, model cooperative learning type STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana, dan merupakan model yang baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif, Slavin (2010: 143).

I. Pengertian Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD)

Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran cooperative dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang peserta didik secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Slavin, (2010: 143)model cooperative


(26)

learning type STAD merupakan salah satu model pembelajaran cooperative yang sangat sederhana, dan merupakan model yang baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan cooperative.

Cooperative learning type STAD menurut Slavin, (2010: 68) menyatakan bahwa peserta didik ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian peserta didik bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh peserta didik diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperative harus ada “Struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok, Slavin ( 2008 : 4-5).

Melalui berbagai pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian cooperative learning type STAD adalah sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam stuktur kerja sama yang teratur dalam kelompok sehingga membentuk pembelajaran yang menyenangkan.


(27)

J. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative LearningType Student Teams Achievement Division (STAD)

Model cooperative learning type STAD juga mempunyai berbagai kelebihan dan kelemahan, Hendy, (dalam http//:hendygoblog.blogspot.com) mengemukakan bahwa kelebihan dan kelemahan model cooperative learning type STAD adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan model cooperative learning type STAD yaitu: (1) dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, (2) dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, (3) dapat meningkatkan kreativitas peserta didik, (4) dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat peserta didik lain, (5) dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan, (6) dapat mengidentifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain, (7) dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

b. Kelemahan model cooperative learning type STAD yaitu: (1) setiap

peserta didik harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-temannya, (2) sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran cooperative learning type STAD ini harus lengkap, (3) memerlukan banyak waktu.


(28)

K. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Model Cooperative Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD)

Langkah-langkah cooperative learning type STAD ini didasarkan pada langkah-langkah cooperative learning yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan dalam tabel berikut: Tabel 2.1. Fase-fase model cooperative learning type STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik Fase 2

Menyajiakan/menyampaikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar. Menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Menjelaskan kepada peserta didik

bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Sumber: Trianto,( 2009:71)

Selain langkah-langkah yang dikemukakan oleh Trianto, (2009:71) di atas, terdapat pula komponen-komponen cooperative learning type STAD melalui lima tahapan yang dikembangkan olehIsjoni,( 2007: 51) meliputi:(1) tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes individual, (4) tahap penghitungan skor perkembangan individu, (5) tahap pemberian penghargaan kelompok.


(29)

1) Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu peserta didik tentang materi yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar peserta didik dapat menghubungkan materi yang kan disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki. Mengenai teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun melalui audiovisual,lama presentasi dan berapa kali harus dipresentasikan bergantung pada kekompleksan materi yang akan dibahas.

2) Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap peserta didik diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajaridalam kerja kelompok peserta didik saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

3) Tahap tes individual, yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, masing-masing selam 10 menit agar peserta didik dapat menunujukkan apayang telah dipelajari secara individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.


(30)

4) Tahap perhitungan skor individu, dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester I. berdasarkan skor awal setiap peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Penghitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Adapun penghitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Isjoni, (2007: 53) seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2. Cara perhitungan skor perkembangan individu

Skor Tes Skor Perkembangan Individu

a. Lebih dari 10 poin dibawah skor

awal

b. 10 hingga 1 poin dibawah skor awal

c. Skor awal sampai 10 poin diatasnya

d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal

e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan

skor awal) 5 10 20 30 30 Sumber : Isjoni, (2007:53)

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok.

5) Tahap pemberian penghargaan kelompok, diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok yang baik, kelompok yang hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:


(31)

a. Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik. b. Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat, dan c. Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam langkah-langkah dan komponen cooperative learning type STAD terdapat beberapa fase serta tahapan yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran sehingga mampu memberikan suasana yang berbeda kepada peserta didik dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik.

L. Pembelajaran IPA

IlmuPengetahuanAlam (IPA) merupakan bagi anda ri ilmu pengetahuan berarti saya tahu. Namun dalam perkembangannya sering diterjemahkan sebagai sains yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, Trianto (2010: 136).

IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah Trianto, ( 2010:136).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan yang berisi tentang kumpulan fakta dari gejala-gejala alam melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah. Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah adalah sebagai berikut :


(32)

a. Memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap.

b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.

c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

d. Mendidik peserta didik untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya.

e. Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan Trianto, ( 2010:142).

M. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Apabila dalam pembelajaran IPA menerapkan model cooperative learning type STAD dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas IVA SDN 2 Sumur Batu”.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Pendeketan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research (CAR).Wardhani, (2007: 1.3) mengungkapkan penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.Suharsimi Arikunto, (2006: 16)Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan,(2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

1. Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran IPA.

2. Pelaksanaan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pembelajaran IPA.

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan peserta didik selama pembelajaran berlangsung.


(34)

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Modifikasi dari Arikunto, (2006: 16)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, peneliti mengambil lokasi di SDN 2 Sumur Batu, kelas IVA Jalan Diponegoro no. 27 Teluk Betung Utara Bandar Lampung.

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Obsevasi Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

SIKLUS II Obsevasi


(35)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjiltahun pelajaran 2013/2014, Dari Bulan Juli-Bulan Nopember 2013, selama lebih kurang 5 bulan, dimulai dari perencanaan, sampai perbaikan hasil penelitian.

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas IVA SDN 2 Sumur Batu yang terdiri dari 1 orang guru, 27 orang siswa dengan komposisi 15 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan dilakukan kegiatan : 1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kinerja guru ketika melaksanakan pembelajaran dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran IPA melalui penerapan model cooperative learning type STAD di kelas IVA SDN 2 Sumur Batu.

2. Tes Hasil Belajar

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar peserta didik terhadap materi yang dibahas, dengan memberikan soal-soal latihan. D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar panduan observasi, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kinerja guru dan aktivitas belajar peserta didik selama


(36)

penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPAmelalui penerapanmodel cooperative learning type STAD.

2. Soal-soal tes, instrumen ini digunakan untuk menjaring data hasil belajar peserta didik dan mengetahui ada tidaknya peningkatan pada setiap siklusnya, khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang dibelajarkan melalui penerapan model cooperative learning type STAD.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif:

1. Data Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses dengan memberikan pemaknaan secara kontekstual dan mendalam sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu data tentang aktivitas belajar peserta didik dan kinerja guru, pola interaksi pembelajaran, melalui penerapanmodel cooperative learning type STAD. Data kualitatif ini diperoleh dari data non tes yaitu Observasi. Data observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru serta kesulitan peserta didik selama proses pembelajaran IPA melalui penerapan model cooperative learning type STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan pendeskripsian data non tes ini bertujuan untuk


(37)

mengungkapkan semua prilaku siswa dan perubahannya selama proses pembelajaran dari siklus I dan siklus II. Rumus penilaian dari kegiatan

peserta didik dan kinerja guru di atas adalah sebagai berikut:

NA = %

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

Diadopsi dari Aqib dkk, (2009: 41).

Tabel 3.1. Kriteria Tingkat Keberhasilan Observasi dalam % Tingkat Keberhasilan (%) Arti

>80% 60-79% 40-59% 20-39% <20%

Sangat Tinggi Tinggi

Sedang Rendah

Sengat Rendah (sumber : Aqib, dkk., 2009:41)

2. Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kemajuan kualitas hasil belajar peserta didik dalam hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Data kuantitatif merupakan data hasil belajar melalui penerapan model cooperative learning type STAD


(38)

pada siklus I dan siklus II. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan peserta didik pada siklus I dan siklus II. Rumus penilaian dari kegiatan siswa di atas adalah:

a. Untuk mengetahui hasil belajar siswa digunakan rumus : X100

Keterangan :

nilai rata-rata kelas jumlah seluruh nilai

b. Nilai rata-rata seluruh peserta didik menggunakan rumus :

Keterangan : = nilai rata-rata

nilai

nilai

c. Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal

Ketuntasan klasikal =


(39)

Tabel 3.2. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Peserta Didik Tingkat Keberhasilan (%) Arti

>80% 60-79% 40-59% 20-39% <20%

Sangat Tinggi Tinggi

Sedang Rendah

Sengat Rendah (sumber : Aqib, dkk. 2009:41)

F. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Dalam siklus pertama peneliti mempersiapkan proses pembelajaran IPAmelalui penerapan model cooperative learning type STAD. Adapunlangkah-langkah perencanaannya adalah sebagai berikut:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk menentukan materi pokok yang diajarkan sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan kurikulum.

b. Merancang kegiatan belajar mengajar melalui penerapanmodel cooperative learning type STAD dengan materi “Panca Indra”.


(40)

c. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk setiap kelompok dan media yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

d. Menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal-soal beserta penilaiannya. Instrumen nontes berupa lembar observasi.

2. Pelaksanaan

Pada siklus I, materi pembelajarannya adalah “Panca Indra Dan Fungsinya”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning type STAD.

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang dilaksanakan.

3. Guru memotivasi peserta didik dengan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh melalui penerapan model cooperative learning type STAD.

4. Dengan tanya jawab guru dan peserta didik mengecek kemampuan peserta didik sebelum memulai pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran melalui penerapanmodel cooperative learning type STAD, kemudian memberi rangsangan kepada peserta didik agar aktif dalam pembelajaran.


(41)

2. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan.

3. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orangsecara heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku, agama, dan sebagainya).

4. Guru membagikan bahan dan lembar diskusi peserta didik kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja peserta didik dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

5. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.

6. Peserta didik dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban peserta yang maju.

7. Peserta didik mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap jawaban kelompok.

8. Guru memberi penguatan kepada peserta didik yang berani maju dan memberi motivasi terhadap yang lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.


(42)

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah diberikan.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.

4. Perwakilan peserta didik diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan di meja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah kepada peserta didik.

5. Guru memberikan motivasi peserta didik agar selalu rajin belajar. 3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsungpeneliti mengamati aktivitas belajar peserta didik serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda ceklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dan hasil belajar peserta didik. Analisis yang dilakukan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui sejauh mana antusias proses pembelajaran melalui penerapan model CooperativeLearning Type Student Teams Achievement Division (STAD) berlangsung. Analisis hasil belajar


(43)

peserta didik dilakukan dengan menentukan rata-rata nilai kelas. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke II.

Siklus II

Siklus ke II ini dilakukan sebagai usaha peningkatan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model cooperative learning type STAD. Hasil pembelajaran pada siklus II ini diharapkan lebih baik dibanding dengan hasil pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini juga melalui langkah-langkah yang sama dengan siklus I yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan semua keperluan yang akan digunakan dalam pembelajaran dari silabus, Rpp, LKS, alat peraga, lembear observasi seperti IPKG, lembar pengamatan aktifitas siswa dan lembar pengamatanhasil belajar siswa serta instrumen soal.

2. Pelaksanaan

Pada siklus II, materi pembelajarannya adalah “Fungsi lidah sebagai indra pengecap”. Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan Awal

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning type STAD.

2. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan yang dilaksanakan.


(44)

3. Guru memotivasi peserta didik dengan menginformasikan cara belajar yang akan ditempuh melalui penerapanmodel cooperative learning type STAD.

4. Dengan tanya jawab guru dan peserta didik mengecek kemampuan sebelum memulai pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materidan tujuan pembelajaran melalui penerapan model cooperative learning type STAD, kemudian memberi rangsangan kepada peserta didik agar aktif dalam pembelajaran.

2. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan

3. Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang secara heterogen (menurut prestasi, jenis kelamin, suku, agama, dan sebagainya).

4. Guru membagikan bahan dan lembar diskusi peserta didik kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan anggota setiap kelompok tentang materi pembelajaran yang sudah diberikan guru untuk didiskusikan bersama-sama, dan saling membantu antara anggota lain dalam kelompoknya, sedangkan guru memotivasi dan memfasilitasi kerja dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

5. Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk maju membacakan hasil diskusi.


(45)

6. Peserta didik dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban yang maju.

7. Peserta didik mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap jawaban kelompok.

8. Guru memberi penguatan kepada peserta didik yang berani maju dan memberi motivasi terhadap yang lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah diberikan.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.

4. Perwakilan peserta didik diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan di meja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah.


(46)

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung rekan sejawat mengamati aktivitas peserta didik serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda ceklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus kedua yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus kedua pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut:

1. Persentase aktivitas peserta didik meningkat setiap siklusnya. 2. Nilai rata-rata peserta didik meningkat setiap siklusnya.

3. Tingkat keberhasilan belajar peserta didik mencapai 75% dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 60.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV terhadap peserta didik kelas IVA SDN 2 Sumur Batu pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada siklus I persentasi aktifitas siswa pada setiap pertemuannya mengalami peningkatandengan rata-rata aktifitas siswa sebesar 50,69%. Dari aktifitas tersebut meperoleh hasil belajar dengan rata-rata nilai 57,26 atau 57,26% yang mencapai KKM. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan, karena pembelajaran akan dinyatakan berhasil apabila aktifitas dan hasil belajar siswa mencapai target 60%, maka perlu diadakan perbaikan dengan melanjutkan pembelajaran di siklus II.

2. Pada siklus II persentasi aktifitas siswa pada setiap pertemuanya mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 81,25%. Pencapaian aktifitas diatas ternyata menentukan hasil belajar, hal ini terbukti bahwa pada siklus II mendapatkan hasil belajr dengan rata-rata nilai sebesar 78,13 atau 88,80% yang mencapai KKM. Dengan demikian hasil belajar


(48)

dengan penerapan Model Cooperatif Learning type STAD ini telah mencapai target dengan indikator kerberhasilan 75% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai > 60. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil pembelarannya meningkat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

a. Peserta Didik

Pembelajaran Model Cooperatif Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD) sebaiknya digunakan siswa untuk memupuk kerjasama, kreatif, berfikir kritis, dan kemampuan untuk membantu teman sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

b. Peneliti /Guru

Peneliti dapat senantiasa menerapkan model cooperative learning type STAD, sehingga peserta didik diharapkan bisa saling bekerja sama, lebih aktif, berfikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat membuat peserta didik lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.


(49)

Arikunto,Suharsimi,dkk.2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta. Aqib, Zainal, dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK.

Yrama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Citra. Jakarta. Hakim, Thursan.Pengertian Belajar.http://books.google.co.id/books.id.Diakses

tanggal 13 Mei 2013. Pukul 15:00 WIB.

Hendy. 2010. Perbandingan-Penerapan- Pembelajaran. http://hendygoblog. blogspot.com. Diakses tanggal 13 Mei 2013. Pukul 20.00 WIB.

Isjoni. 2007.Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sardiman. Aktivitas Belajar.http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/.id.Diakses tanggal 15 Mei 2013. Pukul 15:00 WIB.

Slavin, Robert, E. 2010.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah (Peraturan Mendiknas No.22 dan 23 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.

---. 2011.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Redaksi. 2008. Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Sinar Grafika. Jakarta.


(50)

Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif;Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Kencana Prenada Media Grup. Surabaya.

Wardhani, Igak, dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Pusat Penerbitan Universitas Terbuka . Jakarta.


(1)

35

6. Peserta didik dari kelompok lain diberi kesempatan untuk memberi tanggapan dari jawaban yang maju.

7. Peserta didik mengumpulkan hasil kerja kelompoknya dan guru menanggapi, meluruskan, dan memperjelas penjelasan dari setiap jawaban kelompok.

8. Guru memberi penguatan kepada peserta didik yang berani maju dan memberi motivasi terhadap yang lain agar dapat lebih berani dalam mengutarakan pendapatnya. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2. Guru membagikan soal-soal latihan terkait materi yang telah diberikan.

3. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok melalui nilai penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan individual dari nilai dasar kenilai berikutnya setelah mereka melalui kegiatan kelompok.

4. Perwakilan peserta didik diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan di meja guru, selanjutnya guru memberikan pekerjaan rumah.


(2)

36

3. Observasi

Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung rekan sejawat mengamati aktivitas peserta didik serta kinerja guru dengan cara memberikan tanda ceklist pada lembar observasi.

4. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi tentunya untuk membahas sesuatu yang terjadi dalam siklus kedua yang dilakukan oleh peneliti baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus kedua pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut:

1. Persentase aktivitas peserta didik meningkat setiap siklusnya. 2. Nilai rata-rata peserta didik meningkat setiap siklusnya.

3. Tingkat keberhasilan belajar peserta didik mencapai 75% dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 60.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab IV terhadap peserta didik kelas IVA SDN 2 Sumur Batu pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada siklus I persentasi aktifitas siswa pada setiap pertemuannya mengalami peningkatandengan rata-rata aktifitas siswa sebesar 50,69%. Dari aktifitas tersebut meperoleh hasil belajar dengan rata-rata nilai 57,26 atau 57,26% yang mencapai KKM. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan, karena pembelajaran akan dinyatakan berhasil apabila aktifitas dan hasil belajar siswa mencapai target 60%, maka perlu diadakan perbaikan dengan melanjutkan pembelajaran di siklus II.

2. Pada siklus II persentasi aktifitas siswa pada setiap pertemuanya mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 81,25%. Pencapaian aktifitas diatas ternyata menentukan hasil belajar, hal ini terbukti bahwa pada siklus II mendapatkan hasil belajr dengan rata-rata nilai sebesar 78,13 atau 88,80% yang mencapai KKM. Dengan demikian hasil belajar


(4)

74

dengan penerapan Model Cooperatif Learning type STAD ini telah mencapai target dengan indikator kerberhasilan 75% dari seluruh siswa yang memperoleh nilai > 60. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hasil pembelarannya meningkat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

a. Peserta Didik

Pembelajaran Model Cooperatif Learning Type Student Teams Achievement Division (STAD) sebaiknya digunakan siswa untuk memupuk kerjasama, kreatif, berfikir kritis, dan kemampuan untuk membantu teman sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

b. Peneliti /Guru

Peneliti dapat senantiasa menerapkan model cooperative learning type STAD, sehingga peserta didik diharapkan bisa saling bekerja sama, lebih aktif, berfikir secara kritis dalam memahami materi yang diajarkan dan dapat membuat peserta didik lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Kemudian guru harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

c. Sekolah

Hendaknya memberikan fasilitas pembelajaran yang memadai, serta sarana pendukung untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran demi meningkatnya mutu pendidikan di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi,dkk.2006.Penelitian Tindakan Kelas.Bumi Aksara. Jakarta. Aqib, Zainal, dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK.

Yrama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Citra. Jakarta. Hakim, Thursan.Pengertian Belajar.http://books.google.co.id/books.id.Diakses

tanggal 13 Mei 2013. Pukul 15:00 WIB.

Hendy. 2010. Perbandingan-Penerapan- Pembelajaran. http://hendygoblog. blogspot.com. Diakses tanggal 13 Mei 2013. Pukul 20.00 WIB.

Isjoni. 2007.Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2008.Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sardiman. Aktivitas Belajar.http://edukasi.kompasiana.com/2010/04/11/aktivitas-belajar/.id.Diakses tanggal 15 Mei 2013. Pukul 15:00 WIB.

Slavin, Robert, E. 2010.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah dan Menengah (Peraturan Mendiknas No.22 dan 23 Tahun 2006). Depdiknas. Jakarta.

---. 2011.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Redaksi. 2008. Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Sinar Grafika. Jakarta.


(6)

76

Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif;Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).Kencana Prenada Media Grup. Surabaya. Wardhani, Igak, dkk. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Pusat Penerbitan


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The effectiveness of using student teams achievement division (stad) technique in teaching direct and indirect speech of statement (A quasi experimental study at the eleventh grade of Jam'iyyah Islamiyyah Islamic Senior high scholl Cege)

3 5 90

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Metode Stad (Student Teams Achievement Division) Siswa Kelas IV SDN Kalikalong 01 Tahun 2012/2013.

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Metode Stad (Student Teams Achievement Division) Siswa Kelas IV SDN Kalikalong 01 Tahun 2012/2013.

0 0 11