19
persekutuan atau solidaritas antar sesama manusia dalam acara keagamaan, namun juga dalam persekutuan dengan para dewa, sehingga acara makan bersama merupakan salah satu
unsur adat yang masuk dalam kesakralan dan patut dilakukan oleh masyarakat budaya.
2.3 Fungsi Tari-tarian dalam Ritual
Seni tari sebagai suatu ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Secara kontekstual yang berhubungan dengan ilmu sosiologi maupun
antropologi, tarian adalah bagian integral dari dinamika sosio-kultural masyarakat. Tetapi lebih penting, tarian ialah sesuatu yang bersangkutan dengan isi atau makna maupun pesan-
pesan yang dikandungnya. Tarian dapat dibagi menjadi beberapa bentuk, sebagai berikut: Tarian sebagai keindahan, Tarian sebagai kesenangan, Tarian sebagai sarana komunikasi,
Tarian sebagai sistem simbol dan Tarian sebagai supraorganik.
33
Menurut Merriem dalam bukunya yang berjudul
The Antropology of Music
mengatakan ada 8 fungsi seni musik etnis yaitu: 1 Sebagai kenikmatan estetis, yang dapat dinikmati oleh
penciptanya atau penontonnya 2 hiburan bagi seluruh masyarakat 3 komunikasi bagi masyarakat yang memahami musik, karena musik bukanlah bahasa universal 4 representasi
simbolis 5 respon fisik 6 memperkuat komunitas norma-norma sosial 7 mengesahkan institusi-institusi sosial dan ritual-ritual keagamaan 8 sumbangan pada pelestarian serta
stabilitas kebudayaan.
34
Selain seni musik yang menjadi salah satu bentuk dari kesenian atau seni pertunjukan lainnya ialah seni tari tradisional. Tari tradisional ialah tari yang telah mengalami perjalanan
yang cukup lama dan selalu berpijak pada pola tradisi yang sudah ada. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Soedarsono yang menyatakan bahwa tarian rakyat merupakan jenis tarian yang
memainkan seni drama, berpuasa, intoxikasi, bertapa dan bersemedi. Lih. Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial
Cetakan I Jakarta: Dian Rakyat, 1967, 240.
33
Sumandiyo Hadi, Sosiologi Tari Yogyakarta: Penerbit Pustaka, 2005, 12.
34
Alan P. Merriem, The Anthropology Of Music Evanston: Northwestern University Press, 1964, 223-225.
20
berpijak pada budaya tradisional dan masih bertumbuh pada unsur primitif.
35
Tari Tradisional kerakyatan adalah tari yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, kemudian
diturunkan dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
36
Karena kehadiran tarian tradisional dikelompokkan pula sebagai bentuk pemujaan yang berkaitan
dengan religi atau kepercayaan seperti tarian dalam ritual upacara. Tarian yang berhubungan dengan religi atau kepercayaan bersifat sakral atau suci, seperti misalnya banyak terdapat
dalam peninggalan jenis tarian budaya primitif. Penyembahan atau pemujaan terhadap roh nenek moyang dilakukan dalam bentuk tarian, merupakan kepercayaan yang telah diwarisi
turun-temurun sejak masyarakat primitif.
37
Dalam pemahaman Durkheim mengenai fungsi tarian, maka berbicara mengenai tarian yang terdapat dalam konteks ritual atau upacara-upacara keagamaan. Tarian merupakan suatu
gerakan-gerakan yang diciptakan oleh masyarakat di mana ia merupakan ekspresi dari emosi kolektif yang meresap dalam diri setiap individu. Emosi tersebut ada ketika mereka masuk
dalam kehidupan di ranah sakral dan bersama-sama terlibat dalam satu upacara atau ritual. Tari-tarian yang diciptakan dan dilakukan secara bersama-sama bisa saja merupakan bentuk
ekspresi kegembiraan bagi setiap individu ketika ada dalam satu upacara, seperti upacara penyembahan dan penghormatan terhadap leluhur. Jadi, gerakan-gerakan yang diciptakan dan
kemudian menjadi suatu tari-tarian merupakan cara yang dilakukan individu untuk meluapkan emosi yang mereka rasakan, baik itu perasaan senang, gembira maupun
kekaguman. Melalui keterlibatan individu dalam pemujaan dan tari-tarian, maka setiap individu akan bergabung dalam kehidupan kolektif dan diikat dalam satu kebersamaan yang
erat.
38
35
Soedarsono, Wayan Wong: The State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1990, 3, 10.
36
Jazuli. M, Telaah Teoritis Seni Tari Semarang: IKIP Press, 1994, 70.
37
Hadi, Sosiologi Tari ,.., 16-20.
38
Durkheim, The Elementary F orms of the Religious Life Diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh J.W. Swain, Glencoe, Illinois, The Free Press, 1974, 319,531-539.
21
Sebagaimana di Maluku, tari-tarian sangat lekat dalam adat. Adat yang merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang biasanya berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur,
mengendalikan dan memberi arah kepada sikap dan perbuatan manusia dalam masyarakat.
39
Sehingga hasil penelitian yang dilakukan oleh Frank. L. Cooley bagi masyarakat di Maluku Tengah dalam memahami “adat” dapat dirumuskan beberapa hal yakni:
pertama
, adat sebagai kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan dan
kedua
, kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan berkenaan dengan tetap dilakukannya hal-hal tertentu yang dianggap wajib bagi
semua anggota masyarakat dan harus dilakukan menurut aturan yang telah ditetapkan.
40
Hampir sebagian masyarakat Maluku yakin bahwa adat diturunkan oleh leluhur yang telah mendirikan persekutuan desa, dan menghendaki agar dapat dijadikan sebagai pola
kehidupan bagi
keturunan selanjutnya.
Dikarenakan adat
berfungsi menjamin
terselenggaranya relasi, baik antara masyarakat dan para leluhurnya.
41
Dimana Tradisi merupakan perilaku informal bersama yang dapat menghubungkan manusia ke generasi masa
lalu dengan masa sekarang, juga dapat menghubungkan manusia dengan identitas etnis dan agama, dan mengikatnya dengan perilaku orang-orang dalam budaya.
42
Tradisi juga bisa berupa perangkat dari sebuah sistem kepercayaan keyakinan atau adat-istiadat.
43
Namun, inti tradisi lisan
folklore
merupakan sesuatu yang menjadi bagian dari identitas dari suatu komunitas yang dikomunikasikan secara lisan berupa ideologi, nilai-nilai yang mengikat
mereka dan diwujudkan dalam tindakan sehari-hari. Secara dinamis bahkan di konstruksikan sedemikian rupa dalam struktur masyarakat yang ada.
44
39
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan Jakarta: PT. Gramedia Utama, 1990, 5.
40
Frank L. Cooley, Mimbar Dan Tahta: Hubungan Agama -agama dan Pemerintahan di Maluku Tengah
Jakarta: Pustaka Sinar harapan, 1987, 108.
41
Cooley, Mimbar Dan Tahta ,...,109.
42
Sims dan Stephens. Living Folkore ,..., 64.
43
Thompson, The Oxford Dictionary ,.., 968.
44
Richard Bauman, Folklore, Cultural Performance, and Popular Entertainments New York: Oxford University Press, 1992, 29-40.
22
Selain itu dalam menjalankan tradisi, masyarakat juga melibatkan ritual-ritual yang dilakukan sesuai tradisi lokal. Karena keberadaan tradisi tidak dapat dipisahkan dari ritual,
sebab ritual memiliki peran sentral dalam membangun memori kolektif masyarakat untuk dapat menunjukan identitas individu maupun kelompok sehingga menjadi sebuah identitas
sosial.
2.4 Identitas Sosial