Kesetaraan Gender Kerangka Teoritik

20

C. Kesetaraan Gender

Gender adalah suatu bangunan konstruksi sosial yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam keluargamasyarakat yang terbentuk melalui proses sosialisasi Salman, 2005:59. Secara harfiah gender juga dapat diartikan sebagai jenis kelamin dan dipresepsi oleh masyarakat sebagai pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Menurut Mansour Fakih 2004:7-8 Dalam Analisi gender dan Transformasi sosial. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks jenis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti daftar berikut ini: laki-laki adalah manusia yang memiliki penis, memiliki jakala kala menjing dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada manusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa laki-laki mempunyai peran mencari nafkah untuk keluarga dan anak- 21 anaknya, sedangkan perempuan berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga yang bertugas mengasuh anak, memasak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya. Pemahaman gender semacam ini menempatkan perempuan yang bekerja untuk kelangsungan keluarga sebagai penghasil tambahan dengan maksud membantu suami mencari nafkah sebagai perwujudan rasa pengabdian kepada keluarga.

D. Kerangka Teoritik

Kekerasan merupakan suatu tindakan fisik yang dilakukan oleh seseorang, baik secara sengaja atau tidak sengaja untuk melukai orang lain. Dimensi gender menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan sehingga tindakan yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja berdasarkan perpesktif gender dianggap melukai perempuan. Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT keluarga merupakan tempat paling rawan terhadap kekerasan dan korbanya adalah perempuan dan anak-anak.. Posisi perempuan dalam keluarga tidak terlepas dari sistem sosial lingkungan masyarakat yang melingkupinya. Beberapa faktor yang menyebabkan adanya peran tidak sekedar perbedaan seksual dalam artian biologis, namun perbedaan biologis itu kemudian dikembangkan dalam pola-pola pembedaan fungsi reproduksi dan produksi. Kondisi fear of crime pada perempuan lebih besar dibandingkan kaum pria. Dengan adanya anggapan umum seperti ini tentunya perlu dicari indikasi yang lebih terperinci, apakah kondisi semacam ini juga diakibatkan perbedaan gender, khususnya jika ditinjau dari perbedaan fisik dan psikisnya. 22 KDRT menjadi suatu permasalahan yang perlu ditangani, karena ketika permasalahan ini muncul perlu ada pihak yang menjembatani penyelesaian kasus ini. Dalam masyarakat ada tokoh masyarakat yang di dalamnya mempunyai peran yang besar untuk menggerakkan masyarakatnya agar dapat hidup berdampingan secara damai serta bersama-sama mencapai kesejahteraan. Permasalahan KDRT perlu ada kepedulian dari lingkungan di sekitar mereka. Disinilah peran tokoh masyarakat sangat besar karena para tokoh masyarakat ini mempunyai pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sebagai contohnya para ulama yang memang disegani dan mempunyai pengaruh bagi masyarakat di dalam menjalankan kehidupan mereka. Untuk itulah sebenarnya bagaimana peran tokoh masyarakat sendiri di dalam penegakan dan penanganan kasus KDRT di masyarakat. Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Tokoh masyarakat Permasalahan kondisi sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan masyarakat Desa Kebondalem Penyelesaian Kekerasan dalam RT Kendala yang dihadapi 24 BAB III METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian