105
2. Nilai Simbolis Seni Relief Karya Sutrisno
a. Relief Ramayana
Berdasarkan bentuk visual relief yang sudah peneliti paparkan di muka, nilai simbolis relief Ramayana yang dapat diidentifikasikan yaitu penggambaran
kisah Rama, Shinta dan Lakshmana ketika berada di hutan Dandaka. Saat itu Shinta melihat kijang kencana dan meminta Rama dan Lakshmana untuk
menangkapnya. Ternyata kijang tersebut adalah kijang jadi-jadian Marica yaitu patih dari Rahwana. Ketika Rama dan Lakshmana mencari kijang tersebut, Shinta
ditinggal sendirian di hutan yang sudah diberi rajah agar terhindar dari ancaman yang datang dari Rahwana dan sekutunya. Saat itu pula, Rahwana berusaha
menculik Shinta karena ingin membalaskan dendam Surpanaka yang dianiaya dan hidungnya terluka oleh pedang Lakshmana, namun ia tidak bisa mendekati Shinta
karena di sekitarnya telah diberi rajah atau mantra. Untuk bisa mendekati dan menculik Shinta, Rahwana menjelma sebagai
sosok pengemis. Setelah berhasil menculik Shinta, kemudian ia membawanya ke kerajaan Alengka. Ketika dalam perjalanan, Rahwana bertemu dengan burung
Jatayu dan Jatayu berusaha menolong Shinta dari tangan Rahwana. Tetapi Jatayu tidak berhasil dan akhirnya kalah. Dalam keadaan terluka, Jatayu menemui Rama
dan memberitahukan bahwa Shinta telah diculik oleh Rahwana Sutrisno, 2009. Simbol yang tersirat dari cerita di atas adalah adanya unsur romantika
cinta, kasih, dan kesetiaan suami terhadap istri, yaitu Rama dan Shinta yang diperebutkan oleh raja dari Alengka.
106
b. Relief Karno Tanding
Berdasarkan bentuk visual relief yang sudah peneliti paparkan di muka, nilai simbolis relief Karno Tanding yang dapat diidentifikasikan yaitu
menggambarkan sebuah pertempuran dua saudara kandung se ibu tetapi berlainan ayah. Sama-sama sakti, sama-sama pintar dalam memanah dan sama-sama
mempunyai senjata sakti dari Dewa. Ketika Sangkakala berbunyi, Karno muncul dengan kereta perangnya sebagai seorang Senopati besar, kereta Karno dikusiri
oleh seorang raja besar dan sakti yaitu Prabu Salyo. Kemudian Arjuno juga muncul dengan kereta perangnya sebagai seorang Senopati besar, kereta Arjuno
dikusiri oleh seorang raja besar dan sakti yaitu Prabu Kresno. Ketika pertempuran terjadi dengan hebatnya terjadi keanehan dua ksatria
yang lihai dalam memanah itu saling menghujankan anak panah tapi tidak satupun mengenai keduanya. Kadang berhenti kemudian saling pandang, saling
meneteskan air mata. Prabu Salyo dan Prabu Kresno keduanya tahu, kedua putra Kunti itu tidak saling tega untuk membunuh bahkan melukai sekalipun sehingga
tidak satupun panah tersebut tepat sasaran. Ketika seharian penuh saling bertempur, saling mengeluarkan senjata
saktinya, dan saling menghujankan panah, tapi tidak satupun yang mengenai tubuh. Prabu Kresno sebagai kusir Arjuno dan botohnya Amarta Pandawa
mengetahui persis senjata Pasopati yang dipasang di gandewa Arjuno. Maka tali kendali kuda disentak sehingga kuda bergerak ke depan tepat ketika Pasopati
terlepas dari gandewa yang semula diarahkan hanya di depan Karno tapi karena kereta bergerak ke depan maka senjata sakti Pasopati tepat mengenai leher Adipati
107
Basukarno Karno. Anak Dewa Surya itu tersungkur mengenai kereta sehingga kereta hancur. Pasukan Astina terdiam mundur melihat sedih Senopati Besar
Astina gugur di medan Pertempuran Padang Kurusetra Taryono, www.google.com.
Simbol yang tersirat dari cerita di atas sebagai berikut. Pertama, angkara murka bisa dikalahkan oleh kebenaran. Kedua, kepahlawanan atau sifat seorang
ksatria yang membela negaranya, meskipun lawannya masih memiliki hubungan darah.
c. Relief Joko Tarub