4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian novel berbahasa Bali yang gayut dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut.
1 Genua Prosiding, 2013 denganjudul tulisan “Nilai Kehidupan dalam
Legenda Rendo Rate Rua sebagai Jatidiri Masyarakat Kabupaten Ende NTT. Teori yang digunakan adalah teori nilai dari Scheler yang berpandangan
bahwa nilai adalah harga suatu norma dan menjadi prinsip hidup yang menjadi pegangan seseorang. Nilai digunakan sebagai dasar untuk atau alasan
untuk melakukan dan tidak melakukan. Ada lima nilai yang ditemukan dalam legenda tersebut sebagai berikut. 1 Nilai kesejahteraan yang menjelaskan
bahwa dengan kesejahteraan akan tercipta suatu kehidupan yang bahagia dan harmonis, 2 nilai kesakitan, yaitu perasaan sakit mengancam ingin
membunuh Redo, 3 nilai kelelahan, yaitu tidak bisa berenang dan tidak bisa melawan arus air yang begitu dahsyat, 4 nilai keteguhan hati, yakni
ketetapan hati walaupun harus mengorbankan jiwa dan raga, 5 nilai kecemasan yakni nlai yang berkaitan dengan perasaan gelisah, takut atau
khawatir Genua, 2013: 1196. 2
Apriani Skripsi, 2009 yang berjudul “Novel Suryak Suung Mangmung Karya Djelantik Santha: Pendekatan Sosiologi Sastra”. Dalam penelitian ini
digunakan teori sosiologi sastra dengan pandangan mempertimbangkan segi- segi kemasyarakatan. Sosiologi sastra menaruh perhatian besar terhadap
aspek dokumenter sastra dengan landasan sastra sebagai cerminan jamannya. Hasil penelitian ini menunjukkan karmaphala dan punarbhawa sebagai dasar
karya sastra. Dasar sosiologi yang digunakan didasarkan pada padangan
5
bahwa kenyataan-kenyataan yang hidup di dalam masyarakat,cipta sastra bukanlah hanya pengungkapan realita belaka, di dalamnya diungkapkan pula
nilai-nilai yang lebih tinggi dari sekadar realita objektif itu. Hasil yang diperoleh meiputi aspek mitos dan dalam tradisi masyarakat Bali terutama
masalah perkawinan antarkasta. 3
Hardiningtyas prosiding, 2014 dengan judul “Warna Lokal dalam Kumpulan Cerpen Mandi Api: Upaya Regulasi Budaya Bali di Tengah Arus
Globalisasi. Teori yang digunakan adalah teori sosiologi sastra, antropologi, serta teori konflik dan fungsional. Hipotesis yang diajukan adalah bawa
intensitas terjadinya perubahan-perubahan nilai sosial budaya seagai akibat aktivitas kehidupan masyarakat Bali sangat dipengaruhi oleh kuat lemahnya
nilai-nilai tradisi dan adat sesuai dengan lingkungan sosial kultural yang memberikan warna khas pada masing-masing kelompok masyarakat Bali
sehingga mampu bertahan di tengah perubahan globalisasi Hardiningtyas, 2014: 793. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa cerpen Mandi Api
merupakan refleksi karakteristik dan relasi tokoh terhadap dinamika sosial budaya masyarakat Bali. Kekuatan sistem kemasyarakatan di Bali menjadi
penopang perbedaan yang bersumber pada kasta, pemertahanan terhadap sistem banjar, subak, dan sekaa berperan pranatasosial yang fungsinal dalam
masyarakat. Stratifikasi dan dinamika budaya masyarakat Bali sengaja diciptakan kekuasaan krama banjar, tradisi catur wangsa, dan sistem sosial
yang otoriter. Bila dipandang secara tradisional maka dapat disebut sebagai suatu keajegan dan kehadiran masyarakat tersebut dapat ditawarkan dengan
pola egaliter dan demokratis.
6
4 Parasari Skripsi, 2010 yang berjudul “Novel Gending Pengalu Karya
Nyoman Manda: Analisis Struktur”. Dalam penelitian ini digunakan teori struktural yang berpandangan bahwa unsur-unsur karya sastra sebagai satu
kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Hasil penelitian struktur intrinsik mencakup insiden, alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Hasil analisis
ekstrinsik berkaitan dengan ekonomi, historis, religius. 5
Putra 2010 dengan judul Tonggak Baru Sastra Bali Modern. Buku ini berisikan kritik terhadap beberapa karya sastra termasuk sastra Bali. Buku
ini juga memuat perkembangan sejarah sastra Bali modern sejak awal kelahirannya. Buku itu berisikan kritik beberapa karya sastra novel dan puisi,
biografi Wayan Gobiah sebagai penulis novel berbahasa Bali yang pertama. 6
Alaini Prosiding 2015 dengan judul “Tradisi Lisan Kecimol: Upaya Penguatan Jatidiri Bangsa Melalui Kearifan Lokal”. Teori yang digunakan
adalah teori sosiologi sastra. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa syair- syair yang dilantun kan dalam tradisi Kecimol Batik Rembang dapat
diteladani sebagai kearifan lokal masyaraakat Sasak yang berkitan dengan kerja sama, hidup rukun, saling memaafkan, saling menghormati, dan
menjaga lisan. Dari kelima penelitian dan buku yang diacu tersebut di atas, sama sekali
belum ditemukan penggunaan teori antropologi sastra lebih-lebih penelitian-
penelitian skripsi terjadi tumpang tindih antara sosiologi dengan pendekatan struktural. Oleh karena itu, penggunaan teori antropologi sastra benar-benar
merupakan hal baru dan penting dalam studi sastra.
7
BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN