PENDAHULUAN Restorasi Kearifan Lokal dalam Novel Berbahasa Bali Guna Memperkuat Jatidiri Budaya Bali.

1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Kearifan lokal merupakan kematangan masyarakat di tingkat lokal yang tercermin dalam sikap dan cara pandang masyarakat yang kondusif di dalam mengembangkan potensi dan sumber lokal baik berupa material maupun nonmaterial Balitbangsos, Depsos RI, 2005: 5-15. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kearifan lokal tidak lain adalahpengetahuan asli indigenious knowledge atau kecerdasan lokal local genious suatu masyarakat yang berasal dari nilai-nilai luhur tradisi budaya yang mengatur tatanan kehidupan masyarakat Sibarani, 2012: 122. Dengan demikian, secara terminologis kearifan lokal merupakan kekhasan tersendiri atau memiliki karakter tersendiri dalam suatu masyarakat yang dijadikan panutan oleh anggota masyarakat yang lainnya. Merujuk penelitian Soehartono 2010 dalam Parimartha, dkk, 2011: 43 membuktikan bahwa telah terjadi degradasi dan kehilangan jejak nilai-nilai karakter bangsa yang menjadi landasan pembangunan moral bangsa Indonesia sejak era Reformasi. Hal ini dialami oleh semua masyarakat Indonesia sebagai sebuah pengalaman kolektif yang memerlukan revitalisasi agar masa depan bangsa tidak terjerumus di jurang kehancuran. Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah merestorasi nilai-nilai kearifan lokal itu diangkat kembali ke permukaan agar terjadi penguatan-penguatan sehigga eksistensi karakteristik suatu masyarakat menjadi sebuah identitas dan jatidiri suatu masyarakat yang betul-betul nyata. Oleh karena itu, nilai-nilai kearifan lokal menjadi modal dasar yang sangat vital dalam pembangunan masyarakat. 2 Berkaitan dengan nilai-nilai itu, Bali sangat kaya dengan berbagai macam kearifan lokalnya yang khas. Nilai-nilai kearifan lokal Bali bisa ditelusuri dari berbagai ranah kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah melalui media seni khususnya novel-novel berbahasa Bali.Sastra sebagai dunia mimesis atau tiruan seperti yang digambarkan filosof Plato pada 2000-an tahun yang lalu bahwa seni hanya dapat meniru dan membayangkan yang ada dalam kenyataan yang tampak Teeuw, 1988: 220. Khusus mengenai novel sebagai sebuah karya sastra merupakan kronik sosial yang merefleksikan suatu kondisi sosial dalam masa tertentu Anwar, 2012: 109. Novel sebagai sebuah karya sastra pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, sebuah novel memiliki esensi berbagai macam nilai termasuk kearifan lokal sebagai salah satu gagasan pokoknya lebih-lebih novel yang bercorak kedaerahan segi bahasa dan settingnya. Kelahiran sebuah novel sangat tergantung pada zamannya dan ditafsirkan berbeda pula oleh pembaca pada zaman yang berbeda. Oleh karena itu, restorasi nilai-nilai kearifan lokal itu perlu digali secara lebih mendalam selanjutnya dikembangkan untuk diaplikasikan sehingga betul-betul menjadi ciri khas budaya Bali. Secara historis, kelahiran sastra Bali modern tahun 1910 dengan terbitnya cerpen-cerpen Made Pasek dan Mas Nitisastro Putra, 2000: 9. Namun, khusus novel berbahasa Bali ditandai dengan terbitnya novel Nemoe Karma karya I Wayan Gobiah tahun 1931 Putra, 2000: 17.Sejak saat itu mulai bermunculan sastra Bali modern khusunya novel berbahasa Bali walau sebenarnya tidak terlalu banyak sejauh ini baru dapat dikumpulkan sebanyak 25 buah novel. 3 Masalah Deskripsi latar belakang di atas menimbulakn permasalahan yang yang diteliti adalah i aspek kearifan lokal apa saja yang ingin disampaikan pengarang? ii bagaimana cara pengarang mengaktualisasikan idenya itu ke dalam karya sebagai media komunikasi? Adapun urgensi masalah-masalah yang akan diteliti adalah menggali potensi- potensi yang tersembunyi secara mendalam mengenai kekayaan budaya Bali yang adiluhung dalam bentuk novel sebagi genre sastra modern sehingga budaya Bali bisa terus ajeg, lestari, selanjutnya dikembangkan sekaligus diaplikasikan kembali sehingga menjadi ciri khas dan jatidiri masyarakat Bali. Hal ini dirasakan sangat penting karena Bali sebagai bagaian dari tujuan utama wisata internasional tentu menghadapi berbagai tantangan dan persoalan terhadap pandangan dan pola pikir masyarakat. Selain itu, arus globalisasi yang demikian deras akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan budaya asing yang cenderung pragmatis dan hedonis. Realitas di masyarakat menunjukkan adanya perebutan warisan, kawin paksa, kawin antarkasta, azas kegotong-royongan yang mulai memudar, janji kesetiaan, dan lain-lain yang patut untuk diperdalam, dihayati, direnungkan kembali sebagai wujud mulat sariraeling tanggung jawab moral atau introspeksi diri. Hal- hal semacam ini akan digali selanjutnya untuk direnungkan kembali dan dipublikasikan ke masyarakat luas. Novel berbahasa Bali tidaklah terlalu banyak jika dibandingkan dengan novel-novel berbahasa Indonesia kurang lebih sekitar dua puluh limaan buah. Namun demikian, tidak semua novel akan dibahas melainkan sebagian saja sesuai dengan kriteria atau kualitas novel yang bersangkutan. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA