Latar Belakang Masalah RETNO WIDYASTUTI F3609056

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan pengertian bank menurut A. Abdurahman dalam Thomas S. dkk 1988 bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Penghimpunan dan penyaluran dana pada sebuah bank secara umum dilakukan dengan cara menawarkan layanan-layanan dalam bentuk produk-produk perbankan. Produk-produk tersebut dibagi ke dalam dua jenis, yaitu produk dana dan produk kredit. Produk dana terdiri dari tabungan, deposito, dan giro. Sedangkan produk kredit terdiri dari kredit konsumsi, kredit modal kerja, dan kredit investasi. Selain itu bank juga memiliki kegiatan lain yang berupa kegiatan di bidang administrasi dan layanan perbankan, dimana bank memperoleh pendapatan berupa fee atau imbalan. Namun diantara kegiatan usaha perbankan, layanan pemberian kredit merupakan kegiatan perbankan yang memiliki risiko paling tinggi meskipun kredit merupakan kegiatan usaha yang commit to user 2 paling utama dan merupakan sumber pendapatan terbesar dari seluruh kegiatan bank yang lain dengan mendapatkan bunga serta provisi. Seiring dengan berkembangnya zaman, permintaan terhadap adanya rumah sebagai tempat tinggal pun semakin bertambah, karena rumah merupakan kebutuhan yang amat penting bagi semua orang dan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi untuk tempat tinggal manusia. Melihat kondisi sekarang yang semakin sulit mendapat lahan karena tanah yang tersedia semakin sedikit sehingga menyebabkan harga tanah dan harga rumah menjadi semakin mahal. Bagi konsumen yang memiliki kendala keuangan, pihak perbankan dapat membantu dengan suatu alternatif pembayaran dengan sistem Kredit Pemilikan Rumah KPR. Beban pembayaran rumah melalui KPR lebih ringan karena dilakukan dengan angsuran setiap bulannya, dan suku bunga yang ditawarkan sesuai dengan kondisi pasar dan tetap per tahunnya. KPR tidak hanya digunakan pada pembelian rumah baru saja tetapi juga bisa digunakan untuk pembelian runah yang sudah pernah dipakai atau bekas. Pada saat ini banyak sekali jenis kredit yang ditawarkan pihak bank pada masyarakat dan pada dunia usaha. Penggolongan jenis kredit tersebut dapat dilihat dari jenis kegunaanya yaitu Kredit Pemilikan Rumah KPR. Kredit Pemilikan Rumah KPR ini sangat membantu Pemerintah dalam hal pengadaan atau penyediaan perumahan yang sehat dan layak sebagai pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat luas. commit to user 3 PT. Bank Bukopin, Tbk cabang Surakarta melakukan pengelolaan dana yang diperoleh dari simpanan nasabah berupa tabungan, deposito, dan giro yang disalurkan dalam bentuk kredit KPR dan non KPR kepada masyarakat. Kredit Pemilikan Rumah KPR adalah salah satu kredit yang diberikan PT. Bank Bukopin yang diminati masyarakat karena seperti yang dijelaskan diatas bahwa rumah telah menjadi kebutuhan primer yang akan selalu dibutuhkan sampai kapanpun. Meskipun pihak PT. Bank Bukopin, Tbk cabang Surakarta dalam memberikan kredit yang berupa KPR kepada debitur telah didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan menggunakan asas-asas perkreditan yang sehat serta didukung oleh itikad baik dari para pejabat kredit, tidak jauh dari adanya kemungkinan timbulnya KPR menunggak. Karena pentingnya pemberian KPR bagi masyarakat, pihak PT. Bank Bukopin, Tbk cabang Surakarta perlu melakukan kontrol yang baik dari pihak manajemen perusahaan tersebut terhadap prosedur pemberian fasilitas KPR. Kontrol yang dimaksud adalah Sistem Pengendalian Intern. Pengendalian Intern pada prosedur pemberian KPR ini sangat membantu pihak perusahaan dalam menghindari resiko kredit bermasalah NPL sejak dini pada pemberian fasilitas KPR. Adapun sistem pengendalian intern pada prosedur pemberian Kredit Pemilikan Rumah KPR tidak bergantung kepada sedikit banyaknya tahapan yang dilalui oleh calon debitur, tetapi lebih pada tahapan yang dilalui yang telah dilaksanakan dengan baik dan benar. commit to user 4 Jika Kredit Pemilikan Rumah KPR ini sudah terealisasi, selanjutnya adalah mengawasi pelaksanaan kredit itu sendiri, hal ini memerlukan perhatian yang khusus dengan cara memantau setiap kepatuhan debitur dalam pelunasan angsurannya setiap bulan. Cara ini tidak hanya dengan mengeluarkan surat peringatan SP kepada debitur yang dimaksud. PT. Bank Bukopin, Tbk selaku pihak yang menyediakan dana atau memberi kredit mempunyai hubungan dengan pihak developer ataupun pihak broker house dalam pemberian kredit pemilikan rumah KPR. Dalam hal ini, hubungan yang dimaksud adalah tidak sebatas hubungan bisnis saja, namun lebih dari itu. Maksudnya bagaimana hubungan PT. Bank Bukopin, Tbk cabang Surakarta dengan pihak tersebut dapat benar-benar memberikan kepuasan yang maksimal kepada calon debitur untuk memperoleh fasilitas KPR yang dibutuhkan calon debitur. Untuk memantau atau mengawasi kepatuhan debitur dalam hal pembayaran angsuran setiap bulannya, Relationship Officer RO biasanya melakukan hubungan langsung yang bersifat informal seperti menemui debitur secara langsung ataupun menghubungi debitur melalui telepon. Selain itu, pemberian surat peringatan SP merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk memantau kepatuhan atau ketaatan debitur dalam hal pembayaran angsuran setiap bulan. Jika debitur tersebut terlambat atau tidak melunasi pembayaran angsurannya, maka debitur tersebut melakukan tunggakan pembayaran. commit to user 5 Berdasarkan dari pemaparan diatas maka penulis akan mengadakan penelitian yang berjudul “PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH KPR PADA PT BANK BUKOPIN, Tbk CABANG SURAKARTA”.

B. Rumusan Masalah