PENGARUH KONSUMSI MINUMAN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP KADAR ASAM URAT LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH KONSUMSI MINUMAN MENGKUDU
(Morinda citrifolia)
TERHADAP KADAR ASAM URAT
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
IMMAS WAHYU FAJARINI 20120310132
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH KONSUMSI MINUMAN MENGKUDU
(Morinda citrifolia)
TERHADAP KADAR ASAM URAT
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
IMMAS WAHYU FAJARINI 20120310132
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
(4)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Ucapan terima kasih diberikan kepada:
1. Bapak Dr. Tri Pitara Mahanggoro, S.Si., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran telah memberikan tenaga, waktu dan pikiran selama proses penyelesaian laporan karya tulis ilmiah.
2. Ibu dr. Ratna Indriawati, M.Kes. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan ilmu serta pengalaman.
3. Ibu drh. Zulkhah Noor, M.Kes. selaku dosen pembimbing PKM yang telah memberikan saran dan ilmu serta pengalaman.
4. Bapak Pitoyo dan Ibu Sri Wahyumi, selaku orang tua yang selalu ada untuk memberikan doa dan dukungannya dari awal sampai akhir proses karya tulis ilmiah ini.
5. Para sahabat dan orang–orang terdekat yang telah memberikan banyak semangat, dukungan dan bantuan selama proses penulisan karya tulis ilmiah. 6. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan dan penulisan
karya tulis ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar di kemudian hari dapat mempersembahkan hasil yang lebih baik lagi. Akhir kata, semoga karya tulis
(5)
v
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang ilmu kedokteran. Terima Kasih.
Yogyakarta, 20 Juni 2016
(6)
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN KTI... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
INTISARI... xi
ABSTRACT……… xii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 4
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Keaslian Penelitian... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Tinjauan Teoritis... 6
1. Hipertensi... 6
2. Asam Urat... 13
3. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) ... 15
4. Minuman Mengkudu... 18
B. Kerangka Teori... 19
C. Kerangka Konsep... 20
D. Hipotesis... 20
(7)
vii
A. Desain Penelitian... 21
B. Populasi dan Subyek Penelitian... 21
1. Populasi Penelitian... 21
2. Subyek Penelitian... 21
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi... 21
4. Besar Subyek Penelitian... 22
C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 22
D. Variabel dan Definisi Operasional... 22
1. Variabel... 22
2. Definisi Operasional... 23
E. Instrumen Penelitian... 23
F. Jalannya penelitian... 23
1. Persiapan Penelitian... 23
2. Pelaksanaan Penelitian ... 24
G. Uji Validitas dan Reliabilitas... 25
H. Analisis Data…... 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26
A. Hasil Penelitian... 26
B. Pembahasan... 31
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 34
A. Kesimpulan... 34
B. Saran... 34
DAFTAR PUSTAKA... 35
(8)
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Hipertensi Menurut JNC 8 11
Tabel 2. Nilai – nilai Rujukan Asam Urat Normal dalam Serum 15
Tabel 4.1. Usia Responden 26
Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden 27
Tabel 4.3. Kategori Nilai Awal Hipertensi Responden 27
Tabel 4.4. Kategori Nilai Awal Asam Urat Responden 28
Tabel 4.5.Perbandingan Nilai Asam Urat Awal dan Nilai Rata-rata Asam Urat
Setelah Pengukuran 28
Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Nilai Asam Urat Awal dan Nilai Rata-rata Asam
Urat Setelah Pengukuran 29
Tabel 4.7. Crosstab Kategori Hipertensi dan Asam Urat Responden Sebelum
Penelitian 29
Tabel 4.8. Crosstab Kategori Hipertensi dan Asam Urat Responden Setelah
Penelitian 30
Tabel 4.9. Hasil Uji Repeated ANOVA 30
(9)
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah Penderita Hipertensi di Indonesia (%) Berdasarkan Jenis
Kelamin pada Tahun 2007 dan 2013 7
Gambar 2. Proses Metabolisme Purin 14
Gambar 3. Skema Kerangka Teori 19
(10)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informasi Penelitian 39
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian 41
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian 42
(11)
(12)
xi
perjalanan penyakitnya. Peningkatan kadar asam urat bisa menjadi faktor risiko potensial timbulnya komplikasi hipertensi. Berbagai riset terapi non farmakologis untuk penanganan hipertensi dan pengendalian kadar asam urat mulai berkembang, salah satunya menggunakan mengkudu (Morinda citrifolia). Studi ini diperlukan
untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman mengkudu (Morinda citrifolia)
terhadap kadar asam urat lansia penderita hipertensi. Studi quasi eksperimental dengan rancangan pra-pasca perlakuan dilakukan terhadap 36 orang lansia dengan pengukuran kadar asam urat serial setiap 3 hari sekali selama 30 hari. Analisis data menggunakan uji repeated ANOVA untuk mengetahui perubahan kadar asam urat
serial setelah konsumsi minuman mengkudu (Morinda citrifolia) sebanyak 500 mg.
Jumlah lansia hipertensi dengan kadar asam urat tinggi mengalami penurunan setelah konsumsi minuman mengkudu dari 13 orang (36,11%) menjadi 7 orang (19,44%) sedangkan lansia yang memiliki kadar asam urat normal meningkat dari 23 orang (63,89%) menjadi 29 orang (80,56%). Hal ini disebabkan oleh adanya penghambatan aktivitas enzim xanthine oxidase oleh minuman mengkudu
(Morinda citrifolia). Besar nilai tertinggi kadar asam urat dalam populasi subyek penelitian juga menurun. Besarnya penurunan diuji dengan repeated ANOVA didapatkan hasil p sebesar 0,000. Konsumsi minuman mengkudu (Morinda citrifolia) mampu menurunkan dan menstabilkan kadar asam urat pada lansia
penderita hipertensi.
(13)
xii
ABSTRACT
Hypertension is a high prevalence non-communicable diseases especially in elderly. Hypertension can cause mortality and morbidity along with rising of complication in disease progressivity. High uric acid value or hyperuricemia is a risk factor potentially lead to complication occurrence. Non pharmacologic therapy researches to manage hypertension and control uric acid level are now established, one of which using noni (Morinda citrifolia). This study will show the effect of noni drinks (Morinda citrifolia) to uric acid value on elderly with hypertension. Quasi experimental study with pre-post test group design conducted on 36 elderly with uric acid serial measurements during 30 months per 3 day. Data analysis is used with repeated ANOVA to evaluate serial uric acid value after 500 mg noni drinks (Morinda citrifolia) consumption. The amounts of elderly that have high uric acid value is declining after the consumption of noni herbal tea, from 13 (36,11%) to 7 people (19,44%). Meanwhile, elderly that have normal uric acid value is increasing from 23 (63,89%) to 29 people (80,56%). This change is caused by blockage of xanthine oxidase enzyme activity by noni drinks (Morinda citrifolia. In addition to amounts change, the highest uric acid value in research subject population is also declining. The amount of the decline was tested with repeated
ANOVA showed p value 0,000. Noni drinks (Morinda citrifolia) consumption is able to reduce and stabilize the levels of uric acid in elderly patients with hypertension
(14)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangHipertensi (tekanan darah tinggi) bisa menjadi penyebab kematian dan kesakitan bagi penderitanya. Hipertensi sering disebut The Silent Killer atau “pembunuh tersembunyi” karena selain prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat, tingkat keparahannya yang tinggi dapat menimbulkan kecacatan permanen dan kematian mendadak. Penderita hipertensi pada kelompok usia produktif bisa menjadi beban ekonomi di dalam keluarga karena biaya pengobatan yang mahal dan waktu pengobatan yang lama bahkan seumur hidup (Bahrianwar, 2009).
Hipertensi telah menjadi isu penting dalam dunia kesehatan dan kesehatan masyarakat karena prevalensinya yang terus meningkat setiap tahunnya. Sekitar satu milyar individu di dunia ini telah mengidap hipertensi (Chobanian AV, 2003). Menurut Departemen Kesehatan dalam Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen. Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten Bantul yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, hipertensi esensial menempati urutan kedua terbanyak dari seluruh kasus kunjungan rawat jalan di Puskesmas sekabupaten Bantul yakni sebanyak 18.259 kasus pada tahun 2013.
Selain prevalensi yang tinggi, hipertensi juga dapat menimbulkan banyak komplikasi dalam perjalanan penyakitnya. Hipertensi merupakan salah satu kontributor beban penyakit global yang utama sebagai faktor risiko, penyebab
(15)
2
morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular serta ginjal. Berbagai studi telah dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor risiko dan interaksinya terhadap timbulnya komplikasi pada individu penderita hipertensi. Beberapa faktor risiko tersebut antara lain obesitas, usia, diabetes mellitus dan kadar asam urat (Assob, et al., 2014).
Faktor risiko peningkatan kadar asam urat yang tidak bisa dikendalikan (non modifiable) adalah usia dan jenis kelamin. Laki – laki pada usia di bawah 60 tahun memiliki prevalensi yang lebih tinggi terhadap terjadinya peningkatan kadar asam urat daripada wanita. Seiring dengan bertambahnya usia, prevalensi peningkatan kadar asam urat akan menurun pada laki – laki namun meningkat pada wanita (Qiu,
et al., 2013). Berdasarkan fakta ini, maka perlu dilakukan pengendalian kadar asam
urat pada kelompok usia lansia.
Pengendalian kadar asam urat bisa dilakukan dengan terapi gaya hidup, terapi farmakologi maupun non farmakologi. Terapi gaya hidup misalnya dengan mengurangi konsumsi diet yang mengandung purin. Terapi farmakologi biasanya diberikan pada pasien yang sudah hiperurisemia sehingga bukan untuk pencegahan. Beberapa contoh obat anti-hiperurisemia antara lain obat anti-inflamasi non steroid, allopurinol, probenecid, dan lain-lain (Kelly & Barclay MD, 2012).
Selain farmakologis, dalam 3 dekade terakhir, banyak riset yang telah dilakukan terhadap tanaman-tanaman lokal yang memiliki efek menurunkan kadar asam urat (Tabassum & Ahmad, 2011). Pemanfaatan tanaman obat merupakan salah satu bentuk implementasi dari pemahaman agama terhadap ayat suci Al Quran, seperti dalam Q.S An Nahl ayat 11 :
(16)
فِي
ِنِّ
ِثّمَمَِت ّ
ُل ّ
َمِنمْ
ماأمََْاّمْ
مللِِّْ ّمْ
منل َُِّْ ّمْ
مزَرُِ ّ
ِهِِ
َ مم
ْ َُِِْ
.
منْ َِممُمّمْ
ِ َلممِ
يَمًْ
ِ مِ مَ
“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.”(PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2010)Ayat di atas mengisyaratkan bahwa manusia harus terus mencari manfaat dari buah-buahan yang telah diciptakan oleh Allah. Salah satu tanaman yang bermanfaat sebagai obat yang secara ilmiah dilaporkan memiliki efek menurunkan kadar asam urat adalah mengkudu (Morinda citrifolia) atau sering disebut juga buah
noni(Palu, Deng, West & Jensen, 2009).
Manfaat buah mengkudu (Morinda citrifolia) bagi tubuh sudah banyak dibuktikan dalam berbagai riset. Berbagai manfaat tersebut disebabkan karena mengkudu mengandung beberapa senyawa seperti alkaloid, scopoletin, flavonoid
dan banyak molekul lainnya yang dilaporkan (Singh, 2012).
Selain memiliki banyak manfaat, pohon mengkudu juga mudah tumbuh di Kasihan, Bantul tetapi masih jarang masyarakat yang memanfaatkan buahnya dalam kehidupan sehari-hari. Potensi ini sebaiknya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengendalikan asam urat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penting untuk dilakukan penelitian tentang pengaruh konsumsi minuman mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap kadar asam urat lansia penderita hipertensi.
(17)
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu apakah ada pengaruh konsumsi minuman mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap kadar asam urat lansia penderita hipertensi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh minuman mengkudu dalam terhadap kadar asam urat.
Tujuan Khusus
Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui kadar asam urat lansia penderita hipertensi sebelum dan setelah mengonsumsi minuman mengkudu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penderita Hipertensi
Penelitian ini bermanfaat untuk memberi informasi ilmiah penggunaan mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai salah satu upaya non farmakologi untuk mengendalikan nilai asam urat dan mencegah komplikasi.
2. Bagi Teori Kedokteran
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah konsep terapi non farmakologi dalam pengendalian kadar asam urat.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bermanfaat sebagai referensi dan inspirasi untuk meneliti lebih lanjut tentang manfaat mengkudu sebagai terapi non farmakologis.
(18)
E. Keaslian Penelitian
Puspitasari (2007) meneliti tentang “Efektifitas Mengkudu terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Dagangan Kecamatan
Dagangan Kabupaten Madiun”. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pra test post test design, didapatkan hasil bahwa mengkudu berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah, pada penderita hipertensi, dengan uji statistik Thitung < Ttabel (-50,28) untuk tekanan sistol dan (-55<8) untuk tekanan diastol.
Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah subyek penelitian dilakukan pada lansia dan variabel bebasnya adalah kadar asam urat.
Ibnu Sarwo Edhie Hartono (2011) berjudul “Pengaruh Mengkudu Terhadap Hipertensi Pada Kelompok Usia Lanjut”. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah pra test post test design, didapatkan hasil bahwa konsumsi ekstrak mengkudu yang dikemas dalam kapsul selama 15 hari berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah lansia. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah lamanya penelitian dilakukan selama 30 hari, instrument penelitiannya menggunakan minuman mengkudu dan variabel bebasnya adalah kadar asam urat.
(19)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Hipertensi
a. Gambaran Umum
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi meningkatnya tekanan darah arteri yang bersifat kronis. Menurut penyebabnya, hipertensi diklasifikasikan menjadi hipertensi primer (esensial) dan sekunder. Hipertensi primer (esensial) adalah tingginya tekanan darah tanpa ada penyebab medis yang mendasarinya. Kasus hipertensi primer berjumlah sekitar 90 – 95% kasus. Sisanya sebesar 5–10% kasus merupakan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh kondisi medis lain yang mempengaruhi ginjal, arteri, jantung atau sistem endokrin (Tabassum & Ahmad, 2011).
Hipertensi kronis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke, gagal jantung, aneurisma arteri dan menjadi pencetus gagal ginjal kronis. Peningkatan moderat tekanan darah arteri dapat mengarah ke memperpendek harapan hidup (Pierdomenico SD, et al., 2009).
b. Epidemiologi Hipertensi
Hipertensi dialami oleh sekitar 20% seluruh orang dewasa di dunia, jika didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah melebihi 140/ 90 mmHg. Prevalensi hipertensi akan meningkat drastis pada pasien berusia di atas 60 tahun. Hipertensi diderita oleh 50% individu pada kelompok usia ini di banyak negara (Dreisbach, 2014).
(20)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dirilis oleh Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di
Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun berdasarkan hasil pengukuran
adalah sebesar 25,8 persen. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7%). Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki (Gambar 1).
Gambar 1. Jumlah Penderita Hipertensi di Indonesia (%) Berdasarkan Jenis Kelamin pada Tahun 2007 dan 2013
Sumber: Riskesdas 2007 & 2013, Balitbangkes, Kemenkes.
Berdasarkan gambar di atas, pada tahun 2007 maupun tahun 2013, prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
c. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme patofisiologis utama dari hipertensi esensial adalah peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron yang abnormal (Oparil, Zaman, & Calhoun, 2003). Perjalanan penyakit hipertensi esensial ini melibatkan proses interaksi yang kompleks
(21)
8
antara predisposisi genetik, pengaruh lingkungan dan gaya hidup serta gangguan pada struktur vaskular dan mekanisme kontrol neurohormonal (Williams, 2010).
Beberapa faktor yang terlibat dalam patofisiologi hipertensi akan dibahas lebih rinci di bawah ini.
1) Peningkatan Sistem Saraf Simpatis
Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah melalui stimulasi jantung, pembuluh darah perifer dan ginjal menyebabkan peningkatan curah jantung, peningkatan resistensi perifer dan retensi cairan (Mark, 1996, cit Oparil, Zaman & Calhoun,
2003).
Pasien dengan hipertensi arteri bisa mengalami peningkatan curah jantung, peningkatan resistensi vaskular atau keduanya. Peningkatan curah jantung lebih sering dialami oleh kelompok usia muda, sedangkan pada kelompok usia yang lebih tua, peningkatan resistensi vaskular sistemik dan bertambahnya kekakuan pembuluh darah berperan lebih dominan. Keadaan naiknya resistensi pembuluh darah sistemik dan meningkatnya kekakuan dinding pembuluh darah ini akan menambah beban pada ventrikel kiri sehingga memicu hipertrofi dan disfungsi diastolik ventrikel kiri (DPhil & Sear, 2004).
Mekanisme lain yang juga terlibat dalam peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis adalah perubahan jalur barorefleks dan kemorefleks di tingkat perifer maupun sentral. Baroreseptor arteri
(22)
diatur pada tekanan yang lebih tinggi sehingga sensitivitasnya menurun pada pasien hipertensi dan tingkat perifernya diatur kembali ke normal ketika tekanan arteri dinormalisasi (Oparil, Zaman & Calhoun, 2003). 2) Remodeling Vaskular
Beberapa faktor pertumbuhan, termasuk angiotensin dan endotelin, menyebabkan penambahan massa otot polos pembuluh darah yang biasa disebut remodeling vaskular (DPhil & Sear, 2004). Ciri
remodeling vaskular adalah peningkatan rasio tunica media:lumen
(Williams, 2010).
Remodeling vaskular juga mempengaruhi tekanan nadi. Tekanan
nadi pada usia remaja relatif rendah dan gelombangnya direfleksikan oleh pembuluh perifer setelah akhir sistolik sehingga meningkatkan tekanan selama fase awal diastol dan memperbaiki perfusi koroner. Seiring dengan proses penuaan, tekanan nadi akan meningkat karena kekakuan arteri. Refleksi gelombang tekanan nadi bergeser menjadi pada akhir sistol. Kondisi ini menyebabkan peningkatan afterload pada
ventrikel kiri dan dapat menimbulkan hipertrofi ventrikel kiri. Bertambahnya tekanan nadi dalam proses penuaan merupakan prediktor kuat adanya penyakit jantung koroner (DPhil & Sear, 2004). 3) Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme lain yang terlibat dalam proses patogenesis hipertensi adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron. Jumlah renin berbeda pada beberapa jenis hipertensi. Hipertensi rendah renin cenderung dialami
(23)
10
pada kelompok usia lanjut atau pasien berkulit hitam sedangkan kelompok yang lainnya memiliki hipertensi tinggi renin dan seringkali berkembang menjadi infark miokard dan komplikasi kardiovaskular lainnya (DPhil & Sear, 2004).
Angiotensin II meningkatkan tekanan darah melalui berbagai mekanisme yaitu kontriksi pembuluh darah perifer, memicu sintesis aldosteron, pengaturan natrium pada tubulus ginjal (secara langsung dan tidak langsung melalui aldosteron), memicu rasa haus, pelepasan hormon antidiuretik dan meningkatkan aliran simpatis dari otak (Oparil, Zaman & Calhoun, 2003).
Angiotensin II dapat memicu hipertrofi sel otot jantung dan
pembuluh darah serta hiperplasia secara langsung dengan aktivasi reseptor angiotensin II tipe 1 (AT1) dan secara tidak langsung melalui
stimulasi pelepasan beberapa faktor pertumbuhan dan sitokin. Aktivasi reseptor AT1 menyebabkan vasokontriksi, pertumbuhan dan proliferasi
sel (Oparil, Zaman & Calhoun, 2003). d. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan kelainan heterogen yang diklasifikasikan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan ini berhubungan dengan deteksi hipertensi sedini mungkin, efikasi organ target pengobatan antihipertensif dan pencegahan risiko munculnya penyakit kardiovaskular (Johnson, Herrera-Acosta, Schreiner & Rodriguez-Iturbe, 2002, cit. Oparil, Zaman & Calhoun, 2003).
(24)
Klasifikasi hipertensi menurut Eighth Joint National Committee (JNC
8) (Culpepper, 2014) disebutkan dalam tabel 1. Tabel 1. Kategori Hipertensi Menurut JNC 8
Sumber : The Eighth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 8), 2013.
e. Faktor Risiko Hipertensi
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2014
menyebutkan ada beberapa faktor risiko munculnya hipertensi, antara lain : 1) Kondisi Prehipertensi
Prehipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah sedikit lebih tinggi dari normal. Kondisi prehipertensi menurut klasifikasi hipertensi JNC 8 adalah saat tekanan darah sistolik berkisar antara 120 – 139 mmHg atau tekanan darah diastolik sebesar 80 – 89 mmHg. Prehipertensi berisiko menjadi tekanan darah tinggi kronis jika tidak segera ditangani.
2) Diet Tidak Sehat
Jenis diet yang memiliki kandungan tinggi natrium (garam) jika dikonsumsi dalam waktu lama akan meningkatkan tekanan darah arteri. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya volume darah di dalam tubuh. Kondisi tubuh yang kurang mendapat asupan kalium juga bisa menjadi faktor risiko timbulnya hipertensi.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120 - 139 atau 80 - 89
Hipertensi Derajat 1 140 - 159 atau 90 - 99
(25)
12
3) Merokok
Merokok akan meningkatkan risiko timbulnya tekanan darah tinggi. Hal ini disebabkan adanya kandungan nikotin dan karbon monoksida. Nikotin merangsang pelepasan adrenalin yang menyebabkan gangguan irama jantung. Karbon monoksida akan menurunkan jumlah oksigen yang diangkut oleh sel darah merah. 4) Obesitas
Teori terakhir menyebutkan bahwa obesitas berkaitan dengan respon inflamasi kronik yang ditandai dengan produksi adipokine
abnormal dan aktivasi sinyal jaras proinflamasi. Proses ini menyebabkan induksi beberapa petanda biologi inflamasi yang menjadi bagian munculnya morbiditas terkait obesitas. Banyak studi menunjukkan bahwa obesitas meningkatkan risiko didapatnya penyakit kardiovaskular, terutama hipertensi (Machado, Valadares, Costa-Paiva, de Sousa & Pinto-Neto, 2014).
5) Genetik dan Riwayat Keluarga
Bukti adanya pengaruh genetik pada tekanan darah telah dibuktikan dalam beberapa studi. Studi pada populasi kembar membuktikan bahwa kesesuaian genetik terhadap tekanan darah pada kembar monozigot lebih besar dibandingkan pada dizigot. Kemiripan tekanan darah antar individu dalam satu keluarga tidak hanya diakibatkan karena tinggal dalam lingkungan yang sama. Hal ini dibuktikan dalam studi pada populasi adopsi yang menunjukkan
(26)
kesesuaian tekanan darah yang lebih besar di antara saudara kandung daripada saudara adopsi yang hidup di lingkungan yang sama (Oparil, Zaman & Calhoun, 2003).
6) Usia
Hipertensi meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh menurunnya elastisitas arteri besar. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan darah sistolik dan tekanan nadi pada orang dengan usia lanjut (O’Rourke, Hayward & Lehmann, 2000 cit. Oparil,
Zaman & Calhoun, 2003). 7) Jenis Kelamin
Prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Riskesdas 2013, pada tahun 2007 maupun tahun 2013, prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
8) Suku Bangsa
Ras berkulit hitam memiliki risiko lebih besar untuk mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan ras kulit putih, Asia, Kepulauan Pasifik, Indian Amerika atau Alaska (Centers for Disease Control and Prevention, 2014).
2. Asam Urat
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme basa purin. Ada tiga proses yang berperan dalam biosintesis nukleotida purin. Ketiga proses tersebut, diurutkan mulai dari yang paing penting, yaitu : (1) sintesis dari zat
(27)
14
antara amfibolik (sintesis de novo), (2) fosforibosilasi purin, dan (3) fosforilasi
nukleosida purin (Rodwell, 2009). Gambar 2. Proses Metabolisme Purin
Sumber : Lehninger Principles of Biochemistry : Fifth Edition, 2008
Kelainan dalam proses metabolisme purin dapat menyebabkan terjadinya hipourisemia ataupun hiperurisemia. Hiperurisemia dapat terjadi karena produksi asam urat yang berlebihan maupun menurunnya kemampuan klirens asam urat oleh ginjal. Penderita hipertensi lebih sering mengalami hiperurisemia. Hal ini disebabkan adanya peran asam urat dalam mekanisme inflamasi, proliferasi sel otot polos vaskuler pada mikrosirkulasi ginjal sehingga menurunkan klirens ginjal, disfungsi endotel dan aktivasi sistem renin–
(28)
angiotensin–aldosteron (Assob,et al., 2014). Seseorang dikatakan hiperurisemia
jika memiliki kadar asam urat melebihi nilai rujukan normal. Tabel 2. Nilai – nilai Rujukan Asam Urat Normal dalam Serum
Karakteristik Kadar Asam Urat (mg/ dl)
Anak
Pria Dewasa Wanita Dewasa Lansia
2,5 – 5,5 3,4 – 8,5 2,8 – 7,3 3,5 – 8,5
Sumber : Pathophysiology The Biologic Basis for Disease in Adults and Children 5th ed, 2006.
3. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia)
Penanganan bagi pasien hipertensi kini tidak hanya terapi farmakologi tetapi juga bisa terapi non farmakologi menggunakan tanaman-tanaman lokal yang memiliki efek hipotensif dan antihipertensif. Salah satu jenis tanaman yang secara ilmiah memiliki efek hipotensif dan anti hipertensif adalah mengkudu (Morinda citrifolia). Penjelasan di bawah ini menunjukkan berbagai senyawa dalam mengkudu dan pengaruhnya terhadap hipertensi.
a. Senyawa dalam Mengkudu 1) Senyawa Terpenoid
Senyawa terpenoid adalah senyawa hidrokarbon isometrik yang membantu dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh (Waha, 2000).
2) Zat Anti-bakteri
Acubin, L. asperuloside, alizarin dan beberapa zat antraquinone
(29)
16
seperti Pseudonzonas aeruginosa, Proteus morganii, S. aureus, Bacillus subtilis, Escherichia coli, Salmonella dan Shigella (Wang, et al., 2002) 3) Asam
Asam askorbat dalam buah mengkudu adalah sumber vitamin C. Vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang bermanfaat untuk menetralisir radikal bebas yang dapat merusak materi genetik dan sistem kekebalan tubuh. Asam kaproat, asam kaprilat dan asam kaprik termasuk golongan asam lemak yang menyebabkan bau busuk yang tajam pada buah mengkudu (Waha, 2000).
4) Scopoletin
Scopoletin berfungsi memperlebar saluran pembuluh darah yang
menyempit dan melancarkan peredaran darah. Scopoletin juga telah terbukti dapat membunuh beberapa tipe bakteri, bersifat fungisida terhadap Pythium sp., bersifat anti peradangan dan anti-alergi (Waha, 2000).
5) Zat Anti-kanker (Damnacanthal)
Empat ilmuwan Jepang berhasil menemukan zat anti kanker pada ekstrak mengkudu ketika mencari zat-zat yang dapat merangsang pertumbuhan struktur normal dari sel-sel abnormal K-ras-NRK (sel pra kanker) pada 500 jenis ekstrak tumbuhan (Waha, 2000).
6) Xeronine dan Proxeronine
Salah satu alkaloid penting di dalam buah mengkudu adalah
(30)
fungsi, bentuk dan rigiditas protein-protein spesifik yang terdapat di dalam sel (Wang, et al., 2002).
Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine tetapi
mengandung bahan-bahan pembentuk (prekursor) xeronine, yaitu
proxeronine dalam jumlah besar. Enzim proxeronase dan zat-zat lain akan mengubah proxeronine menjadi xeronine di dalam usus (Waha,
2000).
7) Zat Antioksidan
Buah mengkudu mengandung beberapa zat antioksidan seperti,
lignin, morindolin, flavonoid, rutin, quercetin dan lain – lain (Palu, et al.,
2006)
b. Efek Mengkudu terhadap Kadar Asam Urat
Efek biologi buah mengkudu adalah sebagai zat antioksidan berkaitan dengan senyawa fenol, iridoid dan asam askorbat. Efek lainnya adalah antiinflamasi dengan secara langsung menghambat aktivitas COX-1 dan COX-2 dan menghambat produksi nitrogen oksida (NO) dan prostaglandin
E2 (PGE2). Proses antiinflamasi ini bisa memperkuat efek antioksidan
(Dussossoya, et al., 2011).
Produk buah mengkudu yang sudah diolah akan mengandung berbagai komposisi aktif seperti quercetin, rutin dan lain–lain yang dapat
menimbulkan efek pencegahan dan penghambatan enzim xanthine oxidase.
(31)
18
peran xanthine oxidase sebagai katalis dalam proses hidroksilasi oksidatif
dari substrat purin (Palu, et al., 2006).
4. Minuman Mengkudu
Buah mengkudu (Morinda citrifolia) biasanya diolah menjadi bentuk lain sebelum dikonsumsi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi bau yang ditimbulkan, mengurangi rasa pahit dan lebih mudah dikonsumsi. Berbagai bentuk olahan buah mengkudu antara lain jus, minuman herbal, ekstrak buah dan teh. Penelitian ini menggunakan bentuk olahan buah mengkudu berupa minuman.
Minumal herbal saat ini menjadi salah satu minuman yang dikonsumsi oleh hampir seluruh penduduk Indonesia. Kegiatan minum minuman herbal sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Meningkatnya konsumsi minuman herbal oleh masyarakat membuat semakin banyak produsen berlomba–lomba untuk menghasilkan produk minuman herbal dari berbagai bahan termasuk buah mengkudu.
Menurut Yudana dalam Liliana (2005), minuman herbal dibuat dari bebungaan, bebijian, dedaunan, buah yang diekstrak atau akar dari berbagai macam tanaman. Minuman herbal biasanya dikonsumsi karena bermanfaat untuk kesehatan tubuh (Liliana, 2005).
(32)
B. Kerangka Teori
Gambar 3. Skema Kerangka Teori
Keterangan :
: data yang akan diteliti
: data yang tidak akan diteliti
HIPERTENSI
Faktor morbiditas
Obesitas
Penyakit penyerta lain (misalnya DM, penyakit ginjal, penyakit jantung)
Kadar asam urat
Komplikasi
Penumpukan asam urat di dalam tubuh
Xantine Asam urat
Xantin oksidase
PENCEGAHAN
Terapi diet
Mengurangi asupan purin
Terapi non farmakologi
Minuman mengkudu
Menghambat xantin
oksidase Menurunkan kadar asam urat Menstabilkan kadar asam urat
(33)
20
C. Kerangka Konsep
Gambar 4. Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesis
“Pemberian minuman mengkudu (Morinda citrifolia) berpengaruh
(34)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain PenelitianDesain penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan pra-pasca perlakuan (pre test–post test control group design) terhadap kadar asam urat lansia penderita hipertensi.
B. Populasi dan Subyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh populasi lansia yang menderita hipertensi di Perumahan Karang Jati Indah, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
Jumlah populasi pada penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling sebanyak 35 orang yang kemudian akan dihitung untuk menentukan besar subyek yang digunakan dalam penelitian.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan lansia penderita hipertensi di Perumahan Karang Jati Indah, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain :
a. Lansia penderita hipertensi di Perumahan Karang Jati Indah, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.
(35)
22
Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain :
a. Mengonsumsi obat anti hiperurisemia dan/ atau obat anti hipertensi b. Merokok, minum kopi atau meminum minuman keras.
c. Menderita penyakit ginjal d. Menderita penyakit jantung 4. Besar Subyek Penelitian
Besar subyek penelitian dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (jumlah populasi diketahui).
n = 1+N dN 2 = 1+35 0,0535 2 = 1+0,087535 = 1,087535
= 32,18 = 32 (dibulatkan) Keterangan :
n = besar subyek penelitian yang digunakan N = jumlah populasi
d = batas toleransi kesalahan penelitian
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Karang Jati Indah, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dengan waktu penelitian bulan Oktober – Desember 2015.
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas : minuman mengkudu (Morinda citrifolia)
(36)
2. Definisi Operasional
a. Minuman mengkudu (Morinda citrifolia) adalah produk buah mengkudu yang telah dikeringkan di bawah matahari atau menggunakan oven lalu dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Serbuk tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kantong teh berukuran 5,5 x 5 cm sebanyak 500 mg agar dapat dikonsumsi dengan cara diseduh.
b. Kadar asam urat adalah kadar asam urat dalam serum yang diukur menggunakan alat ukur asam urat automatik.
c. Penderita hipertensi adalah seseorang yang memenuhi kriteria hipertensi menurut JNC 8 berdasarkan pengukuran atau diagnosis dokter. Keadaan ini menetap selama minimal 1 tahun.
d. Lansia adalah laki – laki dan perempuan yang berusia mulai dari 60 tahun ke atas.
E. Instrumen Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur automatik kadar asam urat merk Nesco multicheck, sphygmomanometer merk
Reister, stetoskop merk Litmann, blender merk Sharp, oven merk Bimasakti, pisau,
gunting, kantong teh celup 5,5 x 5 cm, benang, staples, surat persetujuan (informed consent), lembar pengukuran tekanan darahdan buah mengkudu.
F. Jalannya Penelitian
1. Persiapan Penelitian
(37)
24
b. Pengajuan etika penelitian.
c. Koordinasi bersama ketua RT dan pengurus posyandu lansia.
d. Melakukan pemeriksaan awal tekanan darah dan asam urat serta wawancara pada populasi untuk menyeleksi subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
e. Subyek penelitian mengisi dan menandatangani surat persetujuan
(informed consent).
f. Peneliti membuat minuman mengkudu (Morinda citrifolia) dengan cara
sebagai berikut :
1) Mengambil buah mengkudu yang sudah matang, berwarna putih tapi masih mengkal.
2) Buah mengkudu diiris tipis–tipis kemudian dijemur di bawah matahari atau dikeringkan menggunakan oven hingga kering.
3) Buah yang sudah kering dihaluskan hingga menjadi bubuk.
4) Bubuk mengkudu dimasukkan ke dalam kantong teh celup berukuran 5,5 × 5,5 cm sebanyak 500 mg.
5) Kantong teh celup disambung dengan benang menggunakan mesin pres.
2. Pelaksaan Penelitian
a. Mengukur kadar asam urat subyek penelitian menggunakan alat automatik.
b. Subyek penelitian mengonsumsi minuman mengkudu untuk mengendalikan asam urat dengan dosis 500 mg per 200 ml air (1 gelas)
(38)
selama 30 hari. Minuman mengkudu diminum dua kali sehari pada pagi dan sore hari sebelum atau sesudah makan.
c. Pengukuran asam urat subyek penelitian secara berkala setiap 3 hari sekali selama 30 hari.
d. Mencatat hasil pengukuran asam urat pada lembar pengukuran.
e. Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan program komputer.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengukuran tekanan darah menggunakan stetoskop merk Litmann dan sphygmomanometer air raksa merk Reister dengan kondisi baik yaitu permukaan air raksa sebelum digunakan menunjukkan angka nol, tidak ada kebocoran dan air raksa bergerak dengan baik. Sphygmomanometer air raksa merupakan alat ukur
tekanan darah yang standar sehingga hasil pengukuran valid dan dapat dipercaya. Pengukuran kadar asam urat menggunakan alat ukur automatik merk Nesco multicheck dengan kondisi baru dan baik. Baterai yang digunakan masih baru dan hanya digunakan saat penelitian.
Reliabilitas penelitian ini adalah orang yang melakukan pengukuran tekanan darah dan kadar asam urat merupakan tenaga medis atau memiliki keahlian sehingga didapatkan hasil yang akurat.
H. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan repeated ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji paired wise comparison untuk melihat besarnya perubahan
(39)
26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Perumahan Karangjati Indah, Desa Bangunjiwo, Bantul. Perumahan ini terdiri dari 2 RT, yaitu RT 13 dan RT 14 dengan jumlah penduduk sekitar 70 kepala keluarga. Perumahan Karang Jati Indah memiliki sebuah posyandu lansia Karang Jati Indah yang merupakan salah satu dari 11 posyandu yang ada di Desa Bangunjiwo. Posyandu lansia ini termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Bantul Yogyakarta. Posyandu lansia Karang Jati Indah memiliki anggota 43 orang.
2. Gambaran Kondisi Subyek Penelitian
Responden pada penelitian ini berjumlah 36 orang lansia. Seluruh subyek mendapatkan intervensi yang sama berupa konsumsi minuman mengkudu dengan dosis 500 mg selama 30 hari. Responden memiliki latar belakang usia, jenis kelamin dan kondisi nilai asam urat awal yang dapat dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Usia Responden
Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
60 – 69 29 80,56
70 – 79 4 11,11
80 – 89 2 5,56
≥ 90 1 2,78
(40)
Berdasarkan tabel 4.1., usia responden terbanyak pada rentang umur 60 – 69 tahun. Hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian responden baru memasuki masa lanjut usia. Menurut ACCF/ AHA Expert Consensus Document on Hypertension in the Elderly yang dirilis tahun 2011,
kebanyakan orang tua yang berusia ≥ 65 tahun akan mengalami hipertensi
karena adanya proses penuaan. Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)
Laki – laki 18 50
Perempuan 18 50
Total 36 100
Berdasarkan tabel 4.2, jenis kelamin responden jumlahnya seimbang. Hal ini menggambarkan bahwa kejadian hipertensi pada lansia bisa mengenai kedua kelompok jenis kelamin.
Tabel 4.3. Kategori Nilai Awal Hipertensi Responden
Kategori Nilai Hipertensi Jumlah (orang) Persentase (%)
Prehipertensi 0 0
Hipertensi Derajat I 22 61,11
Hipertensi Derajat II 14 38,89
Total 36 100
Tabel 4.3 menunjukkan keadaan subyek penelitian dilihat dari kategori nilai awal hipertensi berdasarkan klasifikasi JNC 8. Sebagian besar responden menderita hipertensi derajat I. Responden yang mengalami hipertensi derajat I umumnya baru menderita hipertensi selama ≤ 5 tahun. Kondisi berbeda dialami oleh responden dengan kategori hipertensi derajat II yang umumnya sudah menderita hipertensi selama lebih dari 5 tahun.
(41)
28
Tabel 4.4. Kategori Nilai Awal Asam Urat Responden
Kategori Nilai Asam Urat Jumlah (orang) Persentase (%) Hipourisemia
(<3,5 mg/ dl) 0 0
Normal
(3,5 – 8,5 mg/ dl) 23 63,89
Hiperurisemia
(>8,5 mg/ dl) 13 36,11
Total 36 100
Tabel 4.4 menunjukkan kriteria subyek penelitian dilihat dari kategori nilai awal asam urat. Sebagian besar responden memiliki nilai asam urat normal.
3. Hasil Pemeriksaan Nilai Asam Urat
Berdasarkan hasil pemeriksaan nilai asam urat pada responden yang dilakukan saat sebelum diberikan intervensi berupa minuman mengkudu dan setelah diberikan intervensi berupa minuman mengkudu diperoleh hasil pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5. Perbandingan Nilai Asam Urat Awal dan Nilai Rata-rata Asam Urat Setelah Pengukuran
Nilai Asam Urat (mg/ dl)
Sebelum intervensi Setelah intervensi
Nilai Terendah 4,4 4,5
Nilai Tertinggi 19,4 16,5
Berdasarkan tabel 4.5, tidak terdapat perubahan yang besar pada nilai terendah asam urat sebelum dengan setelah intervensi. Terdapat perubahan yang cukup besar pada nilai tertinggi asam urat sebelum dengan setelah intervensi yaitu sebesar 2,9 mg/ dl, yang didapat dengan mengurangkan nilai tertinggi sebelum dan sesudah intervensi.
(42)
Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Nilai Asam Urat Awal dan Nilai Rata-rata Asam Urat Setelah Pengukuran
Kategori Nilai Asam Urat Jumlah Responden (orang)
Sebelum intervensi Setelah intervensi
Hipourisemia
(<3,5 mg/ dl) 0 0
Normal
(3,5 – 8,5 mg/ dl) 23 29
Hiperurisemia
(>8,5 mg/ dl) 13 7
Total 36 36
Tabel 4.6 menunjukkan ada penambahan jumlah responden, dari 23 orang menjadi 29 orang, yang memiliki nilai asam urat normal setelah mendapat intervensi berupa minuman mengkudu 500 mg selama 30 hari. Sebaliknya, terjadi penurunan jumlah responden yang mengalami hiperurisemia.
4. Hasil Pengukuran Setelah Analisis Statistik
Jumlah responden sesuai kategori tingkat hipertensi dan asam urat ditampilkan dalam tabel 4.7 dan 4.8. Sebagian besar responden sebelum penelitian mengalami hipertensi derajat 1 dan normourisemia.
Tabel 4.7. Crosstab Kategori Hipertensi dan Asam Urat Responden
Sebelum Penelitian
Kategori Nilai Hipertensi Awal
Kategori Nilai Awal Asam Urat
Total
Normal Tinggi
Normal 0 0 0
Prehipertensi 0 0 0
Hipertensi Derajat 1 17 5 22
Hipertensi Derajat 2 6 8 14
(43)
30
Hasil berbeda ditunjukkan setelah dilakukan penelitian dengan pemberian intervensi minuman mengkudu. Sebagian besar responden setelah penelitian mengalami prehipertensi dan normourisemia dengan
jumlah yang bertambah dibandingkan saat sebelum diberikan intervensi. Tabel 4.8. Crosstab Kategori Hipertensi dan Asam Urat Responden Setelah
Penelitian
Kategori Nilai
Hipertensi Rata-rata
Kategori Nilai Asam Urat Rata – Rata
Total
Normal Tinggi
Normal 5 0 5
Prehipertensi 16 2 18
Hipertensi Derajat 1 8 2 10
Hipertensi Derajat 2 1 2 3
Total 30 6 36
5. Hasil Uji Repeated ANOVA dan Paired Wise Comparison
Analisis yang dilakukan untuk mengetahui besar penurunan nilai asam urat setelah perlakuan yang pengukurannya dilakukan secara serial setiap 3 hari sekali menggunakan uji Repeated ANOVA dan uji paired wise comparison dengan tingkat kemaknaan 95% (0,05).
Tabel 4.9. Hasil Uji Repeated ANOVA
Rerata Nilai p
Asam urat sebelum intervensi (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 3 (n=36), mg/ dl
Asam urat hari ke – 6 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 9 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 12 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 15 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 18 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 21 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 24 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 27 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 30 (n=36), mg/ dl
8,428 0,867 7,306 7,303 7,378 0,837 7,736 0,852 0,836 0,842 0,804 0,000
(44)
Uji repeated ANOVA digunakan untuk membandingkan variabel
numerik dengan distribusi normal dan terdiri dari lebih dari dua kelompok berpasangan. Hasil uji repeated ANOVA didapatkan nilai signifikansi
0,000 (p<0,005), maka hipotesis Ho diterima. Hal yang menunjukkan bahwa pemberian minuman mengkudu (Morinda citrifolia) berpengaruh menurunkan dan menstabilkan kadar asam urat lansia penderita hipertensi. Tabel 4.10 Hasil Uji Paired Wise Comparison
Rerata Nilai p
Asam urat sebelum intervensi (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 3 (n=36), mg/ dl
Asam urat hari ke – 6 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 9 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 12 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 15 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 18 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 21 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 24 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 27 (n=36), mg/ dl Asam urat hari ke – 30 (n=36), mg/ dl
8,428 0,867 7,306 7,303 7,378 0,837 7,736 0,852 0,836 0,842 0,804
0,000
Uji paired wise comparison digunakan untuk menunjukkan
perbedaan pada setiap pengukuran yang dilakukan. Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap pengukuran yang diuji paired wise comparison
menunjukkan nilai signifikansi 0,000.
B. Pembahasan
Hasil analisis data pada tabel 4.6 menunjukkan perbedaan jumlah responden di masing – masing kategori nilai asam urat sebelum dan setelah mengonsumsi minuman mengkudu selama 30 hari. Peningkatan jumlah responden dengan kategori nilai asam urat normal dari 23 orang menjadi 29
(45)
32
orang serta penurunan jumlah responden dengan kategori hiperurisemia dari 13 orang menjadi 7 orang menjadi indikasi bahwa minuman mengkudu memiliki efek menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Hasil dari tabel 4.6 menunjukkan khasiat minuman mengkudu sebagai minuman antigout. Hal ini mendukung pernyataan dalam sebuah artikel agrikultur yang ditulis oleh Nelson pada tahun 2003 yang berjudul Morinda citrifolia L. Artikel tersebut menuliskan bahwa salah satu manfaat buah mengkudu dalam dunia kesehatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah .
Selain penurunan jumlah responden di masing – masing kategori nilai asam urat, terdapat juga penurunan nilai rata–rata tertinggi asam urat responden seperti di dalam tabel 4.5. Penurunannya sebesar 2,9 mg/ dl yang merupakan besar selisih dari 19,4 mg/ dl saat sebelum intervensi menjadi 16,5 mg/ dl setelah mendapat intervensi berupa konsumsi minuman mengkudu. Walaupun penurunan nilai tertinggi belum bisa mencapai ke batas normal yaitu 8,5 mg/ dl, namun hal ini menunjukkan adanya mekanisme penurunan asam urat oleh mengkudu dalam penelitian ini.
Adanya mekanisme mengkudu untuk menurunkan asam urat telah dituliskan dalam sebuah jurnal penelitian in vitro oleh Palu, Deng, West & Jensen pada tahun 2009 yang berjudul Xanthine Oxidase Inhibiting Effects of Noni (Morinda citrifolia) menjelaskan bahwa mekanisme antigout pada
mengkudu adalah dengan menghambat aktivitas enzim xanthine oxidase. Enzim
(46)
hypoxanthine menjadi xanthine dan kemudian juga mengkatalis oksidasi xanthine menjadi asam urat. Mekanisme penghambatan enzim xanthine oxidase
oleh mengkudu diduga sama seperti mekanisme obat anti hiperurisemia seperti
allopurinol.
Tingginya kadar asam urat di dalam tubuh merupakan kondisi yang tidak baik bagi kesehatan karena kadar asam urat berlebih akan berperan sebagai prooksidan (McCrudden, 2015). Buah mengkudu mengandung beberapa senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan untuk mengatasi banyaknya prooksidan dalam tubuh, antara lain, senyawa querenin yang merupakan golongan flavonoid, senyawa americanol A, americanin A, americanoic acid A, morindolin, dan isoprincepin dari golongan lignin serta vitamin C (Assi, et al., 2015). Berbagai senyawa antioksidan tersebut diduga
berpengaruh dalam mekanisme penurunan kadar asam urat yang berlebih oleh minuman mengkudu.
Selain antioksidan, buah mengkudu juga memiliki senyawa quercetin
dari golongan flavonoid yang memiliki fungsi sebagai anti inflamasi. Penemuan zat – zat ini diduga menjadi metode untuk menghambat peran xanthine oxidase
sebagai katalis dalam proses hidroksilasi oksidatif dari substrat purin (Palu, et al., 2006).
Meskipun telah disebutkan dalam berbagai literatur bahwa buah mengkudu (Morinda citrifolia) memiliki efek menurunkan kadar asam urat,
namun belum ada literatur yang menyebutkan secara pasti jenis zat kandungan buah mengkudu (Morinda citrifolia) yang menyebabkan efek tersebut.
(47)
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Minuman mengkudu dengan dosis 500 mg yang dikonsumsi selama 30 hari dapat menurunkan dan menstabilkan kadar asam urat lansia penderita hipertensi.
B. SARAN
Saran bagi peneliti selanjutnya adalah :
1. Membuat produk minuman mengkudu dengan isolasi senyawa yang diduga memiliki efek menurunkan asam urat agar manfaatnya lebih maksimal 2. Melakukan penelitian terhadap asam urat penderita hipertensi di panti
jompo agar pemeriksaan dapat dilakukan di tempat dan waktu yang sama. 3. Membuat produk dalam bentuk minuman kemasan sehingga lebih mudah
(48)
35
Assi, R. A., Darwis, Y., M. Abdulbaqi, I., Khan, A. A., Vuanghao, L., & Laghari, M. (2015). Morinda citrifolia (Noni): A Comprehensive Review On Its Industrial Uses, Pharmacological Activities, and Clinical Trials. Arabian Journal of Chemistry, 1-17.
Assob, J. C., Ngowe, M. N., Nsagha, D. S., Njunda, A. L., Waidim, Y., Lemuh, D. N., & Weledji, E. P. (2014). The Relationship between Uric Acid and Hypertension in Adults in Fako Division, SW Region Cameroon.Journal of Nutrition and Food Science Volume 4, 1-4.
Bertram G. Katzung, d. (2014). Farmakologi Dasar dan Klinik Vol. 1 Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Brickley, L. (2009). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta: EGC.
Calhoun, D., Bakir, S., & Oparil, S. M. (2000). Etiology and Pathogenesis of Essential. In M. D. Crawford, Crawford MH, DiMarco JP, eds. Cardiology
(pp. 3.1-3.10). London: Mosby International.
Chobanian AV, B. G. (2003). Hypertension 42. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, pp. 1206-1252.
Culpepper, R. M. (2014). Management of Hypertension. Alabama: University of South Alabama.
Departemen Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul
Tahun 2014.Bantul: Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
DPhil, P. F., & Sear, J. P. (2004). Hypertension: Pathophysiology and Treatment.
Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain Volume 4 Number 3, 71-75.
(49)
36
Dreisbach, A. W. (2014, Desember 29). Epidemiology of Hypertension: Worldwide Estimates of Hypertension. Diakses 30 Maret 2015, dari Medscape: emedicine.medscape.com/article/1928048-overview#aw2aab6b4
Dussossoya, E., Brat, P., Bony, E., Boudardc, F., Pouchereta, P., Mertza, C., Michela, A. (2011). Characterization, oxidative and Anti-inflammatory Effects of Costa Rican Noni Juice (Morinda citrifolia L.).
Journal of Ethnopharmacology Volume 133 Issue 1, 108-115.
Guyton, A. C., & Hall. (2006). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Medical
Publisher.
Hartono, Ibnu Sarwo Edhie. (2011). Pengaruh Mengkudu Terhadap Hipertensi Pada Kelompok Usia Lanjut. Karya Tulis Ilmiah Strata 1, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta
High Blood Pressure Risk Factor. (2014, July 4). Diakses pada April 10, 2015, dari
Centers for Disease Control and Prevention:
www.cdc.gov/bloodpressure/risk_factors.htm
Hui, Y. H., & Evranuz, E. Ö. (2012). Noni Fruit. In Y. H. Hui, & E. Ö. Evranuz,
Handbook of Plant-Based Fermented Food and Beverage Technology, Second Edition (p. 330). CRC Press.
Johnson, R., Herrera-Acosta, J., Schreiner, G., & Rodriguez-Iturbe, B. (2002). Subtle Acquired Renal Injury as a Mechanism of Salt-sensitive Hypertension. National England Journal of Medicine, 913-923.
Kelly, J. C., & Barclay MD, L. (2012, 11 29). CME & Education : New Guidelines for the Treatment of Hyperuricemia, Gout. Diakses dari Medscape :
http://www.medscape.org/viewarticle/773669
Leach MJ, K. S. (2012). Cinnamon for Diabetes Mellitus. Cochrane Summaries. Liliana, W. (2005). Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal dari Seledri (Apium
graveolens L.). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Machado, V. d., Valadares, A. L., Costa-Paiva, L., de Sousa, M. H., & Pinto-Neto, A. M. (2014). Factors Associated with The Onset of Hypertension In Women of 50 Years of Age or More in a City in Southeastern Brazil. Rev Bras Ginecology Obstetri.
(50)
McCrudden, F. H. (2015). Uric Acid: The Chemistry, Physiology and Pathology of Uric Acid and the Physiologically Important Purin Bodies, with a Discussion of the Metabolism in Gout. Forgotten Books.
Nelson, S.C. (2003). Morinda citrifolia L. Hawaii: Permanent Agriculture Resources.
O’Rourke, M., Hayward, C., & Lehmann, E. (2000). Arterial stiffness. In: Oparil
S,Weber MA, eds. Hypertension: A Companion to Brenner and Rector’s
The Kidney. WB Saunders, 134-151.
Oparil, S. M., Zaman, M. A., & Calhoun, D. A. (2003). Pathogenesis of Hypertension. Annals of Internal Medicine Volume 139 Number 9, 761-766. Palu, A. K., Santiago, R. A., West, B. J., Kaluhiokalani, N., & Jensen, J. (2009). The Effects of Morinda citrifolia L. Noni on High Blood Pressure: A Mechanistic Investigation and Case Study. American Chemical Society Symposium Series, Volume 993, Chapter 39, 446-453.
Palu, A., Deng, S., West, B., & Jensen, J. (2009). Xanthine Oxidase Inhibiting Effects of Noni (Morinda citrifolia) Fruit Juice. Wiley InterScience : Phytotherapy Research.
Palu, A., Su, C., Zhou, B.-N., Jensen, C., Asay, K., & Story, S. (2006, Juni 29). Paten : Morinda Citrifolia Based Compositions and Methods for Inhibiting
Xanthine Oxidase. Didapat dari Google patents:
http://www.google.com/patents/US20060141076
Pharmanews. (2013, Juli 04). Pharmanews Online. Diakses pada 16 September
2014, dari Pharmanews: http://www.pharmanewsonline.com/prevent-hypertension-cancer-arthritis-with-iridoids-rich-noni-juice/
Pierdomenico, SD., Di, Nicola M., Esposito, AL., Di Mascio, R., Ballone, E., Lapenna, D., et al. (2009) Prognostic value of different indices of blood
pressure variability in hypertensive patients. American Journal Hypertension.
Puspitasari. (2007). Efektifitas Mengkudu terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Dagangan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun.
Qiu, L., Cheng, X.-q., Wu, J., Liu, J.-t., Xu, T., Ding, H.-t., Zhu, G.-j. (2013).
Prevalence of Hyperuricemia and Its Related Risk Factors In Healthy Adults from Northern and Northeastern Chinese Provinces. BMC Public Health : Chronic Disease Epidemiology Volume 13, 664-672.
(51)
38
Rodwell, V. W. (2009). Metabolisme Nukleotida Purin dan Pirimidin. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia Harper (Harper's Illustrated Biochemistry) (p. 311). Jakarta: EGC.
Singh, D.R. (2012). A Review of Scientific Validation for Its Nutritional and Therapeutic Propertis. Journal of Diabetes and Endocrinology, Vol.3, 77-91.
Syaamil Al Qur'an. (2010). PT. Sygma Examedia Arkanleema
Tabassum, Nahida., & Ahmad, Feroz. (2011). Role of Natural Herbs in The Treatment of Hypertension. Pharmacogn Rev. Diakses 31 Maret 2015, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3210006/
Waha, M. G. (2000). Sehat dengan Mengkudu.
Wang, M.-Y., West, B. J., Jensen, C. J., Nowicki, D., SU, C., Palu, A. K., & Anderson, G. (2002). Morinda citrifolia (Noni): A Literature Review and Recent Advances in Noni Research. Act a Pharmacologica Sinica, 1127-1141.
Williams, B. (2010). Essential Hypertension—Definition, Epidemiology and Pathophysiology. In B. Williams, Oxford Textbook of Medicine (5 ed.).
(52)
39
LAMPIRAN
Lampiran 1Lembar Informasi Penelitian
Saya, Immas Wahyu Fajarini, mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul :
“PENGARUH KONSUMSI MINUMAN MENGKUDU (Morinda citrifolia)
TERHADAP KADAR ASAM URAT LANSIA PENDERITA HIPERTENSI
DI KARANG JATI INDAH KASIHAN BANTUL”
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh minuman mengkudu dalam terhadap kadar asam urat lansia penderita hipertensi di Karang Jati Indah Kasihan Bantul. Pada penelitian ini, peneliti mengajak lansia di Karang Jati Indah untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Lansia yang telah memenuhi kriteria inklusi akan diminta untuk menandatangani lembar inform consent dan diukur nilai asam uratnya setiap 3 hari sekali.
A. Kesukarelaan untuk Ikut Penelitian
Lansia bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila lansia sudah memutuskan untuk ikut berpartisipasi lalu berubah pikiran, maka lansia bebas untuk mengundurkan diri tanpa ada denda ataupun sanksi. Apabila lansia di Karang Jati Indah Kasihan Bantul telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka lansia akan diminta menandatangani lembar persetujuan sebanyak 1 rangkap untuk disimpan oleh peneliti sebagai bukti.
B. Prosedur Penelitian
Apabila lansia bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, lansia diminta menandatangani lembar persetujuan. Selanjutnya, lansia akan diwawancarai oleh peneliti untuk menanyakan status hipertensi, riwayat konsumsi obat anti-hipertensi dan anti-hiperurisemia serta menyingkirkan riwayat penyakit yang kontraindikasi dengan penelitian ini. Selanjutnya, lansiaakan diminta untuk mengonsumsi minuman mengkudu yang diberikan
(53)
40
oleh peneliti selama 30 hari. Peneliti akan mengecek kadar asam urat lansia setiap 3 hari sekali secara rutin.
C. Kewajiban Subyek Penelitian
Sebagai subyek penelitian, Saudara berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, Saudara bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
D. Risiko Efek Samping dan Ketidaknyamanan
Penelitian ini tidak memiliki risiko yang berbahaya. Peneliti akan berusaha meminimalisir segala bentuk ketidaknyamanan atau efek samping yang merugikan dari penelitian.
E. Manfaat dan Keuntungan
Manfaat atau keuntungan yang didapatkan oleh lansia adalah hasil penelitian ini dapat memberi informasi kepada lansia tentang penggunaan mengkudu (Morinda citrifolia) sebagai salah satu upaya non farmakologi untuk mengendalikan nilai asam urat dan mencegah komplikasi hipertensi yang disebabkan oleh tingginya nilai asam urat.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas subyek penelitian.
G. Informasi Tambahan
Lansia diberi kesempatan untuk menanyakan atau mengkonfirmasi semua hal yang belum jelas sehubungan dengan penelitian ini dengan menghubungi peneliti sendiri atas nama Immas Wahyu Fajarini pada nomer HP 081327993368.
Terimakasih Atas Kerjasama Saudara. Hormat Saya,
(54)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
(INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Usia : Tahun
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Immas Wahyu Fajarini, mahasiswa Program Studi pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjudul “Pengaruh Konsumsi Minuman Mengkudu (Morinda citrifolia)
Terhadap Kadar Asam Urat Lansia Penderita Hipertensi di Karang jati Indah Kasihan Bantul”. Saya telah dijelaskan mengenai tujuan, manfaat, prosedur
penelitian ini. Oleh karena itu, saya secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini.
Demikian agar menjadi maklum dan terimakasih.
Yogyakarta, 2015 Responden,
(55)
42
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
A.Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pekerjaan :
B. Pertanyaan pilihan dan isian
1. Apakah Anda menderita hipertensi?
a. Ya b. Tidak
2. Jika pertanyaan no.2 Ya, berapa lama Anda menderita hipertensi? (bulan/tahun)
3. Apakah Anda mengonsumsi obat anti-hipertensi?
a. Ya b. Tidak
4. Jika pertanyaan no.4 Ya, obat hipertensi jenis apa yang dikonsumsi? ... 5. Apakah Anda mengonsumsi obat anti-hiperurisemi atau penurun asam urat?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Anda mempunyai penyakit jantung?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah Anda mempunyai penyakit ginjal?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah Anda merokok?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah Anda rutin meminum kopi? a. Ya, ….. kali sehari b. Tidak
10.Apakah Anda mengonsumsi minuman keras?
(56)
Lampiran 4
Lembar Pengukuran Asam Urat
Nama :
Umur / Jenis Kelamin :
Tabel Pengisian
Hari ke - Kadar Asam Urat
1 (Baseline) 3
6 9 12 15 18 21 24 27 30
(57)
44
Statistics
Descriptives
Dosis Statistic Std. Error
Baseline 500 Mean 8.428 .5845
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 7.241
Upper Bound
9.614
5% Trimmed Mean 8.190
Median 7.650
Variance 12.297
Std. Deviation 3.5068
Minimum 4.0
Maximum 19.4
Range 15.4
Interquartile Range 5.4
Skewness 1.006 .393
Kurtosis 1.113 .768
Asam Urat 1 500 Mean 7.911 .5354
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.824
Upper Bound
8.998
5% Trimmed Mean 7.666
Median 7.200
Variance 10.319
Std. Deviation 3.2124
Minimum 3.5
Maximum 18.6
Range 15.1
Interquartile Range 4.2
Skewness 1.293 .393
Kurtosis 2.170 .768
Asam Urat 2 500 Mean 7.306 .5768
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.135
Upper Bound
8.476
5% Trimmed Mean 7.036
Median 6.400
Variance 11.977
Std. Deviation 3.4607
Minimum 3.4
Baseline Asam Urat 1 Asam Urat 2 Asam Urat 3 Asam Urat 4 Asam Urat 5 Asam Urat 6 Asam Urat 7 Asam Urat 8 Asam Urat 9 Asam Urat 10
N Valid 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36
(58)
Maximum 16.6
Range 13.2
Interquartile Range 4.9
Skewness 1.057 .393
Kurtosis .576 .768
Asam Urat 3 500 Mean 7.303 .4552
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.379
Upper Bound
8.227
5% Trimmed Mean 7.100
Median 7.000
Variance 7.461
Std. Deviation 2.7315
Minimum 3.6
Maximum 16.7
Range 13.1
Interquartile Range 3.7
Skewness 1.260 .393
Kurtosis 2.560 .768
Asam Urat 4 500 Mean 7.378 .4793
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.405
Upper Bound
8.351
5% Trimmed Mean 7.162
Median 6.350
Variance 8.270
Std. Deviation 2.8758
Minimum 3.5
Maximum 17.1
Range 13.6
Interquartile Range 3.4
Skewness 1.305 .393
Kurtosis 2.465 .768
Asam Urat 5 500 Mean 7.400 .5053
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.374
Upper Bound
8.426
5% Trimmed Mean 7.187
Median 6.600
Variance 9.193
Std. Deviation 3.0320
Minimum 3.4
Maximum 16.3
Range 12.9
(59)
46
Skewness 1.162 .393
Kurtosis 1.052 .768
Asam Urat 6 500 Mean 7.736 .4877
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.746
Upper Bound
8.726
5% Trimmed Mean 7.528
Median 7.150
Variance 8.563
Std. Deviation 2.9263
Minimum 3.4
Maximum 16.3
Range 12.9
Interquartile Range 4.0
Skewness 1.051 .393
Kurtosis .963 .768
Asam Urat 7 500 Mean 7.603 .4934
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.601
Upper Bound
8.604
5% Trimmed Mean 7.352
Median 6.850
Variance 8.763
Std. Deviation 2.9602
Minimum 4.0
Maximum 16.3
Range 12.3
Interquartile Range 3.9
Skewness 1.196 .393
Kurtosis 1.408 .768
Asam Urat 8 500 Mean 7.367 .5152
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.321
Upper Bound
8.413
5% Trimmed Mean 7.050
Median 7.100
Variance 9.554
Std. Deviation 3.0910
Minimum 4.0
Maximum 17.1
Range 13.1
Interquartile Range 3.9
Skewness 1.482 .393
Kurtosis 2.400 .768
Asam Urat 9 500 Mean 7.489 .5428
(60)
95% Confidence Interval for Mean
Upper Bound
8.591
5% Trimmed Mean 7.130
Median 6.750
Variance 10.607
Std. Deviation 3.2568
Minimum 3.4
Maximum 18.8
Range 15.4
Interquartile Range 3.3
Skewness 1.810 .393
Kurtosis 4.153 .768
Asam Urat 10
500 Mean 6.869 .4845
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 5.886
Upper Bound
7.853
5% Trimmed Mean 6.627
Median 6.450
Variance 8.451
Std. Deviation 2.9070
Minimum 3.0
Maximum 15.1
Range 12.1
Interquartile Range 2.1
Skewness 1.402 .393
Kurtosis 2.081 .768
Tests of Normality
Dosis
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asam Urat 1 500 .177 36 .006 .904 36 .004
a Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Dosis
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asam Urat 3 500 .141 36 .069 .914 36 .008
a Lilliefors Significance Correction
Tests of Normal ity
.153 36 .033 .891 36 .002
Dosis 500 Asam Urat 2
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
(61)
48
Tests of Normal ity
.161 36 .019 .906 36 .005
Dosis 500 Asam Urat 4
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Tests of Normal ity
.168 36 .012 .904 36 .004
Dosis 500 Asam Urat 5
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Tests of Normal ity
.130 36 .128 .923 36 .015
Dosis 500 Asam Urat 6
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Tests of Normal ity
.139 36 .075 .903 36 .004
Dosis 500 Asam Urat 7
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Tests of Normal ity
.154 36 .031 .862 36 .000
Dosis 500 Asam Urat 8
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Tests of Normal ity
.181 36 .004 .842 36 .000
Dosis 500 Asam Urat 9
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
Tests of Normality
.247 36 .000 .863 36 .000
Dosis 500 Asam Urat 10
St at ist ic df Sig. St at ist ic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
Lillief ors Signif icance Correction a.
(1)
Kriteria inklusi penelitian ini adalah lansia penderita hipertensi di Perumahan Karang Jati Indah, Desa Bangun Jiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dan berusia lanjut (≥ 60 tahun). Sementara itu, kriteria eksklusi adalah mengonsumsi obat anti hiperurisemia dan/atau obat anti hipertensi, merokok, minum kopi atau meminum minuman keras, menderita penyakit ginjal, menderita penyakit jantung.
Variabel bebas penelitian ini adalah minuman mengkudu (Morinda citrifolia). Variabel tergantung adalah kadar asam urat pada lansia penderita hipertensi. Alat dan bahan yang digunakan terdari atas alat ukur automatik kadar asam urat merk Nesco
multicheck, sphygmomanometer merk
Reister, stetoskop merk Litmann, blender
merk Sharp, oven merk Bimasakti, pisau, gunting, kantong teh celup 5,5 x 5 cm, benang, staples, surat persetujuan (informed
consent), lembar pengukuran tekanan darah
dan buah mengkudu.
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Karang Jati Indah, Desa Bangun
Jiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul dengan waktu penelitian bulan Oktober – Desember 2015.
Pelaksanaan penelitian diawali dengan berkoordinasi bersama ketua RT dan pengurus posyandu lansia, kemudian melakukan pemeriksaan awal tekanan darah dan asam urat serta wawancara pada populasi lalu membuat minuman mengkudu
(Morinda citrifolia). Pembuatan minuman
mengkudu adalah sebagai berikut mengambil buah mengkudu yang sudah matang, berwarna putih tapi masih mengkal, diiris tipis–tipis kemudian dijemur di bawah matahari atau dikeringkan menggunakan oven hingga kering. Buah yang sudah kering dihaluskan hingga menjadi bubuk dan dimasukkan ke dalam kantong teh celup berukuran 5,5 × 5,5 cm sebanyak 500 mg. Kantong teh celup disambung dengan benang menggunakan mesin pres.
Pengambilan data penelitian dilakukan dengan meminta subyek penelitian mengonsumsi minuman
(2)
mengkudu dengan dosis 500 mg per 200 ml air (1 gelas) selama
30 hari. Minuman mengkudu diminum dua kali sehari pada pagi dan sore hari sebelum atau sesudah makan. Setelah itu, kadar asam urat subyek penelitian diukur menggunakan alat automatik. Pengukuran asam urat dilakukan secara berkala setiap 3 hari sekali selama 30 hari. Mencatat hasil pengukuran lalu dianalisis menggunakan program komputer.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan repeated ANOVA dan dilanjutkan dengan uji paired wise
comparison untuk melihat besarnya
perubahan kadar asam urat setiap kali pengambilan data.
Hasil Penelitian
Dari pengukuran asam urat yang dilakukan setiap 3 hari sekali selama 30 hari, maka didapatkan perubahan kadar asam urat tertinggi dan terendah antara sebelum
intervensi dan setelah intervensi seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Nilai Asam Urat Awal dan Nilai Rata-rata Asam Urat Setelah Pengukuran
Tabel 1 menunjukkan tidak terdapat perubahan yang signifikan pada nilai terendah asam urat sebelum dengan setelah intervensi. Terdapat perubahan yang cukup besar pada nilai tertinggi asam urat sebelum dengan setelah intervensi yaitu sebesar 2,9 mg/ dl, yang didapat dengan mengurangkan nilai tertinggi sebelum dan sesudah intervensi.
Selain perubahan nilai tertinggi dan terendah pada kadar asam urat, penelitian ini juga menunjukkan adanya perubahan kategori asam urat dari responden seperti pada tabel 2.
Nilai Asam Urat (mg/ dl) Sebelum
intervensi
Setelah intervensi Nilai
Terendah
4,4 4,5
Nilai Tertinggi
(3)
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Kategori Nilai Asam Urat Awal dan Nilai Rata-rata Asam Urat Setelah Pengukuran
Kategori Nilai Asam Urat
Jumlah Responden (orang) Sebelum intervensi
Setelah intervensi Hipourisemia
(<3,5 mg/ dl)
0 0
Normal
(3,5 – 8,5 mg/ dl)
23 29
Hiperurisemia (>8,5 mg/ dl)
13 7
Total 36 36
Tabel 2 menunjukkan adanya penambahan jumlah responden pada kategori kadar asam urat normal dari 23 orang menjadi 29 orang setelah mendapat intervensi berupa minuman mengkudu 500 mg selama 30 hari. Sebaliknya, terjadi penurunan jumlah responden yang mengalami hiperurisemia dari 13 orang menjadi 7 orang.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian ini dapat dibuktikan bahwa minuman mengkudu memiliki pengaruh dalam menstabilkan dan menurunkan kadar asam urat serum. Hal ini
dibuktikan dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,005).
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan jumlah responden di masing – masing kategori nilai asam urat sebelum dan setelah mengonsumsi minuman mengkudu selama 30 hari. Peningkatan jumlah responden dengan kategori nilai asam urat normal dari 23 orang menjadi 29 orang serta penurunan jumlah responden dengan kategori hiperurisemia dari 13 orang menjadi 7 orang menjadi indikasi bahwa minuman mengkudu memiliki efek menurunkan kadar asam urat dalam darah atau sebagai minuman antigout.
Hal ini mendukung pernyataan dalam sebuah artikel agrikultur yang ditulis oleh Nelson pada tahun 2003 yang berjudul
Morinda citrifolia L. Artikel tersebut
menuliskan bahwa salah satu manfaat buah mengkudu dalam dunia kesehatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah .
(4)
Terdapat juga penurunan nilai rata– rata tertinggi asam urat responden seperti di dalam tabel 1. Penurunannya sebesar 2,9 mg/ dl yang merupakan besar selisih dari 19,4 mg/ dl saat sebelum intervensi menjadi 16,5 mg/ dl setelah mendapat intervensi berupa konsumsi minuman mengkudu. Walaupun penurunan nilai tertinggi belum bisa mencapai ke batas normal yaitu 8,5 mg/ dl, namun hal ini menunjukkan adanya mekanisme penurunan asam urat oleh mengkudu dalam penelitian ini.
Adanya mekanisme mengkudu untuk menurunkan asam urat telah dituliskan dalam sebuah jurnal penelitian in vitro oleh Palu, Deng, West & Jensen pada tahun 2009 yang berjudul Xanthine Oxidase Inhibiting
Effects of Noni (Morinda citrifolia)
menjelaskan bahwa mekanisme antigout pada mengkudu adalah dengan menghambat aktivitas enzim xanthine oxidase. Enzim
xanthine oxidase berfungsi untuk melakukan
katalis dalam proses oksidasi hypoxanthine
menjadi xanthine dan kemudian juga mengkatalis oksidasi xanthine menjadi asam urat. Mekanisme penghambatan enzim
xanthine oxidase oleh mengkudu diduga
sama seperti mekanisme obat anti hiperurisemia seperti allopurinol.
Mekanisme lainnya yang juga diduga dapat menurunkan kadar asam urat adalah adanya banyak kandungan antioksidan dalam buah mengkudu yang berpotensi untuk mengatasi banyaknya prooksidan dalam tubuh, antara lain, senyawa querenin yang merupakan golongan flavonoid, senyawa americanol A, americanin A,
americanoic acid A, morindolin, dan
isoprincepin dari golongan lignin serta
vitamin C (Assi, et al., 2015). Hal ini mengacu pada fakta bahwa tingginya kadar asam urat di dalam tubuh merupakan kondisi yang tidak baik bagi kesehatan karena kadar asam urat berlebih akan berperan sebagai prooksidan (McCrudden, 2015). Oleh karena itu, berbagai senyawa antioksidan tersebut
(5)
diduga berpengaruh dalam mekanisme penurunan kadar asam urat yang berlebih oleh minuman mengkudu.
Selain antioksidan, buah mengkudu juga memiliki senyawa quercetin dari golongan flavonoid yang memiliki fungsi sebagai anti inflamasi. Penemuan zat – zat ini diduga menjadi metode untuk menghambat peran xanthine oxidase sebagai katalis dalam proses hidroksilasi oksidatif dari substrat purin (Palu, et al., 2006).
Meskipun telah disebutkan dalam berbagai literatur bahwa buah mengkudu
(Morinda citrifolia) memiliki efek
menurunkan kadar asam urat, namun belum ada literatur yang menyebutkan secara pasti jenis zat kandungan buah mengkudu
(Morinda citrifolia) yang menyebabkan efek
tersebut. Diskusi
Minuman mengkudu dengan dosis 500 mg yang dikonsumsi selama 30 hari
dapat menurunkan dan menstabilkan kadar asam urat lansia penderita hipertensi.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan produk minuman mengkudu dengan isolasi senyawa yang diduga memiliki efek menurunkan asam urat agar manfaatnya lebih maksimal
2. Perlu dilakukan penelitian terhadap asam urat penderita hipertensi di panti jompo agar pemeriksaan dapat dilakukan di tempat dan waktu yang sama.
3. Perlu dilakukan pembuatan produk mengkudu dalam bentuk minuman kemasan sehingga lebih mudah dikonsumsi oleh lansia.
(6)
Daftar Pustaka
Anwar, Bahri. (2009). Hubungan Antara Penyakit Jantung Koroner dan Hipertensi.
Jurnal Volume 10 (2)
Assi, R. A., Darwis, Y., M. Abdulbaqi, I., Khan, A. A., Vuanghao, L., & Laghari, M. (2015). Morinda citrifolia (Noni): A Comprehensive Review On Its Industrial Uses, Pharmacological Activities, and
Clinical Trials. Arabian Journal of
Chemistry, 1-17.
Assob, J. C., Ngowe, M. N., Nsagha, D. S., Njunda, A. L., Waidim, Y., Lemuh, D. N., & Weledji, E. P. (2014). The Relationship between Uric Acid and Hypertension in Adults in Fako Division, SW Region Cameroon. Journal of Nutrition and Food
Science Volume 4, 1-4.
Kelly, J. C., & Barclay MD, L. (2012, 11 29). CME & Education : New Guidelines for the Treatment of Hyperuricemia, Gout.
Diakses dari Medscape :
http://www.medscape.org/viewarticle/77366 9
McCrudden, F. H. (2015). Uric Acid: The Chemistry, Physiology and Pathology of Uric Acid and the Physiologically Important Purin Bodies, with a Discussion of the
Metabolism in Gout. Forgotten Books.
Nelson, S.C. (2003). Morinda citrifolia L. Hawaii: Permanent Agriculture Resources. Palu, A. K., Santiago, R. A., West, B. J., Kaluhiokalani, N., & Jensen, J. (2009). The Effects of Morinda citrifolia L. Noni on High Blood Pressure: A Mechanistic
Investigation and Case Study. American
Chemical Society Symposium Series,
Volume 993, Chapter 39, 446-453.
Palu, A., Deng, S., West, B., & Jensen, J. (2009). Xanthine Oxidase Inhibiting Effects of Noni (Morinda citrifolia) Fruit Juice.
Wiley InterScience : Phytotherapy Research.
Palu, A., Su, C., Zhou, B.-N., Jensen, C., Asay, K., & Story, S. (2006, Juni 29). Paten : Morinda Citrifolia Based Compositions and Methods for Inhibiting Xanthine Oxidase. Diakses dari Google Patents: http://www.google.com/patents/US2006014 1076
Qiu, L., Cheng, X.-q., Wu, J., Liu, J.-t., Xu, T., Ding, H.-t., . . . Zhu, G.-j. (2013). Prevalence of Hyperuricemia and Its Related Risk Factors In Healthy Adults fromNorthern and Northeastern Chinese
Provinces. BMC Public Health : Chronic
Disease Epidemiology Volume 13, 664-672.
Singh, D.R. (2012). A Review of Scientific Validation for Its Nutritional and Therapeutic Propertis. Journal of Diabetes
and Endocrinology, Vol.3, 77-91
Tabassum, Nahida., & Ahmad, Feroz. (2011). Role of Natural Herbs in The Treatment of Hypertension. Pharmacogn Rev. Diakses 31 Maret 2015, dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P MC3210006/