Karakteristik Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Indonesia

KARAKTERISTIK PANGAN JAJANAN ANAK
SEKOLAH DASAR DI INDONESIA

BRAMANTO JAYASIDDAYATRA

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Pangan
Jajanan Anak Sekolah Dasar di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, April 2014
Bramanto Jayasiddayatra
NIM G14080089

ABSTRAK
BRAMANTO JAYASIDDAYATRA. Karakteristik Pangan Jajanan Anak
Sekolah Dasar di Indonesia. Dibimbing oleh HARI WIJAYANTO dan LA ODE
ABDUL RAHMAN.
Rendahnya tingkat keamanan pangan jajanan di sekolah dasar menjadi
salah satu hambatan penting pembangunan sumber daya manusia Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan secara berkala supaya
dampak negatif pada jajanan sekolah dapat diminimalisir. Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) telah melakukan survei untuk
memperoleh data secara rinci mengenai kondisi jajanan yang dijual di sekolah
dasar. Tujuan penelitian ini secara spesifik adalah (1) Memberikan gambaran
umum pangan jajanan anak sekolah di Indonesia; (2) Mengidentifikasi jenis
pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Survei
dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. Jumlah contoh jajanan
yang didapatkan sebanyak 7207 dimana jenis kudapan paling banyak dijual,

sisanya diikuti oleh makanan ringan, es, mie, bakso, minuman warna, dan jeli.
Pada contoh jajanan dilakukan pengujian parameter untuk menentukan apakah
memenuhi syarat atau tidak. Hasil pengujian menunjukkan masih terdapat jajanan
yang tidak memenuhi syarat (TMS) karena bahan tambahan pangan (BTP) yang
berlebihan dan tidak diperbolehkan serta adanya cemaran mikroorganisme.
Penyebab utama jajanan TMS untuk es, jeli, dan minuman ringan adalah
kandungan siklamat. Bakso dan kudapan terindikasi adanya cemaran bakteri yang
tinggi berdasarkan parameter uji Angka Lempeng Total (ALT). Mie diketahui
terdapat kandungan bahan pengawet berupa formalin sedangkan makanan ringan
terdapat kandungan boraks. Analisis biplot menunjukkan wilayah Papua Maluku
mempunyai persentase jajanan TMS paling tinggi dan beresiko untuk es, jeli,
kudapan, makanan ringan, dan mie.
Kata kunci : analisis biplot, pangan jajanan anak sekolah dasar

ABSTRACT
BRAMANTO JAYASIDDAYATRA. Characteristics of Elementary School
Children Food in Indonesia. Advised by HARI WIJAYANTO and LA ODE
ABDUL RAHMAN.
The healthy level of food in elementary school could be the one of main
obstacle for Indonesia to develop human resources in the future. Observation in

periodic time must be done to minimalize the negative affect. National Agency of
Drugs and Foods Control has already made a survey to collect detail of

elementary school children food which sold in the school. The purpose of this
research are (1) To explained the characteristics of elementary school children
food in Indonesia; (2) To identify the food which not eligible to consume by
elementary school children. This survey had been done in February till Mei 2012.
Based on 7207 samples, fried food was the most and then followed by snacks, ice,
noodles, meatballs, softdrink, and jelly. From these sample, testing of parameters
was carried out to determine whether certain elementary school children food
eligible to consume or not. Test results showed that there was food not eligible to
consume by elementary school children because of excessive food additives and
microorganism contamination. The main caused of elementary school children
food becomed ineligible for ice, jelly, and softdrink was cyclamate. Meatballs and
fried food were indicated contaminating by high bacterial based on total plate
count testing parameter. Noodles were known containing any preservatives such
as formaldehyde and snacks contained borax. Biplot analysis showed that Papua
Maluku region have the highest number of ineligible elementary school children
food and risk substance for ice, jelly, fried food, snacks, and noodles.
Key words: biplot analysis, elementary school children food


KARAKTERISTIK PANGAN JAJANAN ANAK
SEKOLAH DASAR DI INDONESIA

BRAMANTO JAYASIDDAYATRA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Statistika
pada
Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Karakteristik Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Indonesia
Nama

: Bramanto Jayasiddayatra
NIM
: G14080089

Disetujui oleh

Dr Ir Hari Wijayanto, MSi
Pembimbing I

La Ode Abdul Rahman, SSi, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Anang Kurnia, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah jajanan anak sekolah, dengan judul Karakteristik Pangan
Jajanan Anak Sekolah Dasar di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Hari Wijayanto, MSi dan
Bapak La Ode Abdul Rahman, SSi, MSi selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak saran dan kritik. Di samping itu, ucapan terima kasih
diberikan kepada Bapak Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr serta para staf Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Divisi Keamanan Pangan.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, kakak, seluruh
keluarga, serta teman-teman atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

Bramanto Jayasiddayatra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


1

METODOLOGI

2

Sumber Data

2

Metode Analisis

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Eksplorasi Data


6

Analisis Biplot

12

SIMPULAN DAN SARAN

13

Simpulan

13

Saran

14

DAFTAR PUSTAKA


14

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8

9

Jenis jajanan anak sekolah dan parameter uji
Sebaran jumlah contoh setiap jenis jajanan
Persentase TMS parameter uji jajanan jenis kudapan
Persentase TMS parameter uji jajanan jenis jeli
Persentase TMS parameter uji jajanan jenis mie
Persentase TMS parameter uji jajanan jenis makanan ringan
Persentase TMS parameter uji jajanan jenis bakso
Persentase TMS parameter uji jajanan jenis es
Persentase TMS parameter uji jajanan jenis minuman warna

3
6
8
9
9
10
11
11
11

DAFTAR GAMBAR
1 Perbandingan persentase jajanan memenuhi syarat (MS) dan
tidak memenuhi syarat (TMS)
2 Biplot sebaran provinsi dan jenis jajanan TMS

7
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Persentase jajanan TMS setiap provinsi
Jumlah contoh jenis jajanan setiap provinsi
Persentase jajanan TMS setiap wilayah
Jumlah contoh jenis jajanan setiap wilayah

15
16
17
17

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anak periode usia sekolah dasar memerlukan asupan pangan yang bergizi dan
aman dikonsumsi. Rendahnya tingkat aman konsumsi pangan jajanan anak
sekolah (PJAS) di sekolah dasar perlu mendapat perhatian khusus karena secara
tidak langsung bisa menjadi salah satu hambatan penting dalam pembangunan
sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Perkembangan pesat teknologi
produksi bahan pangan tambahan (BTP) untuk pembuatan pangan jajanan terbukti
dapat meningkatkan kemampuan produsen dalam menghasilkan produknya
menjadi lebih enak dengan warna menarik.
Pada umumnya mereka pernah bahkan sering membeli pangan jajanan yang
dijual di kantin maupun di sekitar sekolah tanpa menyadari bahwa sebagian
pangan jajanan yang dikonsumsi itu kelak dapat membahayakan kesehatan
tubuhnya dan kondisi tersebut diperparah dengan cara penjualan yang tidak
semestinya yaitu di tepi jalan yang relatif terbuka sehingga rawan tercemar oleh
mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Menyikapi kondisi tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia (BPOM RI) selaku pemerintah terus meningkatkan pemantauan dan
pengawasan terhadap kantin sekolah dan atau para penjual di sekitar sekolah
karena sebagian jajanan tersebut dibuat dalam kondisi dan cara yang tidak
semestinya. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalisir dampak negatif yang
dapat ditimbulkan akibat jajanan tersebut khususnya bagi anak sekolah dasar serta
bagi sekolah tempat mereka belajar. Adanya dampak negatif memberikan
pertanda bahwa tingkat keamanan jajanan sekolah masih buruk dan telah menjadi
masalah serius dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia.
Salah satu kegiatan pemantauan di lapangan oleh BPOM dilaksanakan dengan
melakukan kegiatan penarikan contoh jajanan. Pengawasan tersebut difokuskan
pada titik-titik rawan akan jajanan berpotensi beresiko tidak aman dikonsumsi
yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Dalam rangka kegiatan tersebut, BPOM RI telah membuat suatu pedoman dalam
proses pengambilan contoh agar hasil kegiatan pemantauan bisa lebih mewakili
kondisi riil di lapang, mudah diinterpretasikan, dan lebih mudah ditentukan
langkah-langkah penanggulangannya.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran umum pangan jajanan anak sekolah di Indonesia.
2. Mengidentifikasi jenis pangan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.

2

METODOLOGI
Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data hasil survei terhadap pangan jajanan
anak sekolah yang dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM RI). Survei dilaksanakan pada bulan Februari sampai
Mei tahun 2012. Survei dilaksanakan pada 30 provinsi di Indonesia. Sasaran
responden yang menjadi objek penelitian adalah pedagang yang menjual jajanan
sekolah baik yang dijajakan di kantin maupun di sekitar sekolah. Sekolah yang
disurvei tersebar di ibukota provinsi dan kabupaten/kota. Survei di ibukota
provinsi dilakukan oleh Balai Besar POM. Jumlah sekolah yang ditetapkan
menjadi tujuan survei sebanyak 30, di mana 15 lokasi diantaranya merupakan
sekolah yang akan diberikan Bimbingan Teknis (Bimtek) Keamanan Pangan
Jajanan Anak Sekolah. Lima belas lokasi sisanya ditentukan dengan cara sebagai
berikut: (1) Inventarisasi seluruh SD/MI sederajat di wilayah balai (diluar 15
SD/MI yang akan diberi Bimtek). Inventarisasi dilakukan untuk mendata objek
keseluruhan sekolah dasar yang berada dalam wilayah tersebut. Setiap wilayah
mempunyai karakteristik dan jumlah yang berbeda-beda; (2) Menentukan lokasi
sedemikian rupa sehingga lokasi yang terpilih tersebut mewakili dan terdapat
sekolah–sekolah yang berpotensi beresiko terhadap jajanan sekolah. Sedangkan
survei di kabupaten/kota dilakukan oleh Balai POM dengan total lokasi sekolah
sebanyak 15 yang merupakan SD/MI terpilih yang akan diberikan Bimtek.
Tahapan kegiatan pengambilan contoh adalah sebagai berikut: (1) Inventarisasi
lokasi seluruh sekolah yang menjadi sasaran pelaksanaan contoh; (2) Survei awal
melihat jumlah pedagang yang menjajakan jajanan dan keberagaman jenis yang
dijual. Jika di sekitar sekolah yang dikunjungi tidak cukup banyak pedagang yang
berjualan maka lokasi dapat diganti dengan lokasi SD / MI yang berdekatan; (3)
Mengambil jenis jajanan masing-masing (minimal) dari 2 pedagang yang berbeda;
dan (4) Mengemas contoh agar terhindar dari pencemaran, memberikan kode dan
identitas, kemudian dibawa ke laboratorium balai atau balai besar untuk diuji
tingkat keamanan pangannya. Kriteria contoh adalah jajanan yang diduga
mengandung bahan tambahan makanan berlebihan dan terdapat cemaran
mikroorganisme yang berbahaya.
Semua jenis jajanan tersebut kemudian dilakukan pengujian untuk dibuktikan
apakah terdapat kandungan bahan tambahan pangan atau cemaran
mikroorganisme. Pengujian dilakukan sesuai parameter uji yang mengindikasikan
kalau jajanan tersebut beresiko. Setiap jajanan mempunyai cara pengujian yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung dari jenis jajanannya. Jenis
pangan yang ditentukan oleh BPOM RI sebanyak 7 jenis. Jajanan tersebut antara
lain bakso, es, jeli, kudapan, makanan ringan, mie, dan minuman warna. Berikut
tabel pengujian kandungan terhadap jenis jajanan.

3

Tabel 1 Jenis jajanan anak sekolah dan parameter uji
No Jenis Jajanan
Parameter Uji
1 Bakso
(sebelum
diseduh/ Boraks, Formalin, Cemaran mikroba
disajikan)
(ALT, MPN Coliform, MPN E.Coli,
Salmonella sp, S. aureus, C.
prefingens).
2 Es (es mambo, lolipop, es lilin, es Pewarna (Rhodamin B, Methanyl
teler, es cendol, es campur, es Yellow), Pengawet (benzoat, sorbat),
cincau, es kelapa, es teh, dan Pemanis buatan (siklamat, sakarin),
Cemaran mikroba (ALT, MPN
sejenisnya)
Coliform, MPN E.Coli, Salmonella sp,
S. aureus, C. prefingens, Kapang
Khamir).
3 Jeli, agar-agar, produk gel lainnya Pewarna (Rhodamin B, Methanyl
Yellow), Pengawet (benzoat, sorbat),
Pemanis buatan (siklamat, sakarin),
Cemaran mikroba (MPN Coliform, S.
aureus).
4 Kudapan (makanan gorengan, Formalin, Boraks, Pewarna (Rhodamin
seperti bakwan, ubi goreng, B, Methanyl Yellow), Pemanis buatan
pisang goreng, tahu isi, cilok, (siklamat, sakarin), Nitrit, Cemaran
sosis, ayam goreng, batagor, logam timbal (Pb), Cemaran mikroba
lumpia, pempek, sate kikil, (ALT, MPN E.Coli, S. aureus).
lontong, jajanan pasar, dan
sejenisnya).
5 Makanan
ringan
(kerupuk, Boraks, Pewarna (Rhodamin B,
keripik, produk ekstrusi dan Methanyl Yellow), Pengawet (benzoat,
sejenisnya)
sorbat), Pemanis buatan (siklamat,
sakarin), Cemaran mikroba (MPN
E.Coli, S. aureus).
6 Mie (disajikan/siap dikonsumsi)
Formalin, Boraks, Pewarna (Methanyl
Yellow), Cemaran mikroba (MPN
E.Coli, S. aureus).
7 Minuman warna, sirup, dan Pewarna (Rhodamin B, Methanyl
minuman serbuk
Yellow), Pengawet (benzoat, sorbat),
Pemanis buatan (siklamat, sakarin,
acesulfam K), Cemaran mikroba (
ALT, MPN Coliform, MPN E.Coli,
Salmonella sp, S. aureus, Kapang
Khamir).
(Sumber : Petunjuk Teknis Sampling PJAS 2012)

4

Metode Analisis
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel
for Windows. Proses analisa terhadap data dilakukan dengan program Microsoft
Excel dan Minitab versi 15. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan eksplorasi data dengan menghitung jumlah keseluruhan jajanan,
jumlah masing-masing jajanan, jumlah keseluruhan jajanan setiap provinsi,
dan jumlah masing-masing jajanan setiap provinsi. Hal tersebut dilakukan
untuk melihat karakteristik umum sebaran jajanan.
2. Menghitung persentase jajanan yang tidak memenuhi syarat.
Semua jajanan dilakukan pengujian sebagaimana tertera pada Tabel 1,
masing-masing jajanan mengandung parameter yang diujicobakan. Apabila
satu dari beberapa uji terdapat kandungan yang diketahui masih berada dalam
ambang batas yang ditetapkan maka jajanan tersebut memenuhi syarat (MS),
jika melebihi ambang batas maka jajanan tersebut dikatakan tidak memenuhi
syarat (TMS).
Untuk mengamati seberapa banyak jajanan tidak memenuhi syarat setiap
provinsi dan jajanan dihitung dengan formula :

Untuk menghitung persentase parameter penyebab jajanan tidak
memenuhi syarat dihitung dengan formula :

3.

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan parameter uji adalah bahwa
tidak semua parameter pengujian dilakukan terhadap jajanan yang
bersangkutan.
Menghitung korelasi antara jumlah setiap jajanan seluruh provinsi dan
persentase jajanan tidak memenuhi syarat serta jumlah total jajanan setiap
provinsi dan persentase jajanan yang tidak memenuhi syarat.
Analisis korelasi ini digunakan untuk menyelidiki apakah ada hubungan
antara jumlah contoh dan persentase jajanan tidak memenuhi syarat. Analisis
korelasi merupakan analisis yang mengukur keeratan hubungan linier antara

5

dua peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x dan y diperoleh dengan
rumus




dengan nilai i = 1,2,3,....n











(∑

)

Nilai korelasi positif menunjukkan bahwa nilai dua peubah tersebut
memiliki hubungan linier yang positif dan jika nilai peubah tersebut bernilai
korelasi negatif maka memiliki hubungan linier yang negatif. Semakin dekat
nilai korelasi dengan angka -1 atau +1 maka hubungan linier diantara
keduanya semakin kuat. Jika nilai korelasi mendekati angka 0 maka
hubungan linier akan semakin lemah dan cenderung tidak ada hubungan sama
sekali.
Hipotesis yang berlaku dalam analisis korelasi pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
H0 : ρ = 0 (tidak ada hubungan linier antar peubah)
H1 : ρ ≠ 0 (ada hubungan linier antar peubah)
Langkah selanjutnya adalah menguji signifikansi untuk koefisien korelasi
dengan kaidah pengujian sebagai berikut jika :

4.

Nilai p ≤ 0.05 maka nilai koefisien signifikan pada taraf nyata 5%.
Nilai p > 0.05 maka nilai koefisien tidak signifikan pada taraf nyata 5%.
Melakukan analisis biplot untuk mengidentifikasi sebaran jenis jajanan yang
tidak memenuhi syarat di wilayah Indonesia.
Analisis biplot pertama kali diperkenalkan oleh Gabriel (1971). Biplot
merepresentasikan grafis yang mengandung informasi pada n x p data
matriks. Informasi pada baris menunjukkan contoh unit dan pada kolom
menunjukkan peubah. Grafik biplot menggambarkan hubungan antar objek,
peubah, serta membantu membentuk kelompok (Johnson dan Wichern 2007).
Informasi dan interpretasi yang diperoleh pada biplot antara lain :
1. Kedekatan antar objek.
Dua objek atau lebih yang memiliki karakteristik relatif mirip
digambarkan dalam titik yang saling berdekatan.
2. Hubungan antar peubah.
Biplot akan menggambarkan peubah garis (vektor) berarah. Dua garis
yang searah dan membentuk sudut lancip mendekati nol derajat memiliki
korelasi positif yang tinggi. Apabila sudut yang dibentuk tumpul
mendekati seratus delapan puluh derajat memiliki korelasi negatif tinggi.

6

Jika sudut yang dihasilkan ortogonal mendekati sembilan puluh derajat
kemungkinan kecil berkorelasi.
3. Nilai objek pada suatu peubah.
Karakteristik suatu objek bisa disimpulkan dari posisi relatifnya
terhadap arah yang ditunjuk peubah. Semakin tinggi proyeksi objek
terhadap arah yang ditunjuk suatu peubah maka relatif semakin besar nilai
amatan terhadap peubah tersebut.
4. Keragaman peubah.
Peubah yang terbentuk berupa panjang vektor. Semakin panjang vektor
maka semakin tinggi keragaman peubah tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksplorasi Data
Jumlah jajanan yang tercakup dalam survei pangan jajanan anak sekolah tahun
2012 sebesar 7207 jajanan. Jumlah jajanan tersebar pada seluruh SD/MI yang
menjadi objek survei di 30 provinsi. Jenis jajanan yang dijual mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda. Sebaran jumlah contoh masing-masing jajanan
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Sebaran jumlah contoh setiap jenis jajanan
Jenis Jajanan
Bakso
Es
Jeli
Kudapan
Makanan Ringan
Mie
Minuman Warna
Total

Jumlah
568
995
392
2731
1280
588
653
7207

Tabel 2 memperlihatkan bahwa jumlah jenis jajanan yang terkumpul berbedabeda antara satu dan yang lainnya. Jenis jajanan paling banyak dijual adalah
kudapan. Jajanan tersebut adalah jajanan sejenis makanan gorengan seperti
bakwan, ubi goreng, tahu isi, cilok, pisang goreng, sosis, ayam goreng, batagor,
lumpia, pempek, sate kikil, lontong, serta jajanan pasar. Para penjaja banyak yang
menjual jenis kudapan karena hanya membutuhkan modal sedikit untuk
membuatnya ditambah bahan bakunya mudah untuk didapatkan di pasar dengan
harga yang lebih murah. Jumlah jenis kudapan sebesar 2731 atau mencapai 38%
dari keseluruhan total jajanan.

7

Perbedaan jumlah jajanan juga terjadi di setiap wilayah dimana jumlah jajanan
paling banyak berada di provinsi Sumatra Selatan dengan total jajanan sebesar
527 atau hampir mencapai 7.3% dari keseluruhan provinsi sedangkan jumlah
paling sedikit berada di provinsi Maluku dengan total 54 jajanan atau hanya
sekitar 0.75%. Bervariasinya jumlah jajanan setiap daerah disebabkan ada
perbedaan jenis balai di daerah. Balai yang berada Provinsi Sumatra Selatan
meupakan balai besar sedangkan Provinsi Maluku merupakan balai kecil sehingga
ada perbedaan penjatahan dalam jumlah sekolah dasar yang merupakan tempat
dimana jajanan tersebut dijual.
Jajanan yang sudah terambil kemudian dilakukan pengujian sesuai parameter
untuk diamati jenis kandungan yang terdapat di jajanan tersebut. Jika jenis jajanan
mengandung salah satu parameter tersebut atau terdapat kandungan yang melebihi
batas maka jajanan tersebut dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS). Pada
Gambar 1 menunjukkan perbandingan jumlah jajanan yang memenuhi syarat
(MS) dan tidak memenuhi syarat (TMS). Dapat dilihat dari gambar bahwa masih
terdapat jajanan yang tidak memenuhi syarat. Meskipun komposisinya tidak
terlalu tinggi tetapi kandungan yang menyebabkan jajanan tersebut menjadi TMS
tetap tidak sehat, tentu saja hal ini membahayakan kesehatan anak sekolah dasar.

19.11%
80.89%

9.92%
90.08%
49.95%
22.18%
77.82%
Bakso (n=568)

50.05%

Es (n=995)

9.35%
27.04%
72.96%

Jeli (n=392)

90.65%
Kudapan
(n=2731)

MS

47.93%
52.07%

Makanan Ringan Mie (n=588) Minuman Warna
(n=1280)
(n=653)

TMS

Gambar 1 Perbandingan persentase jajanan memenuhi syarat (MS) dan tidak
memenuhi syarat (TMS)
Meskipun jenis jajanan yang paling banyak dijajakan adalah jenis kudapan
namun jajanan jenis es mempunyai persentase tidak memenuhi syarat yang cukup
tinggi yaitu sebesar 49.95%. Jajanan jenis es yang dijual meliputi es mambo,
lolipop, es lilin, es teler, es cendol, es campur, es cincau, es kelapa, es teh, dan
sejenisnya.
Hasil analisis korelasi hubungan antara persentase setiap jajanan TMS dan
jumlah contoh setiap jenis jajanan menunjukkan nilai koefisien sebesar -0.204
dengan nilai-p 0.661 dimana nilai-p lebih dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah contoh jajanan tidak memiliki hubungan linier dengan persentase TMS.

8

Dengan kata lain, persentase TMS pada setiap jajanan tidak ada hubungannya
dengan apakah jumlah contohnya banyak atau sedikit saja. Akan tetapi, jika
ditelusuri lebih jauh pada setiap provinsinya, ternyata ada korelasi sebesar -0.378
dengan nilai-p 0.039 dimana nilai-p kurang dari 0.05. Hal ini mengindikasikan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah contoh setiap provinsi dengan
persentase TMS. Dengan kata lain, semakin sedikit jumlah contoh maka semakin
besar persentase TMS. Hal ini pastinya diperhatikan secara serius oleh pemerintah
karena pengaruh tersebut menunjukkan adanya kecenderungan jumlah contoh
jajanan yang diambil dengan keputusan terjadinya jajanan TMS.
Pada daerah tertentu terdapat jumlah contoh yang melebihi jumlah sesuai
isyarat petunjuk teknis seperti Sumatra Selatan. Hal ini dikhawatirkan jika
kelebihan jumlah contoh yang diikuti jumlah sekolah maka sekolah yang menjadi
tujuan survei adalah sekolah-sekolah yang ada kemungkinan berpotensi tidak
terdapat jajanan beresiko diluar sekolah yang telah mendapat bimbingan teknis.
Oleh karena itu, diperlukan suatu mekanisme dalam proses pengambilan contoh
yang baik serta sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah.
Berbagai jenis jajanan yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengujian
untuk membuktikan apakah jajanan tersebut mengandung bahan tambahan pangan
(BTP) yang melebihi kadar atau tidak diperbolehkan serta adanya cemaran
mikroorganisme. Setelah dilakukan pengujian terhadap masing-masing parameter
uji pada jenis jajanan diketahui masih banyak terdapat jajanan yang tidak
memenuhi syarat. Pengujian ini dilakukan untuk melihat parameter yang menjadi
penyebab jajanan menjadi tidak memenuhi syarat secara keseluruhan.
Tabel 3 Persentase TMS parameter uji jajanan jenis kudapan
Parameter Uji
ALT
Formalin
Boraks
S. aureus
MPN E. Coli
MPN Coliform
Logam Timbal (Pb)
Benzoat
Siklamat
Sakarin
AKK

Persentase
69.73
8.43
6.51
5.94
5.56
4.41
3.07
2.68
2.30
2.11
1.53

Persentase parameter uji jajanan jenis kudapan seperti yang tertera pada Tabel
3 menunjukkan hasil parameter uji untuk Angka Lempeng Total (ALT)
mempunyai angka persentase yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain
yaitu sebesar 69.73%.
Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang digunakan
untuk mengetahui jumlah mikroba yang berada dalam sampel. Metode ini

9

menetapkan angka bakteri aerob mesofil yaitu bakteri yang melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen. Hasil pengujian ALT pada jenis jajanan
kudapan dan bakso diketahui melebihi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai
standar sehingga paling banyak berpengaruh pada kandungan jajanan tersebut.
Cemaran mikroorganisme seperti bakteri yang melebihi batas dapat menyebabkan
keracunan. Cemaran bakteri terjadi karena sebagian besar jajanan tersebut banyak
dijual di tempat yang bukan semestinya, yaitu tepi jalan sehingga rawan tercemar
oleh debu dan asap kendaraan bermotor.
Tabel 4 Persentase TMS parameter uji jajanan jenis jeli
Parameter Uji
Siklamat
MPN Coliform
Sakarin
Benzoat
ALT
Rhodamin B
MPN E.Coli

Persentase
69.81
24.53
16.04
6.60
2.83
2.83
1.89

Persentase parameter uji jajanan jenis jeli seperti yang tertera pada Tabel 4
menunjukkan hasil parameter uji untuk siklamat mempunyai angka persentase
yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain yaitu sebesar 69.81%.
Siklamat merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memberikan rasa
manis dalam makanan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Pemanis ini sering
digunakan untuk makanan kaleng yang diproses dalam suhu tinggi karena
merupakan pemanis yang tahan panas, selain itu pemanis ini juga didapatkan
dengan harga murah dibandingkan gula alami sehingga banyak digunakan oleh
pedagang kecil dan industri rumahan karena dapat menghemat biaya produksi.
Walaupun mempunyai rasa manis serta berbiaya murah, penggunaan siklamat
harus dibatasi karena dapat membahayakan kesehatan. Bahaya akan siklamat
dapat memunculkan gangguan bagi kesehatan seperti tumor dan kerusakan
kromosom (Yuliarti, 2007).
Tabel 5 Persentase TMS parameter uji jajanan jenis mie
Parameter Uji
Formalin
MPN E. Coli
ALT
Boraks
MPN Coliform
S. aureus
Kapang Khamir
Benzoat
Sakarin

Persentase
40.00
25.45
18.18
18.18
5.45
5.45
1.82
1.82
1.82

10

Persentase parameter uji jajanan jenis mie seperti yang tertera pada Tabel 5
menunjukkan hasil parameter uji untuk formalin mempunyai angka persentase
yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain yaitu sebesar 40%.
Formalin merupakan larutan komersial dengan konsentrasi 10-40%
formaldehid. Penggunaan formalin yang sebenarnya bukan untuk makanan
melainkan sebagai antiseptik, germisida, dan pengawet non makanan. Besarnya
manfaat di bidang industri ternyata banyak disalahgunakan untuk penggunaan
pengawetan industri makanan. Selain harga murah dan mudah didapatkan,
produsen seringkali tidak mengetahui penggunaan bahan tersebut karena dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan.
Kandungan formalin yang tinggi akan meracuni tubuh, iritasi pada lambung,
alergi, menyebabkan kanker, dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan
fungsi sel). Dalam kadar yang sangat tinggi dapat menyebabkan kegagalan
peredaran darah yang berujung kematian (Cahyadi, 2008).
Tabel 6 Persentase TMS parameter uji jajanan makanan ringan
Parameter Uji
Boraks
Rhodamin B
Siklamat
S. aureus
ALT
Kapang Khamir
Formalin
Sakarin
Benzoat
MPN Coliform
Logam Timbal (Pb)

Persentase
38.58
25.20
15.75
10.24
7.87
2.36
2.36
2.36
1.57
1.57
1.57

Persentase parameter uji jajanan jenis makanan ringan seperti yang tertera pada
Tabel 6 menunjukkan hasil parameter uji untuk boraks mempunyai angka
persentase yang lebih tinggi daripada parameter uji yang lain yaitu sebesar
38.58%.
Boraks dapat disebut asam borat, bahan ini merupakan pembersih, fungisida,
herbisida, dan insektisida yang bersifat toksik atau meracuni manusia. Meskipun
bukan pengawet, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan serta
dapat mengenyalkan makanan.
Pemakaian secara berulang pada boraks dapat menimbulkan keracunan yang
ditandai mual, diare, lemah, dan sakit kepala. Boraks dapat mengakibatkan iritasi
pada mata, kulit, atau saluran respirasi. Dalam jangka panjang mengakibatkan
tanda-tanda merah pada kulit dan gagal ginjal (Yuliarti, 2007).

11

Tabel 7 Persentase TMS parameter uji jajanan jenis bakso
Parameter Uji
ALT
MPN Coliform
MPN E. Coli
Formalin
Boraks
S. aureus
C. perfringens

Persentase
69.05
62.70
16.67
6.35
4.76
3.17
1.59

Tabel 8 Persentase TMS parameter uji jajanan jenis es
Parameter Uji
Siklamat
MPN Coliform
ALT
Kapang Khamir
MPN E. Coli
S. aureus
Rhodamin B
Sakarin
Benzoat

Persentase
47.08
45.27
42.66
32.80
5.03
3.42
1.61
1.61
1.21

Hasil pengujian jajanan jenis bakso yang tertera di Tabel 7 telah diketahui
angka persentase paling tinggi terdapat pada parameter uji angka lempeng total
(ALT) yaitu sebesar 69.05%. Hal yang sama juga terjadi pada jenis jajanan es
yang tertera di Tabel 8 didapatkan angka persentase parameter uji siklamat yaitu
sebesar 47.08%. Namun jika dicermati, didapatkan angka persentase parameter uji
MPN (Most Probable Number) Coliform yang tidak terpaut jauh dengan
parameter uji ALT dan siklamat yaitu masing-masing sebesar 62.70% dan
45.27%.
Pengujian MPN Coliform merupakan metode secara statistik yang digunakan
dalam menghitung jumlah bakteri coliform yang merupakan kontaminan makanan
dan minuman. Bakteri coliform merupakan jenis bakteri yang hidup dalam saluran
pencernaan manusia serta bakteri yang menjadi indikator adanya pencemaran
bakteri patogen (dapat menimbulkan penyakit).
Tabel 9 Persentase TMS parameter uji jajanan jenis minuman warna
Parameter Uji
Siklamat
ALT
Kapang Khamir
MPN Coliform
Acesulfam
Aspartam
Benzoat
MPN E. Coli
Sakarin

Persentase
46.01
42.17
40.58
34.82
9.58
7.99
6.71
3.83
2.56

12

Hasil pengujian jajanan jenis minuman warna yang tertera di Tabel 9 telah
diketahui angka persentase paling tinggi terdapat pada parameter uji siklamat
yaitu sebesar 46.01% kemudian diikuti oleh ALT sebesar 42.17%. Namun jika
dicermati, terdapat parameter uji Angka Kapang Khamir (AKK) yang angka
persentasenya tidak terpaut jauh dari keduanya yaitu sebesar 40.58%. Uji tersebut
untuk menetapkan angka kapang dalam makanan.
Kapang merupakan kelompok mikroba dalam fungi atau jamur. Kapang
merupakan mikroorganisme bersel banyak serta memiliki ukuran dari skala
mikroskopis hingga makroskopis.
Gangguan kesehatan banyak ditimbulkan oleh spora kapang yang dapat
menyerang saluran pernapasan seperti asma, alergi rinitis, dan sinusitis. Penyakit
lain adalah infeksi kapang yang dapat menyebabkan tumbuhnya spora dalam
saluran pernapasan (Arifah, 2010).
Analisis Biplot
Analisis biplot dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang wilayah dan
jenis jajanan yang tersebar. Peubah yang diamati adalah persentase jenis jajanan
yang tidak memenuhi syarat (TMS) serta wilayah tempat jajanan tersebut berada.
Hal ini dilakukan karena untuk setiap provinsi, ada korelasi antara jumlah contoh
dan persentase TMS. Akan tetapi ketika digeneralisasi ke dalam kelompok
wilayah, tidak terdapat korelasi antara jumlah contoh dan persentase TMS. Nilai
korelasi antara jumlah contoh pada wilayah dan persentase TMS sebesar -0.663
dengan nilai-p 0.151 dimana nilai-p lebih dari 0.05. Hal ini menunjukkan
perbedaan jumlah total contoh pada secara kewilayahan tidak signifikan pada
persentase jajajan TMS sehingga karakteristik jumlah jajanan yang relevan untuk
dibahas adalah persentase TMS di setiap kelompok wilayah tersebut. Berdasarkan
hasil analisis antara kedua peubah tersebut, diperoleh keragaman data yang
mampu dijelaskan oleh biplot sebesar 90.43% dengan masing-masing nilai
komponen pertama sebesar 72.26% dan komponen kedua sebesar 18.17%.
Hasil analisis biplot menunjukkan kedekatan karakteristik antar wilayah, nilai
relatif tiap peubah pada wilayah, keragaman data jenis peubah, dan nilai korelasi
antar jenis jajanan. Peubah jajanan jenis bakso, es, jeli, kudapan, makanan ringan,
mie, dan minuman warna memiliki panjang vektor yang relatif sama panjang, hal
ini menunjukkan bahwa keragaman data pada peubah-peubah tersebut relatif sama
besar. Beberapa peubah jajanan menunjukkan kedekatan antar vektornya karena
sudut antara masing-masing peubah membentuk kurang dari 90 derajat sehingga
dapat dikatakan ada korelasi pada jajanan es, makanan ringan, jeli, kudapan, dan
mie. Namun semua peubah tersebut tidak berkorelasi dengan peubah jajanan
minuman warna dan bakso karena membentuk sudut lebih dari 90 derajat.
Sedangkan kedua peubah jajanan tersebut saling berkorelasi.

13

Berdasarkan kedekatan antar wilayah dapat dibagi menjadi tiga kelompok
wilayah yaitu pertama adalah wilayah Papua Maluku, kedua adalah wilayah Nusa
Tenggara dan Kalimantan, ketiga adalah wilayah Sulawesi, Sumatra, dan Jawa
Bali. Berdasarkan kedekatan antar jajanan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pertama jajanan minuman warna dan bakso, kelompok kedua yaitu jajanan es, jeli,
kudapan, makanan ringan, dan mie.
Berdasarkan kedekatan antar wilayah dan jenis jajanan maka hal-hal yang
terlihat cukup jelas adalah sebagai berikut: (1) Wilayah cakupan Papua Maluku
mempunyai persentase jajanan TMS yang tinggi untuk jenis es, jeli, kudapan,
makanan ringan, dan mie; (2) Wilayah cakupan Nusa Tenggara mempunyai
persentase jajanan TMS yang paling tinggi untuk minuman warna dibandingkan
wilayah Kalimantan; (3) Wilayah cakupan Kalimantan mempunyai persentase
jajanan TMS yang cukup tinggi untuk jenis bakso dan minuman warna; (4)
Wilayah cakupan Sumatra, Sulawesi, dan Jawa Bali mempunyai persentase
jajanan TMS yang rendah untuk semua jenis jajanan.
Biplot (axes F1 and F2: 90,43 %)
2
Nusa Tenggara
1,5

Minuman Warna

1

Bakso

F2 (18,17 %)

Kalimantan
Es
Makanan Ringan
Jeli
Mie
Kudapan
Papua + Maluku

0,5
0
-0,5
Sumatra
Jawa + Bali

-1

Sulawesi

-1,5
-2
-2,5

-2

-1,5

-1

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

2,5

F1 (72,26 %)

Gambar 2 Biplot sebaran provinsi dan jenis jajanan TMS

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jajanan yang dijual di sekolah dasar beragam jenisnya. Adapun dari 7 jenis
jajanan yang disurvei, jajanan yang banyak dijual adalah kudapan atau jajanan
sejenis gorengan sedangkan jajanan yang mempunyai persentase tidak memenuhi

14

syarat tertinggi diantara keseluruhan masing-masing jajanan adalah jajanan jenis
es.
Analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan negatif antara jumlah contoh
tiap provinsi dan persentase jajanan tidak memenuhi syarat (TMS) serta jumlah
contoh tiap jajanan dan persentase jajanan TMS, hal ini memperlihatkan bahwa
semakin sedikit jumlah contoh akan meningkatkan persentase jajanan TMS.
Perhitungan persentase parameter uji yang menyebabkan jajanan TMS
menunjukkan nilai tertinggi pada jenis jajanan kudapan dan bakso adalah Angka
Lempeng Total (ALT). Jajanan jenis jeli, es, dan minuman warna adalah siklamat.
Jajanan jenis mie adalah formalin. Jajanan jenis makanan ringan adalah boraks.
Analisis biplot menunjukkan persebaran jajanan yang tidak memenuhi syarat
masih terdapat di setiap provinsi. Wilayah dengan letak paling jauh dari ibukota
seperti wilayah Papua Maluku mempunyai persentase jajanan tidak memenuhi
syarat paling tinggi pada sebagian besar jajanan daripada wilayah-wilayah yang
lain.
Saran
Pengawasan dan pembinaan yang ketat perlu dilakukan terutama terhadap
teknis pengumpulan data di lapangan agar hasil yang diberikan lebih comparable
(dapat diperbandingkan) dan dapat diperoleh hasil yang lebih baik. Langkahlangkah kerja di lapangan juga diharapkan mengikuti kaidah yang sudah
ditentukan bersama. Pembinaan dan penyuluhan secara intensif kepada produsen,
pemasok bahan, dan penjual jajanan juga perlu untuk ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pedoman Sampling Pangan Jajanan Anak Sekolah. Jakarta (ID):
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Arifah, IN. 2010. Analisis Mikrobiologi Pada Makanan. [Tugas Akhir Magang].
Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta (ID): PT Bumi Aksara.
Irvani D, Kurnia A, Sartono B. 2002. Analisis Biplot dan Rantai Markov untuk
Menelaah Perilaku Konsumen Majalah Berita Mingguan. Forum Statistika
dan Komputasi ISSN 0853 – 8115.
Johnson RA, Wichern DW. 2007. Applied Multivariate Statistical Analysis. New
Jersey (US): Pearson Education, Inc.
Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta (ID):
Penerbit ANDI.

15

Lampiran 1 Persentase jajanan TMS setiap provinsi
Provinsi
Aceh
Bali
Banten
Bengkulu
DI Yogyakarta
DKI Jakarta
Gorontalo
Jambi
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Lampung
Maluku
NTB
NTT
Papua
Riau
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Sumatra Barat
Sumatra Selatan
Sumatra Utara
Total

Jumlah
230
420
210
177
185
155
149
199
498
403
352
420
291
194
210
176
210
100
54
121
251
70
120
218
225
210
263
421
527
148
7207

Persentase TMS
6.96
14.05
45.71
62.71
56.22
10.32
0.67
51.26
7.23
37.97
22.16
30.00
31.27
22.68
33.81
9.09
0.95
41.00
48.15
33.88
35.86
75.71
35.83
13.30
0.44
11.43
33.84
26.13
5.12
33.78

16

Lampiran 2 Jumlah contoh jenis jajanan setiap provinsi
Jenis Jajanan
Provinsi
Aceh
Bali
Banten
Bengkulu
DIY
DKI Jakarta
Gorontalo
Jambi
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kal. Barat
Kal. Selatan
Kal. Tengah
Kal. Timur
Kep. Babel
Kep. Riau
Lampung
Maluku
NTB
NTT
Papua
Riau
Sul. Selatan
Sul. Tengah
Sul. Tenggara
Sul. Utara
Sum. Barat
Sum. Selatan
Sum. Utara
Total

Bakso

Es

Jeli

Kudapan

14
53
31
3
19
37
3
13
40
26
38
17
18
19
16
8
24
4
10
7
54
2
15
24
4
0
24
18
22
5

74
56
33
45
35
5
19
18
47
67
53
97
28
11
22
21
27
15
18
12
38
12
7
16
35
23
54
49
44
14

0
55
24
3
6
1
1
6
35
37
14
48
6
4
14
8
15
13
2
7
22
0
7
11
0
6
6
10
20
11

568

995

392

77
62
33
103
40
59
66
112
214
113
117
91
168
88
41
109
74
25
13
52
47
28
42
77
135
123
109
168
300
44
2730

Makanan
Ringan

Mie

Minuman
Warna

23
70
29
6
42
33
55
22
77
93
51
77
28
28
65
20
33
9
5
28
34
14
17
34
23
47
56
118
116
27

34
62
30
17
15
19
3
12
49
30
40
46
17
8
21
10
18
12
4
8
4
5
14
25
14
4
1
32
11
24

8
62
30
0
28
1
2
16
36
37
39
44
26
36
31
0
19
22
2
7
52
9
18
31
14
7
13
26
14
23

1280

589

653

Total
230
420
210
177
185
155
149
199
498
403
352
420
291
194
210
176
210
100
54
121
251
70
120
218
225
210
263
421
527
148
7207

17

Lampiran 3 Persentase jajanan TMS setiap wilayah
Wilayah
Sumatra
Jawa + Bali
Kalimantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
Papua + Maluku
Total

Total
2308
2223
1115
1065
372
124
7207

Persentase TMS
22.44
24.38
29.78
13.52
35.22
63.71

Lampiran 4 Jumlah contoh jenis jajanan setiap wilayah
Jenis Jajanan
Wilayah
Sumatra
Jawa + Bali
Kalimantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
Papua + Maluku
Total

Bakso

Es

Jeli

Kudapan

126
244
70
55
61
12
568

314
296
158
147
50
30
995

93
172
72
24
29
2
392

1054
638
388
510
99
41
2730

Makanan
Ringan
391
395
198
215
62
19
1280

Mie
184
245
92
47
12
9
589

Minuman
Warna
146
233
137
67
59
11
653

Total
2308
2223
1115
1065
372
124
7207

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 02 November 1988
sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Arry Supriyanto dan Titiek
Purbiati.
Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan dari SD Taman Harapan
Malang, tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMP Negeri 5
Malang kemudian penulis melanjutkan di SMA Negeri 4 Malang dan lulus tahun
2007, penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun
2008 melalui jalur SNMPTN dan diterima di Departemen Statistika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai panitia di berbagai acara
himpunan keprofesian maupun fakultas. Penulis juga berkesempatan menjadi
anggota dari Badan Pengawas Himpunan Keprofesian Gamma Sigma Beta tahun
2010. Penulis melaksanakan praktik lapang pada bulan Februari-April 2012 di
Direktorat Survei Potensi Tanah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.