Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar Di Kota Bogor

(1)

SKRIPSI

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI

F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(3)

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 Di Sumedang

Tanggal lulus : 11 April 2007

Menyetujui,

Bogor, 14 Mei 2007

Prof. Dr. Winiati P Rahayu Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 di Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, pasangan keluarga Drs.Agus Salim, AR. MSi dan Emin Rukmini (alm). Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Pertiwi Merauke (1988–1990), SD Negeri 1 Merauke (1990–1993), SD Negeri Sukatali Sumedang (1993–1996), SMP Negeri 1 Merauke (1996 – 1999) dan SMU Negeri 1 Merauke (1999 – 2002).

Penulis kemudian masuk Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002 dan terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Penulis pernah mengurus beberapa acara sebagai anggota panitia pelaksana seperti Lepas Landas Sarjana, BAUR dan sebagainya. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan

judul “Bergerak Bersama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan,

Kewirausahaan serta Kelestarian Lingkungan”.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Penulis melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor” di bawah bimbingan Prof. Dr. Winiati P.Rahayu.


(5)

Rina Nuzulia Fitri. F24102072. Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Winiati P. Rahayu. 2007.

RINGKASAN

Anak sekolah dasar merupakan objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan jajanan. Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan. Guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan terhadap keamanan pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah, baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan terhadap ibu rumah tangga dan guru yang jumlahnya dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002)

Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok. Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas terhadap kuisioner penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah dengan microsoft excel dan program SPSS (Crosstabulation).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah. Hal ini ditunjang dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kedua responden terhadap hal-hal yang menyangkup keamanan pangan jajanan. Sebanyak 85,78% orang tua mengetahui jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya tersebut. Namun pengetahuan orang tua tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis masih kurang (24,57%). Sedangkan guru semuanya telah mengetahui jenis-jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 99,38% diantaranya juga mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya tersebut. Selain itu, sebanyak 70,00% guru mengetahui tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis.

Informasi tersebut diperoleh orang tua dari media elektronik seperti TV/Radio (53.02%) sedangkan guru memperoleh informasi tersebut dari media cetak seperti: Koran/Majalah (40.00%). Sisanya informasi tentang keamanan pangan diperoleh kedua responden dari puskesmas, dokter/bidan, dan dari sumber lainnya seperti pihak keluarga, pengalaman, teman, dan buku. Namun, menurut orang tua jumlah anak yang mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan lebih besar (65.76%) dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan (34,24%), dengan gejala sebagian besar adalah diare dan sakit perut (66,12%) yang terjadi 1 kali setiap tahun (43.81%). Hal ini dapat


(6)

terjadi karena menurut guru pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah hanya sebagian yang aman (69,38%) dan kurang bersih (85,00%). Untuk pencegahan baik ibu (96,98%) maupun guru (92,50%) sudah mengingatkan anak untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pangan.

Dilihat dari korelasi antar parameter dengan menggunakan uji chi-square

terhadap responden orang tua diketahui bahwa terdapat hubungan antara profil responden seperti usia, pekerjaan, pengeluaran dan pendidikan dengan beberapa persepsi responden terhadap keamanan pangan. Namun setelah dilakukan regresi di dapatkan bahwa nilai R square rata-rata mendekati 0. Artinya hubungan yang ada sangat lemah. Demikian pula dengan korelasi antar parameter guru. Dari analisis

Chi-square terdapat hubungan antara profil guru seperti umur dengan persepsi guru dalam memonitor keamanan pangan jajanan di kantin sekolah dan di sekitar sekolah serta pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan kimia berbahaya serta jenis kelamin guru dengan aktivitas guru dalam memonitor keamanan jajanan disekitar sekolah dan gangguan kesehatan anak setelah jajan di sekitar sekolah. Namun setelah dilakukan regresi diperoleh nilai R square mendekati 0.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta nikmat yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: “PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU

TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ayah Drs. Agus Salim Ar, MSi dan Bunda Encum Aan Hasanah S.sos yang selalu memberikan dukungannya berupa doa dan kasih sayang, semangat dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

Karya ini kupersembahkan untuk kalian.

2. Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku Pembimbing Akademik atas bantuan, bimbingan, saran, kritik dan dukungan pada penulis selama penulis menimba ilmu di ITP.

3. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MS dan Ibu Dra. Waysima, MSc yang telah meluangkan waktu serta telah memberikan masukan kepada penulis.

4. Kepala Sekolah dan Para Guru tempat penulis melakukan penelitian serta para orang tua atas bantuan maupun kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.

5. Seluruh Staf pengajar ITP yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di ITP.

6. Almarhumah Mamah Mien, Tetehku Revy JuniaSari, ade-adeku: Alfindra Sepalawandika dan Reni Febrianti serta keponakan kecilku Ervian Ikhsandi Sentosa.

7. Seluruh keluarga di Sumedang dan di Aceh yang selalu memberikan semangat agar penulis cepat menyelesaikan tugas akhir dan atas doa yang diberikan selama ini.

8. Sahabat terbaikku: Meilina, Rizky, Dian, Hana, Denok, Retno, Vero, Ira, dan Dikres. Terima kasih atas persahabatan, dukungan, dan candanya.


(8)

9. Dadan Moh. Ramdan, SP yang selalu memberi warna dan keceriaan dalam kehidupanku. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya semoga untuk selamanya.

10.Teman-teman sebimbingan: Yayah, Ocha, mba’ Nur, mba’ Anita, mba’ Rini, dan mba Aryani.

11.Anak-anak golongan C ITP 39, khususnya C2 (Arti, Rizky yandi, Aulia, Bekti) dan semua anak-anak ITP 39 lainnya atas kebersamaan selama ini. 12.MrQ crew: Nita, Mega, dan Vivi atas segala dukungan dan persahabatannya. 13.Teman-teman KKN Purwasari (Heri, anggi, Elka, Tuti, Rina, Erik, Dikky).

Terima kasih atas persahabatan yang tetap ada hingga saat ini.

14.Teman-teman lain (Dewi, Elis, Dida, Itang, Afriandi, Anggun, dan Dodi,). Atas kebersamaan dan dukungannya.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca umumnya….amin.

Bogor , 14 Mei 2007


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

C. KEGUNAAN PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH ... 4

B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH ... 6

C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN... 8

D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 15

B. CARA PENENTUAN SAMPEL ... 15

1. Penentuan SD ... 15

2. Penentuan Orang Tua dan Guru ... 16

C. CARA PENGUMPULAN DATA ... 17

D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER ... 18

1. Validitas ... 19

2. Reliabilitas ... 20

E. ANALISIS DATA ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 24


(10)

C. RELIABILITAS KUISIONER ... 28

D. PROFIL RESPONDEN ... 28

1. Orang Tua ... 28

2. Guru ... 30

E. PERSEPSI ORANG TUA ... 34

1. Rutinitas Sarapan ... 34

2. Kebiasaan Jajan ... 36

3. Pangan Jajanan di Sekolah ... 38

F. PERSEPSI GURU ... 40

1. Aktifitas Guru untuk Memonitor Pangan Jajanan dan Mengingatkan Anak Didik ... 40

2. Pangan Jajanan di Sekolah ... 41

3. Kebersihan Pangan jajanan ... 42

G. PERBANDINGAN ANTARA PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU ... 42

1. Gangguan Kesehatan ... 42

2. Bahan Kimia Berbahaya ... 44

3. Sanitasi dan Higienis ... 45

4. Informasi Tentang Keamanan Pangan ... 48

5. Klasifikasi Tingkat Persepsi Responden ... 49

H. KORELASI ANTAR PARAMETER TERHADAP PERSEPSI .... 50

1. Orang Tua ... 50

2. Guru ... 51

V. KESIMPILAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 52

B. SARAN ... 53

1. Orang Tua ... 54

2. Guru ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(11)

SKRIPSI

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(12)

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI

F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(13)

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 Di Sumedang

Tanggal lulus : 11 April 2007

Menyetujui,

Bogor, 14 Mei 2007

Prof. Dr. Winiati P Rahayu Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 di Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara, pasangan keluarga Drs.Agus Salim, AR. MSi dan Emin Rukmini (alm). Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Pertiwi Merauke (1988–1990), SD Negeri 1 Merauke (1990–1993), SD Negeri Sukatali Sumedang (1993–1996), SMP Negeri 1 Merauke (1996 – 1999) dan SMU Negeri 1 Merauke (1999 – 2002).

Penulis kemudian masuk Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002 dan terdaftar sebagai mahasiswa pada Program Studi Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Penulis pernah mengurus beberapa acara sebagai anggota panitia pelaksana seperti Lepas Landas Sarjana, BAUR dan sebagainya. Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan

judul “Bergerak Bersama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan,

Kewirausahaan serta Kelestarian Lingkungan”.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Penulis melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor” di bawah bimbingan Prof. Dr. Winiati P.Rahayu.


(15)

Rina Nuzulia Fitri. F24102072. Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Winiati P. Rahayu. 2007.

RINGKASAN

Anak sekolah dasar merupakan objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan jajanan. Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan. Guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan terhadap keamanan pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah, baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan terhadap ibu rumah tangga dan guru yang jumlahnya dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002)

Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok. Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas terhadap kuisioner penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah dengan microsoft excel dan program SPSS (Crosstabulation).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah. Hal ini ditunjang dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kedua responden terhadap hal-hal yang menyangkup keamanan pangan jajanan. Sebanyak 85,78% orang tua mengetahui jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya tersebut. Namun pengetahuan orang tua tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis masih kurang (24,57%). Sedangkan guru semuanya telah mengetahui jenis-jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 99,38% diantaranya juga mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya tersebut. Selain itu, sebanyak 70,00% guru mengetahui tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis.

Informasi tersebut diperoleh orang tua dari media elektronik seperti TV/Radio (53.02%) sedangkan guru memperoleh informasi tersebut dari media cetak seperti: Koran/Majalah (40.00%). Sisanya informasi tentang keamanan pangan diperoleh kedua responden dari puskesmas, dokter/bidan, dan dari sumber lainnya seperti pihak keluarga, pengalaman, teman, dan buku. Namun, menurut orang tua jumlah anak yang mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan lebih besar (65.76%) dibandingkan dengan anak yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan akibat pangan jajanan (34,24%), dengan gejala sebagian besar adalah diare dan sakit perut (66,12%) yang terjadi 1 kali setiap tahun (43.81%). Hal ini dapat


(16)

terjadi karena menurut guru pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah hanya sebagian yang aman (69,38%) dan kurang bersih (85,00%). Untuk pencegahan baik ibu (96,98%) maupun guru (92,50%) sudah mengingatkan anak untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pangan.

Dilihat dari korelasi antar parameter dengan menggunakan uji chi-square

terhadap responden orang tua diketahui bahwa terdapat hubungan antara profil responden seperti usia, pekerjaan, pengeluaran dan pendidikan dengan beberapa persepsi responden terhadap keamanan pangan. Namun setelah dilakukan regresi di dapatkan bahwa nilai R square rata-rata mendekati 0. Artinya hubungan yang ada sangat lemah. Demikian pula dengan korelasi antar parameter guru. Dari analisis

Chi-square terdapat hubungan antara profil guru seperti umur dengan persepsi guru dalam memonitor keamanan pangan jajanan di kantin sekolah dan di sekitar sekolah serta pengaruh yang ditimbulkan oleh bahan kimia berbahaya serta jenis kelamin guru dengan aktivitas guru dalam memonitor keamanan jajanan disekitar sekolah dan gangguan kesehatan anak setelah jajan di sekitar sekolah. Namun setelah dilakukan regresi diperoleh nilai R square mendekati 0.


(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta nikmat yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: “PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU

TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ayah Drs. Agus Salim Ar, MSi dan Bunda Encum Aan Hasanah S.sos yang selalu memberikan dukungannya berupa doa dan kasih sayang, semangat dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

Karya ini kupersembahkan untuk kalian.

2. Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku Pembimbing Akademik atas bantuan, bimbingan, saran, kritik dan dukungan pada penulis selama penulis menimba ilmu di ITP.

3. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MS dan Ibu Dra. Waysima, MSc yang telah meluangkan waktu serta telah memberikan masukan kepada penulis.

4. Kepala Sekolah dan Para Guru tempat penulis melakukan penelitian serta para orang tua atas bantuan maupun kerjasamanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.

5. Seluruh Staf pengajar ITP yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di ITP.

6. Almarhumah Mamah Mien, Tetehku Revy JuniaSari, ade-adeku: Alfindra Sepalawandika dan Reni Febrianti serta keponakan kecilku Ervian Ikhsandi Sentosa.

7. Seluruh keluarga di Sumedang dan di Aceh yang selalu memberikan semangat agar penulis cepat menyelesaikan tugas akhir dan atas doa yang diberikan selama ini.

8. Sahabat terbaikku: Meilina, Rizky, Dian, Hana, Denok, Retno, Vero, Ira, dan Dikres. Terima kasih atas persahabatan, dukungan, dan candanya.


(18)

9. Dadan Moh. Ramdan, SP yang selalu memberi warna dan keceriaan dalam kehidupanku. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya semoga untuk selamanya.

10.Teman-teman sebimbingan: Yayah, Ocha, mba’ Nur, mba’ Anita, mba’ Rini, dan mba Aryani.

11.Anak-anak golongan C ITP 39, khususnya C2 (Arti, Rizky yandi, Aulia, Bekti) dan semua anak-anak ITP 39 lainnya atas kebersamaan selama ini. 12.MrQ crew: Nita, Mega, dan Vivi atas segala dukungan dan persahabatannya. 13.Teman-teman KKN Purwasari (Heri, anggi, Elka, Tuti, Rina, Erik, Dikky).

Terima kasih atas persahabatan yang tetap ada hingga saat ini.

14.Teman-teman lain (Dewi, Elis, Dida, Itang, Afriandi, Anggun, dan Dodi,). Atas kebersamaan dan dukungannya.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karenanya saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca umumnya….amin.

Bogor , 14 Mei 2007


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

C. KEGUNAAN PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH ... 4

B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH ... 6

C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN... 8

D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 15

B. CARA PENENTUAN SAMPEL ... 15

1. Penentuan SD ... 15

2. Penentuan Orang Tua dan Guru ... 16

C. CARA PENGUMPULAN DATA ... 17

D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER ... 18

1. Validitas ... 19

2. Reliabilitas ... 20

E. ANALISIS DATA ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 24


(20)

C. RELIABILITAS KUISIONER ... 28

D. PROFIL RESPONDEN ... 28

1. Orang Tua ... 28

2. Guru ... 30

E. PERSEPSI ORANG TUA ... 34

1. Rutinitas Sarapan ... 34

2. Kebiasaan Jajan ... 36

3. Pangan Jajanan di Sekolah ... 38

F. PERSEPSI GURU ... 40

1. Aktifitas Guru untuk Memonitor Pangan Jajanan dan Mengingatkan Anak Didik ... 40

2. Pangan Jajanan di Sekolah ... 41

3. Kebersihan Pangan jajanan ... 42

G. PERBANDINGAN ANTARA PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU ... 42

1. Gangguan Kesehatan ... 42

2. Bahan Kimia Berbahaya ... 44

3. Sanitasi dan Higienis ... 45

4. Informasi Tentang Keamanan Pangan ... 48

5. Klasifikasi Tingkat Persepsi Responden ... 49

H. KORELASI ANTAR PARAMETER TERHADAP PERSEPSI .... 50

1. Orang Tua ... 50

2. Guru ... 51

V. KESIMPILAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 52

B. SARAN ... 53

1. Orang Tua ... 54

2. Guru ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di

lingkungan sekolah pada tahun 2006 ... 5

Tabel 2. Gejala diare akibat bakteri pathogen ... 9

Tabel 3. Pemanis buatan yang diizinkan digunakan oleh Badan POM dan aturannya ... 12

Tabel 4. Distribusi penentuan sampel orang tua dan guru ... 17

Tabel 5. Nilai angka kritik r* ... 20

Tabel 6. Skor beberapa pertanyaan tertutup ... 22

Tabel 7. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian ... 24

Tabel 8. Responden yang mengisi kuisioner secara lengkap ... 25

Tabel 9. Hasil uji validitas kuisioner responden orang tua ... 26

Tabel 10. Hasil uji validitas kuisioner responden guru ... 27

Tabel 11 Sebaran orang tua berdasarkan usia ... 28

Tabel 12 Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan ... 29

Tabel 13 Sebaran orang tua berdasarkan pengeluaran ... 30

Tabel 14 Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan ... 31

Tabel 15. Gangguan kesehatan anak menurut responden orang tua dan guru ... 43

Tabel 16. Pengetahuan orang tua dan guru tentang bahan kimia berbahaya45 Tabel 17. Respon orang tua dan guru terhadap sanitasi dan higienis ... 46

Tabel 18. Informasi tentang keamanan pangan ... 48


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Proses terjadinya persepsi ... 13 Gambar 2. Tabulasi antara umur dan jenis kelamin guru ... 33 Gambar 3. Sebaran tingkat pendidikan guru ... 34 Gambar 4. Tabulasi silang antara kebiasaan dan rutinitas sarapan anak .. 35 Gambar 5. Frekuensi pemberian dan jumlah uang saku anak... 36 Gambar 6. Jajanan yang dibeli oleh anak sekolah ... 38 Gambar 7. Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan anak dan


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data sekolah dasar di kota Bogor (Dinas Pendidikan Kota Bogor tahun 2006) ... 60 Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua ... 68 Lampiran 3. Contoh kuisioner untuk guru ... 73 Lampiran 4. Data responden yang melakukan pengujian kuisioner ... 77 Lampiran 5. Pertanyaan yang bersifat tertutup ... 77 Lampiran 6. Identifikasi jenis pangan jajanan ... 77 Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden orang tua ... 79 Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden guru ... 80 Lampiran 9. Sebaran orang tua berdasarkan tingkatan kelas anak ... 81 Lampiran 10.Sebaran guru berdasarkan umur ... 81 Lampiran 11.Sebaran guru berdasarkan jenis kelamin ... 81 Lampiran 12.Sebaran guru berdasarkan kelas ... 81 Lampiran 13.Rutinitas sarapan pagi anak ... 82 Lampiran 14.Kebiasaan sarapan anak ... 82 Lampiran 15.Tabulasi silang antara kebiasaan sarapan dengan rutinitasarapan

anak ... 82 Lampiran 16.Persepsi orang tua tentang kepraktisan membawa bekal ... 82 Lampiran 17.Pemberian uang saku pada anak ... 82 Lampiran 18.Jumlah uang saku anak per hari ... 83 Lampiran 19.Tabulasi silang antara pemberian uang saku dan besarnya uang

saku ... 83 Lampiran 20.Kegunaan uang saku oleh anak ... 83 Lampiran 21.Peran orang tua untuk memonitor jajanan yang dikonsumsi

anak ... 83 Lampiran 22.Persepsi orang tua tentang pangan jajanan... 83 Lampiran 23.Penyajian pangan jajanan yang baik menurut orang tua ... 83 Lampiran 24.Lingkungan penjual pangan jajanan menurut orang tua ... 84 Lampiran 25.Kegiatan guru memonitor jajanan yang dikonsumsi anak ... 84


(24)

Lampiran 26.Kegiatan guru menghimbau sarapan pagi pada anak ... 84 Lampiran 27.Kegiatan guru menghimbau anak agar tidak jajan sembarangan 84 Lampiran 28.Ada/Tidaknya fasilitas kantin ... 84 Lampiran 29.Persepsi guru tentang keamanan pangan jajanan ... 84 Lampiran 30.Persepsi guru tentang pangan yang tidak aman dikonsumsi ... 85 Lampiran 31.Persepsi guru tentang kebersihan jajanan di kantin dan di

sekitar sekolah ... 85 Lampiran 32.Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan dan waktu

gangguan kesehatan yang dialami anak ... 85 Lampiran 33.Jenis bahan kimia berbahaya pada pangan jajanan menurut

responden ... 85 Lampiran 34.Hasil analisis statistika persepsi responden orang tua... 86 Lampiran 35.Hasil analisis statistika responden guru ... 87


(25)

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam menjaga kesehatan tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta kecerdasan masyarakat. Oleh karena itu, pangan yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan manusia baik dari segi jumlah, jenis, maupun mutu, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya. Pangan aman dikonsumsi apabila pangan tersebut bebas (di bawah toleransi maksimum yang dipersyaratkan) dari cemaran biologis, kimia, dan benda asing yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan manusia.

Pangan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, pangan jajanan juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang, terutama anak-anak sekolah sangat menyukai pangan jajanan. Oleh sebab itu, para pedagang berupaya untuk memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anak–anak dengan menambahkan bahan–bahan tertentu tanpa memperdulikan keamanannya (Fardiaz, 1993).

Di sisi lain, pangan jajanan dapat menimbulkan berbagai efek yang negatif terhadap kesehatan apabila proses produksinya atau penyajiannya tidak memperhatikan persyaratan keamanan pangan. Sebagian besar pangan jajanan dibuat di lingkungan keluarga sebagai industri rumah tangga, dimana perhatian terhadap praktek sanitasi dan higienitas masih sangat minimal khususnya dalam menangani, mengolah dan menyajikan pangan jajanan.

Menurut Rahayu (2006a), kasus keracunan pangan yang paling sering dilaporkan dari tahun 2004-2006 di Indonesia adalah keracunan akibat pangan jajanan dan keracunan akibat pangan olahan. Pengujian yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2006 terhadap pangan jajanan diketahui bahwa pada 13.536 sampel menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel


(26)

memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%) sampel tidak memenuhi syarat. Pangan yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena menggunakan pemanis buatan bukan untuk makanan diet (31%), menggunakan benzoat melebihi batas (7,93%), menggunakan formalin (8,88%), menggunakan boraks (8,05%), menggunakan pewarna bukan untuk makanan (12,67%), cemaran mikroba (19,10%) dan TMS lainnya (12,13%) (Badan POM, 2007).

Berita media massa seringkali memuat terjadinya kasus keracunan pangan serta penggunaan bahan kimia berbahaya yang membahayakan kesehatan. Sebagian masyarakat Indonesia seperti kurang menyadari pentingnya permasalahan keamanan pangan yang dihadapinya. Terjadinya kasus keracunan pangan dianggap sebagai hal yang lumrah bila tidak memakan korban jiwa. Demikian juga penyalahgunaan bahan kimia berbahaya yang tidak memberi efek akut masih banyak terjadi. Ironisnya kasus keracunan pangan tersebut sering kita jumpai terhadap anak sekolah.

Pangan jajanan (street food) untuk anak sekolah umumnya dan anak sekolah dasar pada khususnya perlu mendapat perhatian lebih dari semua pihak, baik dari orang tua maupun pihak sekolah. Siswa sekolah dasar merupakan objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan jajanan. Anak sekolah merupakan konsumen makanan jajanan yang cukup besar jumlahnya. Mereka mempunyai sifat yang berubah-ubah terhadap makanan, selalu ingin mencoba makanan yang baru dikenal, dan secara umum nafsu makan mereka tidak mengalami masalah (Komalasari, 1991). Makanan ringan, sirup, bakso, mie ayam dan sebagainya menjadi makanan jajanan sehari-hari di sekolah.

Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan dimana guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawas terhadap peredaran pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah.


(27)

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah.

C. KEGUNAAN PENELITIAN

Diharapkan penelitian ini berguna sebagai masukan bagi :

1. Orang tua untuk lebih waspada terhadap pangan jajanan yang dikonsumsi oleh anak mereka.

2. Guru dan pihak sekolah untuk ikut aktif mengawasi pangan jajanan yang beredar di kantin dan di sekitar sekolah.

3. Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab mengawasi jajanan, khususnya yang beredar di sekolah agar dapat aktif memberdayakan orang tua dan guru untuk meningkatkan keamanan pangan jajanan sekolah dan meningkatkan aktifitas pembinaan dan pengawasan keamanan pangan jajanan anak sekolah.


(28)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

Keamanan pangan atau food safety kini menjadi isu yang sangat popular di dunia. Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (UU RI No 7, 1996). Aspek keamanan pangan bila tidak diperhatikan dapat menjadikan pangan berbalik menjadi sumber malapetaka, sumber penyakit, bahkan kematian (Sulaeman, 1996).

Keamanan pangan tercermin dari angka keracunan pangan di suatu negara. Keracunan pangan pada prinsipnya disebabkan karena seseorang memakan pangan yang mengandung senyawa beracun. Senyawa beracun tersebut mungkin saja terkandung dalam pangan secara alami, tercemar lingkungan, terbentuk akibat proses pengolahan, atau terbentuk karena hidupnya mikroba pembentuk racun.

Kasus keracunan pangan tampaknya sudah menjadi langganan di Indonesia, namun masih sangat sedikit yang dilaporkan. Hal tersebut mengakibatkan angka keracunan pangan yang tercatat under estimate, jauh lebih kecil dari angka sebenarnya (fakta) (Krisnovitha, 2004). Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan POM RI, kasus keracunan pangan yang dilaporkan masyarakat dari tahun 2003 hingga tahun 2005 terdapat peningkatan yaitu dari 34 kasus pada tahun 2003 menjadi 164 kasus pada tahun 2004 dan 184 kasus pada tahun 2005. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pelaporan kasus keracunan pangan sehingga yang terlaporkan hanya 106 kasus (Rahayu, 2006a). Sedangkan untuk kasus keracunan yang terjadi pada anak sekolah dapat dilihat pada Tabel 1.


(29)

Tabel 1. Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di lingkungan sekolah pada tahun 2006

Tempat Korban Makanan RT

Olahan Jajanan Jasa Boga Lain-lain

TK 144

SD 584 2 6 8 3

SLTP 78 2 1

SLTA 25 2 1

PT 71 1

Total 902 2 6 12 4 1

Sumber: Rahayu (2006b)

Menurut Rahayu et al. (2005), terjadinya kasus keracunan atau gangguan kesehatan di lingkungan sekolah akibat keamanan pangan dikarenakan oleh: (1) ditemukannya produk pangan olahan di lingkungan sekolah yang tercemar bahan berbahaya (mikrobiologis dan kimia); (2) kantin sekolah dan pangan siap saji di sekolah yang belum memenuhi syarat higienitas; (3) donasi pangan yang bermasalah.

Menurut data Badan POM RI, kasus keracunan pangan terbesar di Indonesia salah satunya masih bersumber pada pangan jajanan (Rahayu, 2006a). Pangan jajanan adalah pangan yang diproduksi oleh pengusaha sektor informal dengan modal terbatas atau kecil dan dijajakan di tempat-tempat keramaian, sepanjang jalan serta di pemukiman/perkampungan dengan cara berjualan berkeliling, menetap atau kombinasi dari kedua cara tersebut. Aspek positif dari pangan jajanan yaitu dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap kelompok konsumen tertentu yang pada umumnya tidak mempunyai cukup waktu untuk makan di rumah seperti pelajar, mahasiswa, buruh dan karyawan.

Pangan jajanan yang dijual para pedagang umumnya masih rendah dalam hal mutu mikrobiologi dan kimiawi (Fardiaz dan Fardiaz, 1992). Pangan jajanan sering tidak disiapkan secara higienis baik saat pengolahan maupun di tempat berjualan, biasanya dibiarkan terbuka dan dapat terkontaminasi serangga, polusi debu dan asap knalpot kendaraan. Pangan yang terlihat bersih baik penampilan, cara penjualan maupun lingkungan tempat penjualan, biasanya


(30)

dianggap aman oleh konsumen untuk di konsumsi (Fardiaz, 1993). Disamping itu, pedagang sering menambah bahan berbahaya dan menggunakan bahan tambahan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan yang diizinkan pada pangan jajanan, sehingga cepat atau lambat akan mengakibatkan gangguan kesehatan.

Menurut Rahayu et al. (2005), pangan jajanan di sekolah umumnya dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu makanan utama (nasi goreng, nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya), penganan atau kue-kue (tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan sejenisnya), minuman (es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya), dan buah-buahan (pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya).

Pada penelitian yang dilakukan terhadap pangan jajanan di Bogor telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima. Bakteri ini berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi juga ditemukan pada pangan jajanan seperti penyalahgunaan bahan kimia berbahaya seperti Boraks (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin

(pengawet yang digunakan untuk mayat), Rhodamin B ( pewarna merah pada tekstil), dan Methanil Yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judarwanto, 2006). Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh jangka pendek penggunaan bahan kimia berbahaya ini menimbulkan gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing dan mual.

B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH

Kebiasaan jajan merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan makan. Kebiasaan jajan adalah istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku manusia yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama makan, frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan, kepercayaan terhadap makanan (misalnya pantangan), distribusi makanan antar anggota


(31)

keluarga, penerimaan terhadap makanan (misalnya suka atau tidak suka), dan cara pemilihan makanan yang hendak dimakan (Suhardjo, 1989).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajan. Hasil Penelitian Susanto (1986), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memilih pangan jajanan adalah faktor psikologi, kesukaan dan pengetahuan. Selain itu terdapat faktor pembatas yaitu uang jajan dan makanan.

Kebiasaan jajan ini mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikan dari jajan adalah jika makanan yang dibeli sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan, maka bisa melengkapi atau menambah kebutuhan gizi anak; mengisi kekosongan lambung; dan dapat digunakan untuk mendidik anak dalam memilih jajan menurut standar gizi empat sehat lima sempurna. Sedangkan keburukan dari kebiasaan jajan adalah dapat memboroskan keuangan rumah tangga apabila jajan tanpa perhitungan; jajan yang terlalu banyak bisa mengurangi nafsu makan di rumah; dan membahayakan kesehatan apabila jajanan yang dibeli tidak terjamin kesehatannya (Martoatmodjo et al., 1973).

Hasil penelitian Komalasari (1991), menyatakan bahwa alasan anak sekolah mempunyai kebiasaan jajan antara lain :

• Tidak sempat sarapan sebelum pergi sekolah, karena ibu yang tidak sempat menyiapkan makanan, atau anak yang tidak bernafsu untuk makan sehingga suka jajan di luar

• Alasan psikologi, dimana mereka merasa tidak solider pada teman atau gengsi turun jika tidak jajan

• Ibu tidak sempat menyiapkan bekal untuk ke sekolah

• Anak biasa mendapat uang jajan dari orang tua

• Kebutuhan biologi yang perlu dipenuhi, walaupun anak sudah makan di rumah tetapi tambahan pangan jajanan masih diperlukan karena kegiatan fisik di sekolah yang memang memerlukan tambahan energi.

Kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Selanjutnya pola makan dalam keluarga harus juga diperhatikan, frekuensi makan bersama dalam keluarga, pembiasaan makan yang seimbang gizinya, tidak membiasakan makanan atau minuman manis, membiasakan banyak makan buah dan sayur diantara waktu-waktu


(32)

makan dan sebagainya. Bagi anak sekolah dasar, peranan guru dan kebijaksanaan sekolah sangat berarti, karena mereka sudah tidak diawasi oleh orang tua. Misalnya bagaimana seorang guru memotivasi bahwa membawa bekal dari rumah itu lebih baik daripada jajan, kemudian memberi penerangan bekal yang baik dan sehat untuk dibawa. Hal lain yang dapat dilakukan sekolah, misalnya membatasi, menyeleksi dan memonitor pangan jajanan yang disodorkan penjual baik yang ada di kantin maupun di sekitar sekolah. Selain itu, para guru juga harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan kebiasaan makan, misalnya tidak turut mengkonsumsi pangan jajanan sembarangan.

C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN

Keracunan pangan (foodborne disease) adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan racunnya, kimia atau racun alami. Penyakit yang ditimbulkan oleh ketiga hal tersebut diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: (1) penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang mencemari pangan dan masuk ke dalam tubuh, kemudian hidup, berkembang biak, dan menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (food infection), (2) penyakit yang disebabkan oleh racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba pada pangan (food poisoning), dan (3) penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia dan unsur alami (Badan POM RI, 2003). Tingkat keparahan penyakit foodborne disease tergantung pada jumlah pangan terkontaminasi yang dimakan dan pada besarnya pengaruh pangan tersebut terhadap individu.

Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme antara lain berasal dari bakteri patogen. Terdapat jenis penyakit foodborne disease yang disebabkan bakteri patogen yaitu infeksi dan intoksifikasi. Infeksi dihasilkan karena mikroorganisme patogen berkembang biak dalam tubuh dan menghasilkan penyakit, sedangkan intoksifikasi muncul ketika toksin diproduksi oleh patogen yang terkonsumsi. Intoksifikasi tidak memerlukan tumbuhnya bakteri dalam tubuh manusia, sehingga onset time (jarak waktu konsumsi dan timbulnya gejala penyakit) intoksifikasi umumnya lebih singkat daripada infeksi. Intoksifikasi dapat terjadi ketika pangan disimpan pada kondisi yang sesuai untuk


(33)

pertumbuhan patogen dan memproduksi toksin. Pengolahan pangan dapat menghancurkan mikroorganisme tapi tidak toksinnya (Supardi dan Sukamto, 1999).

Gejala keracunan pangan yang muncul pertama kali yaitu berupa diare yang dapat disebabkan oleh beberapa bakteri patogen.Gejala-gejala tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Gejala diare akibat bakteri patogen

Waktu Inkubasi Penyebab Etiologi

7 – 12 jam Toksin bakteri Bacillus cereus

Clostridium perfringens

18 – 72 jam Bakteri

Campylobacter jejuni Kolera

Vibrio cholerae Escherichia coli

Salmonellosis Salmonella enteritidis

Shigellosis Vibrio parahaemolyticus

Yersiniosis

> 72 jam

Virus Gastroenteritis norwalk

Gastroenteritis virus non-spesifik

cacing

Disenteri amuba (Amebiasis) Anisakiasis

Infeksi cacing pita daging (Taeniasis) Infeksi cacing pita babi

(Diphyllobothriasis) Giardiasis

Infeksi cacing pita daging babi (Taeniasis)

Sumber : Badan POM RI (2006)

Penyakit yang disebabkan kimia berasal dari senyawa atau bahan-bahan kimia yang sengaja ditambahkan atau yang telah ada pada bahan-bahan pangan itu sendiri. Salah satu cemaran bahan kimia dapat terjadi karena penyalahgunaan bahan berbahaya. Contoh penyalahgunaan bahan berbahaya yang banyak terjadi pada pangan jajanan adalah formalin, boraks, zat pewarna, dan zat pemanis.


(34)

Pemerintah Indonesia telah menetapkan sejumlah bahan kimia yang diperbolehkan ditambahkan dalam pangan dan bahan kimia yang dilarang ditambahkan dalam pangan disertai pengaruh yang akan ditimbulkan bahan kimia bagi tubuh. Hal ini diatur di dalam Peraturan Menteri kesehatan No.722/ Menkes/ Per/ IX/ 88 (Syah et al., 2005)

Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Pemakaian formalin pada pangan akan memberikan efek negatif yang cukup fatal. Sifat formalin sangat mudah diserap melalui saluran pernapasan dan pencernaan sehingga formalin yang dicampurkan dalam pangan, akan bereaksi cepat dengan lapisan lendir di saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Pada dosis rendah, formalin dapat menyebabkan sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, menimbulkan depresi susunan syaraf, gangguan peredaran darah, iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan). Konsumsi formalin pada dosis tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang–kejang), haematuri (kencing darah), dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Selain itu, penggunaan formalin dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan hati dan ginjal (Syah et al., 2005).

Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan bahan kimia berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan pangan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Toksisitas boraks tidak langsung dirasakan oleh orang yang mengkonsumsi pangan yang mengandung boraks, akan tetapi boraks dapat diserap oleh tubuh secara komulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar). Winarno (1997), menyatakan bahwa boraks berpengaruh buruk, seperti mengganggu berfungsinya testis dan metabolisme enzim. Pada dosis tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, diare, kram perut, cyanis dan konvulsi. Bagi anak kecil dan bayi, bila dalam tubuhnya terdapat 5 gram atau lebih dapat menyebabkan kematian,


(35)

sedangkan untuk orang dewasa, kematian terjadi pada dosis 10-20 gram atau lebih.

Penambahan pewarna pada makanan bertujuan untuk membuat makanan lebih menarik. Namun tidak semua pewarna aman untuk dikonsumsi. Peraturan Menteri Kesehatan No: 239/Menkes/per/V/85 menetapkan beberapa pewarna yang dinyatakan berbahaya adalah Alkanet, Auramine, Black 7984, Burnt Umber, Butter Yellow, Chocolate Brown FB, Chrysoidine R, Crysoine S, Citrus Red no. 2, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indanthrene Blue RS, Magenta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Orcein, Orange G, Orange GGN, Orange RN, Violet dan Rhodamine B. pada jangka waktu lama pewarna-pewarna tersebut berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu kanker (Syah et al., 2005).

Jenis jajanan yang mengandung zat pewarna yang dilarang antara lain pewarna Amaranth yang sering ditambahkan pada pembuatan sirup, minuman ringan/limun, es campur; Auramine pada sirup, limun, saos, es mambo, bakpau, es cendol, es kelapa; Metanil Yellow pada sirup, limun, pisang goreng, manisan mangga/kedondong; Rhodamine B pada sirup, limun, es mambo, bakpao, es cendol, es kelapa, serta beberapa kue basah (Effendy, 2006).

Pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit mempunyai nilai gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk pangan dalam jumlah tertentu (Badan POM, 2004). Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004 ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan digunakan dalam produk pangan tertentu. Penentuan izin penggunaan ketiga belas jenis pemanis buatan tersebut didasarkan suatu kajian dan penelitian yang dilakukan oleh

Expert Commonitte on Food Additives (JECFA). Kajian dan penelitian yang dilakukan JECFA digunakan untuk menetapkan acceptable daily intake (ADI) atau jumlah batas maksimum konsumsi pemanis buatan dalam satu hari yang aman bagi kesehatan. ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan (mg/kg BB). Ketiga belas pemanis buatan yang diizinkan digunakan tersebut disertai ADI dapat dilihat dalam Tabel 3.


(36)

[

Tabel 3. Pemanis buatan yang diizinkan digunakan oleh Badan POM dan aturannya

No Pemanis Buatan mg/kg BB

1 Acesulfam-K(Acesulfame-K) 15

2 Alitam (Alitame) 0.34

3 Aspartam (aspartame) 50

4 Siklamat (Cyclamate) 11

5 Neotam (Neotame) 2

6 Sakarin (Saccharin) 5

7 Sukralosa (Sucralose) 11-15

8 Isomalt Not specified

9 Laktitol (Lactitol) Not specified

10 Maltitol Not specified

11 Manitol (Mannitol) Not specified

12 sarobitol Not specified

13 Xilitol (Xylitol) Not specified

Keterangan:

Not specified berarti dapat digunakan dalam pangan tanpa pembatas sesuai dengan Cara

Produksi Pangan yang Baik (GMP) Sumber: Syah et al. (2005)

Pemanis buatan yang umum digunakan dan menjadi kontroversi di kalangan dunia adalah sakarin, siklamat, dan aspartam. Sakarin merupakan zat pemanis tertua dan biasanya dijual dalam bentuk garam Na atau Ca. Sakarin tidak mengandung kalori tetapi memiliki tingkat kemanisan 300 kali dari gula. Zat pemanis ini larut dalam air dan etanol, berasa pahit dan menimbulkan

aftertaste (Varnam dan Sutherland, 1994).

Siklamat termasuk pemanis buatan nonkalori yang telah digunakan lebih dari 50 negara. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30-80 kali lebih manis dari gula dan siklamat tidak membentuk aftertaste seperti halnya sakarin.Siklamat merupakan garam natrium dan kalsium dari asam siklamat dan berbentuk kristal halus (Varnam dan Sutherland, 1994). Pemakaian siklamat umumnya dicampur dengan sakarin (10:1). Sedangkan Aspartam adalah senyawa metil dipeptida, yaitu L-aspartil-L-phenil-alanin-metil ester yang memiliki tingkat kemanisan 150-200 kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam berupa kristal putih dan tidak memiliki aftertaste pahit seperti sakarin. Aspartam tidak stabil pada temperatur 150oC, namun memiki kestabilan yang tinggi pada produk-produk kering.


(37)

D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN

Menurut Cohen (1981), persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya rangsangan yang mengenai organ sensori dari seorang individu. Di dalam proses persepsi, seorang individu akan menyusun dan menerjemahkan rangsangan sensori sehingga dikembangkan suatu pengertian tersendiri akan dunia di sekitarnya. Rangsangan (stimulus) adalah energi dari dalam tubuh yang dapat merangsang bagian-bagian tubuh untuk memproduksi suatu efek dalam makhluk hidup itu sendiri. Sedangkan sensasi (sensation) adalah akibat, pengertian atau terjemahan dari rangsangan yang terjadi secara langsung dan cepat menciptakan suatu sikap dan perilaku. Persepsi adalah interpretasi dari sensasi, sehingga persepsi dapat diartikan juga sebagai proses kompleks yang dipilih, disusun dan diterjemahkan oleh individu serta merangsang panca indera untuk menghasilkan gambaran yang mempunyai arti dan saling berhubungan (Gambar 1).

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi

Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya dan secara substansi bisa sangat berbeda dengan realitas, dengan kata lain persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar juga keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki sifat subjektif karena setiap orang akan memandang suatu objek atau situasi dengan cara yang berbeda-beda (Setiadi, 2003).

Stimulus

Persepsi

Sensasi

Organ Sensori

Pengertian Sikap dan


(38)

Menurut Robbins (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: (1) faktor situasi meliputi waktu, keadaan pekerjaan dan keadaan sosial, (2) faktor si pengamat sendiri seperti sikap/pendirian, alasan yang mendasari/motivasi, perhatian/minat, pengalaman, dan harapan, serta (3) faktor target meliputi sesuatu (kesenangan) yang baru, gerakan dan suara. Ulfa (2002) menambahkan bahwa pengalaman masa lampau mempengaruhi setiap hipotesis persepsi yang dibentuk.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2002), diketahui bahwa secara umum persepsi konsumen terhadap keamanan pangan jajanan berbeda-beda, tergantung pada usia, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan, dan pengeluaran. Dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa sebagian besar konsumen mengetahui tentang keamanan pangan namun konsumen kurang waspada dan kurang memperhatikan keamanan dan aspek nutrisi dari pangan jajanan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di enam kecamatan terhadap dua belas Sekolah Dasar (SD) yang berada di wilayah Kota Bogor. Dari setiap kecamatan dipilih dua kategori sekolah yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juni 2006 sampai Oktober 2006.

B. CARA PENENTUAN SAMPEL

Sampel adalah sebagian populasi yang dianggap mewakili seluruh populasi. Populasi adalah jumlah seluruh unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara multistage random sampling, yaitu pengelompokan unit-unit analisa ke dalam gugus–gugus


(39)

yang merupakan satuan-satuan pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama ditetapkan wilayah Kota Bogor sebagai daerah penelitian. Dari Kota Bogor diambil kecamatan-kecamatan yang tersebar di dalam wilayah tersebut yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal, selanjutnya dari kecamatan tersebut diambil beberapa sekolah dasar yang akan dijadikan sebagai sampel. Multistage random sampling merupakan probability sampling, sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara objektif (Singarimbun dan Effendi, 1995).

1. Penentuan SD

Penentuan sampel SD dilakukan secara purposive (sengaja) dengan memilih sejumlah SD dari 299 SD yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kota Bogor tahun 2006 (Lampiran 1). Kriteria yang digunakan dalam penentuan sekolah adalah (1) mewakili tiap-tiap kecamatan, (2) memiliki jumlah murid minimal 464 anak, (3) memiliki letak dan lokasi yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum, (4) memiliki tingkat sosial ekonomi berbeda-beda, (5) jenis pangan jajanan yang dijual pedagang di lokasi penelitian baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah bervariasi. Pada penelitian ini jumlah sekolah yang digunakan sebagai sampel adalah 12 SD yang terdiri dari SD negeri dan SD swasta yang tersebar di 6 kecamatan di Kota Bogor.

2. Penentuan Sampel Orang Tua dan Guru

Orang tua yang digunakan sebagai sampel adalah ibu rumah tangga, dimana ibu rumah tangga memegang peranan penting dalam rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu berperan sebagai penentu dan pembuat keputusan dalam keluarga, khususnya yang menyangkut anak (Engel et al., 1994). Sedangkan Guru bertanggung jawab mengawasi anak selama berada di lingkungan sekolah.


(40)

Jumlah Orang tua dan Guru yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin

(Simamora, 2002):

2

.

1

N

e

N

n

+

=

Keterangan : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan r yang masih dapat ditolelir atau di inginkan (10 %)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bogor tahun 2005-2006, jumlah ibu rumah tangga di Kota Bogor sebanyak 194.357 orang dan jumlah guru di Kota Bogor sebanyak 3.923, sehingga diperoleh jumlah sampel minimal yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang ibu rumah tangga dan 98 orang guru. Namun untuk meningkatkan keakuratan data serta untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan saat penelitian di lapangan, pada penelitian jumlah responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 250 orang ibu rumah tangga dan 180 orang guru. Distribusi lengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi penentuan sampel orang tua dan guru

Persepsi 0rang tua Guru

Bogor Utara 40 28

Bogor Selatan 40 30

Bogor Timur 40 30

Bogor Barat 44 32

Bogor tengah 42 30

Tanah Sareal 44 30


(41)

C. CARA PENGUMPULAN DATA

Data yang dihimpun meliputi identitas responden (usia, pekerjaan, pengeluaran keluarga, pendidikan, dan jenis kelamin), pengetahuan tentang keamanan pangan jajanan, sumber informasi, persepsi tentang keamanan pangan jajanan, dan kebiasaan anak. Hal ini diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner kepada ibu rumah tangga dan guru. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan 2 cara yaitu melakukan wawancara langsung dengan responden dan melakukan kerja sama dengan pihak sekolah. Wawancara langsung dengan responden baik orang tua maupun guru dilakukan dilingkungan sekolah sehingga responden mengetahui kondisi jajanan anak sekolah yang ada di kantin dan di sekitar sekolah. Sedangkan kerja sama dengan pihak sekolah dilakukan karena pada saat pengambilan data sedang dilakukan ulangan umum, yang tidak memungkinkan peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan responden orang tua maupun guru. Selain itu, ada pula data pendukung berupa keadaan umum sekolah diperoleh dari pengamatan langsung serta wawancara dengan pihak sekolah yang bersangkutan.

D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER

Pertanyaan dalam kuisioner penelitian ini disusun sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi tiga yaitu pertanyaan bersifat tertutup, pertanyaan semi terbuka dan pertanyaan terbuka (Lampiran 2 dan Lampiran 3). Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memungkinkan responden untuk memberikan jawaban selain dari pilihan jawaban yang disediakan. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan responden untuk menjawab dengan memilih salah satu atau lebih alternatif jawaban yang telah disediakan atau menulis jawabannya sendiri jika tidak tersedia pada pilihan jawaban. Sedangkan pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden atau tidak terdapat pilihan jawaban yang harus dipilih.

Sebelum daftar pertanyaan (kuisioner) disebarkan kepada responden, kuisioner tersebut diuji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan untuk mengetahui


(42)

apakah ada pertanyaan yang perlu dihilangkan atau ditambah, apakah responden dapat mengerti arti pertanyaan tersebut, apakah urutan pertanyaan perlu diubah, apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperhalus dengan mengubah bahasa dan berapa lama waktu yang diperlukan dalam wawancara.

Pengujian kuisioner dilakukan sebelum penelitian. Pengujian ini masing-masing dilakukan terhadap 30 responden. Jumlah responden tidak ada patokan yang pasti dan sangat tergantung pada homogenitas responden. Untuk pengujian kuisioner umumnya digunakan 30-50 kuisioner dan dipilih responden yang keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya akan diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pada penelitian ini, ke tiga puluh responden dipilih berdasarkan kedekatannya dengan karakteristik responden yang akan diuji dan dipilih dari beberapa sekolah yang berada di wilayah Kota Bogor (Lampiran 4).

Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesa penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya bila data yang dipakai untuk menguji hipotesa adalah data yang tidak reliabel dan tidak menggambarkan secara tepat konsep yang diukur atau tidak valid (Singarimbun dan Effendi, 1995).

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kelebihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid bila mampu mengukur apa yang ingin diukur atau dengan kata lain mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Dari jenis pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner, uji validitas hanya dilakukan pada pertanyaan yang bersifat tertutup (Lampiran 5). Pengujian validitas kuisioner dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment pada selang 5%, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan akan kecil sekali. Adapun rumus product moment yang digunakan adalah sebagai berikut:


(43)

(

) (

)

(

)

[

2 2

]

[

2

(

)

2

]

Y Y N X X N Y X XY N r ∑ − ∑ − ∑ − ∑ ∑ × ∑ − ∑ =

Keterangan: X = Skor pertanyaan

Y = Skor total pertanyaan

N = Banyaknya responden

r = Indeks validitas

Secara statistik angka korelasi yang dihasilkan untuk tiap–tiap pertanyaan harus dibandingkan dengan angka kritik tabel nilai korelasi r

(Tabel 5). Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2. Dalam penelitian ini, jumlah N yang digunakan bernilai 30, maka angka kritik yang dilihat adalah melihat baris 30 – 2 = 28. Apabila r hitung lebih besar daripada r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid. Demikian sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil daripada r tabel, maka pertanyaan tersebut kemungkinan mempunyai susunan kalimat yang kurang baik sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi responden (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Tabel 5. Nilai angka kritik r*

Derajat bebas

Taraf

Kepercayaan Derajat bebas

Taraf Kepercayaan

5 % 1% 5% 1%

1 0.997 1.000 16 0.468 0.575

2 0.950 0.990 17 0.456 0.561

3 0.878 0.959 18 0.444 0.549

4 0.811 0.917 19 0.433 0.537

5 0.754 0.874 20 0.432 0.526

6 0.707 0.834 21 0.413 0.526

7 0.666 0.798 22 0.404 0.515

8 0.632 0.765 23 0.396 0.505

9 0.602 0.735 24 0.338 0.495

10 0.576 0.708 25 0.381 0.485

11 0.553 0.684 26 0.374 0.478

12 0.532 0.661 27 0.367 0.463

13 0.497 0.623 28 0.361 0.463

14 0.497 0.606 29 0.355 0.456

15 0.482 0.590 30 0.349 0.449


(44)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila alat pengukur tersebut digunakan untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliabel (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Teknik pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik pengukuran ulang (test-retest). Dalam teknik ini, responden yang sama menjawab pertanyaan yang sama. Jarak waktu antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah selama 2 minggu. Pengukuran pertama dinyatakan sebagai x dan pengukuran kedua dinyatakan sebagai y. Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan hasil pengukuran kedua dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

E. ANALISIS DATA

Kuisioner yang didapat dari responden pertama - tama dipilih dengan melihat jawaban yang ada. Kuisioner dinyatakan valid apabila responden menjawab semua pertanyaan secara benar, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Identitas responden dijawab semua; 2) Untuk jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tentang persepsi dijawab sesuai perintah; 3) Setiap pertanyaan-pertanyaan tertutup jawabannya hanya satu; 4) Setiap pertanyaan semi terbuka jawabannya hanya satu, apabila dijawab lebih dari satu maka dianggap menjawab “lainnya”; 5) Setiap pertanyaan terbuka diisi sesuai pertanyaan.

Persepsi terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah diukur dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan aspek keamanan pangan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif dan statistik. Pertama-tama data ditampilkan dalam bentuk tabel kontingensi yang berupa persentase dari kelompok jawaban yang sama dari semua responden pada suatu pertanyaan. Untuk pertanyan yang bersifat terbuka dan semi terbuka, pengolahan data hanya sampai disini. Sedangkan untuk pertanyaan yang bersifat tertutup (Lampiran 5) analisis dilanjutkan ke program


(45)

SPSS, yaitu Crosstabulation (tabulasi silang). Keluaran dari Crosstabulation

berupa nilai chi-square.

Nilai Chi-square berguna untuk melihat ada tidaknya hubungan antar satu parameter dengan parameter yang lain (Santoso, 2001). Dimana hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antara parameter H1 : Ada hubungan antara parameter Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

(a) Berdasarkan probabilitas

Jika probabilitas < 0.05, maka tolak H0 Jika probabilitas > 0.05, maka terima H0

(b) Berdasarkan perbandingan Chi-square hitung dan tabel

Jika chi-square hitung < chi-square tabel, maka terima H0 Jika chi-square hitung > chi-square tabel, maka tolak H0 Keterangan:

chi-square tabel dapat dilihat pada tabel chi-square dengan tingkat signifikansi (α) = 5% dan derajat bebas (df) tertentu.

Sebelum dimasukkan ke dalam program SPSS, pertanyaan yang bersifat tertutup diolah terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat persepsi responden terhadap keamanan pangan. Skala yang digunakan untuk menentukan tingkatan adalah skala Likert (Khomsan, 2000), masing-masing pertanyaan diberi skor sebagai berikut:

Pertanyaan positif : Ya (3), Kadang-kadang atau sebagian (2),Tidak (1) Pertanyaan negatif : Ya (1), Kadang-kadang atau sebagian (2), Tidak (3)


(46)

Untuk beberapa pertanyaan tertutup lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Skor beberapa pertanyaan tertutup

Responden Persepsi Skor

1 2 3 4

Orang tua Kebiasaan Sarapan 1-2 kali/minggu 3-5 kali/minggu Setiap

hari -

Jumlah Uang Saku < Rp 1.000,00 Rp 1.000,00 – Rp 5.000,00 > Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 > Rp 10.000 Guru Kondisi jajanan kantin

Kotor Kurang

Bersih Bersih

Kondisi Jajanan Sekitar sekolah

Kotor Kurang

Bersih Bersih

Kemudian pertanyaan tertutup tersebut dibuat klasifikasi menjadi tiga kategori, yaitu bagus, sedang dan buruk. Klasifikasi tersebut mengacu pada Slamet (1993) dengan mencari rata-rata dan standar devisiasi:

• Bagus = Skor > (μ + sd)

• Sedang = (μ - sd) < Skor < (μ + sd)

• Buruk = Skor < (μ – sd) Keterangan : μ = Nilai rata-rata

sd = Standar devisiasi

Setelah diperoleh nilai chi-sguare dan spearman, data tersebut di regresi untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua variabel sehingga akan diperoleh nilai R square. Nilai R square berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square maka semakin lemah hubungan kedua variabel (Santoso, 2001).


(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Sekolah Dasar (SD) yang menjadi lokasi penelitian berjumlah 12 sekolah yang berada di 6 kecamatan di wilayah Kota Bogor yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian adalah sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta dari tiap-tiap kecamatan di Kota Bogor yang distribusi lengkapnya ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian

Kecamatan Sekolah Dasar Keberadaab UKS Negeri Swasta Negeri Swasta

Bogor Utara Bantarjati 5 Bogor Raya Ada Ada

Bogor Selatan Batu Tulis 2 Mardi Waluya Ada Ada

Bogor Timur Ciheuleut 2 Advent Ada Tidak Ada

Bogor Barat Cilendek 1 Insan Kamil Ada Ada

Bogor Tengah Polisi 4 Regina Pacis Ada Ada

Tanah Sareal Pondok

Rumput 1 Bina Insani Ada Ada

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sekolah yang dijadikan lokasi penelitian memiliki jumlah siswa sebanyak 464 siswa, kecuali SD Bogor Raya. SD Bogor Raya yang dijadikan sampel penelitian memiliki jumlah siswa sebanyak 201 siswa. Pengambilan Sampel SD Bogor Raya disebabkan oleh letak sekolah yang mewakili kecamatan Bogor Utara untuk SD swasta. Kecamatan Bogor Utara hanya memiliki dua SD swasta yaitu SD Bogor Raya (201 siswa) dan SD Hanaeka (58 siswa). Sekolah yang dijadikan lokasi penelitian umumnya berada di wilayah yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum, memiliki tingkat sosial ekonomi berbeda-beda, sebagian besar memiliki sarana usaha kesehatan sekolah (UKS) serta jenis pangan jajanan yang dijual


(48)

pedagang di lokasi penelitian baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah bervariasi (Lampiran 6).

Dari hasil pengambilan data menunjukan bahwa responden yang mengisi kuisioner secara lengkap adalah sebanyak 232 orang responden ibu rumah tangga dan 160 orang responden guru (Tabel 8). Jumlah tersebut sudah memadai, mengingat jumlah minimal yang harus diambil masing-masing 100 orang ibu rumah tangga dan 98 orang guru. Namun jumlah responden yang diperoleh tersebut lebih kecil dari jumlah awal responden yang akan diuji dalam penelitian, yaitu sebanyak 250 untuk responden ibu rumah tangga dan 180 untuk responden guru. Hal ini disebabkan karena sebanyak 18 responden ibu dan 20 responden guru sisanya tidak mengembalikan kuisioner dikarenakan hilang dan tidak mengisi kuisioner secara lengkap atau tepat sehingga tidak memungkinkan dilakukannya pengolahan data.

Sekolah yang diteliti umumnya memiliki koperasi/kantin sekolah selain pedagang yang berjualan di sekitar sekolah. Namun ada satu sekolah yang tidak memiliki kantin sekolah yaitu SDN Pondok Rumput 1 yang terletak di kecamatan Tanah Sareal. Alasan tidak terdapatnya kantin sekolah pada SDN Pondok Rumput 1 tersebut dikarenakan pengelola kantin telah meninggal dunia dan belum ada yang melanjutkan usaha pengelolaan kantin tersebut.

Tabel 8. Responden yang mengisi kuisioner secara lengkap

Persepsi 0rang tua Guru

Bogor Utara 37 22

Bogor Selatan 38 24

Bogor Timur 36 27

Bogor Barat 41 29

Bogor tengah 40 26

Tanah Sareal 40 32


(49)

B. VALIDITAS KUISIONER

Uji validitas kuisioner dilakukan terhadap 30 responden ibu yang mewakili orang tua dan 30 responden guru. Uji tersebut dilakukan terhadap pertanyaan yang bersifat tertutup, dimana terdapat 14 pertanyaan untuk orang tua dan 15 pertanyaan untuk guru. Nilai korelasi (r) dihitung menggunakan metode one shot (pengukuran hanya sekali) (Prastito, 2004). Validitas kuisioner menghasilkan nilai r hitung seperti yang terlihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9.Hasil uji validitas kuisioner responden orang tua

No. Pertanyaan Nilai r hitung Keterangan

1 0,578 Valid

2 0,376 Valid

3 0,375 Valid

4 0,478 Valid

5 0,433 Valid

8 0,700 Valid

9 0,495 Valid

12 0,743 Valid

14 0,693 Valid

16 0,634 Valid

17 0,383 Valid

19 0,379 Valid

22 0,550 Valid

23 0,651 Valid

Keterangan:

¾ Jumlah responden = 30 orang

¾ Nilai r tabel = 0,361

¾ Nilai α = 0,05

Hasil uji validitas parameter persepsi orang tua menunjukkan bahwa semua pertanyaan yang diajukan dinyatakan valid, karena nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk N-2. Hal ini berarti bahwa pertanyaan pada kuisioner yang digunakan dapat diterima oleh orang tua.


(50)

Tabel 10.Hasil uji validitas kuisioner responden guru

No. Pertanyaan Nilai r hitung Keterangan

1 0,780 Valid

2 0,138 Tidak Valid

3 0,780 Valid 4 0,469 Valid 6 0,362 Valid 8 0,504 Valid 9 0,382 Valid 10 0,448 Valid 12 0,591 Valid 14 0,483 Valid 15 0,480 Valid 16 0,661 Valid 17 0,400 Valid 18 0,422 Valid 21 0,780 Valid

*Keterangan:

¾ Jumlah responden = 30 orang

¾ Nilai r tabel = 0,361

¾ Nilai α = 0,05

Hasil uji validitas parameter persepsi guru terhadap keamanan jajanan anak sekolah menunjukkan ada pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 2, dimana nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel. Pertanyaan yang tidak valid artinya pertanyaan tersebut tidak mengukur aspek yang sama dengan pertanyaan lain, atau menimbulkan penafsiran yang salah bagi responden (Singarimbun dan Effendy, 1995). Pertanyaan nomor 2 yang tidak valid berbunyi “Apakah sekolah memiliki Kantin?”. Namun berdasarkan uji validitas secara subjektif pertanyaan tersebut telah lulus dari uji validitas dan pertanyaan tersebut mudah dimengerti atau tidak menimbulkan bias. Pertanyaan tersebut berupa pertanyaan realita (nyata) yang tidak memerlukan pengetahuan guru sehingga tidak perlu diganti atau dihilangkan. Hal ini berarti bahwa kuisioner


(51)

responden guru diterima untuk selanjutkan digunakan dalam penyebaran kuisioner.

C. RELIABILITAS KUISIONER

Reliabilitas kuisoner dilakukan dengan metode yang sama pada uji validitas. Responden yang digunakan dalam uji reliabilitas berjumlah 30 orang responden dengan teknik pengulangan pertanyaan dalam selang waktu 14 hari antara pengukuran pertama dan kedua. Berdasarkan pengujian reliabilitas persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajan anak sekolah masing-masing diperoleh nilai r hitung sebesar 0,981 dan 0,975. Nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk N-2 adalah 0,361. Hasil uji reliabilitas terhadap kuisioner orang tua dan kuisioner guru menunjukkan bahwa r hitung lebih besar daripada r tabel. Hal ini berarti bahwa kuisioner yang digunakan dalam penelitian telah reliabel atau dapat dipercaya. Data hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.

D. PROFIL RESPONDEN 1. Orang Tua

Profil responden orang tua dibagi menjadi 5 kriteria, yaitu usia, pekerjaan, pengeluaran, pendidikan formal terakhir yang ditamatkan, dan jumlah anak usia sekolah dasar. Berdasarkan data yang diperoleh sebagian besar orang tua berada dalam kisaran usia 36-46 tahun (53,45%). Data sebaran orang tua berdasarkan kelompok usia terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran orang tua berdasarkan usia

Usia N % N

< 25 tahun 21 9,05

25 – 35 tahun 78 33,62

36 – 46 tahun 124 53,45

> 46 tahun 9 3,88


(1)

Lampiran 26. Kegiatan guru menghimbau sarapan pagi pada anak

Respon

N

% N

Ya

139

86,87

Kadang-kadang 19

11,88

Tidak 2

1,25

Total

160 100,00

Lampiran 27. Kegiatan guru menghimbau anak agar tidak jajan sembarangan

Respon

N

% N

Ya

110

68,75

Kadang - kadang

41

25,62

Tidak 9

5,63

Total

160 100,00

Lampiran 28. Ada/Tidaknya fasilitas kantin

Respon

N

% N

Ya 146

91,25

Tidak 14

8,75

Total

160 100,00

Lampiran 29. Persepsi guru tentang keamanan pangan jajanan

Respon

Keamanan Pangan jajanan

Kantin Sekolah

Sekitar Sekolah

N

% N

N

% N

Ya

127

86,99

36

22,50

Sebagian 19

13,01

111

69,38

Tidak 0

0,00

13

8,12

Total

146 100,00 160

100,00

Lampiran 30. Persepsi guru tentang pangan yang tidak aman dikonsumsi

Respon

Pangan Tidak Aman

Kantin Sekolah

Sekitar Sekolah

N

% N

N

% N

Kurangnya kebersihan pedagang

4

21,05

21

16,94

Menggunakan bahan kimia

15

78,95

37

29,84

Tidak diolah secara benar

0

0,00

24

19,35

Tempat jualan yang kotor

0

0

16

12,90

Lain-lain 0

0,00

26

20,97


(2)

Lampiran 31.

Persepsi guru tentang kebersihan jajanan di kantin dan di sekitar

sekolah

Respon

Keamanan Pangan jajanan

Kantin Sekolah

Sekitar Sekolah

N

% N

N

% N

Bersih 114

78,08

7

4,38

Kurang Bersih

32

21,92

136

85,00

Kotor 0

0,00

17

10,62

Total

146 100,00 160

100,00

Lampiran 32. Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan dan waktu

gangguan kesehatan yang dialami anak

Gejala

Gangg

uan

Keseha

tan

Waktu gangguan kesehatan

Total

1 kali/

bulan

2 kali/

bulan

1 kali/

tahun

2 kali/

tahun

3 kali/

tahun

n

% n

n % n

n

% n

n

% n n

% n

n

% n

Demam 2 1,65 2 1,65 3 2,48 2 1,65 1

0,83 10 8,26

Diare/

sakit

perut

6 4,95 3

2,48 53

43,81

16

13,22

2

1,65 80 66,11

Mual 4 3,31

2

1,65

12

9,90 6 4,97

0

0,00 24 19,83

Lainnya 4 3,31 1 0,83 1 0,83 1 0,83 0

0,00 7 5,80

Total

16 13,22 8 6,61 69 57,02

25 20,67

3

2,48 121 100,00

Lampiran 33. Jenis Bahan kimia berbahaya pada pangan jajanan

Respon

Keamanan Pangan jajanan

Orang Tua

Guru

N

% N

N

% N

Formalin 19

9,55

9

5,63

Boraks 4

2,01

4

2,50

Penyedap rasa

2

1,01

6

3,75

Zat pewarna Tekstil

9

4,52

12

7,50

Pemanis Buatan

0

0,00

8

5,00

semua 165

82,91

121

75,62

Total

199 100,00 160

100,00

Lampiran 34. Hasil analisis statistika persepsi responden orang tua

Berdasarkan Crosstab

Nilai Chi-square

Hubungan R-square

( < 0.05 ) X2hitung X2 tabel

Usia

B1 0,032 13,782 12,592 Ada 0,002

B2 0,061 16,318 16,919 -

B3 0,712 1.372 7,815 -

B4 0,701 3,817 7,815 -

B5 0,088 15,098 16,919 -


(3)

B9 0,574 4,769 12,592

-B12 0,104 6,152 7,815

-B14 0,224 8,193 12,592 -

B16 0,152 13,244 16,919 -

B17 0,711 1,376 7,815 -

B19 0,960 1,487 12,592 -

B22 0,951 1,626 12,592

-B23 0,159 13,080 16,919

-persepsi 0,099 10,673 12,592 -

Pekerjaan

B1 0,287 4,998 9,488 -

B2 0,945 1,695 12,592 -

B3 0,806 0,431 5,992 -

B4 0,988 0,323 9,488

-B5 0,161 9,239 12,592

-B8 0,684 3,947 12,592 -

B9 0,638 2,537 9,488 -

B12 0,675 0,787 5,992 -

B14 0,881 1,183 9,488 -

B16 0,656 4,156 12,592

-B17 0,000 41,821 5,992 Ada 0.190

B19 0,926 0,892 9,488 -

B22 0,237 5,527 9,488 -

B23 0,439 5,857 12,592 -

Persepsi 0,439 3,787 9,488 -

Pengeluaran

B1 0,201 8,542 12,592 -

B2 0,374 9,715 16,919 -

B3 0,483 2,460 7,815 -

B4 0,760 3,379 12,592 -

B5 0,775 5,646 16,919 -

B8 0,934 3,629 16,919 -

B9 0,666 4,082 12,592 -

B12 0,602 1,858 7,815 -

B14 0,778 3,243 12,592 -

B16 0,928 3,733 16,919 -

B17 0,000 33,029 7,815 Ada 0,113

B19 0,083 11,196 12,592 -

B22 0,188 8,597 12,592 -

B23 0,182 12,582 16,919 -

Persepsi 0,392 6,282 12,592 -

Pendidikan

B1 0,441 3,748 9,488 -

B2 0,607 4,516 12,592 -

B3 0,610 0,990 5,992 -

B4 0,080 8,331 9,488 -

B5 0,022 14,785 12,592 Ada 0,044

B8 0,945 1,702 12,592 -

B9 0,600 2,751 9,488 -

B12 0,106 4,497 5,992 -

B14 0,339 4,533 9,488 -

B16 0,465 5,637 12,592 -

B17 0,000 32,133 5,992 Ada 0,127

B19 0,956 0,660 9,488 -

B22 0,071 8,643 9,488 -

B23 0,806 3,023 12,592 -

Persepsi 0,989 0,310 9,488 -


(4)

Usia sekolah dasar

B2 0,747 21,808 40,113

-B3 0,644 6,935 16,919

-B4 0,803 12,809 28,869 -

B5 0,455 27,155 40,113 -

B8 0,516 26,047 40,113 -

B9 0,463 17,893 28,869 -

B12 0,142 13,470 16,919

-B14 0,182 23,219 28,869

-B16 0,209 23,656 40,113 -

B17 0,209 12,083 16,919 -

B19 0,306 20,496 28,869 -

B22 0,961 8,934 28,869 -

B23 0,770 21,338 40,113

-Persepsi 0,227 22,102 28,869

-Keterangan

B1

= kegiatan sarapan pagi anak

B2 =

kebiasaan sarapan anak

B3

= kepraktisan jajan di sekolah

B4

= pemberikan uang saku

B5

= jumlah uang saku

B8

= memonitor jajanan anak

B9

= gangguan kesehatan anak

B12

= tahu/ tidak tentang bahan kimia berbahaya

B14

= tahu/ tidak tentang pengaruh bahan kimia berbahaya

B16

= pangan jajanan mengandung bahan kimia berbahaya

B17

= tahu/ tidak tentang pengaruh penanganan pangan jajanan yang tidak

higienis

B19

= pangan jajanan bebas kuman (higienis)

B22

= mengingatkan anak cuci tangan

B23

= praktek cuci tangan anak

B25

= informasi keamanan pangan

Lampiran 35. Hasil analisis statistika responden guru

Berdasarkan

Nilai Chi-square

Hubungan R-Square

Crosstab ( < 0.05 ) X2 hitung X2 tabel

Umur

B1 0,888 2,322 12,592

-B2 0,851 0,795 7,815

-B3 0,008 22,226 12,592 Ada 0,034

B4 0,914 2,058 12,592 -

B6 0,695 3,864 12,592 -

B8 0,936 1,817 12,592 -

B9 0,195 8,639 12,592

-B10 0,027 14,218 12,592 Ada 0,015

B12 0,504 2,345 7,815 -

B14 0,086 11,066 12,592 -

B15 0,494 5,399 12,592 -

B16 0,315 10,451 16,919 -

B17 0,264 7,658 12,592 -

B18 0,003 13,631 7,8147 Ada 0,025

B21 0,135 5,563 7,815 -


(5)

Jenis kela

min

B1 0,201 3,156 5,992

-B2 0,637 0,222 3,842

-B3 0,927 0,464 7,815 -

B4 0,767 0,530 5,992 -

B6 0,369 1,994 5,9915 -

B8 0,353 2,085 5,992 -

B9 0,023 7,583 5,992 Ada 0,000

B10 0,871 0,277 5,992

-B12 0,046 3,999 3,842 Ada 0,005

B14 0,545 1,215 5,992 -

B15 0,710 0,684 5,992 -

B16 0,414 2,856 7,8147 -

B17 0,692 0,737 5,992

-B18 0,395 0,725 3,842

-B21 0,972 0,001 3,842 -

Persepsi 0,804 0,437 5,992 -

Guru Kelas

B1 0,354 13,212 21,026 -

B2 0,812 2,916 12,592 -

B3 0,465 17,861 28,869

-B4 0,611 10,055 21,026

-B6 0,764 8,270 21,026 -

B8 0,970 4,595 21,026 -

B9 0,814 7,620 21,026 -

B10 0,838 7,283 21,026 -

B12 0,620 4,419 12,592 -

B14 0,797 7,853 21,026 -

B15 0,630 9,836 21,026 -

B16 0,879 11,357 28,869 -

B17 0,971 4,577 21,026 -

B18 0,520 5,186 12,592 -

B21 0,932 1,858 12,592 -

persepsi 0,802 7,779 21,026 -

Pendidikan

B1 0,414 1,762 5,992 -

B2 0,813 0,056 3,842 -

B3 0,585 1,941 7,815 -

B4 0,708 0,691 5,991 -

B6 0,967 0,067 5,992 -

B8 0,592 1,049 5,992 -

B9 0,941 0,122 5,992 -

B10 0,093 4,745 5,992 -

B12 0,687 0,13 3,842 -

B14 0,410 1,781 5,992 -

B15 0,392 1,874 5,992 -

B16 0,084 6,651 7,815 -

B17 0,148 3,824 5,992 -

B18 0,067 3,345 3,842 -

B21 0,111 2,546 3,842 -

Persepsi 0,910 0,188 5,9915 -

Keterangan :

B1

= Menghimbau anak didik untuk sarapan

B2 =

Fasilitas

kantin

B3

= Memonitor keamanan jajanan di kantin sekolah

B4

= Keamanan jajanan di kantin sekolah


(6)

B8

= Kondisi lingkungan kantin sekolah

B9

= Memonitor keamanan jajanan di sekitar sekolah

B10

= Keamanan jajanan di sekitar sekolah

B12

= Gangguan kesehatan siswa setelah jajan di sekitar sekolah

B14

= Kondisi lingkungan di sekitar sekolah

B15 = Menerangkan pentingnya cuci tangan

B16 = Praktek cuci tangan oleh siswa

B17

= Mengajarkan siswa tidak jajan sembarangan

B18

= Mengetahui pengaruh bahan kimia berbahaya pada pangan