Inventarisasi dan kajian potensi invasif Arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia melalui Bandara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

i

INVENTARISASI DAN KAJIAN POTENSI INVASIF
ARTHROPODA DAN TUMBUHAN YANG MASUK KE
WILAYAH INDONESIA
MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN
PELABUHAN TANJUNG PRIOK

FITRI UJIYANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMAS1
Dengan ini saya ~nenyatakanbahwa tesis Inventarisasi dan Kajian Potensi
invasif Arthropods dan Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui
Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009
Fitri Ujiyani
NIM A451064144

ABSTRACT
FITRI UJIYANI. Inventory and Study on the Invasive Potential of
Arthropods and Plants Introduced to Indonesia through Soekarno-Hatta
Airport and Tanjung Priok Seaport. Supervised by PUDJIANTO and
SUGENG SANTOSO.
Introduction of exotic organism to Indonesian territory may lead the negative
impacts in future to the environment because of its invasiveness. The problem of
water hyacinth (Eichornnia crassipes) is one of a case caused by invasive plant
species. The plant was introduced to Indonesia as ornamental plant but now it

causes a serious problem to aquatic environment because of its rapid growth. The
study was conducted to inventory the diversity of arthropods and plants that
intentionally and unintentionally introduced to Indonesia through Soekarno-Hatta
Airport and Tanjung Priok Seaport during 2006 and 2007 and to study its invasive
potential based on the species characteristics. The study was conducted in three
steps, these were: first, inventory of imported and intercepted organisms
(arthropods and plants), second, collect information regarding biology and
ecology of the organisms obtained from books, internet, and other literatures, and
the third, determination of invasive potential. The result of the study showed that
the diversity of arthropods and plants intentionally introduced through SoekarnoHatta Airport was higher than Tanjung Priok Seaport. All of the arthropods were
imported as biological control agents while most of the plants were introduced as
ornamental plants. Scoring by considering the biology and ecology of plants
showed that some of plants were considered to have invasive potential, such as
Ipomoea aquatics, A~naranthus hybridus, Helianthus annuus, Otyza sativa,
Dianthus caryophyllus, Apiztm graveolens, and Fragaria x ananasa. The plants
were cultivated plants so it would give low risk to become invasive in
environment. The inventory to the diversity of arthropods and plants introduced
unintentionally showed that arthropods and plants introduced through Tanjung
Priok Seaport had a higher diversity than Soekarno-Hatta Airport. The arthropods
had low risks and some of the plants known to have invasive potential.

Keywords: arthropods, plants, inventory, invasive potential.

FITRI UJIYANI. lnventarisasi dan Kajian Potensi Invasif Arthropods dan
Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui Bandara Soekarno-Hatta
dan Pelabuhan Tanjung Priok. Dibimbing oleh PUDJIANTO dan SUGENG
SANTOSO.
Peningkatan mobilitas manusia dan barang menimbulkan peningkatan
Organisme yang
kemungkinan lalu lintas organisme di seluruh dunia.
dilalulintaskan tersehut antara lain ternak, binatang piaraan, bibit, dan produkproduk pertanian serta kehutanan yang banyak dimasukkan ke suatu negara dari
negara lain untuk berbagai tujuan. Pemasukan tersebut merupakan pemasukan
yang disengaja. Selain pemasukan secara sengaja, organismejuga dapat masuk ke
suatu negara secara tidak sengaja, misalnya dengan mengkontaminasi komoditas
yang dimasukkan secara sengaja. Organisme yang masuk secara sengaja maupun
tidak sengaja perlu diwaspadai karena kemungkinan dapat menimbulkan
permasalahan di kemudian hari.
Permasalahan yang dapat timbul di kemudian hari salah satunya disebabkan
oleh kemampuan organisme tersebut untuk bertahan dan berkembang biak serta
pada akhirnya mengancam keanekaragaman hayati. Permasalahan ini dapat
ditimbulkan oleh spesies asing invasif atau dikenal dengan Invasive Alien Species

(1.4s).
Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pintu
pemasukan yang strategis bagi masuknya berbagai jenis organisme khususnya
arthropoda dan tumbuhan dari berbagai negara. Pada setiap tahunnya, di Bandara
Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok terdapat pemasukan berbagai jenis
athropoda dan tumbuhan, haik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Penelitian ini dilakukan untuk menginventarisasi dan mengkaji potensi
invasif arthropoda dan tumbuhan yang sering masuk ke Indonesia melalui
Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Hasil kajian ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis arthropoda dan
tumbuhan yang sering masuk ke wilayah Indonesia dan potensi invasifnya
sehingga dapat membantu pengawasan lalu lintas organisme asing di Indonesia.
Penelitian dilakukan dengan menginventarisasi data pemasukan arthropoda
dan tumbuhan, mengumpulkan informasi tentang karakter hiologi dan ekologi
organisme, dan melakukan kajian potensi invasif.
Kajian potensi invasif
dilakukan dengan menggunakan scoring, memhandingkan karakteristik organisme
dengan organisme invasif, dan membandingkan dengan database yang ada di
dunia, yaitu database Invasive and Exotic Species dan 100 of World's Worst
Invasive Alien Species.

Jenis arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara SoekarnoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok relatif rendah. Selama 2006-2007 diketahui
ada 4 jenis arthropoda berupa agens hayati yang masuk melalui Bandara
Soekarno-Hatta, yaitu Amblyseizis swirskii, A. californicz~s,Orius laevigatrs, dan
Phytoseiulzis persirtzilis. Keempat agens hayati tersebut merupakan jenis predator.
Tidak ada agens hayati yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama
2006-2007.
Tumbuhan yang masuk melalui Bandara Soekarno-Hatta memiliki
keragaman jenis yang lebih tinggi dibandingkan Pelabuhan Tanjung Priok selama

2006-2007. Tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara Soekarno-Hatta
sebanyak 59 jenis, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 47 jenis dan
paling banyak berupa jenis tanaman hias, yaitu 66% dan 49% dari keseluruhan
jenis yang dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung
Priok. Tumbuhan yang dimasukkan sebagai tanaman hias memiliki potensi
menjadi invasif.
Sefama tahun 2006-2007, ada dua jenis arthropoda yang diketahui masuk
secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Acarina yang
mengkontaminasi bibit anggrek dan Sitophylus otyzue yang mengkontaminasi
benih jagung. Sebanyak 15 jenis arthropoda ditemukan mengkontaminasi
komoditas yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok, terdiri dari ordo

Coleoptera, Lepidoptera, dan Psocoptera, serta Acarina, dan enam famili, yaitu:
Silvanidae, Tenebrionidae, Cleridae, Curculionidae, Cucujidae, Nitidulidae, dan
Mycetophagidae. Jenis-jenis arthropoda yang ditemukan tersebut merupakan
jenis arthropoda kosmopolit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap komoditas yang masuk melalui
Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, ditemukan beberapa jenis
tumbuhan (gulma) yang mengkontaminasi komoditas yang diimpor. Data
intersepsi gulma di Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006-2007 menunjukkan
bahwa sebanyak 122 jenis tumbuhan gulma ditemukan. Tumbuhan gulma tersebut
ditemukan dalam bentuk biji yang mengkontarninasi sebagian besar biji lain,
seperti biji gandum, kedelai, ketumbar, beras, wijen, dan sebagian kecil tepung.
Bandara Soekamo-Hatta, selama 2006-2007 ditemukan 4 jenis tumbuhan gulma.
Di antara 122 jenis tumbuhan gulma yang mengkontamisani, sebanyak 34
spesies diketahui merupakan gulma invasif berdasarkan database Invusive and
Exotic Species.
Kewaspadaan tehadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk sangat perlu
dilakukan. fdentifikasi terhadap arthropoda dan tumbuhan yang masuk baik secara
sengaja maupun tidak sengaja sebaiknya dilakukan dengan lengkap dan detil
sampai pada tingkat spesies. Penelitian ianjutan perlu dilakukan untuk melihat
kemampuan organisme yang masuk tersebut menjadi invasif dengan tidak hanya

mempertimbangkan karakteristik organisme namun juga faktor lingkungan dan
ekonomi.
Kata kunci : arthropoda, tumbuhan, inventarisasi, potensi invasif.

O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau selunrh karya tulis ini tanpa ntencantumkan
atau nlenyebutkan sumbernya. Pengtrtipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan katya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan szratu masalah; dun pengutipan tersebzrt tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengrtnumkan dun nzetnperbanyak sebagian atau seluruh karya tzrlis
dalatn bentuk apapun tanpa izin IPB

INVENTARISASI DAN KAJIAN POTENSI INVASIF
ARTHROPODA DAN TUMBUHAN YANG MASUK KE
WILAYAH INDONESIA
MELALUI BANDARA SOEKARNO-HATTA DAN
PELABUHAN TANJUNG PRIOK


FITRI UJIYANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Entomologi/Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Antarjo Dikin

Judul Tesis

:

lnventarisasi dan Kajian Potensi Invasif Arthropods dan
Tumbuhan yang Masuk ke Wilayah Indonesia Melalui

Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok

Nama Mahasiswa

:

Fitri Ujiyani

NIM

:

A451064144

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota


Ketua Program Studi
Entomologi/Fitopatol

Tanggal Ujian:
20 Februari 2009

Tanggal Lulus:

2 7 F E B 2009

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadilat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
Penelitian ini bertujuan menginventarisasi dan mengkaji potensi invasif
arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia melalui Bandara
Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok.
Penelitian dilatarbelakangi oleh pengalaman bahwa masuknya organismeorganisme asing ke wilayah Negara Republik Indonesia yang sebelumnya
dimasukkan untuk tujuan positif ternyata di kemudian hari kadang-kadang
menimbulkan dampak negatif sehingga pemasukan spesies asing harus

diwaspadai. Untuk menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan tumbuhan yang
sering masuk dan mengetahui potensi invasifnya, maka penelitian ini dilakukan
dengan mempelajari karakter biologi spesies-spesies yang masuk ke Indonesia
berdasarkan informasi yang diperoleh dari literatur, baik berupa buku cetak
maupun situs internet.
Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat. Penulis sangat
mengharapkan masukan dari berbagai pihak demi penyempurnaan penelitian di
masa mendatang.
Bogor, Februari 2009

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sleman Yogyakarta pada tanggal 6 September 1980.
Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan YB. Saein
dan Tumiyati.
Pada tahun 1998-2002, penulis menempuh pendidikan sarjananya pada
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP) pada tahun 2002.
Sejak tahun 2005, penulis bekerja di Badan Karantina Pertanian,
Departemen Pertanian sebagai tenaga fungsional Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan (POPT) pada Balai Karantina Pertanian Kelas I1
Palangkaraya. Saat ini penulis bertugas di Pusat Infomasi dan Keamanan Hayati,
Badan Karantina Pertanian.

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1 ...........................................................................

xi

DAFTAR TABEL.................................................................

xii

DAFTAR LAMPIRAN...........................................................

xl11

...

PENDAKULUAN ...............................................................
Latar Belakang..............................................................
Tujuan

..

Penelltian..........................................................

Manfaat Penelitian...........................................................
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................

3

Pengertian Spesies Asing Invasif (Invusive Alien Species) ............

3

Permasalahan yang Ditimbulkan Spesies Asing Invasif ...............

3

Cara Menyebar Spesies Asing Invasif....................................

5

Arthropoda dan Tumbuhan invasif .............................................

5

Sistem Perkarantinaan di Indonesia........................................

8

BAHAN DAN METODE .......................................................
Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................
Bahan...........................................................................
Metode........................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................
Keragamanan Jenis Arthropoda yang Masuk secara Sengaja...........
Keragaman Jenis Arthropoda yang Masuk secara Tidak Sengaja....
Keragaman Jenis Tumbuhan yang Masuk secara Sengaja...............
Keragaman Jenis Turnbuhan yang Masuk secara Tidak Sengaja.....
Potensi Invasif Arthropoda dan Tumbuhan......................................
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................

32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................

33

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Penentuan skor dalam pengkajian potensi invasif tumbuhan............

13

2

Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007...

14

3

Arthropoda yang masuk ke Indonesia secara tidak sengaja melalui
intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di
Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006..................................

4

5

16

Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada
media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung
Priok pada tahun 2007.....................................................................

17

Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara
Soekamo-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 &
2007.................................................................................................

1s

6

Jenis tumbuhan yang dalam satu genus memilil spesies lain yang
tergolong gulma/tumbuhan invasif....................................................

25

7

Hasil scoring tumbuhan yang masuk secara sengaja........................

26

8

Gulma yang diteinukan mengkontarninasi komoditas yang
dimasukkan inelalui Pelabuhan Taniung Priok selama 2006-2007
dan masuk dalam database ~nvasive-and~ x o t i cWeeds..................

27

DAFTAR LAhlPIRAN
Halaman
Jadwal palang kegiatan......................................................................

36

Tumbuhan yang inasuk secara sengaja ke wilayah Indonesia
melalui Bandara Soekamo-Hatta pada tahun 2006.........................

37

Tumbuhan yang masuk ke wilayah Indonesia yang dikategorikan
sebagai media pembawa OPTK melalui Bandara Soekarno-Hatta
tahun 2007........................................................................................

39

Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia
melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 ..........................

41

Tumbuhan yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia
melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2007..........................

42

Tumbuhan yang ditemukan mengkontaminasi komoditas yang
dimasukkan melalui Bandara Soekamo-Hatta selama 2006 dan
Tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui hasil intersepsi pada
media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung
Priok pada tahun 2006 clan 2007.......................................................

44

Matriks perbandingan karakteristik serangga invasif menurut
Womer (2002) dan sifat-sifat biologi ekologi arthropoda.................

48

Contoh scoring untuk lpomoea aquatica...........................................

49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan mobilitas manusia dan barang akan mneningkatkan lalu lintas
spesies di seluruh dunia, dan di antaranya ada yang dilalulintaskan secara sengaja,
seperti ternak, binatang piaraan, bibit, dan produk-produk pertanian dan
kehutanan.

Beberapa jenis komoditas yang bempa organisme hidup banyak

diimpor dari negara lain untuk berbagai tujuan. Sebagai contoh, untuk memenuhi
kualitas dan kuantitas hasil pertanian, produsen mengimpor benih. Untuk
memenuhi kepuasan keindahan, para penghobi tanaman hias mengimpor tanaman
hias. Untuk pengendalian hayati, terjadi importasi beberapa agens hayati, seperti
serangga, cendawan, maupun organisme lain.
Organisme yang diimpor dapat berupa spesies tumbuhan, hewan, dan
organisme lain yang bukan spesies asli suatu negara.

Organisme-organisme

tersebut dimasukkan secara sengaja untuk tujuan menguntungkan manusia. Selain
itu, beberapa organisme dapat masuk ke suatu negara secara tidak sengaja,
misalnya terbawa bersamaan dengan media pembawanya.

Organisme yang

masuk secara sengaja maupun tidak sengaja perlu diwaspadai karena
kemungkinan dapat menimbulkan kerugian di kemudian hari.
Sebagian besar spesies tumbuhan asing dibudidayakan sebagai tanaman hias
(Tjitrosoedirjo 2005; Wittenberg & Cock 2001). Di Amerika Utara, hampir
setengah dari 300 tumbuhan yang paling invasif dimasukkan ke kebun atau taman
sebagai tanaman hias (Wittenberg & Cock 2001). Oleh karena itu, pemasukan
tumbuhan sebagai tanaman hias perlu diwaspadai.
Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pintu
pemasukan yang strategis bagi masuknya berbagai jenis organisme khususnya
arthropoda dan tumbuhan dari berbagai negara.

Di Bandara Soekarno-Hatta

terjadi banyak pemasukan berbagai jenis tanaman hias seperti Aglonema,
Adenium, Anggrek, Anthurium, dan lain-lain dari berbagai negara, seperti
Thailand, Jepang, China, Belanda, dan lain-lain. Selain itu, pemasukan benih
rumput, tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura juga tejadi di bandara
tersebut. Di Pelabuhan Tanjung Priok juga tejadi pemasukan berbagai benih dan
bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan rumput.

Selain dimasukkan secara sengaja, beberapa organisme seperti arthropoda
dan tumbuhan gulma juga dapat masuk secara tidak sengaja, misalnya terbawa
melalui kontaminasi pada komoditas yang dimasukkan.

Data intersepsi

organisme pengganggu tumbuhan berupa arthropoda dan gulma di Balai
Karantina Tumbuban Kelas I Soekarno-Hatta dan Balai Besar Karantina
Tumbuhan Tanjung Priok menunjukkan beberapa spesies gulma ditemukan
mengkontaminasi produk pertanian yang diimpor, salah satunya Chrornolaena
odorata yang diketahui merupakan jenis tumbuhan invasif di Indonesia.

Untuk mengetahui potensi invasif organisme yang masuk secara sengaja
maupun tidak sengaja, kajian tentang karakterteristik biologi dan ekologi yang
dimiliki oleh organisme-organisme tersebut perlu dilakukan sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan pengawasan
lalu lintas organisme melalui pintu-pintu pemasukan di Indonesia.
Tujuan Penelitian

Penelitian ini hertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis arthropoda dan
tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekamo-Hatta dan
Pelabuhan Tanjung Priok selama tahun 2006-2007 serta mengkaji potensi invasif
arthropoda dan tumbuhan tersebut.
Manfaat Penelitian

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis
organisme yang sering masuk ke wilayah Indonesia dan potensi invasifnya
sehingga dapat membantu pengawasan lalu lintas organisme asing di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Spesies Asing Invasif (ZnvasiveAIien Species)
Spesies invasif adalah suatu spesies yang muncul, sebagai akibat dari
aktivitas manusia, melampaui penyebaran normalnya dan mengancam lingkungan,
pertanian atau sumber daya lainnya akibat kerusakan yang ditimbulkamya
(DEWHA 2008). Spesies invasif dapat berupa seluruh kelompok taksonomi,
meliputi virus, cendawan, alga, lumut, paku-pakuan, tumbuhan tinggi,
invertebrata, ikan, amphibi, reptil, burung, dan mamalia (GISP 2003).
Masuknya suatu spesies baru dapat memangsa spesies asli, menekan
pertumbuhan, menginfeksi atau menularkan penyakit, berkompetisi, menyerang,
atau melakukan persilangan. Spesies invasif tersebut dapat meruhah ekosistem
dengan merubah kondisi air, perputaran nutrisi, dan proses lainnya (GISP 2003).
Spesies asing invasif yang merupakan tejemahan dari invasive alien
species, merupakan spesies, sub spesies, atau takson yang lebih rendah yang

keluar dari habitat alaminya atau daerah sebar aslinya yang dapat bertahan dan
berkembang biak, dan penyebarannya dapat mengancam keanekaragaman hayati.
lstilah alien atau alien species digunakan untuk suatu spesies yang muncul di luar
sebaran alaminya sedangkan istilah alien invasive species digunakan untuk alien
species yang mengancam ekosistem, habitat atau spesies tertentu (CBD 2005).

Spesies asing invasif berhubungan dengan organisme pengganggu
tumbuhan karantina (OPTK). Sebagian besar OPTK merupakan spesies asing
invasif, dan spesies asing invasif yang merugikan tanaman secara langsung
maupun tidak langsung merupakan OPTK (Lopian 2005).
Permasalahan yang Ditimbulkan Spesies Asing Invasif
Spesies asing invasif dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan
kerugian ekonomi.

Dominasi spesies asing invasif dapat menimbulkan

homogenisasi keanekaragaman hayati secara menyeluruh dan menurunkan
keragaman dan kekhususan lokal. Spesies asing invasif juga dapat merubah
struktur komunitas dan komposisi spesies di ekosistem asli serta secara tidak
langsung dapat berpengaruh terhadap siklus nutrisi, fungsi ekosistem, dan
hubungan ekologi antar spesies lokal (CBD 2007).

Di Indonesia, spesies asing invasif diketahui telah menimbulkan
permasalahan, salah satunya adalah Mikania micrantha Kunth (Asteraceae) yang
dapat tumbuh secara cepat.

M. micrantha merupakan spesies asli Amerika

Tengah dan Amerika Selatan dan saat ini tersebar luas di Indonesia dan wilayah
Malesian. Beberapa spesies asing invasif lainnya di Indonesia yang saat ini
dikenal dan diketahui memiliki ancaman serius terhadap keanekaragaman hayati
alami dan memiliki dampak yang hebat terhadap komunitas flora dan fauna,
antara lain Acasia nilotica (L.) Willd. Ex Del., Eichhomia crassipes (Mart.)
Solms, Chrovzolaena odorata (L.) R.M. King & H. Robinson, dan Piper adunczrm
L. (Tjitrosoedirdjo 2007).
Salah satu kasus pennasalahan spesies asing invasif di Indonesia tejadi di
Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Pennasalahan tersebut ditimbulkan oleh

A. nilotica yang pertama kali dimasukkan ke Indonesia sebagai tanaman pagar
untuk melindungi hutan jati yang terletak di dekat Tarnan Nasional Baluran, tetapi
kemudian menginvasi sekitar 5000 hektar areal taman tersebut.

Baluran

merupakan padang savanna yang dikonse~asiuntuk menyediakan pakan bagi
banteng (Bosjavaniczis) (Tjitrosoedirdjo 2007).
Contoh kasus yang lain adalah eceng gondok saat ini menimbulkan
permasalahan

dengan

perkembangbiakannya yang

cepat

sehingga sulit

dikendalikan. Tumbuhan ini merupakan spesies asli Amerika Selatan (Cock
2001; USDA 2008) dan dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1886 untuk
mempercantik kolam yang ada di Kebun Raya Bogor, akan tetapi eceng gondok
kemudian menyebar luas ke seluruh wilayah Indonesia (Tjitrosoedirdjo & Widjaja
1991 dalam Tjitrosoedirdjo 2005).
Eceng gondok mempakan tumbuhan perenial yang mengapung dan dapat
tumbuh sampai ketinggian tiga kaki. Eceng gondok merupakan spesies invasif
yang sangat agresif dan dapat membentuk bentangan yang tebal di penukaan air.
Jika bentangan ini menutup seluruh penukaan air, eceng gondok dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen dan membunuh ikan-ikan yang ada
di dalamnya (TAES 2008). Cock (2001) mengemukakan bahwa eceng gondok
dapat menyebabkan tergantikannya populasi tumbuhan air yang sudah ada dan
memperlambat jalannya arus air sehingga mengganggu irigasi.

Selain menimbulkan gangguan seperti di atas, spesies asing yang
diintroduksi ke wilayah baru seringkali memangsa spesies asli, ~nenekan
pertumbuhan, menginfeksi atau menularkan penyakit, menimbulkan kompetisi,
menyerang dan berhibridisasi (Wittenberg & Cock 2001). Hal ini menyebabkan
pemasukan terhadap spesies asing perlu diwaspadai.
Cara Menyebar Spesies Asing Invasif
Spesies invasif dapat masuk ke suatu daerah baru dengan cara disengaja
maupun tidak disengaja.

Pemasukan secara disengaja dapat tejadi melalui

pemasukan tumbuhan yang digunakan misalnya untuk tujuan pertanian,
kehutanan, dan perbaikan tanah. Selain itu, pemasukan spesies baru dapat juga
berupa tanaman hias, plasma nutfah, atau agens hayati. Pemasukan secara tidak
sengaja dapat terjadi melalui kontaminasi pada produk pertanian, misalnya
masuknya lalat buah melalui buah-buahan. Kontaminasi biji gulma pada bibit dan
bunga potong dapat juga menjadi jalan masuknya spesies invasif (Wittenberrg &
Cock 2001).
Menurut CBD (2007), introduksi spesies asing biasanya terjadi melalui lalu
lintas manusia dan perdagangan. Apabila habitat baru spesies tersebut hampir
sama dengan habitat aslinya, spesies yang terintroduksi tersebut dapat bertahan
dan berreproduksi.
Selain menyebar dengan bantuan aktivitas manusia, spesies asing invasif
juga dapat menyebar secara alamiah. Arthropoda terestrial dapat berpindah dari
satu tempat ke tempat lainnya tidak hanya melalui terbang dan terbawa angin,
parasitisme dan foresi, tetapi juga dengan cara berjalan, terbawa aliran sungai, dan
berenang (Frank 2002).
Arthropoda dan Tumbuhan Asing Invasif
Arthropoda Iuvasif
Potensi invasif suatu spesies dapat diprediksi. Untuk mengetahui mengapa
suatu spesies dikategorikan sebagai spesies invasif diperlukan pemahaman
terhadap karakter individu invasif. Menurut Womer (2002), spesies serangga
yang invasif biasanya memiliki sifat-sifat sebagai berikut: memiliki asosiasi yang
dekat dengan manusia, tersebar luas dalam kisaran habitat alaminya, memiliki

kelimpahan yang tinggi di habitat alaminya, memiliki kemampuan tinggi untuk
meningkatkan populasi, bertahan pada berbagai kondisi, kemampuan menyebar
yang tinggi, secara cepat dapat menyesuaikan siklus hidupnya di lingkungan yang
baru, bereproduksi secara uniparental, dan memiliki keragaman genetik yang
tinggi.
Karakteristik individu sangat menentukan kemampuan spesies tersebut
menjadi invasif. Faktor lain yang dapat berperan dalam mendukung keinvasifan
spesies serangga adalah faktor kondisi dan habitat.

Kondisi yang dapat

mendukung terjadinya invasi spesies serangga adalah tersedianya tekanan yang
tinggi oleh individu, artinya semakin banyak jumlah individu yang terintroduksi
ke dalam suatu area, akan semakin besar kemungkinan spesies tersebut muncul.
Kondisi lain yang menentukan adalah tersedianya kesempatan bagi spesies
serangga untuk muncul (Worner 2002).
Faktor habitat juga sangat menentukan keinvasifan spesies serangga. Habitat
yang dianggap rentan terhadap invasi spesies asing adalah habitat yang
menyediakan makanan dan iklim yang sama bagi spesies asing yang baru rnasuk.
Habitat lain yang rentan terhadap invasi adalah habitat yang terganggu, habitat
yang ketahanan genetiknya rendah (kurangnya musuh alami dan kompetitor), dan
habitat yang bempa kepulauan (Worner 2002).

Turnbuhan Iuvasif
Dalam pertanian, tumbuhan invasif biasanya dianggap juga sebagai gulma.
Gulma diperkirakan dapat menurunkan hasil pertanian hingga mencapai 10% per
tahun (NISIC 2006). Ditinjau dari sifatnya, gulma memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (NISIC 2006):
a) dapat bersaing tinggi dalam suatu lingkungan yang telah dirancang agar ideal
terhadap pertumbuhan tanaman, meliputi persaingan air, cahaya matahari,
mang, dan makanan;
b) dapat menumnkan nilai tanaman melalui kontaminasi terhadap produk panen
dan benih tanaman;
c) membatasi kemampuan petani untuk menggunakan lahan pertanian dengan
cara menurunkan penggunaan lahan dan rotasi tanaman;

d) dapat menyediakan habitat bagi organisme pengganggu tumbuhan dan
kemudian menularkannya ke tanaman;
e) mengganggu penanganan mekanis tanaman, contohnya: mesin panen dan
mesin pembersih benih menjadi tidak efektif;
f ) meningkatkan kebutuhan air oleh tanaman pertanian;

g) menurunkan nilai lahan pertanian; dan
h) lebih sulitnya pengendaiian bagi gulma yang tahan terhadap herbisida.
Tumbuhan invasif berbeda dengan guima yang tumbuh pada agroekosistem
atau habitat buatan manusia.

Gulma diketahui sebagai tumbuhan yang

mengganggu sistem produksi pertanian, sedangkan gulma pada habitat alami, atau
disebut spesies asing invasif, menekankan perannya dalam mengancam
keanekaragaman hayati (Weber 2003).
Tumbuhan invasif dapat berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap ekosistem.

Dampak langsung yang ditimbulkan adalah persaingan

tempat, makanan, air dan cahaya yang dapat mengganggu spesies lokal,
menggantikan spesies asli dengan yang baru, dan menghambat perkembangan
tumbuhan asli. Dampak tidak langsung adalah merubah hubungan air tanah,
sirkulasi makanan, kondisi cahaya, gangguan, dan mempengaruhi habitat liar.
Persilangan antara spesies invasif dengan spesies lokal dapat merubah genetik dari
populasi spesies lokal (Weber 2003). Tumbuhan invasif juga dapat berpengaruh
terhadap kesehatan manusia, sistem pertanian, dan sistem lainnya.

Dampak

tumbuhan invasif dapat menyebabkan kerusakan terhadap habitat dalam ha1
hilangnya keanekaragaman hayati (FA0 2005).
Menurut

Tjitrosoedirdjo

(2005),

tumbuhan

invasif

di

Indonesia

dikelompokkan ke dalam dua habitat yang berbeda, yaitu tumbuhan akuatik dan
terestrial. Jenis tumbuhan akuatik yang dikategorikan sebagai spesies tumbuhan
invasif adalah: Eichhomia crassipes, Hydrilla verticillata, Mimosa pigra, Pistia
stratiotes, dan Salvania molesta. Tumbuhan terestrial yang tergolong invasif,
antara lain Acacia nilotica, Azrsfroeupatoriurn inulaefolitrtn, Chronzolaena
odorata, Cryptostegia grandijlora, dan beberapa jenis lainnya. Penentuan jenis
tumbuhan invasif didasarkan pada kemampuan, kepentingan, dan penyebarannya.

Sistem Perkarantinaan di Indonesia
Pengertian Karantina
Karantina merupakan istilah yang diturunkan dari bahasa Italia yaitu

quarantina yang berarti empat puluh. Menurut sejarahnya, angka empat puluh ini
merupakan masa inkubasi penyakit dari mulai terjadinya infeksi sampai
munculnya gejala (MacKenzie 2001 dalam Ebbels 2003). Istilah tersebut lahir
sekitar abad ke XIV di Venesia yang menetapkan batas waktu yang diberlakukan
untuk menoiak masuk dan merapat kapal yang datang dari luar negeri untuk
menghindari terjangkitnya penyakit menular (Triwahyono 2006).
Perkarantinaan di Indonesia diatur dengan Undang-undang Nomor 16
Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.

Berdasarkan

peraturan tersebut, karantina didefinisikan sebagai tempat pengasingan danlatau
tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit
atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di
dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia.
Pengertian karantina tumbuhan secara khusus diatur dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2004 tentang Karantina Tumbuhan.

Karantina

tumbuhan merupakan tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya
organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain
di dalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Tindakan Karantina
Tindakan karantina tumbuhan terdiri atas delapan tindakan, yaitu
pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan,
pemusnahan, dan pelepasan (UU Nomor 1611992; PP Nomor

1412002).

Tindakan karantina dikenakan terhadap setiap media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang dimasukkan (impor) ke dalam
wilayah Indonesia, dilalulintaskan antar area di dalam wilayah Indonesia, dan
dikeluarkan dari wilayah Indonesia berdasarkan ketentuan yang berlaku.
OPTK adalah organisme pengganggu tumbuhan yang mengganggu
komoditas yang bernilai ekonomi di suatu negara yang belum terdapat di negara
tersebut, atau sudah terdapat namun belum tersebar luas dan sedang dikendalikan
(ISPM Nomor 512005). Di Indonesia, OPTK dikategorikan menjadi dua kategori,

yaitu OPTK Kategori A1 dan OPTK Kategori A2. OPTK Kategori Al adalah
jenis OPTK yang belum terdapat di Indonesia, sedangkan OPTK Kategori A2
adalah OPTK yang sudah terdapat di Indonesia (Kepmentan Nomor 3812006).
Karantina di Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok
Kelembagaan.

Karantina tumbuhan di Bandara Soekarno-Hatta dan

Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2006-2007 dilaksanakan oleh Balai
Karantina Pertanian Kelas I Soekamo-Hatta dan Balai Besar Karantina Tumbuhan
Tanjung Priok yang merupakan unit pelayanan teknis (UPT) Karantina Tumbuhan
Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Sejak keluamya Keputusan
Menteri Pertanian No. 22 Tahun 2008, Badan Karantina Pertanian melakukan
penggabungan karantina hewan dan karantina tumbuhan sehingga Balai Karantina
Pertanian Kelas I Soekamo-Hatta bergabung dengan UPT Karantina Hewan di
Soekarno-Hatta menjadi Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta,
sedangkan Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok bergabung dengan

UPT Karantina Hewan di Tanjung Priok menjadi Balai Besar Karantina Pertanian
Tanjung Priok.
Prosedur pemasukan arthropoda. Pemasukan arthropoda yang tergolong
sebagai agens hayati harus mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri
Pertanian No. 41 1 Tahun 1995 tentang Pemasukan Agens Hayati ke dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia.

Dalam Keputusan Menteri Pertanian

tersebut, pemasukan agens hayati harus terlebih dahulu mendapatkan Surat Ijin
Pemasukan (SIP) yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian atas rekomendasi
Komisi Agens Hayati melalui Badan Karantina Pertanian.
Prosedur pemasukan tumbuhan. Pemasukan tumbuhan yang tergolong
media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari luar
negeri harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) dilengkapi Sertifikat
Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit bagi tumbuh-tumbuhan
dan bagian-bagiannya, kecuali media pembawa yang tergolong benda lain; 2)
melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan; dan 3) dilaporkan dan
diserahkan kepada petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan
untuk keperluan tindakan Karantina Tumbuhan (PP Nomor 1412002). Selain

harus memenuhi persyaratan tersebut, pemasukan tumbuhan berupa benih atau
bibit hams dilengkapi dengan SIP yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian pada bulan
September 2008

-

Januari 2009 dengan jadwal penelitian adalah seperti pada

Lampiran 1.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Tahunan Balai
Karantina Tumbuhan Kelas I Soekamo-Hatta tahun 2006 dan 2007, serta Laporan
Tahunan Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok tahun 2006 dan 2007.
Metode
Penelitian dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu pengumpulan data
pemasukan arthropoda dan tumbuhan, pengumpulan informasi karakteristik
bioiogi dan ekologi, dan kajian potensi invasif.
Pengumpulan Data Pemasukan Tumbuhan dan Serangga
Sumber data. Data sekunder diperoleh dari laporan operasional kegiatan
karantina tumbuhan pada Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Soekamo-Hatta dan
Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok selama tahun 2006-2007 yang
terdiri dari:
a. data pemasukan (impor) agens hayati jenis arthropoda dan data pemasukan
tumbuhan (termasuk benih) (untuk pemasukan secara sengaja); dan
b. data intersepsi OPTIOPTK jenis arthropoda dan tumbuhan (untuk pemasukan
secara tidak sengaja).
kategorisasi. Arthropoda yang diamati dikategorikan menjadi: a) agens
hayati jenis arthropoda yang dimasukkan secara sengaja; dan b) arthropoda hasil
intersepsi OPTIOPTK yang masuk secara tidak sengaja sebagai kontaminan atau
arthropoda perusak yang terbawa komoditas yang diimpor. Tumbuhan yang
diamati dikategorikan menjadi: a) semua jenis tanaman dan benih tanaman
pangan, hortikultura (termasuk tanaman hias), dan perkebunan yang dimasukkan
secara sengaja; dan b) gulma yang masuk secara tidak sengaja mengkontaminasi
komoditas yang diimpor.

Pengumpulan Informasi Karakteristik Biologi dan Ekologi
Setiap jenis arthropoda dan tumbuhan yang terinventarisasi kemudian
dipelajari karakteristik biologi

dan

ekologinya masing-masing

melalui

penelusuran informasi dari sumber literatur b e ~ p ahuku cetak yang relevan
dengan kajian potensi invasif, situs interne4 maupun artikel-artikel yang
menerangkan karakter biologi masing-masing spesies.
Untuk spesies arthropoda, informasi biologi dan ekologi yang diperlukan
adalah sebaran di habitat alaminya, kelimpahan dan tingkat perkembangan
populasi di habitat alaminya, ketahanan pada berbagai kondisi, kemampuan
menyebar, kemampuan beradaptasi pada lingkungan baru, cara berkembang biak,
dan keragaman genetik.
Untuk spesies tumbuhan, informasi biologi dan ekologi yang diperlukan
adalah kesesuaian terhadap iklim, potensi sebagai gulma, tipe tumbuh, tempat
tumbuh, cara berkembang biak, cara penyebaran, dan persistensi.
Kajian Potensi Invasif
Kajian potensi invasif arthropoda. Kajian invasif arthropoda dilakukan
dengan membandingkan karakteristik biologi dan ekologi spesies arthropoda yang
dikaji dengan karakteristik spesies arthropoda invasif dengan mengacu pada
Warner (2002). Karakteristik arthropoda invasif tersebut adalah memiliki asosiasi
yang dekat dengan manusia, tersebar luas dalam kisaran habitat alaminya,
memiliki kelimpahan yang tinggi di habitat alaminya, memiliki kemampuan tinggi
untuk meningkatkan populasinya, bertahan pada berbagai kondisi, kemampuan
menyebar yang tinggi, secara cepat dapat menyesuaikan siklus hidupnya di
lingkungan baru, bereproduksi secara uniparental, dan memiliki keragaman
genetik yang tinggi.
Kajian potensi invasif tumbuhan.

Kajian dilakukan dengan mengacu

pada Weed Risk Assess~nent yang ditetapkan oleh FA0 (2005) dengan
menggunakan skor tertentu (Tabel 1).

Tabel 1 Penentuan skor dalam pengkajian potensi invasif tumbuhan*)
No
1.

Skor**)

Faktor Risiko yang Dipertimbangkan
Merupakan tumbuhan air?

3

2. Ada spesies lain dalam satu genus yang bersifat gulma?

2

3.

Propagul mudah disebarkan secara sengaja maupun tidak
sengaja oleh aktivitas manusia?

2

4.

Membentuk duri?

1

5.

Bersifat parasitik?

1

6.

Unpalatable atau bersifat racun terhadap binatang yang
merumput?

1

7.

Menjadi inang bagi hama dan penyakit?

1

8.

Menyebabkan alergi atau bersifat racun terhadap manusia?

1

9.

Tumbuh memanjat atau melilit?

I

10. Memproduksi biji yang dapat tumbuh?
11. Biji dapat bertahan lebih dari 1 tahun?

12. Reproduksi ~nelaluipropagasi vegetatif?
13. Tahan terhadap
kebakaran?

pemotongan,

pencangkulan,

1
atau

1

*) Sumber: F A 0 (2005)

**)Skor diberikan apabila jawaban pada kolom ( 2 ) adalah 'ya', jika faktor risiko tidak diketahui,
maka diberikan skor setara denganjawaban 'ya'

Kajian potensi invasif dengan membandingkan database.

Selain

melakukan kajian potensi invasif dengan berdasarkan pada kajian terhadap
karakteristik biologi dan ekologi spesies, kajian potensi invasif untuk arthropoda
dan tumbuhan yang masuk secara sengaja maupun tidak sengaja juga dilakukan
dengan mernbandingkan database IAS yang sudah ada, yaitu database Invasive
and Exotic Species dan 100 of World's Worst Invasive Alien Species.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragarnan Jenis Arthropoda yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara
Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok
Tahap awal penelitian dilakukan dengan menginventarisasi jenis-jenis
arthropoda dan tumbuhan yang masuk ke Indonesia melalui Bandara SoekamoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Arthropoda yang masuk secara sengaja ke wilayah Indonesia adalah arthropoda
yang dimasukkan sebagai agens hayati. Selama 2006-2007 keragaman jenis
arthropoda yang masuk secara sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta dan
Pelabuhan Tanjung Priok relatif rendah. Selama tahun tersebut, diketahui hanya
terdapat 4 jenis arthropoda agens hayati yang masuk melalui Bandara SoekarnoHatta, yaitu A~iblyseiusswirskii (Phytoseiidae), A. californiczrs (Phytoseiidae),
Orius laevigatus (Anthocoridae), dan Phytoseizilus persirnilis (Phytoseiidae).
Tidak ada agens hayati yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok selama
2006-2007.
Arthropoda agens hayati tersebut dimasukkan untuk tujuan penelitian.
Pemasukan tersebut telah mengikuti ketentuan sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 41 1/1995 dan telah mendapatkan ijin pemasukan dari Menteri
Pertanian (Tabel 2).
Tabel 2 Jenis-jenis agens hayati yang dimasukkan selama 2006 dan 2007
Jenis agens hayati
yang dimasukkan

Surat Ijin Pemasukan

A. wirskii, 0. laevigatus

Kepmentan Nomor 73 l/Kpts/PD.540/12/2006

A. srvirskii, A. californiczis,
P. persiitiilis, 0. laevigafus

Kepmentan Nomor 733/Kpts/PD.110/12/2006

A. srrlirskii, 0. laevigafus

Kepmentan Nomor 97/Kpts/PD.540/1/2006

Keragaman Jenis Arthropoda yang Masuk secara Tidak Sengaja Melalui
Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok
Selama tahun 2006-2007, diketahui terdapat dua jenis arthropoda yang
masuk secara tidak sengaja melalui Bandara Soekarno-Hatta, yaitu Acarina yang
terbawa bibit anggrek dan Sitophilzis oryzae yang mengkontarninasi benih jagung.
Di Pelabuhan Tanjung Priok beberapa jenis arthropoda diketahui menginfestasi

komoditas yang dimasukkan. Data intersepsi OPTfOPTK jenis arthropoda di
Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok pada tahun 2006 dan 2007
menunjukkan bahwa beberapa jenis arthropoda ditemukan mengkontaminasi
komoditas baik yang berbentuk biji, umbi lapis, tanaman hidup, maupun tepung.
Pada tahun 2006, sebanyak 14 jenis arthropoda ditemukan, yang terdiri dari
ordo Coleoptera, Psocoptera, serta Acarina, dan enam famili dari Ordo
Coleoptera, yaitu: Silvanidae, Tenebrionidae, Cleridae, Curculionidae, Cucujidae,
Nitidulidae, dan Mycetophagidae serta satu famili dari Acari yaitu Ascidae (Tabel
3). Pada tahun 2007, data intersepsi menunjukkan ada 3 jenis arthropoda yang
ditemukan, yaitu Tribolim castaneum, Ephestia sp., dan Blartisocius sp. (Tabel 4).

T. castanezrm dan Blattisocius sp. juga ditemukan pada tahun 2006 sehingga total
jumlah jenis yang ditemukan selama 2006 dan 2007 adalah 15jenis arthropoda.

Tabel 3 Arthropoda yang masuk ke Indonesia secara tidak sengaja melalui
intersepsi pada media pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan
Tanjung Priok pada tabun 2006*)
Komoditas yang
terkontaminasi

Negara asal

Frekuensi

Acarina

Benih jagung, benih
kentang, bawang
rnerah

Thailand,
Scotlandia,
Philipina, China

9

Ahasverus avena
(Coleoptera; Silvanidae)

Benih ketumhar,
bawang putih, beras,
hawang merah

Bulgaria, China,
Singapura,
Thailand, Vietnam

14

Blaftisocim sp.
(Acari: Ascidae)

Liliz~msp., kernel
kacang tanah, bawang
merah

Belanda, Thailand,
China, Malaysia,
Myanmar,
Philipina

57

Carpophilus hemipterus
(Coleoptera: Nitidulidae)

Benih jagung, kacang
hijau, bawang rnerah

USA, Myanmar,
Philipina,
Thailand, Vietnam

31

Cheylestus sp.
(Acari: Ascidae)

Kernel kacang tanah,
bawang merah

Thailand, China,
Malaysia,
Myanmar,
Philipina, Vietnam

63

Ciypfolesfesferruginezis
(Coleoptera: Cucujidae)

Benih jagung, biji
gandum, beras ketan

USA, Canada,
Thailand

4

Henoficus califoinicus

Bawang putih,
bawang merah

China, Malaysia,
Myanmar,
Philipina, Thailand

11

Liposcelis sp.
(Psocoptem)

Bawang putih,
bawang merah

China, Philipina,
Thailand, Vietnam

11

Micrograniniefilifonnis

Bawang merah

Philipina

2

Necrobia rtlfpes
(Coleoptera: Cleridae)

Bawang merah

Malaysia

1

Oryzaephillus surinamensis
(Coleoptem: Silvanidae)

Bawang putih, beras
ketan

China, Thailand,
USA

12

Sitophilus oryzae
(Coleoptera: Curculionidae)

Jagung, kernel kacang
tanah, tepung
gandum, hiji gandum

USA, India,
Belgia, Canada

9

Tribolitim casfanezrfn
(Coleoptem: Tenehrionidae)

Pati jagung, jagung,
beras ketan, kernel
kacang tanah, beras,
tepung kedelai

USA, Vietnam,
India, Australia,
China, Srilanka,
Taiwan, Thailand

24

Typhaea sfercoreo L.
(Coleoptera: Mycetophagidae)

Bawang putih,
bawang merah

China, Philipina

9

Jenis arthropoda

*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2006)

Tabel 4 Arthropoda yang masuk ke Indonesia melalui intersepsi pada media
pembawa OPTIOPTK yang diimpor di Pelabuhan Tanjung Priok pada
tahun 2007')
Komoditas yang
terkontaminasi

Negara asal

Frekuensi

Liliuin sp.

Africa Selatan

1

Ephestia sp.
(Lepidoptera: Pyralidae)

Bawang merah

Philipina

1

Tribolium castanezrm
(Coleootera: Tenebrionidae)

Beras, tepung
kedelai

Thailand, USA

5

Jenis arthropoda
Blattisocius sp.
(Acari: Ascidae)

*) Diolah dari BBKT Tanjung Priok (2007)

Keragaman Jenis Tumbuhan yang Masuk secara Sengaja Melalui Bandara
Soekarno-Hatta dau Pelabuhan Tanjung Priok
Pemasukan tumbuhan secara sengaja terjadi melalui pemasukan komoditas
tumbuhan yang merupakan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan
karantina (OPTK). Selama tahun 2006 dan 2007, di Bandara Soekamo-Hatta dan
Pelabuhan Tanjung Priok terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dapat
dikelompokkan menjadi tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah, tanaman
perkebunan, dan tanaman pangan (Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, dan
Lampiran 5). Tumbuhan tersebut dimasukkan dalam bentuk tanaman hidup dan
benih (biji) dengan tujuan untuk ditanam.
Ditinjau dari keragaman jenisnya, tumbuhan yang dimasukkan melalui
Bandara Soekamo-Hatta memiliki keragaman jenis

yang

lebih tinggi

dibandingkan tumbuhan yang dimasukkan melalui Pelabuhan Tanjung Priok
seiama 2006 dan 2007. Tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara SoekarnoHatta sebanyak 59 jenis, sedangkan Pelabuhan Tanjung Priok sebanyak 47 jenis
(Tabei 5).

Tabel 5 Keragaman jenis tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara SoekamoHatta dan Pelabuhan Tanjung Priok selama 2006 & 2007
Kelompok tanaman

Jumlah jenis yang dimasukkan herdasarkan pintu
pemasukan (jeuis)
Bandara Soekamo-Hatta Pelabuhan Tanjung Priok

Tanaman hias
Tanaman sayuran
Tanaman buah
Tanaman perkebunan
Tanaman pangan

39
10
4
4
2

23

5Q

A7

14

4
3
3

Tabel 5 menunjukkan bahwa tumbuhan yang dimasukkan melalui Bandara
Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok paling banyak berupa jenis tanaman
hias, yaitu 66% dan 49% dari keseluruhan jenis yang dimasukkan. Banyaknya
jenis tanaman bias yang dimasukkan dapat berpotensi invasif. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan Wittenberg & Cock (2001) bahwa di Amerika Utara,
hampir setengah dari 300 tumbuhan yang paling invasif dimasukkan ke kebun
atau taman sebagai tanaman bias.
Keragaman Senis Tnmbul~anyang Masnk secara Tidak Sengaja Melalui
Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok
Pemasukan komoditas tumbuban baik berupa benib maupun produk
tumbuhan seringkali terkontaminasi oleh tumbuhan lain yang bersifat guima.
Kontaminasi tersebut dideteksi ketika dilakukan tindakan karantina berupa
pemeriksaan terhadap adanya OPTK yang mengkontaminasi komoditas yang
dimasukkan tersebut. Menurut PP Nomor 14 Tahun 2002, setiap komoditas
tumbuhan yang tergolong sebagai media pembawa OPTIOPTK dikenakan
tindakan karantina ketika tiba di pintu pemasukan. Pemeriksaan dilakukan untuk
mendeteksi adanya OPTK seperti yang ditetapkan dalam Kepuh~sanMenteri
Pertanian Nomor 3812006.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap komoditas yang dimasukkan
melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok, ditemukan
beberapa jenis tumbuhan (gulma) yang mengkontaminasi. Intersepsi gulma di
Bandara Soekarno-Hatta pada tahun 2006 dan 2007, yaitu sebanyak 4 jenis gulma
dengan frekuensi masing-masing satn kali pada tahun 2006 (Lampiran 6). Gulma
yang ditemukan tersebut adaiah Polygonurn convolvulzcs, Setaria sp., Setaria

viridis, dan Thlapsi arvense.

Hasil ini berbeda dengan hasil intersepsi di

Pelabuhan Tanjung Priok yang menemukan 122 jenis gulma selama tahun 2006
dan 2007 (Lampiran 7).
Rendahnya keragaman jenis gulma yang ditemukan di Bandara SoekarnoHatta ini kemungkinan disebabkan oleh faktor target pemeriksaan. Pemeriksaan
karantina tumbuhan di pintu pemasukan didasarkan pada target OPTK pada
komoditas yang bersangkutan. Target OPTK yang dicegah tersebut mengacu
pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2006 tentang Jenis-jenis
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2,
Golongan I1 Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah
Sebamya. Apabila pada komoditas yang dimasukkan terdapat target OPTK jenis
gulma, pemeriksaan terhadap adanya gulma akan dilakukan, sedangkan pada
komoditas yang dimasukkan tidak ada target OPTK jenis gulma, pemeriksaan
terhadap gulma tidak dilakukan. Hal ini menyebabkan adanya peluang lolosnya
spesies asing invasif yang tidak termasuk dalam daftar OPTK di Indonesia.
Tumbuhan gulma yang ditemukan di Pelabuhan Tanjung

Priok

mengkontaminasi komoditas biji-bijian, seperti biji gandum, kedelai, ketumbar,
beras, wijen, dan sebagian kecil tepung. Banyaknya gulma yang ditemukan di
Pelabuhan Tanjung Priok berkaitan dengan banyaknya komoditas biji-bijian yang
dimasukkan melalui pelabuhan tersebut sehingga berisiko terkontaminasi gulma.
Oleh karena itu kewaspadaan terhadap komoditas biji-bijian perlu dilakukan.
Komoditas yang paling sering terkontaminasi adalah biji gandum sehingga
pemeriksaan karantina tumbuhan terhadap biji gandum perlu ditingkatkan.
Beberapa jenis gulma hasil intersepsi di Pelabuhan Tanjung Priok
diidentifikasi hanya sampai tingkat genus, antara lain Anlsinckia sp., Atriplex spp.,
Brassica sp., Festuca sp., ipomoea sp., Medicago sp., Panicurri sp., Paspalurn sp.,
Polygonurn sp., Scirpzrs sp., Silene sp., Vicia sp., dan Viola spp. Identifikasi yang

hanya sampai tingkat genus belum cukup karena berdasarkan penelusuran pada
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3812006, terdapat jenis gulma OPTK A1
yang termasuk genus Amsinckia yaitu Ariisinckia calypa (Mors.) Chater
(Boraginacea