Analisis Pengendalian Persediaan Ikan Segar dengan Pertimbangan Laju Kerusakan pada Bulan Januari hingga Februari 2015 (Studi Kasus Hipermarket Z).

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN IKAN SEGAR
DENGAN PERTIMBANGAN LAJU KERUSAKAN PADA
BULAN JANUARI HINGGA FEBRUARI 2015
(STUDI KASUS HIPERMARKET Z)

NOVRY AMELIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian
Persediaan Ikan Segar Dengan Pertimbangan Laju Kerusakan Pada Bulan Januari
hingga Februari 2015 (Studi Kasus Hipermarket Z) adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Novry Amelia
NIM F34110059

ABSTRAK
NOVRY AMELIA. Analisis Pengendalian Persediaan Ikan Segar dengan
Pertimbangan Laju Kerusakan pada Bulan Januari hingga Februari 2015 (Studi
Kasus Hipermarket Z). Dibimbing oleh MACHFUD.
Persediaan merupakan salah satu permasalahan yang cukup krusial di
supermarket. Hipermarket Z sebagai supermarket yang menyediakan berbagai
jenis ikan segar, masih belum bisa melakukan manajemen pengendalian
persediaan ikan segar yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kondisi manajemen persediaan ikan segar di Hipermarket Z, menentukan model
persediaan yang dapat meminimumkan biaya, menentukan frekuensi pemesanan
dan jumlah pemesanan optimal ikan segar. Penelitian ini menggunakan
pendekatan berencana yang diawali dengan observasi lapang. Jenis ikan segar

yang diamati adalah udang vanamae dan ikan gurame hidup. Hasil perhitungan
dari model persediaan dengan mempertimbangkan laju kerusakan, diperoleh
bahwa pemesanan optimum dalam rentang waktu Januari hingga Februari 2015
untuk udang vanamae dan ikan gurame hidup berturut-turut sebesar 10.01
kg/siklus dan 11.72 kg/siklus. Waktu pemesanan optimum untuk udang vanamae
adalah 1 hari. Model persediaan ini dapat memperkecil risiko biaya kerugian
persediaan udang vanamae sebesar Rp 629 021 dan ikan gurame hidup sebesar
Rp 1 316 442.
Kata kunci : ikan segar, laju kerusakan, persediaan

ABSTRACT
NOVRY AMELIA. Analysis of Fish Inventory Control Consider Rate of Decay
on January until February 2015 (Study Case in Hipermarket Z). Supervised by
MACHFUD.
Stock is one of crusial problem in supermarket. Hipermarket Z as
supermarket that supply various kinds of fish has not known the optimal of
inventory control management for fish. Aims of the research are to know the
condition of the fish supply management in Hipermarket Z, to determine
inventory model that can minimize costs, to determine the frequency of ordering
and the optimal of order quantity for fish. This research uses planning approach

that started from observation. The objects of the research are vanamae shrimp and
gurame. Based on the calculation of the inventory model with , the optimum order
from January until February for vanamae shrimp and gurame are 10.01 kg/cycle
and 11.72 kg/cycle. The optimum cycle time for vanamae shrimp is 1 day. The
loss of risk can reduce Rp 629 021 for shrimp and Rp 1 316 442 for gurame.
Keywords: fresh fish, inventory, rate of decay

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN IKAN SEGAR
DENGAN PERTIMBANGAN LAJU KERUSAKAN PADA
BULAN JANUARI HINGGA FEBRUARI 2015
(STUDI KASUS HIPERMARKET Z)

NOVRY AMELIA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilakukan sejak bulan Februari 2015 ini berjudul “Analisis Pengendalian
Persediaan Pada Ikan Segar Dengan Pertimbangan Laju Kerusakan (Studi Kasus
Hipermarket Z)”.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada
Prof Dr Ir Machfud, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan banyak saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi; Kedua
orangtua saya yaitu Romel Sadar dan Zahiro, serta adik-adik tercinta Deriansyah
Mi’raj, Ahmad Irvin dan Rani Oktaria yang selalu memberikan do’a dan
semangat; Manajer fresh Hipermarket Z dan seluruh staf yang telah membantu
penelitian saya; Rekan-rekan satu bimbingan, yaitu Muhammad Iqbal dan Riska
Kristina yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian tugas akhir; Keluarga

besar TIN 48 terkhusus rekan-rekan golongan P2 yang telah menemani penulis
selama belajar di departemen kita tercinta; Keluarga besar IKAMUSI, khususnya
angkatan 48 yang selalu mendukung penulis dalam penyelesaian tugas akhir;
Seluruh teman-teman dan kerabat yang telat membantu dalam penelitian ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Novry Amelia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan
Biaya Persediaan
Analisis ABC
Model Pengendalian Persediaan untuk Produk Perishable
METODE
Kerangka Pemikiran
Pengumpulan Data
Analisis Data
Model Persediaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Manajemen Persediaan di Hipermarket Z
Analisis ABC
Kondisi Persediaan Udang Vanamae dan Ikan Gurame Hidup
Solusi Kebijakan Persediaan Udang Vanamae
Solusi Kebijakan Persediaan Ikan Gurame Hidup
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
1
1
2
2
3
3
4
5
5
6
6

6
10
10
11
12
17
18
20
20
20
20
22
37

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis ABC kelompok A
2 Hasil distribusi BS udang vanamae
3 Hasil distribusi BS ikan gurame hidup
4 Perbandingan hasil perhitungan aktual dan model persediaan Udang
Vanamae bulan Januari-Februari 2015

5 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model
persediaan Udang Vanamae bulan Januari-Februari 2015
6 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model
persediaan Ikan Gurame Hidup bulan Januari-Februari 2015
7 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model
persediaan Ikan Gurame Hidup bulan Januari-Februari 2015

11
15
17
17
18
19
19

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Alir Metode Penelitian
2 Persediaan Udang Vanamae pada Januari-Februari 2015
3 Permintaan Ikan Gurame bulan Januari hingga Februari 2015
4 Persentase BS Udang Vanamae

5 Persediaan Ikan Gurame Hidup
6 Permintaan Ikan Gurame Hidup

5
14
14
15
16
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Analisis ABC Ikan Segar
2 Kondisi persediaan Udang Vanamae pada Januari-Februari 2015
3 Kondisi persediaan Ikan Gurame Hidup pada Januari-Februari 2015
4 Hasil pengolahan data laju kerusakan udang vanamae menggunakan
Easyfit 5.6
5 Hasil pengolahan data permintaan ikan gurame hidup menggunakan
Easyfit 5.6
6 Perhitungan Biaya Pengendalian Persediaan
7 Perhitungan Persediaan Udang Vanamae

8 Perhitungan Persediaan Ikan Gurame Hidup

22
23
24
26
28
31
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengendalian persediaan produk pertanian yang membutuhkan perhatian
lebih adalah terhadap ikan segar hidup. Dalam hal ini, ikan segar merupakan
produk yang ditawarkan oleh Hipermarket Z. Menurut Sulistiya (2008), produk
ikan segar adalah produk ikan yang berwujud yang ditawarkan kepada konsumen
karena dapat memberikan manfaat bagi konsumen berupa pemenuhan makanan
bagi konsumen, terutama gizi protein. Sehingga produk ikan segar merupakan
produk harian yang cukup diminati oleh konsumen.
Jika produk ini cukup diminati, maka Hipermarket Z sebagai salah satu
retail yang harus menyediakan berbagai macam produk, tentu Hipermarket Z
melakukan pengadaan atau persediaan ikan segar untuk memenuhi permintaan
dari konsumen. Persediaan tersebut terkadang tidak diperhitungkan dengan
optimal sehingga tingkat kerusakan ikan segar cukup tinggi karena ikan segar
merupakan produk pertanian yang mudah rusak. Menurut Kusumapratiwi (2007),
kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh persediaan yang berlebih atau
overstock. Hal ini juga akan berdampak pada tingginya biaya persediaan ikan
segar. Produk ikan segar yang cukup tinggi persediaannya di Hipermarket Z
adalah udang vanamae dan ikan gurame hidup. Kedua produk ini cukup diminati
oleh konsumen.
Dalam pengendalian persediaan udang vanamae dan ikan gurame hidup di
Hipermarket Z perlu diperhitungkan kembali menggunakan model persediaan.
Model ini diharapkan dapat membantu dalam menentukan jumlah pemesanan dan
waktu pemesanan yang optimal. Selain itu, biaya persediaan kedua produk ikan
segar ini dapat lebih efektif sehingga risiko biaya kerugian akibat pengendalian
persediaan yang kurang baik dapat lebih rendah. Oleh karena itu, pengendalian
persediaan udang vanamae dan ikan gurame hidup di Hipermarket Z harus
diperhitungkan dengan model persediaan yang mempertimbangkan laju
kerusakannya.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kondisi manajemen persediaan ikan segar di Hipermarket Z.
2. Menerapkan model persediaan yang dapat meminimumkan biaya persediaan.
3. Menentukan frekuensi pemesanan dan jumlah pemesanan optimal ikan segar.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap
pengendalian persediaan dan perencanaan pemesanan optimum pada dua jenis
ikan segar. Perencanaan pemesanan ikan segar mencakup frekuensi pemesanan
dan jumlah pemesanan. Perhitungan pada penelitian ini dilakukan untuk bulan
Januari hingga Februari 2015. Uji distribusi data hanya dilihat terhadap jenis
distribusi beta, eksponensial, normal, triangular dan uniform.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal
atau barang-barang yang masih dalam proses produksi ataupun persediaan bahan
baku yang masih menunggu untuk digunakan dalam suatu proses produksi
(Maarif 2003).
Persediaan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:
1. Fluctuation Stock, meruupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga
terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk
mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan,
waktu produksi, atau pengiriman barang.
2. Anticipation Stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang
dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas
produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga
dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku
sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi.
3. Lot-size Inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang
lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu. Persediaan dilakukan untuk
mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) arena membeli
dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya
pengangkutan per unit yang lebih rendah.
4. Pipeline Invetory, merupakan persediaan yang dalam proses pengirimann dari
tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang
yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu
beberapa hari atau Minggu (Herjanto 2007).
Selain itu, persediaan juga dibedakan berdasarkan jenisnya secara fisik dan
posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk, yaitu :
1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock) yaitu persediaan dari barangbarang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana yang
dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli supplier atau
perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang
menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk yang dibeli (Purchased Parts atau Components
Stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen yang
diterima dari perusahaan lain, yang secara langsung dirakit dengan komponen
lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang
merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies
Stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan
dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang
dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses yaitu persediaan
barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahanbahan yang telah diolah menadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses

3

kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Mungkin saja barang setengah
jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses
produksinya hanya memang sampai disitu saja.
5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
kepada pelanggan atau perusahaan lain (Hermawan 2007).
Menurut Hermawan (2007), keadaan nyata yang berlaku pada perusahaan,
ada beberapa parameter yang memiliki nilai tidak pasti, satu atau lebih parameter
tersebut merupakan variabel-variabel acak. Parameter tersebut diantaranya :
1. Permintaan tahunan (D)
2. Permintaan harian (d)
3. Lead time (L)
4. Biaya penyimpanan (H)
5. Biaya pemesanan (S)
6. Biaya kehabisan persediaan atau shortage cost (stock out=B)
7. Harga (C)
Biaya Persediaan
Menurutb Assauri (1980) dalam Annisa (2008), biaya-biaya yang terdapat
dalam persediaan digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Biaya pemesanan (ordering costs), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan
berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual,
sejak dari pesanan dibuat dan dikirim sampai barang/bahan tersebut diserahkan
dan diinspeksi di gudang. Besarnya biaya yang dikeluarkan tidak tergantung
pada banyaknya barang yang dipesan.
2. Biaya penyimpanan (inventory carrying costs), yaitu biaya-biaya yang
diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh
pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah
persediaan. Besarnya biaya ini tergantung dari besar kecilnya rata-rata
persediaan yang terdapat di gudang.
3. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs), yaitu biaya yang timbul
sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang
diperlukan.
4. Biaya yang behubungan dengan kapasitas (capacity associated costs), yaitu
biaya yang terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas
yang digunakan pada suatu waktu tertentu.
Analisis ABC
Analisis ABC merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jenis
ikan segar yang dipilih sebagai sampel dari penelitian ini. Menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2003), H. Ford dari General Electric mengembangkan konsep
Pareto menjadi konsep klasifikasi ABC. Konsep ini membagi jenis barang
menjadi tiga kategori menurut prinsip Pareto. Konsep ini menyatakan bahwa jenis
A (barang berharga tinggi) merupakan kurang lebih 10% dari jumlah barang
mewakili 70% dari nilai barang secara keseluruhan, jenis B (barang berharga
menegah) merupakan 20% dari jumlah barang mewakili kurang lebih 20% dari

4

nilai barang dan jenis C (barang berharga rendah) merupakan sisa nilai barang
secara keseluruhan.
Menurut Muhardi (2011), prinsip dari analisis ABC adalah sedikit satuan
barang yang signifikan dengan pengendalian yang ketat dan sejumlah besar satuan
barang yang relatif signifikan dengan pengendalian lebih longgar.
Prosedur penyelesaian yang dapat digunakan dengan pendekatan ABC
untuk permasalahan pengendalian persediaan, dapat dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data jumlah penggunaan barang dalam satu periode waktu
tertentu (biasanya satu tahun), dan biaya per unit barang untuk menentukan
penggunaan dana tahunan setiap barang, serta persentase penggunaan dananya.
2. Menentukan pengelompokkan persediaan berdasarkan kelompok ABC.
3. Menentukan kurva ABC.
4. Memberikan rekomendasi pengendalian persediaan (Muhardi 2011).
Model Pengendalian Persediaan untuk Produk Perishable
Model persediaan perishable product (produk yang mudah rusak)
merupakan model persediaan dimana persediaan tidak hanya berkurang karena
permintaan saja tetapi juga karena adanya kerusakan. Beberapa bentuk kerusakan
produk adalah kebusukan/membusuk (direct spoilage), habis secara fisik
(physical depletion) misal cairan yang mudah menguap; atau penurunan kualitas
(deterioration) misal komponen elektronik (Rizkia 2012).
Menurut Goyal dan Giri (2001) dalam Rizkia (2012), model persediaan
untuk produk yang mengalami penurunan mutu dikelompokkan dalam tiga
kelompok yaitu :
a. Model persediaan dengan umur hidup produk yang tetap (fixed lifetime).
b. Model persediaan dengan umur hidup produk yang tidak tetap (random
lifetime).
c. Model persediaan untuk produk yang mengalami penurunan jumlah secara
proporsional.
Menurut Nahmias (1982) dan Rafaat (1991) dalam Rizkia (2012),
menjelaskan konsep analisis produk yang mengalami penurunan mutu yaitu (1)
situasi dimana produk yang berbeda dalam persediaan secara bersama-sama
mengalami keusangan pada akhir periode perencanaan, misalnya produk pakaian
dan (2) situasi dimana produk mengalami penurunan mutu sepanjang periode
perencanaan, misalnya buah dan sayuran segar. Situasi yang kedua kemudian
dibagi menjadi dua bagian yaitu produk dengan umur simpan tetap (fixed lifetime)
dan produk dengan umur simpan simpan acak (random lifetime). Khusus untuk
produk segar hasil pertanian, mempunyai umur simpan acak (random lifetime)
karena parameter mutu kritisnya yaitu freshness menurun secara acak dan terus
menerus secara eksponensial dari waktu ke waktu.
Menurut Nahmias (2011), model pengendalian persediaan produk mudah
rusak dengan umur hidup tidak tetap yaitu model Economic Order Quantity
(EOQ) dengan faktor kerusakan. Berdasarkan yang dilakukan Ghare dan Shcrader
tahun 1963, dilakukan pendekatan untuk menganalisis persamaan turunan yang
dihasilkan dari gabungan faktor kerusakan terdistribusi ekponensial kontinu ke
standar model EOQ. Sedangkan, menurut Mishra dan Shah (2008), model

5

pengendalian persediaan untuk produk yang mudah rusak dapat menggunakan
variabel tambahan yaitu nilai sisa. namun, model ini menggunakan distribusi
Weibull dalam menggabungkan persamaan turunan model EOQ.
Menurut Nahmias (2011), model pengendalian persediaan untuk produk
mudah rusak dengaan umur hidup tetap yaitu model Newsvendor Inventory.
Model ini biasa digunakan untuk kasus persediaan yang diperlukan setiap harinya
dengan mempertimbangkan jumlah persediaan yang harus ada beserta biaya
persediaan. Permintaan tidak diketahui secara pasti, tetapi diasumsikan untuk
mengikuti distribusi probabilistik. Model ini terdiri dari satu periode dan multi
periode. Perbedaan dari kedua jenis ini adalah pada persamaan yang digunakan.
Multi periode menggunakan persamaan yang lebih kompleks.

METODE
Kerangka Berfikir
Penelitian ini menggunakan pendekatan berencana karena pada penelitian
ini dilakukan pengembangan model kuantitatif untuk menyelesaikan masalah
yang spesifik. Pendekatan berencana akan diawali dengan observasi sehingga dari
data dan fakta hasil observasi dapat teridentifikasi permasalahan yang terjadi
seperti pertentangan-pertentangan atau ketidaksesuaian. Kemudian, dilakukan
pengembangan alternatif penyelesaian untuk memperoleh solusi yang optimal.
Selain itu, dilakukan pembuatan pengendalian model optimal terhadap perubahan
yang mungkin mempengaruhinya. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka tahap
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
Mulai

Observasi lapangan
Identifikasi masalah dan formulasi masalah
Pengumpulan data
Pengolahan data

Penentuan model persediaan yang sesuai
Penentuan waktu siklus dan jumlah
pemesanan optimal

6

Perbandingan biaya antara aktual dan
pemodelan

Selesai
Gambar 1 Diagram Alir Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung dan melakukan
wawancara dengan karyawan di Hipermarket Z. Data-data primer yang diperoleh
yaitu data penjualan, data pemesanan, data BS (Broken Stock), waktu tunggu (lead
time) dan data instalasi (fasilitas). Data sekunder diperoleh dari skripsi, jurnal dan
buku yang terkait dengan penelitian ini.
Analisis Data
1. Klasifikasi Persediaan Berdasarkan Volume Penjualan
Pengelompokkan produk-produk yang perlu mendapatkan prioritas dalam
pengendalian persediaan dilakukan berdasarkan volume penjualan tertinggi.
Penentuan prioritas produk ini dilakukan dengan bantuan Software Microsoft
Excel, agar produk-produk yang termasuk dalam kategori penting dengan
persentase kumulatif penjualan 50 sampai 75 persen mendapatkan perhatian lebih
dalam pengendalian persediaan. Hal ini disebut dengan analisis ABC.
2. Pemilihan metode pengendalian persediaan
Metode pengendalian persediaan yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah metode yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Pada penelitian ini
terdapat dua produk ikan segar yang dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu
udang vanamae dan ikan gurame hidup. Metode pengendalian persediaan yang
diterapkan untuk udang vanamae adalah model pengendalian persediaan
deterministik. Model ini dipilih karena semua variabel yang mempengaruhi
persediaan diketahui dengan pasti dan besarnya konstan.. Sedangkan ikan gurame
hidup menggunakan metode persediaan probabilistik karena ada satu atau lebih
variabel yang mempengaruhi persediaan tidak diketahui dengan pasti dan tidak
konstan.
Model Persediaan
Asumsi penyusunan model untuk udang vanamae dalam penelitian ini
menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut.
1. Waktu pengiriman atau lead time selama 0 hari.
2. Harga udang vanamae tidak berubah, sumber daya dan fasilitas yang
digunakan selama proses tetap.
3. Model hanya pengendalian persediaan tingkat retail.
4. Waktu kedatangan bersifat konstan.

7

5.
6.
7.
8.

Kebutuhan disimpan dalam satuan per unit per hari.
Tidak terdapat kerusakan selama pengiriman.
Permintaan Konstan atau Deterministik.
Tidak pernah terjadi kekurangan persediaan.
Berikut notasi yang digunakan dalam model persediaan udang vanamae,
yaitu :
 Cpt
: biaya pemesanan (Rp/periode)
 Cs
: biaya penyimpanan (Rp/hari)
 Cpm
: biaya penurunan mutu (Rp/kg/periode)
 Cp
: biaya sekali pemesanan (Rp pemesanan)
 Ctk
: biaya tenaga kerja (Rp/kg)
 Cpb
: biaya akibat penyusutan bobot (Rp/kg)
 D
: permintaan (kg/hari)
 Q
: jumlah persediaan (kg)
 R
: jumlah yang rusak dalam satu periode (kg)
 I
: persediaan rata-rata
 i
: tingkat suku bunga (%/hari)
 P
: harga jual (Rp/kg)
 J
: harga setelah terjadi kerusakan (Rp/kg)
 k
: biaya tetap penyimpanan (Rp/hari)

: rata-rata kerusakan (fraksi kg/hari)
Model persediaan udang vanamae dalam penelitian ini merupakan model
yang diterapkan oleh Mishra dan Shah (2008). Penelitian Mishra dan Shah (2008)
tentang model manajemen persediaan barang yang menurun mutu dengan nilai
sisa dan menggunakan distribusi weibull. Model persediaan untuk udang vanamae
menggunakan model persediaan terdistribusi eksponensial.
Pada model persediaan udang vanamae persamaan yang diperlukan adalah
1. Jumlah pemesanan awal
2. Rata-rata persediaan
3. Jumlah udang vanamae yang rusak dalam satu periode pemesanan
Biaya persediaan pada model persediaan udang vanamae dalam penelitian
ini meliputi beberapa elemen, sebagai berikut :
1. Biaya pemesanan (Cp) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memesan ikan
segar yang meliputi : biaya administrasi, biaya telekomunikasi dan biaya
pekerja. Biaya per sekali pemesanan dinyatakan dengan Cp.
2. Biaya penyimpanan (Cs) berkaitan dengan penyimpanan persediaan. Pada
model persediaan yang dikembangkan dalam penelitian ini, biaya simpan
meliputi biaya Chiller, biaya listrik, biaya tenaga kerja dan biaya akibat
menyimpan 1 unit persediaan. Besar biaya penyimpanan dinyatakan sebagai
berikut :

8

(

)

3. Biaya penurunan mutu (Cpm) merupakan biaya yang dikeluarkan akibat ikan
segar mengalami kerusakan fisik sehingga tidak layang pajang, tetapi dapat
dikonsumsi atau pun tidak layak pajang dan tidak bisa dikonsumsi. Besar biaya
penurunan mutu dinyatakan sebagai berikut :

Dengan demikian, biaya total (TC) persediaan buah selama kurun waktu T
adalah sebagai berikut :
Biaya total (TC) = biaya penyimpanan + biaya pemesanan + biaya penurunan
mutu
TC
= Cpt + Cs + Cpm
TC
=
Kemudian, untuk menentukan nilai T* dihitung dengan


Model persediaan untuk ikan gurame hidup berbeda dengan udang
vanamae. Hal ini disebabkan karena ikan gurame hidup bersifat fix life time.
Waktu siklus dari ikan gurame hidup adalah selama 3 hari. Model yang diterapkan
adalah probabilistik. Model probabilistik yang dianjurkan adalah persediaan
newsvendor satu periode yang bersifat perishable. Model ini tidak
memperhitungkan laju kerusakan seperti halnya pada model persediaan udang
vanamae. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan data laju kerusakan yang
diperoleh selama penelitian ini. Namun, model persediaan ini pun telah
disesuaikan dengan hal tersebut. Berikut adalah keterangan notasi dari persamaanpersamaan diatas:
c
: harga jual produk
h
: holding cost
p
: biaya akibat kekurangan order
: biaya akibat kelebihan order
µ
: mean permintaan
S
: inventory level at the start of each period
di
: peluang
m
: umur simpan
W
: expected outdate quantity
Q
: expected orders quantity
Menurut Nahmias (2011), dalam model persediaan perishable newsvendor
terdapat dua macam penalti (biaya) yaitu overage (kelebihan order) dan underage
(kekurangan order). Penalti akibat kelebihan pemesanan (overage) dilambangkan
dengan
per unit, dan penalti akibat kekurangan pemesanan (underage)
dilambangkan dengan p per unit.
Solusi (pemesanan) optimal dalam satu periode disebut y*(x), yang
merupakan fungsi nonlinear dari seluruh vektor tetap, x. Dalam kasus ini y*(x) >
0 untuk seluruh real vectors x.

9

Dalam perhitungan biaya ditambahkan juga c sebagai harga beli setiap
pemesanan dan h sebagai biaya penyimpanan. Sehingga, solusi optimal yaitu (x< ̅
pemesanan y*(x)) adalah sebagai berikut
(
)
Sedangkan, untuk x
̅ , jika tidak melakukan pemesanan, yaitu
̅
(
̅ )
Hasil dari persamaan diatas diperoleh nilai z, kemudian dilakukan
perhitungan lagi untuk memperoleh y*(x). Menurut Ding et al (2000), terdapat
persamaan untuk menghitung dengan metode Newsvendor, yaitu
yN = M-1(k)
dimana
, 0 < k < 1 sebagai critical fractile dan M(x) = Prob(X x).
Menurut Sule (2008), terdapat beberapa istilah dalam pemesanan periode
tunggal. Istilah tersebut diantaranya adalah biaya akibat kekurangan persediaan
(understocking) dan biaya akibat kelebihan persediaan (overstocking) dan
optimum Service level (OSL). Istilah-istilah tersebut dirumuskan sebagai berikut
Cost of understocking (Cu) = p – c
Cost of overstocking (Co) = c – s
Optimum Service Level (OSL) = peluang permintaan ≤ O*
Dimana
p : Harga jual (Rp/kg)
c : Harga beli (Rp/kg)
s : Nilai sisa (Rp/kg)
h : Biaya penyimpanan (Rp/kg)
Jika dilakukan pembelian satu unit lebih dari Q* optimum, maka peluang
akan terjual adalah (1-OSL) dan akan diperoleh laba dari Cu. Jika permintaan
tidak melebihi Q* maka peluangnya adalah OSL. Penentuan OSL optimum adalah
sebagai berikut
Optimum OSL =
Menurut Omosigho (2002) dalam Enagbonma dan Eraikhuemen (2011),
estimasi dari peluang untuk produk yang terjual adalah sebagai berikut
P= S
Q = E(Q(t)) = /(1-(1-/S)m)
W= E(W(t)) = Q(1-/S)m
Menurut Nahmias 1977 dalam Enagbonma dan Eraikhuemen (2011), untuk
nilai outdate dikurangi dengan meningkatkan m, karena 1-P