Analisis pengaruh pengendalian piutang terhadap efektivitas arus kas: studi kasus pada PT Z

(1)

ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN PIUTANG

TERHADAP EFEKTIVITAS ARUS KAS

(STUDI KASUS PADA PT. Z)

Oleh

INDRAJIT WICAKSANA

H24070060

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

INDRAJIT WICAKSANA. H24070060. Analisis Pengaruh Pengendalian

Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas (Studi Kasus pada PT. Z). Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.

PT. Z merupakan salah satu perusahaan yang sebagian besar aktivitas bisnis atau penjualannya dilakukan secara kredit. Perusahaan melakukan kegiatan penjualan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan kredit yang diterapkan diharapkan mampu memberikan keuntungan yang optimal dan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko penjualan secara kredit, yang mengharuskan perusahaan untuk menjalankan segala prosedur penjualan berdasarkan kebijakan kredit yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem manajemen piutang yang dijalankan pada PT. Z, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang PT. Z, menganalisis kinerja keuangan PT. Z pada periode tahun 2005-2009, dan menganalisis keefektifan pengendalian piutang terhadap arus kas.

Penelitian ini mengumpulkan data dari perusahaan secara langsung baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara pada pihak perusahaan khususnya manajer keuangan mengenai sistem pengendalian piutang dan proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan piutang. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa data laporan keuangan periode 2005-2009, data penjualan periode 2005-2005-2009, studi literatur dan laporan penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis per komponen, analisis trend, analisis cash conversion cycle, dan analisis rasio keuangan. Kemudian perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel 2007.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis terhadap sistem manajemen piutang yang dilakukan, PT. Z telah melakukan proses manajemen, pengelolaan, dan pengendalian piutang berdasarkan SOP (Standard Operation Procedure) yang telah ditetapkan oleh perusahaan, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah piutang adalah persentase penjualan kredit, ketentuan penjualan, tipe pelanggan, dan usaha penagihan, PT. Z memiliki jumlah piutang yang cukup besar pada laporan neraca terutama dipengaruhi oleh besarnya persentase penjualan kredit dan usaha penagihan yang dilakukan. Berdasarkan analisis kinerja keuangan pada laporan keuangan perusahaan periode 2005-2009, menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki kinerja keuangan yang cukup baik. Hal ini ditandai oleh angka rasio keuangan yang bernilai positif. Pengendalian piutang yang dilakukan oleh PT. Z belum berjalan efektif terhadap perolehan kas perusahaan. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis cash conversion cycle yang negatif dan memiliki arti bahwa jumlah piutang yang dimiliki belum cukup untuk dikonversi menjadi kas akibat adanya faktor-faktor penghambat seperti penagihan dan tidak diterapkannya dengan baik analisa kredit (5C) kepada seluruh pelanggan.


(3)

ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN PIUTANG

TERHADAP EFEKTIVITAS ARUS KAS

(STUDI KASUS PADA PT. Z)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk penyelesaian tugas akhir

untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

INDRAJIT WICAKSANA

H24070060

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(4)

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas (Studi Kasus pada PT. Z) Nama : Indrajit Wicaksana

NIM : H24070060

Menyetujui, Pembimbing

(Farida Ratna Dewi, S.E, M.M.) NIP: 19710307 200501 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen :

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP: 19610123 198601 1 002


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Dumai, 13 Maret 1989 sebagai putra bungsu dari pasangan H. Asep Harsono dan Hj. Iim Sumiati. Penulis memulai jenjang pendidikan formal pertamanya di TK Tunas Harapan II Dumai yang kemudian dilanjutkan ke SD 3 YKPP Dumai. Namun, karena pada saat SD kelas 4, ayah penulis memasuki proses persiapan masa pensiun, maka penulis pindah sekolah pada saat kelas 5 ke SDN XI Serang. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMPN 1 Serang. Kemudian melanjutkan pendidikan lagi ke SMAN 1 Serang dan pada saat itu masuk ke dalam Program Studi IPA. Selama menjalankan pendidikan di bangku sekolah, penulis sangat aktif dalam kegiatan organisasi sekolah seperti PRAMUKA dan OSIS.

Pada tahun 2007, penulis telah menyelesaikan pendidikan formalnya di SMA dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Selanjutnya, pada tahun berikutnya penulis barulah memasuki Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dimana sebelumnya penulis harus melewati masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) terlebih dahulu.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan dan berbagai kegiatan kepanitiaan. Hal ini dibuktikan dari keikutsertaan penulis terutama penulis pernah dipercaya menjadi ketua himpunan profesi manajemen atau akrab disebut Presiden Direktur Centre of Management (COM@-IPB) periode 2009-2010. Selain itu, penulis pernah menjadi moderator dan pembicara dalam acara-acara kemahasiswaan khususnya tentang organisasi dan kepemimpinan.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul ”Analisis Pengaruh

Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas (Studi Kasus pada PT. Z)”.

Perusahaan merupakan suatu wadah organisasi dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka waktu yang panjang. Ada beberapa fungsi manajemen yang paling pokok yaitu manajemen SDM, Keuangan, Pemasaran, dan Produksi Operasi serta didukung oleh Sistem Informasi Manajemen dan Public Relation. Secara keseluruhan, keempat fungsi pokok tersebut berjalan saling beriringan untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Adapun fungsi yang cukup berpengaruh yaitu manajemen keuangan. Ketika perusahaan dapat mengelola keuangannya dengan baik maka perusahaan dapat menjalankan aktivitas bisnisnya dengan baik pula. Salah satunya adalah pengelolaan piutang yang kemudian sangat berpengaruh pada pemasukan (inflow) perusahaan jika sebagian besar aktivitas yang dijalankan perusahaan adalah penjualan secara kredit.

Penulis menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan skripsi ini yang tidak luput dari kesalahan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu bahan referensi dan bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, April 2011


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ibu Farida Ratna Dewi S.E, M.M, sebagai dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk dapat memberikan bimbingan dan nasehat yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd dan Bapak R. Dikky Indrawan, S.P, M.M sebagai dosen penguji pada sidang skripsi hari Senin tanggal 21 Maret 2011.

3. Pihak PT. Z, Direktur Utama, Manajer Keuangan & Umpers, Ass. Manajer Umpers, dan Staf divisi financial & accounting, yang telah memberikan izin untuk penelitian dan membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh civitas akademika Departemen Manajemen FEM-IPB, para dosen dan staf TU, terutama kepada Ibu Yusrina yang telah bersedia menjadi moderator dalam seminar hasil, kemudian kepada Pak Jimi, Ibu Yeyet, Mas Hadi, dan Bang Mumuh.

5. Mamih dan Papah tercinta, yang selalu memberikan doa’ disetiap waktunya, memberikan semangat, dan nasehat yang membangun sehingga Ajit dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Dede Ayahnya Qaireen dan Teh Reni Bundanya Qaireen yang juga memberikan nasehat berharga dan memberikan cerita-cerita pengalaman berharga tentang arti kehidupan.

7. Aa dan Mba Ima, yang juga memberikan semangat, nasehat, dan selalu meramaikan rumah cimuncang sehingga menambah lengkapnya kelurga besar Asep Harsono, kehadiran Aa dan Mba Ima selalu ditunggu-tunggu orang rumah. 8. Seorang perempuan berkerudung bernama Ratu Ayomi yang selalu menemani,

menasehati, memberikan semangat, dan selalu ada di setiap waktu sehingga penulis sangat nyaman dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Winda, Mevi, Nyit-nyit, Q, n Brili, terima kasih atas dukungan kalian selama ini.

10. Teman-teman sepermainan Norvi, Nanda, Lely, Bayu, Lucky, Cipa, Rari, Elis, dan Indri, senang bisa bersahabat dengan orang-orang yang seperti kalian, memiliki karakter dan ciri khas masing-masing


(8)

11. Bang Gerry si Manusia IT, yang selalu ada di saat komputer penulis mengalami kerusakan parah, tapi semuanya dapat teratasi dengan sangat mudah, tanpa Bang Gerry sepertinya skripsi ini sangat terhambat untuk dapat diselesaikan.

12. Orang-orang yang ada dalam satu kosan Mardhotilah, Bapak Kos, Ibu Kos, Teh

Vera, K’Agus, Ugi dan Bayu, Fiki dan Dani Badog yang selalu memberikan suasana kosan yang sangat nyaman sehingga penulis merasa tenang dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Keluarga Besar Manajemen 44, senang bisa dipertemukan dengan kalian semua di manajemen angkatan 2007, yang selalu memberikan inspirasi dan kalian semua adalah orang-orang yang memiliki watak yang khas.

14. Teman-teman seperjuangan di IPB dari SMANSA, TOXIC (Ten Of eX-Smansa in IPB Campus) : Yaser, Fajar, Teguh, Chandra, Lika, Aan, Deti, Nisa, Endah, ayo semuanya semangat untuk mengejar kelulusan.

15. Teman-teman Lorong 4-C3 terutama DD, Antok, Rizky, Tantry, n Iman yang pernah bersama saat dulu di asrama, terima kasih ya.

16. Rekan-rekan kerja ku di COM@ periode 2009-2010 angkatan 44 dan 45, terima kasih sudah membantu dalam satu periode kepengurusan, terutama kepada Azwar, Dani, Cipa, Rari, Ana, Ica, Elis, Agung, Uki, Ega, Keken, Gerry, dan Mute si Manusia Cerdas yang ada di Manajemen 44.

17. Hana Maretha STK 45, adik kelas SMA dan Kuliah yang juga membantu dalam proses penyusunan skripsi ini dengan baik, terima kasih banyak ya hana.

18. Ibu Gendut yang selalu memberikan menu-menu makan siang yang lezat, sehingga penulis selalu makan siang dengan makanan yang bergizi dan sehat serta selalu ada yang namanya jus jambu merah.

Bogor, April 2011


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Piutang ... 4

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang... 5

2.3. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Piutang ... 6

2.4. Penagihan Piutang ... 7

2.5. Kebijakan Piutang ... 7

2.6. Kebijaksanaan Pemberian Piutang ... 9

2.7. Efektivitas Arus Kas... 10

2.8. Kinerja Keuangan ... 10

2.9. Proses Pengambilan Keputusan ... 11

2.10. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 12

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 14

3.3. Pengumpulan Data ... 14

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 14

3.4.1 Analisis Per Komponen ... 15

3.4.2 Analisis Trend ... 15

3.4.3 Analisis Cash Conversion Cycle ... 16


(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Manajemen Piutang pada PT. Z ... 18

4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang ... 21

4.3. Proses Manajemen Piutang pada PT. Z ... 25

4.4. Pengelolaan dan Pengendalian Piutang PT. Z ... 28

4.5. Proses Penagihan Piutang PT. Z ... 30

4.6. Analisis Trend ... 32

4.7. Analisis Cash Conversion Cycle ... 36

4.8. Analisis Rasio-Rasio Keuangan ... 38

4.8.1. Rasio Likuiditas ... 38

4.8.2. Rasio Aktivitas ... 41

4.8.3. Rasio Pengungkit ... 42

4.8.4. Rasio Profitabilitas ... 44

4.9. Implikasi Manajerial ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 47

2. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Beberapa Akun Neraca dan Laba Rugi ... 2

2. Analisis Per Komponen Laporan Neraca ... 20

3. Analisis Cash Conversion Cycle ... 21

4. Analisis Trend Beberapa Akun Neraca dan Laba Rugi ... 22

5. Beberapa Akun Neraca dan LabaRugi ... 23

6. Waktu & Persentase Penyisihan Piutang ... 31

7. Analisis Trend Beberapa Akun Neraca dan Laba Rugi ... 35

8. Beberapa Akun Neraca dan Laba Rugi ... 35

9. Analisis Cash Conversion Cycle ... 36

10. Rasio Likuiditas ... 39

11. Laporan Penyesuaian Arus Kas ... 40

12. Rasio Aktivitas ... 42

13. Rasio Pengungkit ... 43


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Proses Anjak Piutang untuk Tagihan ... 8

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 13

3. Proses Manajemen Piutang PT. Z ... 28

4. Proses Pengelolaan & Pengendalian Piutang PT. Z ... 30

5. Proses Penagihan Piutang PT. Z ... 32

6. Analisis Trend Beberapa Akun Neraca ... 36

7. Analisis Trend Beberapa Akun Laba Rugi & Lain-lain ... 36

8. Analisis Cash Conversion Cycle ... 37

9. Rasio Likuiditas ... 40

10. Rasio Aktivitas ... 42

11. Rasio Pengungkit ... 43


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Analisis Perhitungan ... 51

2. Analisis Perhitungan Rasio ... 53

3. Analisis Cash Conversion Cycle ... 54

4. Analisis Trend ... 55

5. Analisis Per Komponen ... 56

6. Laporan Neraca PT. Z ... 57

7. Laporan Laba Rugi PT. Z ... 58

8. Laporan Arus Kas PT. Z ... 59


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan adalah suatu wadah yang terdiri dari sekumpulan manusia yang bekerja secara bersama-sama untuk menjalankan fungsi manajemen, yaitu manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen produksi operasi, dan manajemen pemasaran. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan yakni untuk memperoleh keuntungan namun ada pula perusahaan yang didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan (tidak mengejar keuntungan). Perusahaan akan memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Perusahaan yang kegiatan bisnisnya dalam bentuk barang biasa disebut perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang melakukan kegiatan menjual barang-barang dagang tanpa harus terlibat dalam kegiatan produksi dan perusahaan manufaktur memproduksi barang-barang secara langsung yang kemudian dijual pada konsumen.

Pada sebuah perusahaan khususnya perusahaan manufaktur, manajemen keuangan memiliki peran yang cukup penting dalam sebuah fungsi manajemen perusahaan. Pada saat perusahaan melakukan sistem penjualannya secara kredit maka kemudian akan timbul piutang. Hal ini akan berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan terutama berdampak pada arus kas. Adapun suatu masalah yang sering terjadi yaitu saat konsumen lalai dalam melakukan pembayaran. Hal ini akan berdampak bagi perusahaan, yaitu keterlambatan dalam pelunasan piutang dan arus kas perusahaan pun akan menurun sehingga berpengaruh pada efektivitas kegiatan operasional perusahaan.

Cash Conversion Cycle merupakan suatu analisis yang menggunakan pendekatan bahwa tujuan perusahaan meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Proses meminimalkan modal kerja dilakukan dengan


(15)

mempercepat penagihan kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan, dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. (Keown, 2010).

PT. Z merupakan salah satu perusahaan yang sebagian besar aktivitas bisnis atau penjualannya dilakukan secara kredit. Perusahaan melakukan kegiatan penjualan berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kebijakan kredit yang diterapkan diharapkan mampu memberikan keuntungan yang optimal dan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko penjualan secara kredit yang mengharuskan perusahaan untuk menjalankan segala prosedur penjualan berdasarkan kebijakan kredit yang dimiliki. Berikut data mengenai bebarapa akun pada laporan neraca dan laporan laba rugi yang berkaitan dengan kegiatan penjualan secara kredit :

Tabel 1. Beberapa Akun Laporan Neraca dan Laba Rugi

Uraian T A H U N

2005 2006 2007 2008 2009

Akun Neraca (Ribu Rupiah)

Piutang 7,039,396 4,777,423 7,224,041 10,093,968 10,844,969 Kas & Bank 437,399 218,305 222,595 523,491 747,968

Akun Laba-rugi (Ribu Rupiah)

Penjualan 17,550,718 24,615,756 27,163,293 26,398,879 33,940,129 Laba Bersih 566,467 998,026 306,816 71,409 1,325,226

Lain-lain (Ribu Rupiah)

Penyisihan

Piutang 112,971 41,604 41,604 41,604 389,331

Perusahaan menjalankan prosedur penjualan berdasarkan kebijakan kredit yang dimiliki karena berkaitan dengan karakterisitik produk yang dijual, yakni terkait dengan kualitas produk yang memberikan garansi sesuai batas waktu yang ditentukan, sehingga biasanya konsumen akan mendapatkan retur pembelian saat produk yang digunakan tidak sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Adapun retur pembelian yang dilakukan oleh konsumen akan memberikan dampak pada penerimaan piutang yang akan dibayar oleh konsumen pada perusahaan. Oleh sebab itu, dalam sebuah perusahaan perlu adanya sistem pengendalian piutang yang baik agar dapat mengelola keuangannya dan terus beroperasi untuk memenuhi permintaan pasar serta menjaga loyalitas dan kepercayaan pelanggan.


(16)

1.2. Rumusan Masalah

PT. Z adalah perusahaan yang telah lama berdiri dan sangat berpengalaman dalam menjalankan bisnisnya. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan masih mengalami permasalahan pada perolehan piutang. Selain itu perusahaan juga telah memiliki pelanggan hingga berjumlah 190 perusahaan, yang menunjukkan perusahaan sudah sangat dipercaya dan mampu memberikan produk yang sesuai dengan permintaan pelanggan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana sistem manajemen piutang yang dijalankan pada PT. Z? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi besarnya piutang PT. Z? 3. Bagaimana kinerja keuangan PT. Z pada periode tahun 2005-2009? 4. Bagaimana keefektifan pengendalian piutang terhadap arus kas?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah

1. Mengetahui sistem manajemen piutang yang dijalankan pada PT. Z? 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang

PT. Z?

3. Menganalisis kinerja keuangan PT. Z pada periode tahun 2005-2009? 4. Menganalisis keefektifan pengendalian piutang terhadap arus kas?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai dan manfaat kepada berbagai pihak yang membutuhkan terutama bagi pihak perusahaan seperti pertimbangan dalam menerapkan sistem pengendalian piutang dan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan piutang. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan referensi atau pedoman untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian, peneliti hanya membahas tentang sistem pengendalian piutang yang berkaitan dengan efektivitas arus kas. Hal ini diperoleh dari analisa terhadap sistem pengendalian piutang yang telah dijalankan dan analisa laporan arus kas yang dimiliki oleh perusahaan pada periode 2005-2009.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Piutang

Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Piutang yang timbul dari penjualan semacam itu biasanya diklasifikasikan sebagai piutang usaha atau wesel tagih. Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya. Piutang biasanya memiliki bagian yang signifikan dari total aktiva lancar perusahaan. (Warren, 2005).

Sebuah perusahaan mengelola piutangnya tergantung pada apa yang dijual perusahaan secara kredit. Semakin banyak yang dijual secara kredit, semakin tinggi proporsi aktiva yang terkait dengan piutang. Akibatnya, ketika sedang membahas pengelolaan piutang, maka sebenarnya juga sedang membahas seperlima aktiva perusahaan. Selain itu, karena arus kas dari penjualan tidak bisa diinvestasikan sampai piutang itu dibayar, kontrol atas piutang itu menjadi bertambah penting. Adapun penagihan yang efisien menentukan profitabilitas dan likuiditas perusahaan. (Keown, 2010)

Para manajer maupun pemakai eksternal laporan keuangan perlu mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan aktiva usaha atau aktiva operasi, terutama elemen-elemen modal kerja tertentu seperti piutang, persediaan, dan utang usaha. Hubungan paling umum yang biasa digunakan untuk mengawasi piutang adalah periode penagihan rata-rata. (Stice, 2004).

Pentingnya sebuah pengelolaan piutang yang baik memberikan dampak pada laporan keuangan perusahaan dan kemudian dapat menunjukkan pada suatu kinerja perusahaan. Menurut Warren (2005), berkaitan dengan proses pengendalian piutang, perusahaan berupaya membatasi nilai piutang tak tertagih dengan menerapkan beragam perangkat pengendalian. Pengendalian yang paling penting berhubungan dengan fungsi pengesahan kredit. Pengendalian ini melibatkan penyelidikan atas kredibilitas pelanggan. Adapun dua metode akuntansi untuk mencatat


(18)

piutang yang diperkirakan tidak akan tertagih, yaitu metode penyisihan dan metode penghapusan langsung. Melihat hal tersebut, maka peran manajer keuangan sangat berpengaruh dalam pengelolaan piutang yang berkaitan erat dengan keadaan keuangan perusahaan secara keseluruhan.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki kegiatan usaha atau bisnis dari mulai kegiatan produksi operasi hingga kegiatan penjualan produk yang dihasilkan. Perusahaan manufaktur yang melakukan kegiatan penjualan secara kredit, akan memperoleh penambahan pada aktiva lancar yakni ditandai oleh timbulnya piutang. Kemudian piutang yang telah sampai pada waktu jatuh tempo, barulah terjadi aliran kas atau cash flow.

Menurut Keown (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah

1. Persentase Penjualan Kredit

Semakin besar penjualan secara kredit maka semakin besar pula piutang yang akan diperoleh. Ketika perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan maka tingkat investasi dalam piutang juga akan ikut naik. 2. Ketentuan Penjualan

Ketentuan penjualan mengidentifikasi kemungkinan diskon untuk pembayaran yang lebih awal, periode diskon, dan periode kredit total. Pada umumnya ketentuan penjualan dinyatakan dalam bentuk a/b, net c, yang menunjukkan bahwa pelanggan dapat mengurangi a persen bila tagihan itu dibayar dalam b hari, bila tidak maka harus dibayar dalam c hari.

3. Tipe Pelanggan

Penentuan tipe pelanggan merupakan variabel yang menentukan dalam melihat kualifikasi pelanggan dalam mendapatkan kredit. Ketika perusahaan menerima pelanggan yang kurang layak kredit akan mengakibatkan biaya gagal bayar.


(19)

4. Usaha Penagihan

Kunci mempertahankan kontrol atas penagihan piutang adalah fakta bahwa probabilitas gagal bayar meningkat seiring dengan umur tagihan. Kontrol atas piutang terfokus pada kontrol dan eliminasi piutang yang sudah lewat jatuh tempo. Kekuatan dan ketepatan waktu penagihan akan mempengaruhi periode tagihan yang sudah jatuh tempo tetapi masih lalai membayar.

2.3. Variabel-variabel yang Mempengaruhi Piutang

Menurut Jusuf, dalam penelitian Maya (2005) variabel internal adalah variabel-variabel (faktor-faktor) yang berada dalam kendali perusahaan. Sedangkan variabel eksternal adalah variabel-variabel (faktor-faktor) yang berada diluar perusahaan dan perusahaan tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk mengendalikan faktor-faktor ini. Variabel-variabel internal adalah kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan piutang yang terdiri dari :

a. Penjualan

Semakin besar penjualan dalam kredit maka profitabilitas semakin besar pula. Tetapi jika penjualan secara kredit dibatasi maka perusahaan lebih mementingkan keselamatan kredit.

b. Beban Usaha

Beban usaha dalam hal ini adalah biaya atas piutang diantaranya biaya pelayanan, biaya tempat, dan peralatan.

c. Piutang ragu-ragu

Jika semakin besar jumlah piutang maka semakin besar pula kemungkinan piutang tak tertagih.

Meskipun variabel eksternal tidak dapat dikendalikan, variabel ini dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. Yang termasuk variabel eksternal diantaranya:

a. Kondisi Ekonomi b. Fluktuasi Kurs


(20)

Faktor yang perlu diperhatikan adalah depresiasi rupiah terhadap mata uang asing yang dipakai perusahaan dalam transaksi bisnis. Fluktuasi kurs tidak selalu merugikan perusahaan, tetapi pada kondisi tertentu juga dapat memberikan keuntungan.

2.4. Penagihan Piutang

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan penagihan terhadap piutang yang jatuh tempo. Penagihan yang paling murah yaitu melalui telepon dan surat (Maya, 2005).

Teknik-teknik penagihan diantaranya : a. Dikirimi surat

b. Ditelepon c. Didatangi

d. Menggunakan agen/orang lain (debt collector)

Perusahaan dapat menggunakan orang atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

e. Tindakan secara hukum atau tuntutan secara perdata

Asuransi kredit dibentuk dengan maksud untuk melindungi manufacture, pengecer, perusahaan jasa, dan perusahaan lain terhadap kerugian kredit yang tidak diharapkan. Dalam penagihan piutang manajer keuangan harus menetapkan waktu penagihan rata-rata yang dapat diterima atau tingkat hari penjualan yang beredar juga rasio total piutang tak tertagih terhadap total pendapatan operasi yang dilakukan.

2.5. Kebijakan Piutang yang Masih Belum Tertagih

Kekuatan dan ketepatan waktu penagihan akan mempengaruhi periode tagihan yang sudah jatuh tempo tetapi masih lalai membayar dan akan berpengaruh pada jumlah piutang. (Keown, 2010). Perusahaan memiliki kemungkinan untuk memperoleh sumber pembiayaan secara mudah dan cepat sampai 80% dari nilai faktur penjualannya secara kredit yakni melalui anjak piutang. (Siamat, 2005).

Definisi perusahaan anjak piutang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau


(21)

pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Menurut Siamat (2005), Proses anjak piutang untuk tagihan yakni :

(1)

(2)

(3) (6)

(4) (7)

(5)

Gambar 1. Proses Anjak Piutang untuk Tagihan Keterangan :

1) Supplier (klien) menjual barang atau jasa kepada customer (pembeli). Penyerahan barang dengan D/0 yang ditandatangani pembeli. Asli D/0 kembali pada supplier.

2) Karena alasan cash flow supplier (klien) kemudian menjual tagihannya kepada perusahaan anjak piutang atas persetujuan pembeli.

3) Klien menyerahkan data tagihan, termasuk faktor-faktor atau D/0 kepada perusahaan anjak piutang.

4) Kontrak persetujuan pengambilalihan tagihan antara klien dengan perusahaan anjak piutang.

5) Pembayaran kepada klien atas penjualan tagihan.

6) Pada saat jatuh tempo perusahaan anjak piutang melakukan penagihan kepada pembeli.

7) Pelunasan utang oleh pembeli. Supplier

Perusahaan Anjak piutang

(Factor)


(22)

2.6. Kebijaksanaan Pemberian Piutang

Menurut Siamat (2005), Prinsip perkreditan pada dasarnya dapat memberikan informasi mengenai itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) debitur untuk melunasi kembali. Adapun prinsip perkreditan itu diantaranya :

a. Character

Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau debitur dalam melunasi piutangnya sesuai dengan perjanjian kredit yang disepakati.

b. Capacity

Berkaitan dengan kemampuan sebuah perusahaan atau debitur dalam mengelola usahanya secara sehat untuk memperoleh laba sesuai yang diperkirakan. Penilaian terhadap kemampuan ini untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu untuk membayar utangnya.

c. Capital

Penilaian modal yang dilakukan untuk melihat apakah perusahaan atau debitur memiliki modal yang memadai untuk menjalankan dan memelihara kelangsungan usahanya.

d. Collateral

Penilaian terhadap barang jaminan yang diserahkan sebagai jaminan atas kredit yang diperoleh dalam kegiatan pembelian secara utang.

e. Condition

Berkaitan dengan keadaan perekonomian pada saat tertentu, saat yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha debitur atau perusahaan tersebut.

Analisis yang dilakukan memberikan gambaran umum bagi perusahaan dalam memberikan piutang pada pelanggannya. Hal ini berkaitan dengan kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan terhadap para pelanggan yang terbiasa membeli produk secara kredit atau utang. Maka dari itu, dengan menggunakan analisis kredit ini, perusahaan lebih mengetahui hal-hal yang dimiliki oleh pelanggannya dalam membayar piutangnya sesuai dengan waktu jatuh tempo yang ditetapkan.


(23)

2.7. Efektivitas Arus Kas

Menurut Warren (2005), kas (cash) meliputi koin, uang kertas, cek, wesel dan uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang bersangkutan. Uang memiliki karakteristik untuk dialihkan atau dipindahtangankan, maka kas merupakan aktiva yang cenderung diselewengkan atau disalahgunakan. Disamping itu, banyak transaksi entah secara langsung atau tidak mempengaruhi penerimaan atau pembayaran kas. Karena itu, perusahaan harus merancang kas serta wewenang pengendalian terhadap transaksi kas.

Melihat hal diatas, perusahaan yang kegiatan bisnisnya lebih dominan pada kegiatan penjualan secara kredit, maka perlu adanya suatu efektivitas dalam arus kas. Artinya, penerimaan atau pengeluaran kas perusahaan harus benar-benar sesuai dengan kegiatan bisnis yang dijalankan dalam perusahaan.

Menurut Stice (2004), manajemen kas yang efektif mensyaratkan suatu pengendalian untuk melindungi kas dari kerugian karena pencurian atau karena penipuan. Oleh karena kas adalah aktiva yang paling likuid, kas sangat mudah menjadi objek penyalahgunaan kecuali jika dijaga dengan memadai. Apabila perusahaan dapat menerapkan pengendalian internal yang efektif, perusahaan dapat mengurangi peluang terjadinya pencurian, kerugian, atau kesalahan yang tidak disengaja dalam akuntansi dan mengendalikan kas.

2.8. Kinerja Keuangan

Menurut Stice (2005), analisa laporan keuangan adalah mempelajari hubungan antara angka dalam laporan keuangan dan tren dari angka-angka tersebut dari waktu ke waktu. Salah satu tujuan analisis laporan keuangan adalah menggunakan kinerja masa lalu untuk memprediksi profitabilitas dan arus kas sebuah perusahaan di masa mendatang dan mengevaluasi kinerja sebuah perusahaan dengan cara mengidentifikasi letak masalah yang masih ada. Perusahaan tentu akan selalu mengukur seberapa baik kinerja perusahaan dari berbagai rangkaian kegiatan bisnis yang telah dijalankan.


(24)

Menurut Jumingan (2008), analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan perusahaan menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

2.9. Proses Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan suatu tindakan yang dipilih dari berbagai alternatif untuk melakukan sesuatu hal yang diharapkan mampu memberikan keadaan terbaik. Bagi suatu perusahaan, keputusan adalah sesuatu yang sangat lazim dilakukan, karena dalam menjalankan segala aktivitas bisnis, pasti akan menghadapi berbagai permasalahan dan mendesak untuk memilih satu pilihan tepat dari berbagai alternatif yang ada. Beberapa hal yang bekaitan erat dengan keputusan piutang dagang adalah kebijakan kredit yang meliputi ketentuan penjualan, tipe pelanggan, dan usaha penagihan. Menurut Keown (2010), Ketentuan penjualan menetukan lamanya periode dimana pelanggan harus melunasi serta ketentuannya, tipe pelanggan mempengaruhi tingkat piutang dagang, dan kebijakan penagihan mempengaruhi perubahan dalam tingkat penjualan serta rasio antara penjualan kredit dan total. Ketiga hal diatas merupakan varibel-variabel keputusan yang harus dikontrol oleh seorang manajer keuangan. Ketika keputusan kredit yang dipilih tepat, maka hal ini akan berdampak pula pada hakikat sebuah perusahaan yakni memaksimalkan keuntungan.

2.10.Hasil Penelitian Terdahulu

Maya (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Piutang

dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang PT. Biro

Klasifikasi Indonesia (persero)”, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran praktek-praktek manajemen piutang, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya piutang, dan menganalisis efektifitas manajemen piutang terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengelolaan piutang PT. Biro Klasifikasi Indonesia (persero) kurang baik, karena hasil yang diperoleh dari setiap analisis hasilnya berada dibawah standar umum yang ditetapkan.


(25)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

PT. Z merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang sebagian besar melakukan kegiatan penjualan secara kredit. Ketika perusahaan melakukan kegiatan penjualan secara kredit maka timbul piutang bagi perusahaan. Perusahaan tentu berusaha mengelola piutangnya dengan baik agar laporan arus kas perusahaan juga dalam keadaan baik. Dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi piutang, maka kemudian dapat pula menganalisis rasio keuangan yang diperoleh dari neraca, laporan laba ditahan, laporan arus kas, dan laporan laba rugi. Setelah itu akan dilakukan analisis per komponen untuk melihat proporsi jumlah piutang yang terdapat pada laporan neraca dan kemudian melihat seberapa besar pengaruh jumlah piutang yang dimiliki oleh perusahaan terhadap efektivitas arus kas. Adapun analisis cash conversion cycle yang digunakan untuk melihat pengaruh dari pengendalian piutang terhadap efektivitas arus kas dan untuk meminimalkan suatu modal kerja yang kemudian akan digunakan dalam pembiayaan kegiatan operasi perusahaan, sehingga akan terlihat perputaran yang baik antara persediaan, kas dan piutang dalam menjalankan suatu kegiatan operasi perusahaan.

PT. Z adalah perusahaan manufaktur yang juga menerima transaksi pembayaran piutang dalam satuan mata uang asing. Hal ini dibuktikan dari adanya beberapa konsumen yang melakukan transaksi pembayaran piutang menggunakan satuan mata uang asing. Selain itu, perusahaan juga melakukan pembelian bahan baku dari pemasok yang berasal dari pihak asing. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh kurs mata uang yang berfluktuatif dan berdampak pada penerimaan piutang yang berfluktuatif pula.

Hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan sistem pengendalian piutangnya dengan baik, karena akan berkaitan dengan pola penjualan yang berdampak pula pada keadaan arus kas perusahaan. Pemahaman lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2, berikut ini.


(26)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Eksternal (Kurs, Inflasi)

Internal

(Penjualan, Beban Usaha, Piutang ragu-ragu)

Laporan Laba/Rugi Laporan

Neraca

PT. Z

Pola Penjualan secara Kredit

Piutang

Laporan Laba Ditahan

Laporan Arus Kas

Pengendalian Piutang

 Analisis Per Komponen

 Analisis Trend

 Analisis Cash Conversion Cycle

Efektivitas Arus Kas Rasio Keuangan

Liquidity Ratio

Activity Ratio Profitability Ratio Leverage Ratio


(27)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Z yang berlokasi di daerah Cibinong. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Februari 2011.

3.3. Pengumpulan Data

Penelitian ini mengumpulkan data dari perusahaan secara langsung baik data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara pada pihak perusahaan khususnya manajer keuangan mengenai sistem pengendalian piutang dan proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan piutang. Data sekunder diperoleh dari perusahaan berupa data laporan keuangan periode 2009, data penjualan periode 2005-2009, studi literatur, dan laporan penelitian.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini memperoleh data langsung dari perusahaan dan kemudian diolah serta dianalisis dengan metode statistik, yaitu analisis per komponen, analisis trend, analisis cash conversion cycle, dan analisis rasio keuangan. Analisis per komponen digunakan untuk melihat proporsi jumlah piutang yang terdapat pada laporan neraca dan kemudian melihat seberapa besar pengaruh jumlah piutang yang dimiliki oleh perusahaan terhadap efektivitas arus kas. Analisis trend digunakan untuk menganalisis perbandingan antara jumlah piutang dan penjualan yang dilakukan perusahaan. Analisis cash conversion cycle digunakan untuk melihat pengaruh dari pengendalian piutang terhadap efektivitas arus kas dan untuk meminimalkan modal kerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan dengan cara mempercepat penagihan kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan, dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Analisis rasio keuangan digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan pada setiap periode. Selain itu, perangkat lunak komputer yang akan digunakan untuk mengolah dan menganalisis data adalah Microsoft Excel 2007.


(28)

3.4.1. Analisis Per Komponen

Menurut Jumingan (2008), Persentase per komponen adalah persentase dari masing-masing unsur aktiva terhadap total aktivanya, masing-masing unsur pasiva terhadap total pasivanya, dan masing-masing unsur laba rugi terhadap jumlah penjualan netonya. Laporan yang demikian disebut common size statement.

Common size statement juga disebut persentase per komponen karena untuk setiap total diganti dengan angka 100 dan masing-masing unsurnya diubah menjadi angka persen dari total seratus.

Analisis per komponen sebenarnya juga merupakan analisis rasio (perbandingan) atau semacam proporsi, karena jumlah rupiah dari masing-masing unsur laporan keuangan dinyatakan dalam persen dari total.

Metode mengubah jumah rupiah dari masing-masing unsur laporan keuangan menjadi angka persen dari total, dilakukan sebagai berikut :

1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, dan jumlah penjualan neto dengan 100%.

2. Hitunglah rasio dari masing-masing unsur laporan keuangan dengan totalnya dengan cara membagi jumlah rupiah masing-masing unsur laporan keuangannya itu dengan total.

Analisis persentase per komponen dapat dirumuskan sebagai berikut: Ryi = Pyi x 100% ...(1) Pyo

Keterangan:

Ryi = nilai persentase pos yang dibandingkan Pyi = pos y dalam laporan keuangan tahun ke-i Pyo = pos dasar sebagai pembanding

3.4.2. Analisis Trend

Analisis trend merupakan suatu analisis yang membandingkan laporan satu periode dengan periode lainnya dengan pendekatan indeks dasar tunggal. Dalam analisis trend dibutuhkan satu tahun yang dapat dijadikan tahun dasar. Kemudian tahun dasar ini digunakan sebagai dasar pertimbangan yang akan dibuat dalam bentuk persentase. Tahun dasar


(29)

biasanya ditetapkan dari data atau laporan keuangan tahun yang paling awal dalam deretan tahun-tahun laporan keuangan yang akan dianalisis. Tiap pos dari laporan keuangan yang dijadikan tahun dasar diberi indeks 100. Kemudian pos-pos dari periode yang dianalisis dihubungkan dengan pos yang sama, yaitu tahun dasar. Analisis trend dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rxi = Pxi x 100% ... (2)

Pxo

Keterangan:

Rxi = nilai persentase untuk tahun ke-i

Pxi = pos x dalam laporan keuangan yang akan dianalisis Pxo = pos x dalam laporan keuangan sebagai tahun dasar

3.4.3. Analisis Cash Conversion Cycle

Menurut Keown (2005), analisis cash conversion cycle merupakan suatu analisis yang menggunakan pendekatan bahwa tujuan perusahaan meminimalkan modal kerja dengan syarat modal kerja itu harus cukup untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan. Proses meminimalkan modal kerja dilakukan dengan mempercepat penagihan kas dari penjualan, meningkatkan perputaran persediaan, dan mengurangi pembelanjaan dengan kas. Siklus kas ini bisa dihitung sebagai berikut :

Cash Conversion Cycle = DSO + DSI – DPO ………...…(3)

a. Days of Sales Outsanding (DSO)

DSO juga bisa dianggap rata-rata umur piutang perusahaan atau rata-rata periode penagihan. Days of Sales Outsanding (DSO) bisa dihitung sebagai berikut :

Days of Sales Outsanding (DSO) = Piutang Dagang ………..(4) Penjualan Harian


(30)

b. Days of Sales in Inventory (DSI)

DSI juga dapat dianggap sebagai rata umur persediaan, yaitu rata-rata jumlah hari perusahaan menyimpan 1 dollar/rupiah persediaan. DSI bisa dihitung sebagai berikut :

Days of Sales in Inventory (DSI) = Persediaan (5) Harga Pokok Penjualan Harian c. Days of Payable Outsanding (DPO)

DPO menunjukkan umur rata-rata (dalam jumlah hari) dari utang dagang yang dimiliki perusahaan. DPO dapat dihitung sebagai berikut :

Days of Sales in Inventory (DSI) = Utang dagang (6) Harga Pokok Penjualan Harian

3.4.4. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

a. Rasio Likuiditas (Liquidity) ………...… (7) Rasio Likuiditas yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat memenuhi semua kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Penelitian ini menggunakan tiga rasio likuiditas, diantaranya :

 Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar

Rasio yang menunjukkan seberapa besar perusahaan mampu memenuhi kewajiban perusahaan dengan jumlah aktiva yang dimiliki.

 Rasio Cepat = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Utang Lancar

Rasio yang menunjukkan bahwa sebuah perusahaan dapat menjual persediaannya dengan cepat dan mengalami keuntungan yang pada akhirnya dapat memenuhi kewajiban perusahaan.

 Rasio Kas = Kas & Bank / Kewajiban Lancar

Rasio yang menunjukkan jumlah kas sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan tersebut.

b. Rasio Aktivitas (Activity) ………...… (8) Rasio ini menjelaskan berbagai aktivitas perusahaan dalam melakukan kegiatan operasi secara efisien yang kemudian perusahaan dapat menjalankan kegiatan operasinya dengan baik.

 Periode Penagihan rata-rata = Piutang Usaha / Penjualan Kredit Harian


(31)

Rasio ini menunjukkan periode atau waktu yang perlu dipertimbangkan dalam menagih piutang usaha pada pelanggan atas segala kegiatan penjualan yang dilakukan secara kredit.

 Perputaran Piutang = Penjualan / Piutang Usaha

Rasio yang menjelaskan sebuah perusahaan dapat memutar kembali piutang yang dimiliki berdasarkan kegiatan penjualan yang telah dilakukan.

c. Rasio Pengungkit (Leverage) ………...…. (9) Rasio ini menjelaskan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mendanai aktivanya dengan menggunakan utang atau ekuitas pemegang saham.

 Rasio Utang = Total Utang / Total Aktiva

Rasio ini menunjukkan sebuah perusahaan menggunakan utangnya dalam mendanai kegiatan operasi perusahaan.

 Rasio Modal dengan Aktiva = Modal Sendiri / Total Aktiva

Rasio yang menunjukkan pentingnya sumber modal pinjaman dan tingkat keamanan yang dimiliki kreditor.

d. Rasio Profitabilitas (Profitability) ………...….(10) Rasio profitabilitas yakni rasio yang menunjukkan apakah sebuah perusahaan memiliki masalah dengan profitabilitas atau keuntungannya. Perusahaan yang kegiatan penjualan secara kredit, maka keuntungan yang diperoleh tidak dapat diidentifikasi secara langsung, hal ini berkaitan dengan ketepatan pelanggan dalam membayar piutangnya.

 Margin Laba Operasi = Laba Operasi / Penjualan

Rasio ini menunjukkan besarnya laba operasi yang dimiliki dari kegiatan penjualan.

 Tingkat Pengembalian Atas Investasi = Laba Operasi / Total Aktiva Rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian atas investasi dari pendapatan atau laba operasi yang dihasilkan dari nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.


(32)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sistem Manajemen Piutang Pada PT. Z

Sistem manajemen piutang yang dimiliki oleh PT. Z diawali dari input atau masukan, process, hingga output atau keluaran. Pada PT. Z input atau masukan dari sistem manajemen piutang yaitu ditandai oleh penjualan produk yang sebagian besar dilakukan secara kredit. Penjualan secara kredit yang dilakukan PT. Z bertujuan untuk menjual lebih banyak kepada pelanggan dan kemudian akan berdampak pada pemasukan (inflow) perusahaan, terutama perolehan piutang. Pada saat perusahaan melakukan penjualan secara kredit maka hal tersebut akan memungkinkan bertambahnya jumlah pelanggan untuk membeli produk perusahaan. Dari segi perusahaan, penjualan secara kredit memiliki tingkat risiko yang tinggi, yaitu ketika pelanggan membeli produk secara kredit maka perusahaan harus mengimbangi dengan proses penagihan yang baik pula agar dapat mengurangi risiko hilangnya piutang akibat lalainya pelanggan dalam melunasi hutang-hutangnya.

Kemudian proses manajemen piutang pada PT. Z ditandai oleh kegiatan penyiapan dokumen-dokumen penjualan (seperti Surat PO dari pelanggan, Surat DR dari divisi purchasing, faktur pajak dari divisi financial & accounting), penerbitan invoice, hingga dilaksanakan kegiatan penagihan piutang kepada pelanggan. Penagihan piutang yang dilakukan akan sangat berdampak pada besarnya perolehan piutang perusahaan. Ketika perusahaan melakukan penagihan dengan baik, maka perolehan piutang pun akan baik pula. Namun pada pelaksanaanya, PT. Z terkadang sering menghadapi beberapa kendala yang berasal dari pihak pelanggan misalnya kelalaian pelanggan dalam membayar hutangnya ataupun keterlambatan pelanggan membayar hutang sesuai waktu jatuh tempo. Selain itu, juga terdapat beberapa kendala yang berasal dari pihak perusahaan seperti personil yang sangat terbatas dalam hal proses penagihan piutang sehingga memungkinkan terjadinya double job atau pekerjaan yang ganda dalam


(33)

mengelola tagihan piutang, dan faktor-faktor yang berasal dari internal perusahaan.

Selanjutnya output atau keluaran dari sistem manajemen piutang pada PT. Z yaitu besarnya jumlah piutang dalam mempengaruhi arus kas yang dimiliki oleh perusahaan. Pada saat jumlah piutang yang dimiliki perusahaan berjumlah cukup besar, artinya perusahaan telah melakukan suatu proses penagihan yang baik, karena sebagian besar piutang yang dimiliki oleh perusahaan berawal dari kegiatan penagihan, artinya piutang tidak secara langsung dibayarkan oleh pelanggan, tetapi diawali oleh adanya kegiatan penagihan terlebih dahulu. Jumlah piutang yang dimiliki oleh PT. Z saat ini berjumlah cukup besar. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis per komponen, yang menunjukkan sekitar hampir 30% dari total pemasukan pada laporan neraca perusahaan adalah jumlah piutang.

Tabel 2. Analisis Per Komponen Laporan Neraca

*sumber : Lap.Keuangan PT. Z Diolah

Namun, waktu perolehan dari piutang itu sendiri masih tergolong lama. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil analisis cash conversion cycle. Pada analisis cash conversion cycle, rata-rata DSO yang bernilai 114 hari menunjukkan bahwa piutang baru dapat tertagih dalam jangka waktu rata-rata 114 hari. Waktu tersebut masih tergolong cukup lama, karena

U R A I A N T A H U N

2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

Aktiva Lancar

Kas & Bank 2.97% 1.05% 0.75% 1.75% 2.47% 1.80%

Piutang Usaha :

Pihak YMHI 31.78% 6.82% 2.55% 0.95% 1.30% 8.68%

Pihak Ketiga 15.09% 15.11% 21.11% 31.82% 33.91% 23.41%

Piutang Lain-lain 0.92% 0.95% 0.73% 0.94% 0.65% 0.84%

Persediaan 26.86% 26.11% 28.27% 21.07% 22.99% 25.06%

Pajak Dibayar Dimuka 1.54% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.31%

Beban Dibayar Dimuka 0.11% 0.26% 0.19% 0.32% 0.75% 0.33%

Uang muka proyek 8.97% 7.26% 16.44% 21.37% 16.84% 14.18%

Pendapatan yang masih akan diterima 0.00% 34.47% 21.63% 13.81% 8.82% 15.74%

Aktiva Tidak Lancar

Aktiva pajak tangguhan 0.31% 0.16% 0.13% 0.31% 1.12% 0.41%

Aktiva tetap 8.69% 6.44% 4.19% 3.81% 5.75% 5.78%

Beban ditangguhkan 2.28% 1.29% 3.53% 3.43% 4.59% 3.02%

Uang jaminan 0.48% 0.09% 0.45% 0.43% 0.81% 0.45%


(34)

perusahaan memiliki kebijakan bahwa piutang harus tertagih dalam jangka waktu 60 hari, sehingga jelas hal ini berdampak pada pemasukan (inflow) dari arus kas perusahaan. Apabila melihat rata-rata cash conversion cycle, PT. Z memiliki angka yang negatif yaitu (-17,31) yang menunjukkan bahwa perusahaan masih belum memiliki kas yang cukup banyak untuk mendanai seluruh aktivitas perusahaan secara optimal. Secara keseluruhan, jumlah piutang yang dimiliki oleh PT. Z sangat berdampak pada pemasukan (inflow) arus kas perusahaan.

Tabel 3. Analisis Cash Conversion Cycle

4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Piutang pada PT. Z

Pada PT. Z terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah piutang, yaitu persentase penjualan kredit, ketentuan penjualan, tipe pelanggan, dan usaha penagihan. Berikut penjelasan lebih terperinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya jumlah piutang. 1. Persentase Penjualan Kredit

PT. Z adalah perusahaan manufaktur yang sebagian besar kegiatan bisnisnya adalah penjualan secara kredit. Perusahaan selalu megupayakan untuk dapat meningkatkan penjualan disetiap tahunnya. Ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan peningkatan penjualan maka hal ini akan berdampak pada divisi-divisi perusahaan terkait.

Divisi yang paling terkait adalah divisi marketing, karena divisi tersebut sangat mempengaruhi besar kecilnya kegiatan penjualan yang dilakukan kepada konsumen. Divisi marketing mengupayakan untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan untuk dapat membeli produk perusahaan lebih banyak lagi, atau mengupayakan pencarian konsumen baru untuk meningkatkan penjualan. Selanjutnya divisi purchasing dan divisi

U R A I A N T A H U N

2005 2006 2007 2008 2009 Rata-Rata DSO (days of sales outsanding)

(hari) 146.40 70.84 97.07 139.56 116.63 114.10

DSI (days of sales in inventory)

(hari) 107.73 105.72 138.31 111.57 95.98 111.86

DPO (days of payable outsanding)

(hari) 156.69 192.45 265.88 347.50 253.82 243.27


(35)

produksi yang juga memerlukan penyesuaian dalam hal peningkatan skala produksi untuk memenuhi keputusan meningkatkan penjualan.

Namun, ketiga divisi yang telah disebutkan di atas perlu mempertimbangkan keputusan dari divisi financial & accounting. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat risiko dari kegiatan penjualan yang dilakukan secara kredit terhadap pemasukan (inflow) perusahaan. Ketika perusahaan memutuskan untuk meningkatkan penjualan, maka divisi finacial & accounting memperkirakan seberapa besar jumlah piutang yang akan diperoleh perusahaan mengingat proses penagihan yang dilakukan perlu adanya peningkatan pula. Pada saat perusahaan telah melakukan peningkatan penjualan secara kredit, maka divisi financial & accounting perlu bekerja secara maksimal dalam melakukan penagihan piutang, mengingat personil divisi financial & accounting sangat sedikit dan sangat sulit dalam menagih piutang dari pelanggan yang jumlahnya mencapai 190 perusahaan.

Pada setiap tahunnya perusahaan memiliki angka penjualan yang cenderung meningkat. PT. Z memiliki persentase penjualan secara kredit kurang lebih sebesar 90% dari total penjualan dan 10%-nya adalah penjualan secara tunai. Hal ini jelas berdasarkan atas keputusan bersama jajaran pimpinan perusahaan dalam memutuskan peningkatan penjualan. Dapat dilihat pada data berikut yang menunjukkan bahwa besarnya penjualan secara kredit akan berdampak pada pemasukan (inflow) perusahaan terutama piutang. Semakin besar penjualan yang dilakukan secara kredit, maka akan berdampak pada besarnya piutang yang akan diperoleh perusahaan.

Tabel 4. Analisis Trend Beberapa Akun Neraca dan Laba Rugi

Uraian T A H U N

2005 2006 2007 2008 2009

Akun Neraca (%)

Piutang 100 67.87 102.62 143.39 154.06 Kas & Bank 100 49.91 50.89 119.68 171.00

Akun Laba-rugi (%)

Penjualan 100 140.25 154.77 150.41 193.38 Laba Bersih 100 176.18 54.16 12.61 233.95

Lain-lain (%)


(36)

Tabel 5. Beberapa Akun Neraca dan Laba Rugi

Uraian

T A H U N

2005 2006 2007 2008 2009

Akun Neraca

Piutang 7,039,396,000 4,777,423,000 7,224,041,000 10,093,967,146 10,844,969,103 Kas & Bank 437,399,000 218,305,000 222,595,000 523,490,227 747,967,117 Akun Laba-rugi

Penjualan 17,550,718,000 24,615,756,000 27,163,293,000 26,398,878,412 33,940,128,991 Laba Bersih 566,467,000 998,026,000 306,816,000 71,408,679 1,325,225,138 Lain-lain

Penyisihan Piutang 112,971,000 41,604,000 41,604,000 41,604,000 389,330,471

*sumber : Lap.Keuangan PT. Z Diolah

2. Ketentuan Penjualan

Pada saat perusahaan melakukan penjualan secara kredit, PT. Z memberikan adanya kemungkinan diskon yang akan diberikan kepada pelanggan. Adapun diskon yang diberikan bergantung pada kebijakan PIC Marketing yang didasarkan pada perjanjian tertentu yang telah disepakati antara pelanggan dengan pihak PT. Z. Jumlah atau besarnya angka diskon yang diberikan yaitu sebesar 2,5% sampai 10% bergantung pada analisis kredit PIC Marketing kepada pelanggan.

Pada saat perusahaan memberikan diskon kepada pelanggan, maka hal ini akan berdampak pada penerimaan perusahaan (inflow). Terdapat dua kemungkinan, pertama, pihak perusahaan merasa lebih aman dengan pelunasan dari pelanggan yang lebih cepat, sehingga berpengaruh pada perolehan piutang yang sesuai dengan jatuh tempo. Tetapi pada saat pelanggan mengacuhkan diskon tersebut maka hal ini akan berdampak pada keterlambatan pelanggan dalam melunasi hutangnya atau pelanggan sengaja memperlambat pembayaran hingga akhir waktu masa jatuh tempo.

Pada PT. Z, ketentuan diskon yang diberikan akan berdampak baik bagi perusahaan, yaitu perusahaan memperoleh pembayaran piutang sesuai dengan jatuh tempo. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa pelanggan yang terlambat dalam melunasi hutangnya sehingga perusahaan perlu bekerja lebih maksimal kepada beberapa pelanggan dalam proses penagihan piutang dan mempertimbangkan apakah perlu memberikan diskon atau tidak, karena akan berpengaruh pada besar kecilnya jumlah piutang yang akan diterima.


(37)

3. Tipe Pelanggan

Pada prosedur penjualan yang dimiliki oleh PT. Z, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh konsumen atau pelanggan, yaitu pelanggan memiliki bonafiditas, kredibilitas, dan integritas yang baik, pelanggan merupakan perorangan atau badan usaha yang resmi atau berbadan hukum, dan pelanggan memiliki kemampuan keuangan yang diandalkan untuk membayar segala transaksi penjualan dengan PT. Z.

Awalnya PT. Z sangat memperhatikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pelanggan sebelum dilakukannya transaksi penjualan, seperti analisis kredit yang meliputi 5C (Capacity, Character, Capital, Collateral, Condition). Namun, seiring berjalannya waktu perusahaan bersikap cukup longgar terhadap piutang-piutang yang belum dibayarkan oleh pelanggan kepada pihak perusahaan, sehingga dalam pelaksanaannya terdapat pelanggan yang masih terlambat dalam melunasi hutangnya. Sebagai contoh, pada perusahaan-perusahaan pelanggan yang telah memiliki hubungan sangat dekat atau istimewa dengan pihak PT. Z. Hal ini jelas akan berdampak pada perolehan piutang perusahaan.

Pada saat PT. Z menerima pelanggan yang kurang layak kredit, maka hal tersebut dapat berakibat pada munculnya piutang tak tertagih, sehingga perusahaan mengupayakan suatu proses penagihan yang maksimal untuk menghindari kemungkinan munculnya piutang tak tertagih. Ketika penagihan dilakukan secara maksimal, maka perusahaan juga perlu mengeluarkan biaya penagihan yang cukup besar, sehingga pertimbangan dalam memilih pelanggan perlu dilakukan secara tepat.

4. Usaha Penagihan

Proses penagihan piutang yang dilakukan akan berdampak pada besarnya perolehan piutang perusahaan. Proses penagihan yang dilakukan biasanya terfokus pada jumlah piutang yang telah melewati masa jatuh tempo, sehingga perusahaan berupaya untuk menyelamatkan piutangnya agar tidak muncul piutang tak tertagih. Pada PT. Z usaha penagihan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. PT. Z pun telah mengupayakan secara maksimal dalam mengumpulkan


(38)

piutangnya. Hal ini disebabkan oleh jumlah personil dari bagian penagihan yang sangat sedikit sehingga terkadang piutang tidak dapat tertagih sesuai jatuh tempo atau keterlambatan dalam menerima piutang.

Secara teknis, PT. Z telah melakukan prosedur penagihan yang telah ditetapkan, mulai dari penyiapan dokumen-dokumen tagihan hingga invoice diterbitkan. Namun dalam pelaksanaannya, perusahaan mengalami beberapa kendala, terutama kendala yang berasal dari pelanggan seperti lalai dalam melunasi hutang yang telah jatuh tempo, sengaja memperlambat dalam melunasi hutang karena alasan-alasan tertentu dan sebagainya. Proses penagihan yang dilakukan pun terkadang melibatkan pihak manajer keuangan sampai dengan pihak direktur utama dalam mengkonfirmasi tagihan piutang kepada pelanggan. Hal ini disebabkan oleh sifat pelanggan yang terkadang kurang memperhatikan etika-etika dalam melunasi hutang.

Terkadang perusahaan merasa dilema ketika adanya pelanggan yang terlambat dalam melunasi hutangnya kepada PT. Z. Disatu sisi perusahaan perlu menyelamatkan piutangnya yang telah jatuh tempo, namun disisi yang lain perusahaan khawatir pelanggan akan merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan perusahaan kepada pelanggan. Hal ini disebabkan perusahaan telah menjalin hubungan kerjasama yang cukup dekat dengan beberapa pelanggan yang sudah sangat lama membeli produk PT. Z sehingga terkadang adanya kelonggaran dalam proses penagihan yang dilakukan. Artinya, pelanggan dan PT. Z kurang professional dalam melaksanakan kerjasama bisnis ini. Seharusnya hubungan kerjasama yang baik berdampak pada ketepatan waktu pembayaran hutang bukan justru memperlambat pembayaran hutang.

4.3. Proses Manajemen Piutang pada PT. Z

Pada PT. Z, terjadinya piutang disebabkan oleh adanya kegiatan penjualan produk secara kredit kepada perusahaan-perusahaan pelanggan. Hal ini ditandai oleh produk yang diterima terlebih dahulu oleh pelanggan dan kemudian pelanggan baru melakukan pembayaran sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Kebijakan kredit yang diterapkan diharapkan


(39)

mampu memberikan keuntungan yang optimal dan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan.

Hal tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko penjualan secara kredit yang mengharuskan perusahaan untuk menjalankan segala prosedur penjualan berdasarkan kebijakan kredit yang dimiliki.

Kebijakan kredit yang dimiliki oleh PT. Z, pada umumnya sama dengan teori yang terdapat dalam buku-buku keuangan yakni kriteria dalam pemberian kredit, meliputi 5 C yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition. Namun, terdapat satu hal yang sangat diperhatikan oleh PT. Z yaitu Capacity atau kapasitas yang merupakan kemampuan pelanggan dalam mengelola bisnisnya untuk memperoleh laba yang kemudian dinilai untuk melihat kemampuan dalam membayar hutangnya. Adapun persyaratan utama yang telah ditetapkan oleh PT. Z dan harus dipenuhi oleh pelanggan yakni :

 Pelanggan memiliki bonafiditas, kredibilitas dan integritas yang baik.

 Pelanggan merupakan perorangan maupun badan usaha yang resmi atau berbadan hukum.

 Pelanggan memiliki kemampuan keuangan yang diandalkan untuk membayar segala transaksi penjualan dengan PT. Z.

PT. Z memiliki beberapa pola penjualan yaitu penjualan material ke end user, distributor, dan sub kon serta penjualan material beserta aplikasinya. Penjualan yang dilakukan sebagian besar secara kredit, baik penjualan kredit tanpa jaminan maupun penjualan kredit dengan jaminan. Kebijakan penjualan kredit tanpa jaminan diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang diyakini dapat membayar transaksi penjualan dengan baik, seperti PT. Pertamina (Persero), PT. Timah, PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Rekayasa Industri, dan perusahaan-perusahaan swasta yang diyakini mampu melakukan pembayaran dengan baik. Penjualan kredit tanpa jaminan ini didasari oleh perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak tanpa melanggar kebijakan yang telah ditetapkan oleh PT. Z. Kemudian kebijakan penjualan kredit dengan jaminan diberikan kepada


(40)

perusahaan-perusahaan yang mampu menyerahkan jaminan sesuai dengan ketetapan PT. Z.

Jaminan yang diserahkan sekurang-kurangnya harus senilai plafon kredit dalam bentuk Jaminan Bank maupun sertifikat atas aset yang dimilikinya dan memberikan surat kuasa untuk mencairkan Jaminan Bank tersebut maupun surat kuasa untuk menjual aset yang dijaminkan.

PT. Z telah berpuluh-puluh tahun dalam menjalankan kegiatan bisnisnya dan memiliki pelanggan sebanyak kurang lebih 190 perusahaan. Pelanggan tersebut adalah perusahaan-perusahaan yang menggunakan produk dalam jumlah besar, bukan pelanggan konsumsi rumah tangga. Kemudian pada setiap tahunnya pun, PT. Z mengalami penambahan jumlah pelanggan. Hal ini disebabkan oleh terselenggaranya pelaksanaan penjualan yang baik dengan berdasarkan pada kebijakan kredit yang dimiliki oleh PT. Z.

Secara teknis, PT. Z memiliki prosedur-prosedur dalam melakukan penjualan secara kredit kepada pelanggan. Prosedur yang dijalankan melibatkan beberapa divisi di dalam fungsi manajemen perusahaan. Divisi yang paling banyak terlibat yaitu divisi marketing, divisi purchasing, dan divisi financial & accounting. Prosedur penjualan tersebut diawali oleh terbitnya surat penawaran harga (SPH) dari divisi marketing kepada pelanggan. Kemudian pelanggan akan memberikan balasan berupa surat pemesanan barang atau surat PO (Purchase Order) kepada divisi marketing PT. Z. Setelah itu, surat PO diterima dan diproses dengan cara negosiasi antara pihak pelanggan dengan PT. Z. Negosiasi dilakukan oleh kedua belah pihak sampai menemukan suatu kesepakatan tertentu, terutama dalam hal waktu pembayaran dan diskon. Kemudian kesepakatan yang telah diperoleh, dituangkan dalam bentuk perjanjian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Setelah memperoleh kesepakatan, kemudian produk yang dipesan siap untuk dikirim. Pada saat barang sudah dikirim dan diterima oleh pelanggan, maka selanjutnya divisi financial & accounting mulai mempersiapkan dokumen-dokumen untuk menerbitkan invoice tagihan. Ketika invoice diterbitkan, biasanya terdapat diskon penjualan, namun


(41)

dalam hal ini terdapat pengecualian yakni tidak adanya diskon penjualan untuk seluruh pelanggan.

Diskon penjualan hanya diberikan kepada pelanggan tertentu yang memiliki hubungan istimewa dengan PT. Z, yaitu Holding Company dari perusahaan itu sendiri. Berikut bagan dari proses manajemen piutang pada PT. Z :

Gambar 3. Proses Manajemen Piutang PT. Z

4.4. Pengelolaan dan Pengendalian Piutang PT. Z

Pada PT. Z piutang yang dimiliki akan diakui setelah adanya penerbitan invoice tagihan yang akan dikirimkan kepada pelanggan. Hal ini menjadi pokok perhatian bagi PT. Z, karena piutang adalah salah satu akun yang cukup besar dalam mempengaruhi pemasukan atau inflow perusahaan, sehingga ketika perusahaan tidak mampu mengelola dan mengendalikan piutangnya dengan baik maka hal ini akan berdampak pada munculnya piutang ragu-ragu atau piutang tak tertagih.

Adapun proses yang dilakukan pihak perusahaan yakni dengan menerbitkan invoice tagihan, yang dilengkapi dokumen-dokumen tertentu meliputi surat PO (purchase order), surat penagihan, dan faktur pajak

Divisi Financial & Accounting

Menyiapkan dokumen-dokumen

Surat PO (Purchase Order) Delivery Receipt

(Surat Jalan)

Invoice Diterbitkan

Membayar Piutang Pelanggan

SPH (Surat Penawaran Harga)

Divisi Marketing Pelanggan

Surat PO (Purchase Order)

Negosiasi & Perjanjian Kedua Belah Pihak

Divisi Purchasing

Delivery Receipt


(42)

dimana dokumen tersebut digunakan untuk memberikan bukti-bukti bahwa pelanggan harus dapat melakukan pembayaran atau melunasi hutangnya sesuai dengan transaksi penjualan secara kredit dan masa jatuh tempo.

Terdapat beberapa dokumen pendukung dalam proses pembuatan invoice tagihan, yaitu :

a. Dalam hal penjualan material barang (SUPPLY)

- Purchase Order (PO), merupakan dokumen penting yang menunjukkan adanya pesanan barang dari pelanggan.

- Delivery Receipt (Surat Jalan), merupakan dokumen yang menunjukkan keluarnya barang dari gudang jadi perusahaan, dimana dokumen ini akan menjadi tanda terima barang yang dipesan pelanggan.

- NPWP dan SPPKP jika pelanggan merupakan pengusaha kena pajak, dimana informasi tersebut digunakan untuk membuat faktur pajak keluaran perusahaan.

b. Dalam hal penjualan material barang sekaligus jasa pemasangan (SUPPLY-APPLY)

- Work Order atau surat perintah kerja (SPK), merupakan dokumen yang menunjukkan kesepakatan antara perusahaan dengan customer yang memuat perjanjian kerjasama baik dalam hal penyediaan material maupun jasa pemasangan.

- Berita acara serah terima pekerjaan, merupakan dokumen yang ditandatangani kedua belah pihak yang menunjukkan bahwa kontrak kerjasama telah diselesaikan.

- NPWP dan SPPKP jika customer merupakan pengusaha kena pajak, dimana informasi tersebut digunakan untuk membuat faktur pajak keluaran perusahaan.

Adapun individu-individu di dalam perusahaan yang memegang peranan penting dalam proses menerbitkan invoice tagihan yaitu :

a. Bagian faktur, sebagai pengolah informasi.

b. Koordiantor penagihan piutang, sebagai verifikator atas dokumen invoice yang telah dibuat oleh bagian faktur.


(43)

c. Manajer Keuangan, sebagai penandatangan faktur pajak. d. Direksi, sebagai penandatangan dokumen invoice.

Gambar 4. Proses Pengelolaan & Pengendalian Piutang PT. Z

4.5. Proses Penagihan Piutang PT. Z

Proses penagihan dengan menggunakan invoice dilakukan hanya sebanyak satu kali terbit. Hal ini untuk menghindari kemungkinan double invoice atau invoice tagihan yang ganda. Namun, jika terdapat kesalahan pada invoice, seperti kesalahan data produk yang ditagih, kesalahan nomor faktur pajak, kesalahan pengetikan dan sebagainya, maka adanya prosedur pengembalian invoice melalui nota retur terlebih dahulu. Kemudian diterbitkanlah invoice tagihan yang telah diperbaiki atau direvisi. PT. Z pun memiliki sistem penjadwalan yang cukup baik, ketika seluruh dokumen invoice telah siap diterbitkan.

Setelah invoice tagihan diterbitkan, terkadang pelanggan sulit atau lambat dalam merespon invoice tagihan atau sulit melunasi, sehingga upaya selanjutnya yang dilakukan oleh PT. Z yaitu melakukan monitoring atau pengawasan. Kegiatan pengawasan tersebut dilakukan oleh divisi financial & accounting dengan cara menghubungi melalui fax atau menelepon pihak pelanggan untuk mengkonfirmasi ataupun dengan cara datang langsung ke lokasi perusahaan pelanggan yang bersangkutan. Ketika hal tersebut pun dirasa kurang berpengaruh, maka selanjutnya perusahaan melibatkan peranan individu dari divisi marketing dalam membantu proses penagihan.

Direksi

Manajer Keuangan

Pelanggan Koor.Penagihan

Piutang

Pengumpuan dokumen-dokumen

Bagian Faktur

(NPWP) Surat PO (Purchase Order)

Delivery Receipt (Surat Jalan) Invoice diterbitkan

Konfirmasi Piutang


(44)

Pada saat pelanggan masih sulit untuk melakukan pembayaran piutang, maka perusahaan memberikan peringatan dengan somasi sebanyak tiga kali. Apabila hal ini belum berpengaruh maka piutang tersebut akan dihilangkan (amortisasi) atau lebih dikenal dengan sebutan piutang tak tertagih. Namun, dalam menghilangkan piutang tersebut, terdapat prosedur yang harus dipenuhi terlebih dahulu yaitu piutang tersebut tidak tertagih selama kurang lebih atau telah mencapai masa waktu dua tahun. Prosesnya pun melibatkan para stakeholder perusahaan dalam proses pengambilan keputusan.

Berikut persentase penyisihan piutang berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan :

Tabel 6. Waktu & Persentase Penyisihan Piutang PT. Z

Waktu Tak Tertagih Persentase Penyisihan

Piutang

Sampai dengan 2 tahun 2 tahun s.d 3 tahun 3 tahun s.d 4 tahun 4 tahun s.d 5 tahun Lebih dari 5 tahun

10 % 25 % 45 % 70 % 100 %

PT. Z mengalami beberapa kendala dalam proses penagihan, yakni jarak atau jangkauan wilayah perusahaan pelanggan, adanya perubahan data seperti perubahan alamat, faktur pajak, dan NPWP, serta kurangnya personil dalam divisi financial & accounting. Selain itu, kendala utama yang paling sering terjadi adalah keterlambatan pelanggan dalam melunasi hutang. Dari beberapa kendala yang dihadapi, pihak manajemen selalu berupaya untuk dapat mengelola dan mengendalikan piutangnya. Pada saat pihak manajemen tidak dapat mengelola dan mengendalikan piutangnya maka hal tersebut akan berdampak pada pemasukan yang diterima (inflow) atau mungkin perusahaan akan kehilangan pemasukan akibat munculnya piutang yang tidak tertagih.


(45)

Upaya yang paling nyata dilakukan oleh PT. Z dalam menghadapi masalah tersebut adalah dengan berpegang teguh pada pedoman atau kebijakan kredit yang sudah ada dan menyelenggarakan sistem manajemen dengan baik.

Gambar 5. Proses Penagihan Piutang PT. Z

4.6. Analisis Trend

Berdasarkan analisis trend, kondisi keuangan PT. Z menunjukkan keadaan yang cenderung meningkat dari tahun 2005-2009 (fluktuatif). Apabila dilihat dari beberapa akun yang terdapat pada laporan neraca, seperti piutang, kas & bank, hutang dan persediaan, seluruhnya cenderung mengalami peningkatan. Namun, kecenderungan peningkatan tersebut tidak selalu memberikan informasi yang baik. Misalnya jumlah piutang yang selalu meningkat dari tahun 2005-2009 menunjukkan adanya peningkatan penjualan secara kredit yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Hal ini akan berpengaruh pada peningkatan pemasukan (inflow) yang akan diterima oleh perusahaan. Dapat dilihat persentase piutang pada laporan neraca (inflow) dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebesar 67,87%; 102,62%; 143,39%; dan 154,06%. Namun, pada saat piutang tersebut tidak diikuti oleh proses penagihan yang baik, maka akan berpengaruh pada terhambatnya pemasukan yang akan diterima sehingga akan memberikan dampak pula pada kegiatan operasi perusahaan. Selain itu, besarnya piutang dapat memungkinkan terjadinya peningkatan piutang yang tak tertagih.

Direksi

Manajer

Pelanggan

Koor.Penagihan Piutang

Nota Retur Invoice Revisi Invoice

dikembalikan Invoice

Konfirmasi Piutang

Invoice bermasalah


(46)

Persentase penyisihan piutang dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebesar 36,83%; 36,83%; 36,83%; dan 344,63%.

Persentase hutang perusahaan juga cenderung meningkat, yakni sebesar 172,48%; 279,61%; 341,56%; dan 319,45% dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan penjualan yang mengharuskan perusahaan meningkatkan skala produksi sehingga berdampak pula pada peningkatan hutang perusahaan. Penyebab utama terjadinya peningkatan hutang dikarenakan perusahaan selalu membeli bahan baku dari pemasok (supplier) secara kredit sehingga berpengaruh pada peningkatan persentase hutang perusahaan. Namun, peningkatan hutang pada perusahaan tidak terlalu bermasalah ketika adanya peningkatan pula pada kegiatan penjualan yang kemudian akan berpengaruh pada pemasukan (inflow) perusahaan.

Pada PT. Z, kegiatan penjualan cenderung mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada data tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebesar 140,25%; 154,77%; 150,41%; dan 193,38%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan terkait kualitas produk yang ditawarkan. Selain itu pula peningkatan penjualan disebabkan oleh peranan dan kerja keras dari divisi marketing. Namun, kecenderungan peningkatan penjualan disetiap tahunnya menyebabkan adanya kecenderungan peningkatan pula pada persediaan. Dapat dilihat dari data tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebesar 137,81%;211,55%; 159,50%; dan 175,69%. Hal ini menyebabkan perusahaan perlu meningkatkan penjualannya secara ekstra agar persediaan tidak terlalu menumpuk pada gudang perusahaan. Persediaan yang menumpuk mengakibatkan adanya tambahan biaya penyimpanan, mengingat produk yang disimpan mengandung bahan-bahan kimia yang mudah terbakar.

Komponen pada laporan laba rugi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada penjualan yang memberikan dampak yang cukup baik pada laba bersih yang diperoleh perusahaan. Dapat dilihat dari data tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 adanya keadaan yang fluktuatif pada


(1)

56

Lampiran 5. Analisis Per Komponen

Laporan Neraca

U R A I A N T A H U N

2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

Aktiva Lancar

Kas & Bank 2.97% 1.05% 0.75% 1.75% 2.47% 1.80%

Piutang Usaha :

Pihak YMHI 31.78% 6.82% 2.55% 0.95% 1.30% 8.68%

Pihak Ketiga 15.09% 15.11% 21.11% 31.82% 33.91% 23.41%

Piutang Lain-lain 0.92% 0.95% 0.73% 0.94% 0.65% 0.84%

Persediaan 26.86% 26.11% 28.27% 21.07% 22.99% 25.06%

Pajak Dibayar Dimuka 1.54% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.31%

Beban Dibayar Dimuka 0.11% 0.26% 0.19% 0.32% 0.75% 0.33%

Uang muka proyek 8.97% 7.26% 16.44% 21.37% 16.84% 14.18%

Pendapatan yang masih akan diterima 0.00% 34.47% 21.63% 13.81% 8.82% 15.74%

Aktiva Tidak Lancar

Aktiva pajak tangguhan 0.31% 0.16% 0.13% 0.31% 1.12% 0.41%

Aktiva tetap 8.69% 6.44% 4.19% 3.81% 5.75% 5.78%

Beban ditangguhkan 2.28% 1.29% 3.53% 3.43% 4.59% 3.02%

Uang jaminan 0.48% 0.09% 0.45% 0.43% 0.81% 0.45%

JUMLAH AKTIVA (Nilai Baku) 100 100 100 100 100

U R A I A N

T A H U N

2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

Kewajiban Lancar

Hutang Usaha:

Pihak YMHI 12.81% 17.43% 21.91% 27.22% 28.18% 21.51%

Pihak Ketiga 18.96% 8.25% 12.42% 16.83% 11.95% 13.68%

Hutang Bank 0.00% 0.00% 13.48% 14.00% 16.40% 8.78%

Hutang Pajak 3.52% 8.49% 6.54% 1.91% 2.48% 4.59%

Hutang Sewa Guna Usaha 0.23% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.05%

Beban YMH dibayar 5.73% 1.70% 0.81% 2.15% 2.17% 2.51%

Uang Muka penjualan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.11% 0.02%

Hutang Lain-lain 3.56% 13.37% 0.00% 5.68% 1.79% 4.88%

Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban Imbalan Kerja 0.00% 0.00% 0.00% 2.80% 3.40% 1.24%

Hutang Sewa Guna Usaha 0.20% 0.14% 0.00% 0.00% 0.00% 0.07%

Hutang lain-lain :

Pihak YMHI 49.56% 42.01% 0.00% 26.89% 26.63% 29.02%

Pihak Ketiga 54.67% 38.56% 40.26% 0.00% 0.00% 26.70%

Ekuitas

Modal Saham 1.70% 15.27% 35.42% 35.02% 34.68% 24.42%

Tambahan Modal Disetor 19.95% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3.99%

Saldo (Rugi) -70.88% -45.21% -30.85% -32.49% -27.80% -41.45%


(2)

57

Lampiran 6. LAPORAN NERACA PT. Z

URAIAN TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009

AKTIVA

Aktiva Lancar 12,997,697,000 19,217,526,000 27,148,465,000 27,559,559,972 26,531,745,308 Aktiva Tidak Lancar 1,731,386,000 1,666,359,000 2,459,093,000 2,389,353,729 3,709,349,456

JUMLAH AKTIVA 14,729,083,000 20,883,885,000 29,607,558,000 29,948,913,701 30,241,094,764

KEWAJIBAN dan EKUITAS

Kewajiban Lancar 6,598,726,000 10,282,103,000 16,332,861,000 20,301,040,629 19,076,987,269 Kewajiban Jangka Panjang 15,381,782,000 16,855,181,000 11,921,280,000 8,891,106,272 9,082,115,556 Ekuitas (7,251,425,000) (6,253,399,000) 1,353,417,000 756,766,801 2,081,991,939

JUMLAH KEWAJIBAN dan EKUITAS 14,729,083,000 20,883,885,000 29,607,558,000 29,948,913,702 30,241,094,764


(3)

58

Lampiran 7. LAPORAN LABA RUGI PT. Z

URAIAN TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009

PENJUALAN

17,550,718,000 24,615,756,000

27,163,293,000

26,398,878,412 33,940,128,991 HARGA POKOK PENJUALAN

13,406,105,000 18,826,267,000

22,090,890,000

20,647,424,576 26,438,176,711

LABA KOTOR 4,144,613,000 5,789,489,000 5,072,403,000 5,751,453,836 7,501,952,280

JUMLAH BEBAN USAHA

3,104,932,000 4,212,315,000 3,742,943,000 4,224,290,854 4,573,190,829 LABA USAHA 1,039,681,000 1,577,174,000 1,329,460,000 1,527,162,982 2,928,761,451

JUMLAH PENDAPATAN (BEBAN) LAIN-LAIN

(158,389,000) (98,750,000) (888,313,000) (1,396,922,510) (968,563,852) LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN BADAN

881,292,000 1,478,424,000 441,147,000 130,240,472 1,960,197,599

JUMLAH PENGHASILAN (BEBAN) PAJAK

(314,825,000) (480,398,000) (134,331,000) (58,831,793) (634,972,461)

LABA BERSIH TAHUN BERJALAN

566,467,000 998,026,000 306,816,000 71,408,679 1,325,225,138


(4)

59

Lampiran 8. LAPORAN ARUS KAS PT. Z

URAIAN

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009

Laba bersih tahun berjalan 566,467,000 998,026,000 306,816,000 71,408,680 1,325,225,137

Penyesuaian laba (rugi) bersih terhadap kas bersih

Jumlah Penyesuaian dari KEGIATAN OPERASI (242,318,000) (2,593,210,000) (1,633,928,000) 4,093,352,545 379,314,538

Jumlah Penyesuaian Dari KEGIATAN INVESTASI 22,369,000 (182,819,000) (142,697,000) (155,547,056) (802,702,375)

Jumlah Penyesuaian Dari KEGIATAN PENDANAAN (472,786,000) 1,558,908,000 1,474,099,000 (3,708,319,994) (677,360,410)

KENAIKAN (PENURUNAN) DALAM KAS & BANK (126,268,000) (219,095,000) 4,290,000 300,894,175 224,476,890 Kas dan Bank pada awal tahun 563,667,000 437,399,000 218,305,000 222,596,052 523,490,227 Kas dan Bank pada akhir tahun 437,399,000 218,305,000 222,595,000 523,490,227 747,967,117


(5)

60 Lampiran 9. Daftar Kuesioner

KUESIONER WAWANCARA

“ANALISIS PENGARUH PENGENDALIAN PIUTANG

TERHADAP EFEKTIVITAS ARUS KAS”

Identifikasi Proses Manajemen Piutang

1. Bagaimanakah alur kebijakan kredit yang diterapkan oleh perusahaan? Serta kebijakan kredit (contoh 2/10,3/60, dll)

2. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam kebijakan kredit?

3. Berapa banyak konsumen yang melakukan pembelian secara kredit?

4. Kriteria apa sajakah yang harus dipenuhi oleh konsumen agar dapat melakukan pembelian secara kredit?

Verifikasi Dokumen Invoice Tagihan

1. Dokumen apa saja yang diperlukan dalam membuat Invoice Tagihan?

2. Siapa sajakah yang berperan dalam proses pembuatan Invoice Tagihan? 3. Apakah terdapat sistem penjadwalan yang teratur dalam proses penagihan?

Pengelolaan Piutang Perusahaan

1. Bagaimanakah alur teknis dari proses penagihan piutang?

2. Kendala apa sajakah yang dihadapi dalam melakukan penagihan?

3. Hal apa sajakah yang dapat terjadi ketika piutang tidak dapat tertagih / telat tertagih?

4. Tindakan apa saja yang dilakukan ketika piutang tidak dapat tertagih / telat terbayar?

5. Apakah perusahaan sudah memiliki SOP dalam melakukan proses


(6)

61

Faktor-faktor apasajakah yang dapat mempengaruhi kebijakan piutang?

Kinerja Keuangan Perusahaan

1. Dalam cashflow, akun apa sajakah yang memiliki pengeluaran cukup besar?

2. Dalam cashflow, akun apa sajakah yang memiliki pemasukan cukup besar?

3. Apakah piutang menjadi hal yang cukup berpengaruh pada laporan keuangan perusahaan?

4. Hal apa sajakah yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan / manajer keuangan dalam menciptakan kinerja keuangan yang baik?

5. Apakah perusahaan melakukan penilaian kinerja keuangan secara

internal?atau mendatangkan pihak independent dalam melakukan penilaian kinerja keuangan?

6. Bagaimanakah keadaan arus kas perusahaan tiap bulannya?