Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

(1)

PENGAR PERUS LABA RUH PENG AHAAN, D PADA PER YAN GUNGKAP DAN DEWA RUSAHAA G TERDAF F PROGRAM DEPAR FAK UNIVERSI SKRIP PAN CORPO AN KOMIS AN PERTAM

FTAR DI B

OLEH FANNY DIF 1005032

M STUDI S RTEMEN A KULTAS E ITAS SUM MEDA 2014 PSI ORATE GO SARIS TER MBANGAN BEI TAHUN H FIANTI 205 S1 AKUNT AKUNTAN EKONOMI MATERA UT AN 4 OVERNAN RHADAP M

N DAN PER N 2010-2012 ANSI NSI TARA NCE, UKUR MANAJEME RKEBUNA 2 RAN EN AN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 - 2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 23 April 2014 yang membuat pernyataan

Fanny Difianti NIM. 100503205


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE , UKURAN PERUSAHAAN, DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN

LABA PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan

corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis regresi linier berganda sebagai alat bantu perhitungannya dan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sampel penelitian adalah sebanyak 18 perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing – masing perusahaan pada periode tahun 2010-2012 beserta data tentang pengungkapan corporate governance dari website masing- masing perusahaan.

Variabel independen yang di teliti adalah corporate governance, ukuran perusahaan dan manajemen laba.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial

corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris, tidak berpengaruh signifikan dewan komisaris.sedangkan variabel dependen adalah

terhadap manajemen laba.

Kata Kunci: Manajemen Laba, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris.


(4)

ABSTRACT

THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE, SIZE COMPANY, AND THE BOARD OF COMMISSIONERS OF EARNINGS MANAGEMENT IN MINING AND PLANTATION COMPANIES LISTED IN

BEI 2010-2012

This study aims to determine the effect of corporate governance disclosure , the size of the company and the board of commissioners on earnings management in mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange . The approach used to analyze the data is quantitative approaches , namely the multiple linear regression analysis techniques as a tool for the calculation and use of SPSS version 17 . Samples are 18 mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange , with research data derived from financial statements of each company in the period 2010-2012 along with data on corporate governance disclosure on the website of each company. The independent variables are corporate governance , the size of the company and the board of commissioners. While the dependent variable is earnings management.

The results of this study indicate that simultaneously and partially corporate governance , firm size , and the board of commissioners , has no significant effect on earnings management.

Keywords: Earnings Management, Corporate Governance, Company Size, and Board of Commissioners.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Mnajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012”, yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi di Universitas Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Ibu Dr. Rina br. Bukit M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, serta pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Pembaca Penilai yang memberikan koreksi serta petunjuk dan saran sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

5. Kedua orang tua penulis, Zaid Effendi dan Ainus Sofia yang selalu mendoakan, mendukung secara moral maupun materiil, memberi semangat, motivasi dan kasih sayang yang begitu besar kepada penulis. Saudara-saudara penulis, Chintia Rozana, Rizki Aulia dan Safira Mauliza yang selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

6. Kekasih hati penulis, Aulia Fizhta S.Kom yang selalu membantu, memberikan motivasi, mendoakan penulis, tempat berbagi cerita suka dan duka. Sahabat-sahabat penulis : Anita Putri, Amelia Pratiwie, Dessy Mariana, Nurfadilah Susanti, Ramian Agnes, Runi Indah Pratiwi yang selalu menemani saat suka maupun duka, tempat berbagi cerita dan cita-cita. Terimakasih untuk persahabatan dan pengalaman yang sangat berharga yang kalian berikan. Dan juga semua teman-teman khususnya Departemen Akuntansi-S1 angkatan 2010. Terimakasih atas kebersamaan dan pertemanan yang terjalin selama ini. Sukses buat kita semua. Semua pihak yang telah membantu baik


(7)

secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Terimakasih.

Medan, 23 April 2014

Penulis,

Fanny Difianti


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Perumusan Masalah...8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian...9

1.3.2 Manfaat Penelitian...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi...11

2.1.2 Manajemen Laba...12

2.1.3 Corporate Governance...18

2.1.4 Ukuran Perusahaan...22

2.1.5 Dewan Komisaris...23

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu...26

2.3 Kerangka Konseptual...30

2.4 Hipotesis...33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian...34

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data...34

3.2.2 Sumber Data...34

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi...35

3.3.2 Sampel...35

3.4 Metode Pengumpulan Data... ...37

3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen...37

3.5.2 Variabel Independen... ...40


(9)

3.7 Teknis Analisis

3.7.1 Analisis Regresi Berganda...43

3.7.2 Uji Asumsi Klasik...44

3.7.3 Uji Hipotesis...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data penelitian...53

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif...54

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1 Uji Normalitas...57

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas...63

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas...65

4.2.2.4 Uji Autokorelasi...67

4.2.3 Analisis Regresi Berganda...68

4.2.4 Uji Hipotesis 4.2.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ...69

4.2.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)...71

4.2.4.3 Uji t (Uji Parsial)...72

4.3 Interpretasi Hasil...74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...78

5.2 Keterbatasan Penelitian...79

5.3 Saran...80

DAFTAR PUSTAKA... ....81


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu... 26

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian... 36

Tabel 3.2 Skala Pengukuran Variabel... 42

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Uji Durbin-Watson... 49

Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan...54

Tabel 4.2 Descriptive Statistics...55

Tabel 4.3 Descriptive Statistics (Setelah Transformasi SQRT)...57

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas (Data Asli)...60

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas (Setelah Transformasi SQRT)...61

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas...64

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi... 67

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi... 68

Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi... 70

Tabel 4.10 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)...71


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 31

Gambar 4.1 Grafik Histogram (Data Asli)...58

Gambar 4.2 Normal P-Plot (Data Asli)...59

Gambar 4.3 Grafik Histogram (Setelah Transformasi SQRT)...62

Gambar 4.4 Normal P-Plot (Setelah Transformasi SQRT)...62


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Item Pengungkapan Corporate Governance...85

Lampiran 2 Daftar Nilai Total Accrual/ Total Asset... 87

Lampiran 3 Daftar Nilai Nondiscretionary Accrual... 88

Lampiran 4 Daftar Nilai Discretionary Accrual...89

Lampiran 5 Daftar Nilai Variabel CG, Ukuran ,dan Dewan... 90


(13)

ABSTRAK

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE , UKURAN PERUSAHAAN, DAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP MANAJEMEN

LABA PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2010-2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengungkapan

corporate governance, ukuran perusahaan dan dewan komisaris terhadap manajemen laba pada perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data adalah pendekatan kuantitatif, yaitu dengan teknik analisis regresi linier berganda sebagai alat bantu perhitungannya dan menggunakan bantuan program SPSS versi 17. Sampel penelitian adalah sebanyak 18 perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, dengan data penelitian berasal dari laporan keuangan masing – masing perusahaan pada periode tahun 2010-2012 beserta data tentang pengungkapan corporate governance dari website masing- masing perusahaan.

Variabel independen yang di teliti adalah corporate governance, ukuran perusahaan dan manajemen laba.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial

corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris, tidak berpengaruh signifikan dewan komisaris.sedangkan variabel dependen adalah

terhadap manajemen laba.

Kata Kunci: Manajemen Laba, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris.


(14)

ABSTRACT

THE EFFECT OF CORPORATE GOVERNANCE DISCLOSURE, SIZE COMPANY, AND THE BOARD OF COMMISSIONERS OF EARNINGS MANAGEMENT IN MINING AND PLANTATION COMPANIES LISTED IN

BEI 2010-2012

This study aims to determine the effect of corporate governance disclosure , the size of the company and the board of commissioners on earnings management in mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange . The approach used to analyze the data is quantitative approaches , namely the multiple linear regression analysis techniques as a tool for the calculation and use of SPSS version 17 . Samples are 18 mining and plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange , with research data derived from financial statements of each company in the period 2010-2012 along with data on corporate governance disclosure on the website of each company. The independent variables are corporate governance , the size of the company and the board of commissioners. While the dependent variable is earnings management.

The results of this study indicate that simultaneously and partially corporate governance , firm size , and the board of commissioners , has no significant effect on earnings management.

Keywords: Earnings Management, Corporate Governance, Company Size, and Board of Commissioners.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihak- pihak eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan masyarakat, sebagai dasar dari pengambilan keputusan ekonomi. Selain itu laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu yang merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang diberikan oleh pemilik. Maka dari itu, laporan keuangan harus menyajikan secara wajar mengenai posisi keuangan, dan arus kas suatu entitas supaya tidak menyesatkan pengguna dalam menginterpretasikannya.

Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan ekuitas yang disusun berdasarkan akrual serta laporan arus kas yang berdasarkan dasar kas. Oleh karena itu, dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earnings) yang diinginkan.

Generally accepted accounting principle (GAAP) atau Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) juga memberikan keleluasaaan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakan dalam menyusun laporan keuangan (Veronica, 2003:328).


(16)

Akuntansi akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini (FASB 1978). Akuntansi akrual juga memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) dalam Ahamad,dkk (2007) mengkritik bahwa akuntansi akrual merupakan aturan yang tidak sempurna dan mengaburkan laporan keuangan yang bertujuan memberikan informasi aliran kas dan kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan kas. Kekaburan informasi ini diakibatkan akuntansi akrual yang ruwet dan rentan atas manipulasi. Kerentanan ini disebut manajemen laba (earnings management).

Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schipper, 1989 dalam Panjaitan, 2012 ). Teori keagenan menggambarkan bahwa manajemen laba terjadi sebagai akibat dari kepentingan ekonomis yang berbeda antara manajemen selaku agen dan pemilik entitas selaku prinsipal. Perbedaan kepentingan ekonomis ini bisa saja disebabkan atau menyebabkan

asymmetry (kesenjangan informasi) antara pemegang saham (stakeholders)


(17)

Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statement keuangan menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan.

Sebagai konsekuensi penggunaan dasar akrual ini, dalam statement

keuangan, laba dalam suatu perioda dapat mengandung unsur kas dan akrual (non kas). Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan manajemen (discretionary accruals) atau non-kebijakan manajemen

(nondiscretionary accruals).

Peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan perusahaan (tanpa perubahan kebijakan) dapat merupakan contoh

nondiscretionary accruals. sedangkan perubahan biaya kerugian piutang yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh discretionary accruals. Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba akuntansi antara lain ditentukan oleh besaran akrual baik yang

discretionary maupun nondiscretionary.

Menurut (Lewitt, 1998 dalam Sulystianto 2008: 50) manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volalitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan- keputusan manajer.


(18)

Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Panjaitan.2009), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) juga pernah melakukan pelanggaran dengan menunda publikasi informasi material atas penurunan volume gas yang sudah diketahui manajemen sejak 12 September 2006, tetapi baru dipublikasikan pada maret 2007 (Sulistiawan,2011).

Dengan melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate governance. Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Deni, Khomsiyah dan Rika, 2004).


(19)

Mekanisme corporate governance dilakukan untuk memastikan bahwa pemilik atau pemegang saham memperoleh pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan oleh agen atau manajer (Schleifer dan Visny, 1997 dalam Panjaitan, 2012).

Ada dua point penting yang ditekankan dalam konsep ini, yaitu hak

stocholders dan stakeholders untuk memperoleh informasi akurat dan tepat waktu (timeliness) serta kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan trasnparan semua informasi mengenai perusahaan. Dengan kata lain, konsep Good Corporate Governace menekankan pentingnya kesetaraan (fairness), transparansi (transparancy), akuntanbilitas (accountability), dan responsilitas (responsibility) informasi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan (Sulistyanto,2008).

Beberapa penelitian menemukan hubungan positif antara mekanisme

corporate governance dan kinerja, seperti pada penelitian Darmawati dkk (2004) menggunakan indeks CGPI (Corporate Governance Perception Index) dari hasil survei IICG (Indonesia Institute for Corporate Governance), menyimpulkan bahwa corporate governance baru bisa memiliki keterkaitan dengan kinerja operasi perusahaan tetapi belum mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan.

Darmawati (2004) menyatakan bahwa perbedaan hasil penelitian dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 1) perspektif teoritis yang diterapkan, 2) metodologi penelitian, 3) pengukuran kinerja, 4) perbedaan


(20)

pandangan atas keterlibatan dewan dalam pengambilan keputusan. Fokus dari penelitian tersebut yaitu mengungkapkan adanya pengaruh tidak langsung antara corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap kinerja.

Penelitian Maruf (2006) menyimpulkan bahwa good corporate governance berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba, tetapi Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap reputasi auditor. Hasil penelitian ini bebeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmawati (2003) yang menyatakan bahwa hanya satu variabel dalam mekanisme GCG, yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba. Penelitian Ningsiptiti (2010) meyimpulkan bahwa semua variabel corporate governance berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Sedangkan penelitian dari Isnanta (2007) yang menyimpulkan bahwa

good corporate governance tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian lain yang dilakukan Nasution dan Setiawan (2007) menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Berbeda dengan Nuryaman (2008) yang menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris tidak memberikan pengaruh terhadap manajemen laba namun ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan Pramuka


(21)

(2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan menurut penelitian Simamora (2011) mekanisme good corporate governance

(kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit) tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.

Banyaknya hasil-hasil peneliti terdahulu mengenai pengaruh penerapan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba membuat peneliti ingin meneliti kembali setiap variabel dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Simamora yang berjudul " Analisa Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI ".

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini mengambil data dari perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di BEI, Sedangkan penelitian terdahulu mengambil data dari perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Perbedaan lain penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah variabel independen yang digunakan. Penelitian ini menggunakan variabel pengungkapan corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris, Sedangkan penelitian terdahulu


(22)

menggunakan variabel kepemilikan intitutional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris dan komite audit.

Alasan peneliti mengambil sampel pada perusahaan pertambangan dan perkebunan dikarenakan kedua bidang perusahaan ini merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia melihat potensi hasil bumi di indonesia yang besar namun pengelolaannya yang cukup rendah dan adanya usaha-usaha untuk menarik investor yang dilakukan oleh pemerintah. Alasan lainnya dikarenakan penelitian yang menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan dan perkebunan masih sedikit sehingga penulis mencoba untuk memakai sampel kedua sektor tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ” Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan , dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 -2012”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengungkapan corporate governance memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba?


(23)

2. Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba?

3. Apakah dewan komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba?

4. Apakah pengungkapan Corporate Governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara simultan?

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui dan menganalisis:

1. Pengaruh pengungkapan corporate governance terhadap manajemen laba.

2. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. 3. Pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba.

4. Pengaruh pengungkapan Corporate Governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris terhadap manajemen laba secara simultan.


(24)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian dari penelitian ini, antara lain :

1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai praktik-praktik manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,

2. Bagi calon investor, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk membantu mengambil keputusan investasi pada perusahaan,

3. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat berupa bukti empiris yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau referensi untuk mendukung penelitian sejenis.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Agensi

Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Teori keagenan (Agency Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Panjaitan, 2012)

Manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya memiliki lebih banyak informasi seputar perusahaan daripada pemilik perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk kemajuan perusahaan di masa depan, manajer wajib memberikan signal kepada pemilik. Namun, informasi yang disampaikan manajer seringkali tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan adanya kepentingan manajer yang tidak sejalan dengan pemilik. Pemilik perusahaan, dalam teori keagenan (Agency Theory), diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka dalam perusahaan, sedangkan para agen disumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Karena perbedaan


(26)

kepentingan inilah masing-masing pihak berusaha untuk memperbesar keuntungan pribadi. Prinsipal menginginkan return yang besar dan cepat atas investasi mereka dan menilai prestasi manajer berdasarkan kemampuannya untuk memperbesar laba yang akan dialokasikan pada pembagian dividen. Untuk memenuhi tuntutan prinsipal dan mendapat insentif yang tinggi, manajer akan memainkan beberapa kondisi perusahaan sedemikian rupa agar seolah-olah target tercapai bila tidak ada pengawasan yang memadai dalam kinerja manajer.(Simamora, 2011).

2.1.2 Manajemen Laba

Copeland (1968) mendefinisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will”. Ini berarti bahwa manajemen laba mencakup usaha manajemen untuk memaksimumkan, atau meminimumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen. Nilai laba dalam laporan keuangan adalah sebuah fakta , tetapi bukan fakta yang 100 persen objektif. Nilai laba dapat ditentukan oleh subjektivitas penyusunnya (Sulistiawan dkk., 2011).

Menurut Lewitt (1998) manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarakan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volalitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk


(27)

menutupi konsekuensi dari keputusan – keputusan manajer (Sulistyanto: 50)

Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan penilaian dalam pelaporan keuangan dan transaksi penataan untuk mengubah laporan keuangan baik menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja ekonomi yang mendasari perusahaan, atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. (Healy & Wahlen, 1999 dalam Bukit,2009).

Manajemen laba tidak terlepas dari Teori Akuntansi Positif dan Teori Keagenan. (Belkaoui, 2007 dalam Simamora, 2011) mengemukakan bahwa: Teori Akuntansi Positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur/politisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan oleh karena itu, kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur-prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan keuntungan mereka.

Astika (2003) menjelaskan terjadinya manajemen laba lewat Teori Akuntansi Positif dan Teori Keagenan ditinjau dari sisi teori akuntansi positif, manajemen laba yang dilakukan eksekutif dapat dijelaskan melalui teori kontrak. Proses kontrak tersebut menghasilkan


(28)

hubungan keagenan. Hubungan keagenan muncul ketika prinsipal mengontrak pihak lain (agen) untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh prinsipal. Dengan kontrak tersebut prinsipal mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Ternyata hubungan tersebut konflik karena, baik prinsipal maupun agen, keduanya merupakan pihak yang mempunyai sifat, yaitu memaksimumkan kesejahteraannya (utility maximiser). Oleh sebab itu, tidak ada alasan yang dapat digunakan untuk menempatkan keyakinan bahwa agen akan selalu bertindak untuk kepentingan prinsipal. Masalah keagenen muncul karena perilaku oportunis agen. Agen cenderung memaksimumkan setiap peluang yang ada untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan prinsipal.

Scott (1997) dalam Sulistiawan dkk. (2011 : 40) merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, antara lain:

1. Pola taking a bath, pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi (organizational stress) atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan.


(29)

2. Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan politis. 3. Pola income maximization, pola ini merupakan kebalikan dari pola

income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi. Pola ini biasanya banyak digunakan oleh perusahaan go public dengan tujuan menjaga kinerja saham mereka.

4. Pola income smoothing, pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditor yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam mengambil keputusan. Stabilitas laba ini dapat diperoleh dengan mengombinasikan dua pola tersebut, yaitu meminimalkan laba atau memaksimalkan laba.

(Irfan, 2002 dalam Simamora, 2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi manajemen (agen) dalam proses menyusun pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi untuk mendapatkan beberapa keuntungan pribadi.


(30)

Subramanyam dan Wild (2010) menjelaskan bahwa manajemen laba dapat berupa kosmetik, jika manajer memanipulasi akrual yang tidak memiliki konsekuensi arus kas. Manajemen laba juga dapat terlihat nyata, jika manajer memilih tindakan dengan konsekuensi arus kas dengan tujuan mengubah laba.

Menurut Scott (1997) dalam Sulistyanto (2008), beberapa motivasi terjadinya Earnings Management antara lain:

1. Bonuse Schemes (Rencana Bonus)

Ditinjau dari sisi rencana bonus, manajer cenderung akan melakukan tindakan pengelolaan laba pada perusahaan yang memiliki rencana bonus. Manajer akan berusahan mengaturlaba yang dilaporkan agar dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.

2. Contractual Motivations (Motivasi Kontrak) Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih metoda akuntansi yang dapar memindahkan laba perioda mendatang ke perioda berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak.

3. Political Motivations (Motivasi Politik)

Perusahaan akan cenderung akan melakukan monopoli, maka manajer akan berusaha untuk menurunkan labanya agar sorotan dan tekanan publik terhadap perusahaan berkurang.


(31)

4. Taxation Motivation (Motivasi Perpajakan)

Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara mengurangi labanya. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

5. Changes of Chief Executive Officer (Penggantian CEO)

Manajer perusahaan (CEO) akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari penggantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba., jika penilaian kinerja berdasarkan laba. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward), sedangkan manajer yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik perusahaan (punishment).

6. Initial Public Offering (IPO) Manajer perusahaan akan melakukan eraning management agar harga sahamnya saat penawaran perdana (IPO) lebih tinggi, sedangkan kapitalisasi modal perusahaan menjadi lebih besar. Saat perusahaan go public, informasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan sumber informasi yang penting. Informasi ini dapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer berusahan manaikkan laba yang dilaporkan. Upaya menyelewengkan informasi ini dilakukan dengan mempermainkan komponen- komponen dalam laporan keuangan, baik dengan mempermainkan besar kecilnya maupun menyembunyikan


(32)

atau menunda pengungkapan komponen- komponen tertentu. Menurut Davin (2005) dalam Sulistyanto (2008), terdapat tujuh permainan yang sering dilakukan oleh para manajer dalam mempermaikan komponen- komponen laporan keuangan yaitu :

1. Mencatat pendapatan terlalu cepat. 2. Mencatat pendapatan palsu.

3. Mengakui pendapatan lebih cepat satu periode.

4. Mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya.

5. Tidak mengakui semua kewajibannya.

6. Mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya.

7. Mengakui pendapatan masa depan manjadi pendapatan periode berjalan.

2.1.3 Corporate Governance

Cadbury Committee yang pertama kali menggunakan istilah CG pada laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report pada tahun 1992. Istilah ini menjadi popular dan menjadi titik balik yang sangat menentukan bagi praktek CG. Definisi CG menurut Cadbury Committee adalah “seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal


(33)

maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka” (Cresthyna,2012).

Corporate Governance atau tata kelola perusahaan adalah sistem yang digunakan dalam mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance ini juga mengandung pengertian mengenai pengaturan atas pembagian tugas dan tanggung jawab diantara para pihak yang berpartisipasi dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam perusahaan. Para pihak yang berkepentingan atas pengarahan dan pegendalian perusahaan itu meliputi: dewan direksi, para manajer, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya (Ali, 2009 dalam Rogate, 2012).

Untuk lebih memahami, berikut beberapa kutipan mengenai pengertian corporate governance :

Corporate Governance didefinisikan sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pemangku kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka, atau sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Tujuan dari Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. (FCGI, 2001:20)


(34)

Organisation for Economic Co-operation and Development / OECD ( Steger dan Wolfgang, 2008 dalam Rogate, 2012),

corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance.

Di Asia, termasuk Indonesia, corporate governance mulai banyak diperbincangkan pada pertengahan tahun 1997, yaitu saat krisis ekonomi melanda negara-negara tersebut (Susanty, 2009 dalam Rogate, 2012). Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independen dan membentuk komite audit pada tahun 1998, corporate governance mulai dikenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia. Pemerintah Indonesia mendirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Governance


(35)

Ekonomi, Keuangan, dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000 praktik corporate governance dapat berjalan dengan baik apabila menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Komite Nasional Kebijakan Governance / KNKG (2006) mengemukakan prinsip-prinsip dasar good corporate governance sebagai berikut:

1. Keterbukaan informasi (Transparency), yaitu mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan, serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

2. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

3. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

4. Kemandirian (Independency), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.


(36)

5. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.

Menurut Daniri (2006), implementasi corporate governance

bertujuan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan investor serta mendorong tumbuhnya mekanisme check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam memberi perhatian kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Dengan demikian, hal ini sekaligus mampu meningkatkan nilai perusahaan dan mengembangkan perusahaan secara berkelanjutan.

2.1.4 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan (Ezat dan Masry, 2008 dalam Cresthyna 2012). Perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam meningkatkan informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi yang besar (Ashbaugh et al., 1999 dalam Cresthyna 2012).

Perusahaan adalah sebuah organisasi atau lembaga yang mengubah keahlian dan material (sumber ekonomi) menjadi barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memperoleh laba bagi para pemilik (Irawan dan Swastha, 1986 dalam Ekawati, 2006).


(37)

Cheung et al. (2006) dalam Cresthyna (2012) memiliki hipotesis jika perusahaan besar lebih transparan daripada perusahaan kecil. Alasannya ialah perusahaan besar memiliki basis investor yang lebih luas daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumberdaya untuk menyediakan pengungkapan yang lebih baik daripada perusahaan kecil. Hipotesis tersebut terbukti dari hasil penelitian Cheung et al. (2006) yang menyatakan perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk mengungkapkan lebih banyak informasi dan memiliki transparansi yang lebih.

Oleh karena itu investor bisa mengambil keputusan lebih tepat bila dibandingkan dengan pengambilan keputusan tanpa informasi. Dengan demikian perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat

earnings management yang lebih rendah daripada perusahaan berskala kecil. Sedangkan perusahaan berskala kecil penyebaran informasi mengenai informasinya belum begitu banyak. Karena untuk mendapatkan informasi ini dengan biaya maka perusahaan berskala kecil mempunyai tingkat earnings management yang lebih tinggi.

2.1.5 Dewan Komisaris

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari

good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan. Untuk menjamin pelaksanaan good


(38)

memiliki integritas, kemampuan tidak cacat hukum dan tidak memiliki hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham pengendali (mayoritas) baik secara langsung maupun tidak langsung. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memberikan manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya.

Menurut Haniffa and Cooke (2002) dalam Cresthyna (2012), komposisi dewan independen dikenal sebagai “proporsi dewan komisaris dari luar perusahaan terhadap jumlah total dewan komisaris” yang biasa disebut dengan komisaris independen (Ezat dan Masry, 2008 dalam Cresthyna 2012).

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004).

Bapepam-LK mewajibkan pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan publik mengenai proesedur penetapan dan besarnya remunerasi anggota dewan komisaris. Kewajiban ini diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.X.K.6 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik.

Dewan komisaris merupakan kunci perusahaan yang memiliki pengaruh penting terhadap pengelolaan perusahaan. Dewan komisaris


(39)

bertugas mengawasi para bawahannya seperti direksi, direktur dan para manajer dalam mengurus dan mengelola perusahaan. Untuk itu, dibutuhkan remunerasi yang sesuai dan memadai bagi dewan komisaris agar fungsi dari dewan komisaris dapat berjalan secara efektif.


(40)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan penelitian Muhammad Maruf  

(2006)

Pengaruh Good Corporate  Governance terhadap  Manajemen Laba pada  perusahaan Go publik yang  terdaftar di BEJ

Manajemen Laba,  kepemilikan  manajerial, proporsi  dewan komisaris,  komite audit

Good Corporate Governance tidak  berpengaruh signifikan terhadap  Manajemen Laba,

Deni Darmawati  (2003)

Corporate Governance dan  Manajemen Laba : Suatu Studi  Empiris

Mekanisme GCG  (pelaksanaan RUPS,  kualitas dewan  komisaris, kualitas  komite audit, kualitas  hubungan 

stakeholders,  transparansi dan  akuntabilitas,  kepemilikan saham  oleh investor  institusional)

Hanya satu variabel dalam  mekanisme GCG, yaitu kualitas  hubungan perusahaan dengan  stakeholders yang berhubungan  negatif dengan praktik manajemen  laba.

Rudi Isnanta   (2007) Pengaruh Good Corporate  Governance dan Struktur  Kepemilikan terhadap  Manajemen Laba dan Kinerja  Perusahaan Manufaktur yang  terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Manajemen Laba,  struktur kepemilikan,  kinerja perusahaan

Good Corporate Governance tidak  berpengaruh terhadap 

Manajemen Laba, tetapi  berpengaruh terhadap kinerja  perusahaan.

Marihot Nasution  dan Doddy Setiawan  (2007)

Pengaruh Corporate Governance  terhadap Manajemen Laba di  industri perbankan Indonesia

Komposisi dewan  komisaris, ukuran  dewan komisaris,  komite audit, ukuran  perusahaan

(1) komposisi dewan komisaris dan  ukuran perusahaan tidak 

berpengaruh signifikan terhadap  manajemen laba

(2) komite audit berpengaruh  signifikan terhadap manajemen  laba


(41)

Nama peneliti Judul Variabel Penelitian Kesimpulan penelitian Nuryaman (2008) Konsentrasi  Kepemilikan, 

Ukuran Perusahaan, dan  Mekanisme Corporate  Governance terhadap  Manajemen Laba

Konsentrasi  kepemilikan, ukuran  perusahaan, dan  mekanisme GCG  (komposisi dewan  komisaris dan  spesialisai industri  KAP)

(1)Konsentrasi  kepemilikan dan  ukuran perusahaan berpengaruh  signifikan terhadap manajemen  laba

(2) komposisi dewan komisaris dan  spesialisasi industri KAP tidak  berpengaruh signifikan terhadap  manajemen laba.

Muh. Arif Ujiyantho  dan Bambang Agus  Pramuka (2007)

Mekanisme Corporate  Governance, Manajemen Laba  dan Kinerja Keuangan

Manajemen  laba,kinerja 

keuanagan,kepemilika n institusional,  kepemilikan  manajerial, 

keberadaan komisaris  independen, ukuran  dewan komisaris

Kepemilikan institusional tidak  berpengaruh signifikan terhadap  manajemen laba, kepemilikan  manajerial berpengaruh negatif  terhadap manajemen laba,  keberadaan komisaris independen  berpengaruh positif signifikan  terhadap manajemen laba, ukuran  dewan komisaris tidak 

berpengaruh terhadap manajemen  laba, secara simultan kepemilikan  institusional, kepemilikan  manajerial, keberadaan komisaris  independen, dan ukuran dewan  komisaris berpengaruh positif  signifikan terhadap manajemen  laba

Nurleni 

Simamora(2011)

Analisa Pengaruh Mekanisme  Good Corporate Governance  Terhadap Manajemen Laba  Pada Perusahaan Perbankan  yang Terdaftar di Bei

Manajemen  laba,kepemilikan  institusional, ukuran  dewan komisaris,  proporsi dewan  komisaris independen,  dan proporsi komite  audit

good corporate governance  (kepemilikan institusional, ukuran  dewan komisaris, proporsi dewan  komisaris independen, dan  proporsi komite audit) tidak  memberi pengaruh signifikan  terhadap tindakan manajemen  laba. 

Restie Ningsaptiti  (2010)

analisis Pengaruh Ukuran  Perusahaan dan Mekanisme  Corporate Governance Terhadap  Manajemen Laba

manajemen laba,  ukuran perusahaan,  konsentrasi  kepemilikan saham,  komposisi anggota  dewan komisaris,  spesialisasi industri  KAP, dan komposisi  komite audit.

ukuran perusahaan dan semua  variabel corporate governance   memiliki pengaruh signifikan  terhadap manajemen laba


(42)

Maruf (2006) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance terhadap motivasi manajemen laba perusahaan

go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Penelitian ini dilakukan terhadap 78 perusahaan go public. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi proporsi dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Darmawati (2003) yang menggunakan variabel berupa pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders,

transparansi dan akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional menemukan hasil penelitian yang menyatakan bahwa hanya kualitas hubungan stakeholders yang memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Ningsaptiti (2010) meneliti pada perusahaan manufaktur dengan jumlah sampel 111 sampel dengan tahun penelitian 2006-2008. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan semua variabel dari corporate governance memiliki pengaruh signifikan terhadap manjemen laba. Isnanta (2007) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap manajemen laba dan kinerja


(43)

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta . Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktur kepemlikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap 51 perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan tahun pengamatan 2003-2006. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba juga sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil penelitian yang dilakukan Nasution dan Setiawan (2007) pada industri perbankan selama tahun pengamatan 2000-2004 menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008) meneliti Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan menggunakan variabel Konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme GCG (komposisi dewan komisaris dan spesialisai industri KAP), hasilnya Konsentrasi kepemilikan dan ukuran


(44)

perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Ujiyantho dan Pramuka (2007) dalam penelitiannya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2001-2004 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba.

Sedangkan Simamora (2011) meneliti tentang kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan, hasil penelitiannya yaitu good corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan proporsi komite audit) tidak memberi pengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban-jawaban ilmiah terhadap masalah-masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel-variabel, hubungan antara variabel-variabel secara teoritis


(45)

yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris (Iskandar, 2008). Berdasarkan keterangan di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah pengungkapan corporate governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah manajemen laba.

Tujuan dari good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.


(46)

Apabila good corporategovernance dalam dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan, kemudian kemungkinan terjadinya manajemen laba yang dapat memberikan keuntungan pribadi sangat kecil sehingga dapat menarik investor lainnya untuk menanamkan investasinya di perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan (firm size) merupakan proksi dari kekuatan finasial. Ukuran perusahaan merupakan proksi untuk tahap perusahaan dalam business cycle. Size merupakan ukuran perusahaan yang diperoleh melalui natural log dari total asset.

Peranan dewan komisaris juga akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena dewan komisaris mengawasi penyeimbangan kepentingan manajemen. Pemberian tugas dan wewenang kepada dewan direksi untuk mengelola perusahaan dari rapat umum pemegang saham mengakibatkan seluruh pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dewan direksi. Oleh karena itu, agar dewan direksi tidak melampaui wewenang dalam menjalankan tugasnya, diperlukan pengawasan. Tugas dan wewenang untuk mengawasi dewan direksi dalam mengelola perusahaan diberikan kepada dewan komisaris oleh para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham.


(47)

2.4 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa: 1. H1 adalah Corporate Governance memiliki pengaruh signifikan

terhadap manajemen laba.

2. H2 adalah ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

3. H3 adalah dewan komisaris memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4. H4 adalah Corporate Governance, ukuran perusahaan, dan dewan komisaris secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kausal. Menurut Sugiyono (2007:30) “desain kausal adalah penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antaravariabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi)”.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam skala numerik. Data penelitian ini merupakan pooling data. Menurut Jogiyanto (2004:54) “panel data atau pooling data

adalah gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data yang melibatkan urutan waktu (time series)”.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2008:193) “sumber sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Data sekunder dalam penelitian berupa laporan keuangan perusahaan pertambangan dan perkebunan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia


(49)

(BEI) yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan website masing- masing perusahaan dengan periodesasi data tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan pertambanagan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2010 hingga 2012, yaitu sebanyak 56 perusahaan.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116).Sampel penelitian diambil secara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu (Sugiyono, 2008:122). Sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2012.


(50)

2. Perusahaan pertambangan dan perkebunan memiliki laporan keuangan tahunan selama periode 2010-2012.

3. Perusahaan Pertambangan dan perkebunan yang memiliki website perusahaan yang masih aktif sampai tahun 2012.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

1 2 3

1    Astra Agro Lestari Tbk AALI √ √ √ Sampel 1 2    ADARO ENERGY Tbk ADRO √ −

3    PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. ANJT √ − 4    Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM √ − − 5    Apexindo Pratama Duta Tbk APEX √ − − 6    Atlas Resources Tbk ARII √ − − 7    Ratu Prabu Energi Tbk ARTI √ √ −

8    ATPK Resources Tbk ATPK √ √ √ Sampel 2 9    Benakat Petroleum Energy Tbk BIPI √ √ √ Sampel 3 10    BISI INTERNATIONAL Tbk BISI √ √ −

11  Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk BORN √ − − 12    Berau Coal Energy Tbk BRAU √ √ − 13    Baramulti Suksessarana Tbk BSSR √ − −

14    Bumi Resources Tbk BUMI √ √ √ Sampel 4 15    Bayan Resources Tbk BYAN √ √ √ Sampel 5 16    BW Plantation Tbk BWPT √ − −

17    Cita Mineral Investindo Tbk CITA √ − − 18    Cakra Mineral Tbk. CKRA √ √ −

19    Citatah Tbk CTTH √ − −

20    Central Proteinaprima Tbk CPRO √ √ √ Sampel 6 21    Darma Henwa Tbk DEWA √ √ −

22    Central Omega Resources Tbk DKFT √ − − 23    Delta Dunia Makmur Tbk Tbk DOID √ − − 24    Dharma Samudera Fishing Ind. Tbk DSFI √ − − 25    PT Dharma Satya Nusantara Tbk. DSNG √ − −

26    Elnusa Tbk ELSA √ √ √ Sampel 7

27    Energi Mega Persada Tbk ENRG √ √ √ Sampel 8 28    Surya Esa Perkasa Tbk ESSA √ − −

29    Golden Energy Mines Tbk GEMS √ − − 30    Garda Tujuh Buana Tbk GTBO √ √ − Kriteria Kode

Nama Perusahaan


(51)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu: a. Studi Pustaka

Mengumpulkan data dan teori yang relevan terhadap permasalahan yang akan diteliti dengan melakukan studi pustaka terhadap literatur dan bahan pustaka lainnya seperti artikel, jurnal, buku, dan penelitian terdahulu.

1 2 3

31    Gozco Plantations Tbk GZCO √ − − 32    Harum Energy Tbk HRUM √ − − 33    Vale Indonesia Tbk INCO √ − −

34    Indo Tambangraya Megah Tbk ITMG √ √ √ Sampel 9 35    Jaya Agra Wattie Tbk JAWA √ √ √ Sampel 10 36    Resource Alam Indonesia Tbk KKGI √ − −

37    PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP √ √ √ Sampel 11 38    Multi Agro Gemilang Plantation Tbk MAGP √ − −

39    Medco Energi Internasional Tbk MEDC √ − − 40    Mitra Investindo Tbk MITI √ − −

41    Samindo Resources Tbk MYOH √ √ √ Sampel 12 42    Provident Agro Tbk PALM √ − −

43    Perdana Karya Perkasa Tbk PKPK √ √ √ Sampel 13 44    J RESOURCES ASIA PASIFIK Tbk PSAB √ √ √ Sampel 14 45    Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA √ − −

46    Petrosea Tbk PTRO √ √ √ Sampel 15

47    Radiant Utama Interinsco Tbk RUIS √ √ √ Sampel 16 48    Sampoerna Agro Tbk SGRO √ V √ Sampel 17 49    Salim Ivomas Pratama Tbk SIMP √ − −

50    SMR Utama Tbk SMRU √ − −

51    GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk SMMT √ √ − 52    Timah (Persero) Tbk TINS √ − − 53    Toba Bara Sejahtra Tbk TOBA √ − −

54    Tunas Baru Lampung Tbk TBLA √ √ √ Sampel 18

55    SMART Tbk SMAR √ − −

56    Bakrie Sumatera Plantations Tbk UNSP √ − −


(52)

b. Studi Dokumenter

Pengumpulan data sekunder yang berupa laporan keuangan tahunan masing – masing perusahaan pertambangan dan perkebunan yang diperoleh dari Website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.

3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2008:59) ”variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.

Manajemen laba dalam penelitian ini diukur menggunakan nilai discretionary accruals dengan Modified Jones Model (Sulistyanto 2008). Model Perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan nilai total akrual dengan formulasi:

...(1)

2. Menentukan nilai parameter , , .Variabel dibagi dengan aset tahun sebelumnya (TAit-1), sehingga formulasinya berubah menjadi:


(53)

3. Menghitung nilai NDA dengan formulasi:

∆ ∆ ..(3)

4. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan indikator manajemen laba dengan cara mengurangi total akrual dengan akrual nondiskresioner, dengan formulasi:

...(4) Keterangan:

DAit = Discretionary accrual perusahaan pada periode t NDAit =Non discretionary accrual perusahaan pada

periode t

TACit = Total akrual perusahaan i pada periode t NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode t

CFOit = Kas aktivitas operasi perusahaan i pada periode t TAit = Total aset perusahaan i pada periode t

ΔREVit = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode t PPEit =Gross property, plant, and equipment pada

perusahaan i pada periode t.

ΔTRit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t ß1- ß3 = Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi.

ε

it = Error term perusahaan i pada periode t.


(54)

3.5.2 Variabel Independen

Menurut Erlina (2011:43) “variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun negatif bagi variabel dependen lainnya”. Berikut merupakan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini:

A. Corporate Governance

Salah satu variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Governance (CG) melalui laporan keuangan perusahaan. Tingkat pengungkapan CG pada perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 diukur melalui indeks pengungkapan yang dilihat dari website masing-masing perusahaan. Indeks pengungkapan tersebut diambil dari penelitian Gandia (2008) yang dikembangkan oleh Falah (2010).

Item-item tersebut telah disesuaikan dengan keadaan yang ada di Indonesia. Sehingga terdapat item-item yang dihapus karena tidak dapat diterapkan dengan ketentuan yang ada di Indonesia. Item yang harus diungkapkan terdiri dari 4 klasifikasi, yaitu pengungkapan tentang dewan komisaris, rapat umum pemegang saham, struktur kepemilikan, dan informasi lain tentang corporate governance yang dibagi lagi menjadi 28 item. Jika perusahaan mengungkapkan maka diberi nilai 1 (satu) dan jika tidak 0 (nol) (Falah, 2010).


(55)

Berdasarkan penelitian Gandia (2008) dalam Falah (2010), pengukuran indeks pengungkapan CG didapatkan dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

CGI : indeks pengungkapan GCG perusahaan j nj : jumlah item untuk perusahaan j

nj : 28 item

Xij : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.

B. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva dari perusahaan sampel tahun 2010-2012. Alasan penggunan total aktiva dalam penelitian ini karena total aktiva lebih menunjukkan ukuran perusahaan di banding kapitalisasi pasar (Fitriani, 2001 dalam Almilia dan Retrinasari, 2007). Ukuran perusahaan selanjutnya ditulis dengan “ukuran” yang diukur dengan logaritma natural dari total aktiva perusahaan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:


(56)

C. Dewan Komisaris

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance karena merupakan inti dari good corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan.

Perhitungan dari independensi dewan komisaris adalah sebagai berikut:

3.6 Skala Pengukuran Variabel

Ringkasan skala pengukuran variabel dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Skala Pengukuran Variabel

No Variabel Dependen Pengukuran Skala

Modified Jones Model

Manajemen Laba Ratio

1

No Variabel Independen Pengukuran Skala

3 Ukuran Perusahaan Ln (Total Aset) Ratio

1 Corporate Governance Ratio

2 Dewan Komisaris Ratio


(57)

3.7 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistic deskriptif– komparatif, yaitu suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dari nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih kemudian membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dan yang lainnya dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:206).

Data dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0 for windows.

Analisis statistik yang dilakukan antara lain dengan menggunakan alat analisis. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

3.7.1 Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis pengaruh corporate governance, dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, dengan model dasar sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Manajemen Laba A = Konstanta


(58)

X1 = Corporate Governance X2 = Dewan Komisaris

X3 = Ukuran perusahaan (Size) b1...b3 = Koefisien Regresi e = error term

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari uji asumsi – asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain :

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas, keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan dengan cara melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal atau grafik. Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:163). Pengujian normalitas ini dapat dilakukan melalui analisis grafik dan analisis statistik.


(59)

Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat

normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut :

a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Analisis Statistik

Untuk mendeteksi normalitas data dapat pula dilakukan melalui analisis statistik yang salah satunya dapat dilihat melalui uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis sebagai berikut:


(60)

Ho : data terdistribusi secara normal (sig. > 0,05) Ha : data tidak terdistribusi normal (sig. < 0,05)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov (K-S test) adalah sebagai berikut :

a) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik, maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.

b) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik, maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005:105) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau Variance Inflation Factor

(VIF). Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:

a) Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.


(61)

b) Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain berbeda disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik

scatterplot, dengan dasar analisis (Ghozali, 2005:139)

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu


(62)

pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan uji statistik melalui uji

Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, 2005:110). Dalam pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

a) Bila nilai DW terletak diantara batas atau upper bound

(du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

b) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau

lower bound (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti tidak ada autokorelasi positif.

c) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif.

d) Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.


(63)

Tabel 3.3

Kriteria Nilai Uji Watson

Sumber : Wahid Sulaiman (2004)

3.7.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan antara lain : a. Uji t (Uji Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas (independen) secara parsial (individual) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen).

Langkah – langkah pengujian yang dilakukan adalah dengan pengujian dua arah, sebagai berikut :

a) Merumuskan hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial.

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara parsial. b) Menentukan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=0,05) c) Membandingkan thitung dengan t tabel.

No NILAI DW KESIMPULAN

1 1,65 < DW< 2,35 Tidak ada autokorelasi 2 1,21 < DW < 1,65

3 2,35 < DW < 2,79 4 DW < 1,21 5 DW > 2,79

Tidak dapat disimpulkan Terjadi Autokorelasi


(64)

Nilai thitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995)

d) Berdasarkan probabilitas.

1. Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) artinya variabel independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

e) Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari koefisien regresinya.

b. Uji signifikansi Simultan (uji –F)

Uji F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel tidak bebas. Tahapan uji F sebagai berikut:

a) Merumuskan hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


(65)

b) Menentukan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=0,05) c) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel

Nilai Fhitung dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995)

/ 1

1 /

dimana:

R2 = Koefisien Determinasi k = Banyaknya koefisien regresi N = Banyaknya Observasi d) Berdasarkan probabilitas.

1. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) artinya variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

e) Menentukan nilai koefisien determinasi, dimana koefisien menunjukkan seberapa besar variabel independen pada model yang digunakan mampu menjelaskan variabel dependennya.

c. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Tujuan menghitung koefisien determinasi


(66)

adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2005). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.


(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini dianalisis melalui metode analisis statistik dengan menggunakan analisis persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007. Selanjutnya, dilakukan pengujian asumsi klasik dan hipotesis dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 17.0. Prosedur pengujian dimulai dengan memasukkan data yang akan diuji ke dalam program SPSS, yang kemudian menghasilkan output-output sesuai metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, berjumlah 18 perusahaan. Periode penelitian adalah tahun 2010, 2011, dan 2012. Sehingga total sampel adalah 54 perusahaan.


(68)

Tabel 4.1

Daftar Sampel Perusahaan pertambangan dan perkebunan

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi dari masing-masing variabel.

No

Kode 

Perusahaan Nama Perusahaan website

1 AALI    Astra Agro Lestari Tbk www.astra‐agro.co.id

2 ATPK    ATPK Resources Tbk www.atpkresources.co.id

3 BIPI    Benakat Petroleum Energy Tbk www.benakat.co.id

4 BUMI    Bumi Resources Tbk www.bumiresources.com

5 BYAN    Bayan Resources Tbk www.bayancom.sg

6 CPRO    Central Proteinaprima Tbk www.cpp.co.id

7 ELSA    Elnusa Tbk www.elnusa.co.id

8 ENRG    Energi Mega Persada Tbk www.energi‐mp.com

9 ITMG    Indo Tambangraya Megah Tbk www.itmg.co.id

10 JAWA    Jaya Agra Wattie Tbk www.jawattie.com

11 LSIP    PP London Sumatra Indonesia Tbk www.londonsumatra.com

12 MYOH    Samindo Resources Tbk www.samindoresources.com

13 PKPK    Perdana Karya Perkasa Tbk www.pkpk‐tbk.co.id

14 PSAB    J RESOURCES ASIA PASIFIK Tbk www.jresources.com

15 PTRO    Petrosea Tbk www.petrosea.com

16 RUIS    Radiant Utama Interinsco Tbk www.radiant.co.id

17 SGRO    Sampoerna Agro Tbk www.sampoernaagro.com


(69)

Variabel dalam penelitian ini meliputi Corporate Governance

(CG), ukuran perusahaan, dan dewan komisaris sebagai variabel independen serta Manajemen laba sebagai variabel dependen. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2

Descriptive Statistics (Data asli)

c

Sumber: Data sekunder diolah

1. Variabel Manajemen Laba (DA) memiliki nilai minimum -0.88 dan maksimum 2.76 dengan rata-rata -0.1035 dan standar deviasi 0.50589.

2. Variabel Corporate Governance (CG) memiliki nilai minimum 1.07 dan maksimum 4.64, dengan rata-rata sebesar 3.2144 dan standar deviasi 1.00558.

3. Variabel ukuran perusahaan (ukuran) memiliki nilai minimum 7,05 dan maksimum 10.94, dengan rata-rata sebesar 9.44409 dan standar deviasi 0.77893.

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

DA 54 -,88 2,76 -,1035 ,50589

CG 54 1,07 4,64 3,2144 1,00558

Ukuran 54 7,05 10,94 9,4409 ,77893

Dewan 54 ,00 ,67 ,3519 ,10828

Valid N (listwise)

54


(70)

4. Variabel Dewan Komisaris (Dewan) memiliki nilai minimum 0.00 dan maksimum 0.67, dengan rata-rata sebesar 0.3519 dan standar deviasi 0.10828.

Standar deviasi (σ) menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai menyimpang dari nilai yang diharapkan (dalam hal ini variabel DA, CG, Ukuran, dan Dewan). Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang diharapkan (Gujarati, 1995). Dalam kasus ini, dimana nilai mean salah satu variabel lebih kecil dibanding standar deviasinya, biasanya didalam data terdapat outlier (data yang terlalu ekstrim). Outlier

adalah data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim (Ghozali, 2009). Data-data outlier tersebut biasanya akan mengakibatkan tidak normalnya distribusi data. Langkah perbaikan yang dilakukan agar distribusi data menjadi normal, salah satunya adalah dengan melakukan transformasi square root (SQRT).Adapun variabel yang di transformasi adalah (DA) . Adapun data setelah dilakukan transformasi square root (SQRT) sebagai berkut:


(71)

Tabel 4.3

Descriptive Statistics (Setelah Transformasi SQRT)

Sumber: Data sekunder diolah

Setelah dilakukan transformasi, terlihat bahwa standar deviasi masing-masing variabel mempunyai nilai yang lebih kecil daripada mean-nya.

1. Variabel Manajemen Laba (DA) memiliki nilai mean 0.9232 dan standar deviasi 0.21230.

2. Variabel Corporate Governance (CG) memiliki nilai mean sebesar 3.2144 dan standar deviasi 1.00558.

3. Variabel ukuran perusahaan (ukuran) memiliki nilai mean 9.4409 dan standar deviasi 0.77893.

4. Variabel Dewan Komisaris (Dewan) memiliki nilai mean 0.3519 dan standar deviasi 0.10828.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi variabel dependen, variabel independen atau

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

S.DA 54 ,35 1,94 ,9232 ,21230

CG 54 1,07 4,64 3,2144 1,00558

Ukuran 54 7,05 10,94 9,4409 ,77893

Dewan 54 ,00 ,67 ,3519 ,10828

Valid N (listwise)

54


(72)

keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Salah satu metode untuk mengetahui normalitas adalah dengan menggunakan metode analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik dapat dilihat dengan melihat grafik histogram ataupun dengan melihat grafik Normal Probability Plot. Uji normalitas yang pertama dengan melihat grafik histogram sebagaimana terlihat dalam gambar 4.1 di bawah ini :

Gambar 4.1

Grafik Histogram (Data Asli)


(1)

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Data sekunder diolah

Hasil Uji Autokorelasi dengan

Durbin-Watson

Sumber: Data sekunder diolah

Analisis Regresi

Sumber: Data sekunder diolah

Tolerance

VIF

(Constant)

CG

,833

1,201

Ukuran

,799

1,251

Dewan

,952

1,050

Model

1

Collinearity Statistics

Coefficients

a

1

.301

a

,091

,036

,20843

1,892

a. Predictors: (Constant), Dewan, CG, Ukuran

b. Dependent Variable: S.DA

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Standardized Coefficients B Std. Error Beta

(Constant) ,570 ,353 1,616 ,112

CG -,034 ,031 -,163 -1,106 ,274

Ukuran ,066 ,041 ,243 1,614 ,113 Dewan -,462 ,271 -,236 -1,706 ,094 1

a. Dependent Variable: S.DA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients


(2)

Hasil Koefisien Determinasi

Sumber: data sekunder yang diolah

Hasil Uji F

Sumber: data sekunder yang diolah

Hasil Uji t

Sumber: data sekunder yang diolah

1

.301

a

,091

,036

,20843

a. Predictors: (Constant), Dewan, CG, Ukuran

b. Dependent Variable: S.DA

Model Summary

b

Model

R

R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Regression ,216 3 ,072 1,661 .187a

Residual 2,172 50 ,043

Total 2,389 53

a. Predictors: (Constant), Dewan, CG, Ukuran b. Dependent Variable: S.DA

Model 1

ANOVAb

Standardized Coefficients B Std. Error Beta

(Constant) ,570 ,353 1,616 ,112

CG -,034 ,031 -,163 -1,106 ,274

Ukuran ,066 ,041 ,243 1,614 ,113 Dewan -,462 ,271 -,236 -1,706 ,094 a. Dependent Variable: S.DA

Coefficientsa 1 Sig. Model Unstandardized Coefficients t


(3)

Grafik Histogram (Data Asli)


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS DAN PROFITABILITAS TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)

0 8 22

Analisis Pengaruh Mekanismecorporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2012-2014

0 6 87

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2012-2014

0 8 104

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial, Proporsi Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Komisaris, dan Komite Audit) Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

0 3 81

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 6 14

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2013.

0 1 13

PENGARUH PENGUNGKAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN DEWAN KOMISARIS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2010.

0 2 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 201

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

0 0 10

Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Pertambangan dan Perkebunan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010 – 2012

0 0 12