Tata Cara Pemotongan Tata Cara Penyetoran Tata Cara Pelaporan

45

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 2326

1. Tata Cara Pemotongan

a. Pemotongan PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 26 yang terutang pada saat dilakukan pembayaran atau saat terutangnya penghasilan, tergantung peristiwa mana yang terjadi lebih dahulu. b. Lembar ke-1 Bukti Pemotongan diserahkan kepada WP rekanan sebagai Bukti Pemotongan

2. Tata Cara Penyetoran

a. PPh Pasal 23 atau PPhPasal 26 yang tercantum dalam Bukti Pemotongan selama satu bulan takwim dijumlahkan b. Jumlah PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 26 yang telah dipotong selama satu bulan takwim disetor ke Bank persepsi atau Kantor Pos dengan menggunakan SSP paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak oleh Bendahara. Apabila tanggal 10 Universitas Sumatera Utara 46 jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya. Contoh :  PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26 yang telah dipotong dari tanggal 1 sd 30 juni 2008 dijumlahkan  PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26 tersebut harus disetor paling lambat tanggal 10 juli 2008 dengan menggunakan SSP  Karena tanggal 10 juli 2008 jatuh pada hafri libur minggu maka PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26 tersebut harus disetor paling lambat pada hari senin tanggal 11 juli 2008. c.Menerima kembali SSP lembar ke-1 dan ke-3 dari BankKantorPos  Lembar ke-1 , untuk arsip Bendahara pemotong PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26 yang berguna sebagai bukti sudah menyetorkan uang untuk Pembayaran PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26  Lembar ke-3 , untuk dilaporkan ke KPP PratamaKPP bersama SPT Masa PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26. Universitas Sumatera Utara 47

3. Tata Cara Pelaporan

a. Lembar ke-2 bukti-bukti pemotongan PPh Pasal 23 danatau Pasal 26 yang dibuat dalam satu bulan takwim dicatat pada formulir Daftar Bukti Pemotongan Pajak rangkap dua; b. Bendahara mengisi dengan lengkap dan benar formulir SPT Masa PPh Pasal 23 danatau 26 rangkap 2 dua dan dilampiri dengan;  Lembar ke-3 SSP Bukti Setoran PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26  Daftar bukti pemotongan PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26  Lembar ke-2 Bukti Pemotongan c. SPT Masa PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26 lengkap bersama lampirannya harus dilaporkan ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya dan disampaikan langsung atau dikirim melalui pos tercatat. Jika tanggal 20 jatuh pada hari libur, maka pelaporan dilakukan pada hari kerja berikutnya. d. Bendahara menerima kembali satu set lembar kedua SPT masa PPh Pasal 23 danatau PPh Pasal 26, sebagai bukti telah melapor. Contoh : Bendara Direktorat Jendral Pajak telah melakukan pemotongan PPh Pasal 23 beberapa kali dalam bulan Mei 2008 dari tanggal 1 s.d 31 Mei dengan PPh Pasal 23 yang terutang berjumlah Rp 13.000.000,-. Maka PPh Pasal 23 yang terutang dan telah dipotong tersebut wajib disetor ke Bank Universitas Sumatera Utara 48 persepsi atau Kantor Pos paling lama pada tanggal 10 bulan berikutnya yaitu tanggal 10 juni 2008 dengan menggunakan dan melampirkan formulir yang ditentukan SPT Masa PPh 23, Daftar Bukti Potong PPh Pasal 23, Bukti Potong PPh pasal 23 danatau SSP.

B. Faktor Penghambat Pelaporan