yang diimplementasikan. Kepala sekolah mengawasi dari dekat proses implementasi setiap program.
Hal ini seperti yang dikatakan bapak Habibullah selaku koordinator kegiatan Islami, beliau me
ngatakan: “Beliau seorang yang tidak segan ‘turun ke bawah’ dan mengawasi
kami dari dekat, beliau selalu mengecek secara detail suatu program atau kegiatan sehingga beliau dapat mengoreksi kami
jika kami membuat kesalahan.”
142
Hasil dari beberapa wawancara serta observasi yang peneliti lakukan, dapat diambil hasil akhir bahwa usaha yang
dilakukan oleh kepala sekolah dalam membiasakan perilaku Islami di SMA Negeri 1 Trenggalek adalah dengan komitmen
bersama untuk melaksanakan kebijakan sekolah sehingga kemudian melahirkan budaya berperilaku Islami.
c. Implikasi pembiasaan perilaku Islami
Pembiasaan perilaku Islami memberikan dampak atau implikasi tersendiri, yang berupa tertanamnya kesadaran religius pada diri peserta
didik, Sugeng Riyono mengemukakan: “Pribadi muslim yang diharapkan dapat melekat pada anak didik
dan mewarnai setiap langkah dalam hidupnya. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilaksanakan setiap hari antara lain: membaca al qur’an
tiap pagi hari, shalat dhuha yang dilaksanakan sebagian besar siswa pada saat istirahat dan shalat dzuhur berjamaah yang dilaksanakan oleh para
siswa dengan diimami oleh guru. Guru yang menjadi imam bukan hanya guru mata pelajaran rumpun pendidikan agama Islam saja namun guru
yang merasa mampu boleh untuk menjadi imam. Untuk adzan dan iqamat dilakukan oleh siswa. Kegiatan yang menjadi rutinan lagi yaitu
142
Wawancara dengan Habibullah selaku koordinator kegiatan Islami tanggal 2 Juni 2015.
asmaul husna. Disamping itu, dalam bersikap, anak-anak dibiasakan untuk selalu mengucapkan salam, berjabat tangan pada guru maupun
orang tua, disiplin dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai siswa serta jujur dalam setiap perbuatan yang mereka lakukan.”
143
Sementara itu,
ketika ditemui
peneliti, Habibullah
mengemukakan bahwa: “Penanaman nilai religius dalam membentuk pribadi muslim
anak didik, di lembaga ini kalau bertemu dengan guru mengucapkan salam dan berjabat tangan, kemudian untuk hal ibadah, siang hari
diadakan shalat dhzuhur berjamaah, dan pagi hari mengaji. Mengenai memperkuat aqidah, dilaksanakan tadabur alam dengan mengenalkan
pada mereka betapa indah dan cantiknya ciptaan Allah SWT. Di samping itu, dilatih untuk selalu jujur, kalau memang salah ya harus
ngomong dan berani bertanggung jawab.”
144
Hal yang senada juga disampaikan oleh Tamsir, beliau
mengungkapkan: “Penanaman nilai religius dalam membentuk kepribadian
muslim anak didik di lembaga ini adalah dengan membiasakan anak- anak untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan siapapun, berdoa
pada jam pertama dan terakhir, ramah dan memelihara senyum. Untuk mengaji pagi itu, sekarang anak-anak tanpa disuruhpun telah bergiliran
dan menyadari akan tugasnya, demikian juga dalam hal berjamaah
dhzuhur.”
145
Pada hari yang lain, ketika peneliti temui lagi, beliau
mengemukakan: “Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan setiap hari antara lain:
tadarus al qur’an tiap pagi hari, sholat dhuha yang dilaksanakan sebagian besar siswa pada saat istirahat dan shalat Dzuhur bejamaah
yang dilaksanakan oleh para siswa dengan diimami oleh guru. Guru yang menjadi imam bergantian anatara satu dengan lainnya. Biasanya
shalat dhuhur tersebut dilaksanakan pada pukul 12.00, setelah makan
siang.”
146
143
Wawancara dengan Sugeng Riyono selaku kepala sekolah tanggal 2 Juni 2015.
144
Wawancara dengan habibullah selaku koordianator kegiatan Islami tanggal 2 Juni 2015.
145
Wawancara dengan Tamsir selaku guru PAI tanggal 2 Juni 2015.
146
Wawancara dengan Tamsir selaku guru PAI tanggal 4 Juni 2015.
Dari berbagai statemen di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiasaan perilaku islami dapat membentuk kepribadian muslim pada
anak didik di SMA Negeri 1 Trenggalek. Pribadi muslim tersebut dapat terbentuk melalui pembiasaan kegiatan keagamaan yang ada di SMA
tersebut.
d. Temuan Penelitian di SMA Negeri 1 Trenggalek