EVALUATION OF INDUSTRY DEPARTMENT OF ACCOUNTING PRACTICES IN SMK DEWANTARA CANDIPURO SOUTH LAMPUNG EVALUASI PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI JURUSAN AKUNTANSI DI SMK DEWANTARA CANDIPURO LAMPUNG SELATAN

(1)

DEVELOPMENT OF LEARNING CYCLE MODEL ON TWO VARIABLES LINEAR INEQUALITIES AT TENTH GRADE OF SMK BANDAR LAMPUNG

By Erinal Lutfi

This research aimed to: (1) describe school’s potency and condition, (2) produce syntax of learning cycle model and student worksheet (LKS) (3) analyze the effectiveness of learning cycle model usage and students worksheet (4) analyze the efficient of learning cycle model usage and student worksheet (5) analyze the attractiveness of learning cycle model and student worksheet.

This research is development research. Subject of research are student of SMKN 1 Bandar Lampung, SMKN 3 Bandar Lampung, SMKN 4 Bandar Lampung. To collecting the data techniques was done by observation, questionnaires and test. The research data was analyzed by quantitative t-test by z score and qualitative. This Result of research are: (1) schools’ potency and condition supported to develop learning model, (2) to produce syntax of learning cycle model which consists of seven stages, they are (a) elicit, (b) engage, (c) explore, (d) explain, (e) elaborate, (f) evaluate, (g) extend which supported by students worksheet. (3) effective product was used as a learning model because z score 0,46 was lower than z table 0,64 (4) efficiency product score was 1,5 , it is higher than efficiency criteria which is about 1 (5) percentage of attractiveness achieve 83,5 % by attractiveness criteria.


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER DUA VARIABEL KELAS X SMK

KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

Erinal Lutfi

Penelitian ini mempunyai tujuan: (1) mendeskripsikan potensi dan kondisi sekolah, (2) menghasilkan sintak pembelajaran model Learning Cycle serta LKS (3) menganalisis tingkat efektivitas penggunaan model pembelajaran Learning Cycle

serta LKS dan (4) menganalisis tingkat efisiensi penggunaan model pembelajaran

Learning Cycle serta LKS (5) menganalisis kemenarikan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle serta LKS.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan.Tempat penelitian di SMKN1 Bandar Lampung, SMKN 3 Bandar Lampung, SMKN 4 Bandar Lampung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket dan tes. Data penelitian dianalisis secara kuantitatif diuji dengan z skor dan kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah : (1) kondisi dan potensi sekolah mendukung untuk pengembangan model pembelajaran, (2) menghasilkan sintak pembelajara model

Learning Cycle yang terdiri dari tujuh tahap, yaitu (a) elicit, (b) engage, (c)

explore, (d) explain, (e) elaborate, (f) evaluate, (g) extend serta didukung LKS. (3) produk efektif digunakan sebagai model pembelajaran karena nilai z skor adalah 0,46 lebih kecil dari z tabel sebesar 0,64, (4) nilai efisiensi produk adalah 1,5 lebih besar dari kriteria efisiensi yang bernilai 1 (5) persentase kemenarikan mencapai 83,5 % dengan criteria menarik.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau, SumateraSelatan pada tanggal 18 Oktober 1967, sebagai anak kedua dari sebelas bersaudara, putra dari Alimin dan Syamsimar.Jenjang pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di Madrasah Annur Lubuk Linggau diselesaikan pada tahun 1980 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Muhammadyah Lubuk Linggau diselesaikan padatahun 1983, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri Lubuk Linggau diselesaikan pada Juni 1986. Bulan Agustus 1986, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan MIPA Program Studi Kimia FKIP Universitas Sriwijaya. Mendapatkan gelar Sarjana pada tahun 1991.Kemudian pada tahun 2012 penulis melanjutkan studi pasca sarjana di jurusan Ilmu Pendidikan program studi teknologi pendidikan dan lulus pada tahun 2014.


(8)

“Bacalah, danTuhanmulah

YangMahaPemurah,Yang mengajar

(manusia)denganperantarankalamDia

mengajarkepadamanusiaapa yang

tidakdiketahuinya “.

(Q.S. Al 'Alaq : 3-5).

“Sebaik-baikmanusiaadalah yang

dapatmemberikanmanfaatuntukmanusia

lain”

(Al-hadist)

“Semua orang terlahir genius”

(Howard Gardner)

Karena itu, tak pantas bagi kita merasa

rendah diri atau merendahkan orang lain


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan mengharap ridho

Allah, kupersembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahanda Alimin dan IbundaSyamsimar serta uni

Efa Muryani SPdi yang terhormat,

Anakku tersayang (titipan Ilahi)

Muhammad Haris Lutfi dan Dwi Saraswati Lutfi

SegenapKeluargabesarku yang

selalumendoakankeberhasilanku,

Sahabatdanteman-temanku yang

selaluberbagikebahagiaan,


(10)

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Alhamdulillah, Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis dengan judul "Pengembangan Model Pembelajaran Learning Cycle (Siklus Belajar) Materi Pertidaksamaan Linier Dua Variabel Kls X SMK Bandar Lampung" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Magister Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.Dalam pelaksanaan dan penulisan tesis ini tidak lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui berkat rahmat dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang hadir dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Bp. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, selaku rektor Universitas Lampung.

2. Bp. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Lampung. 3. Bp. Dr. Bujang Rahman,M.Si, selaku Dekan Fakultas Kegururan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku ketua Program Studi Magister Teknologi Fakultas Kegururan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung..

5. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd.,selaku pembimbing utama serta pembimbing akademik yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, semangat, kritik dan saran kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta dalam penulisan tesis ini.


(11)

7. Dr. Budi Koestoro, selaku pembahas utama. 8. Dr. Sulton Djasmi, selaku pembahas kedua.

9. Seluruh dosen Magister Teknologi Pendidikan, FKIP Unila yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang berguna kepada penulis selama kuliah. 10. Yang terhormat Ayahku Alimin yang telah menanamkan keyakinan kepada Allah

SWT. Yang Mulia Ibunda Syamsimar yang senantiasa sabar dan mendoakan keberhasilanku, nasehat dan senyum yang menyemangatkanku. Terimakasih kakakku Efa Muryani SPdI atas segala hal terbaik dan semua yang telah diberikan kepadaku yang takkan bisa aku ganti dengan apapun.

11. Titipan Illahi- kedua anakku, Muhammad Haris Luthfi dan Dwi Saraswati Luthfi. Sumber semangat yang tak ternilai dalam hidupku.

12. Teman-teman seperjuangan serta sahabat terbaikku di Magister Teknologi Pendidikan 2012 baik di kelas A dan B, terima kasih atas segala dukungan, semoga Allah selalu memberikan rahmat-Nya untuk keberhasilan kita.

13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan tesi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.Penulis berharap semoga tesis yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis


(12)

xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Perumusan Masalah... 11

1.4 Tujuan Penelitian... 12

1.5 Manfaat Penelitian... 13

1.6 Spesifikasi Produk ... 13

II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Model Pembelajaran 2.1.1 Kelompok Model Pengolahan Informasi ... 15

2.1.2 Kelompok Model Personal ... 16

2.1.3 Kelompok Model Pengajaran Sosial ... 16

2.1.4 Kelompok Model Perilaku ... 17

2.1.5 Teori Model Learning Cycle ... 18

2.2 Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Teori Belajar ... 21

2.2.1.1 Teori Jean Piaget ... 24

2.2.1.2 Teori David P. Ausubel ... 25

2.2.1.3 Teori Jerome Bruner ... 25

2.2.1.4 Teori Robert Gagne ... 26

2.2.2 Teori Pembelajaran ... 28

2.3 Karakteristik Mata Pelajaran 2.3.1 Tujuan Mata Pelajaran ... 32

2.3.2 Materi, metode dan media ... 33

2.3.3 Strategi dan Model ... 33

2.3.4 Sistem Evaluasi ... 34

2.4 Desain Pengembangan Model Pembelajaran Learning Cycle ... 36

2.4.1 Teori Pengembangan Model ... 36

2.4.2 Konsep Model yang Dikembangkan ... 47

2.5 Prosedur Pengembangan Model ... 48


(13)

xiii

2.5.5 Melibatkan Partisipasi Siswa ... 53

2.5.6 Mengevaluasi dan merivisi ... 54

2.6 Desain Konsep Model Pembelajaran Learning Cycle 2.6.1 Tujuan dan Asumsi ... 54

2.6.2 Sintakmatik ... 56

2.6.3 Sistem Sosial ... 60

2.6.4 Prinsip Pengelolaan ... 60

2.6.5 Sistem Pendukung ... 61

2.6.6 Dampak Pengiring ... 61

2.7 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 61

2.8 Kerangka Pikir ... 63

2.9 Hipotesis ... 65

III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 68

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 69

3.3 Prosedur Pengembangan dan Uji coba Model Pembelajaran ... 70

3.3.1 Analisis Kebutuhan dan Sumber Daya ... 71

3.3.2 Perencanaan ... 71

3.3.3 Pengembangan Produk Awal ... 74

3.3.3.1 Telaah Pakar ... 74

3.3.3.2 Pertemuan dengan Kolaborator ... 76

3.3.3.3 Uji coba Model Pembelajaran ... 77

3.3..4 Prosedur Uji coba dan Draft Model ... 79

3.3.4.1 Uji Ahli ... 79

3.3.4.2 Uji coba Terbatas Satu-satu ... 79

3.3.4.3 Uji coba Kelompok Kecil ... 80

3.3.4.4 Uji coba Kelompok Besar ... 80

3.3.4.5 Uji Lapangan ... 80

3.3.5 Revisi Produk ... 80

3.3.6 Penyempurnaan Produk ... 80

3.4 Kisi-kisi Instrumen 3.4.1 Kisi-kisi Uji Terbatas ... 81

3.4.2 Kisi-kisi Uji Lapangan ... 82

3.5 Tehnik Analisa Data ... 83


(14)

xiv

3.5.2 Uji T ... 96

3.5.3 Uji Proporsi ... 96

3.5.4 Nilai Efisiensi... 97

3.5.5 Data Kualitatif Kemenarikan ... 97

3.6 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 98

3.6.1 Definisi Konseptual ... 98

3.6.2 Definisi Operasional ... 99

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 100

4.1.1 Kondisi dan Potensi Pengembangan Model ... 100

4.1.2 Proses Pengembangan Model Pembelajaran ... 102

4.1.2.1 Melakukn Studi Pendahuluan... 103

4.1.2.2 Perencanaan ... 103

4.1.2.3 Pengembangan Produk Awal ... 104

4.1.2.4 Hasil Uji coba Terbatas ... 105

4.1.3 Efektifitas Model Pembelajaran ... 114

4.1.4 Efisiensi Pembelajaran ... 127

4.1.5 Kemenarikan ... 128

4.2 Pembahasan ... 129

4.2.1 Kondisi dan Potensi Pengembangan Model ... 129

4.2.2 Proses Pengembangan Model ... 130

4.2.3 Aspek Efektifitas Produk ... 131

4.2.4 Aspek Efisiensi Pembelajaran... 135

4.2.5 Aspek Kemenarikan ... 136

4.3 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ... 137

4.4 Kelemahan Produk Hasil Pengembangan ... 137

4.5 Keterbasan Penelitiaan... 138

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 140

5.2 Implikasi ... 141

5.3 Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143


(15)

xv

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rerata Matematika siswa kls X SMK Kota Bandar Lampung……. 5

Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Pengelolaan Informasi……… 15

Tabel-2.2 Model-Model Pembelajaran Personal ………. 16

Tabel 2.3 Model-model Pembelajaran Pengajaran Sosial………. 17

Tabel 2.4 Model-model Pembelajaran Kelompok Perilaku………. 18

Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran 5-E dan 7-E……….. 39

Tabel 2.6 Sintak learning cycle–7E………. 58

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Uji Perorangan, Kelompok kecil dan Besar…. 79

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Desain Pembelajaran………….. 80

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media……….. 80

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Matematika………. .81

Tabel 3.5 Validasi Instrumen Angket kebutuhan Guru……… . 82

Tabel 3.6 Reliabilitas Instrumen Angket Kebutuhan Guru……….. 82

Tabel 3.7 Validasi Instumen Angket Kebutuhan Siswa………. 82

Tabel 3.8 Reliabilitas Instrumen Angket Kebutuhan Siswa……… 83

Tabel 3.9 Validitas Instrumen Soal Angket kemenarikan……… 83

Tabel 3.10 Reliabilitas Instrumen Soal Angket kemenarikan………. 84

Tabel 3.11 Uji Validitas Instrumen Butir Soal Pre-test……….. 84

Tabel 3.12 Reliabilitas Instrumen Butir Soal Pre-test………. 85

Tabel 3.13 Uji Validitas Instrumen Butir Soal Post-test………. 86

Tabel 3.14 Reliabilitas Instrumen Butir Soal Post-test……… 86

Tabel 3.15 Normalitas Data Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung... 88 Tabel 3.16 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)


(16)

xvi

Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung... 90 Tabel 3.18 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)

Kelas Eksperimen SMK N 3 Bandar Lampung... .91 Tabel 3.19 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)

Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung...92 Tabel 3.20 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)

Kelas Eksperimen SMK N 4 Bandar Lampung... 93 Tabel 3.21 Nilai Efisiensi dan Klasifikasinya ……… . 95 Tabel 3.22 Klasifikasi kemenarikan……… 95 Tabel 4.1 Draft Produk awal Pengembangan RPP dengan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi

Pertidaksamaan Linier Dua Variabel……….. 100 Tabel 4.2 Penilaian Ahli Desain terhadap RPP dengan

model pembelajaran Learning Cycle ………. 101 Tabel 4.3 Penilaian Ahli Desain terhadap Lembar kerja Siswa (LKS)…… 102 Tabel4.4 Penilaian Ahli Desain terhadap RPP dengan model pembelajaran

Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS)……….. 103 Tabel 4.5 Penilaian Ahli Desain terhadap Lembar kerja Siswa (LKS)………. 104 Tabel 4.5 Penilaian Ahli Media Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 105 Tabel 4.6 Hasil Analisis Angket Kemenarikan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta LKS pada uji perorangan………. 106 Tabel 4.7 Hasil Analisis Angket Kemenarikan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta LKS pada uji kelompok kecil………. 107 Tabel 4.8 Draft Produk awal Pengembangan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 109 Tabel 4.9 Nilai Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung……… 111 Tabel 4.10 Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen


(17)

xvii

Tabel 4.13 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung……….. 112 Tabel 4.14 Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………113 Tabel 4.15 Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung……….. 113 Tabel 4.17 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………. 114 Tabel 4.18 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………. 114 Tabel 4.19 Nilai Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung ……… 115 Tabel 4.20 Nilai Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115 Tabel 4.21 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115 Tabel 4.22 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115 Tabel 4.23 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

SMK N 1 Bandar Lampung……….. 117 Tabel 4.24 Uji-t Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

SMK N 1 Bandar Lampung………. 118 Tabel 4.25 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

SMK N 3 Bandar Lampung……… 119 Tabel 4.26 Uji-t Tes Akhir (Posttest)Eksperimen dan Kelas Kontrol

SMK N 3 Bandar Lampung……… 120 Tabel 4.27 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung……… 121


(18)

xviii

Tabel 4.29 Perbandingan waktu yang diperlukan dengan waktu yang digunakan dalam pembelajaran model Learning Cycle serta LKS………. 124 Tabel 4.30 Rekapitulasi hasil angket kemenarikan……….. 125 Tabel 4.31 Nilai rerata pre-test dan post-test dari tiga sekolah……….. 128


(19)

xix

Lampiran 1 : Insrumen Tes Talenta (Tes Kecerdasan Majemuk) ... 146

Lampiran 2 : Instrumen GayaBelajara ... 152

Lampiran 3 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswa SMKN 1 ... 154

Lampiran 4 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswaSMKN 3 ... 156

Lampiran 5 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswa SMKN 4 ... 158

Lampiran 6 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 1 ... 160

Lampiran 7 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 3 ... 161

Lampiran 8 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 4 ... 162

Lampiran 9 : Kisi-kisi Kebutuhan Siswa ... 163

Lampiran 10 : Instrumen Kebutuhan Siswa ... 164

Lampiran 11 : Rekap Kebutuhan Siswa ... 166

Lampiran 12 : Instrumen Kebutuhan Guru ... 167

Lampiran 13 : Rekap Kebutuhan Guru ... 169

Lampiran 14 : Instrumen dan Hasil Validasi Ahli Media ... 170

Lampiran 15 : Instrumen dan Hasil ahli desain pembelajaran ... 173

Lampiran 16 : Istrumen dan Hasil ahli materi ... 176

Lampiran 17 : Kisi-kisi Kemenarikan ... 179

Lampiran 18 : Instrumen Kemenarikan ... 179

Lampiran 19 : Rekap kemenarikan satu-satu ... 180

Lampiran 20 : Rekap kemenarikan kelompok kecil ... 181

Lampiran 21 : Rekap kemenarikan SMKN 1 ... 183

Lampiran 22 : Rekap kemenarikan SMKN 3 ... 185

Lampiran 23 : Rekap kemenarikan SMKN 4 ... 187

Lampiran 24 : Silabus ... 189

Lampiran 25 : RPP Kelas Kontrol ... 191

Lampiran 26 : RPP kelas eksprimen ... 195

Lampiran 27 : Ketuntasan Kelompok Kecil pre-test ... 202


(20)

xx

Lampiran 30 : Lembar Obserasi Penilaian Sikap ... 208

Lampiran 31 : Lembar Obserasi Penilaian Keterampilan ... 209

Lampiran 32 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 210

Lampiran 33 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 211

Lampiran 34 : Uji Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 1 ... 212

Lampiran 35 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 1 ... 213

Lampiran 36 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 213

Lampiran 37 : Uji t pre-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 214

Lampiran 38 : Uji t post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1... 215

Lampiran 39 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 216

Lampiran 40 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 217

Lampiran 41 : Grafik Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 3 218 Lampiran 42 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 3 ... 219

Lampiran 43 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 220

Lampiran 44 : Uji t pre-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 221

Lampiran 45 : Uji t post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3... 222

Lampiran 46 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 4 ... 223

Lampiran 47 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 4 ... 224

Lampiran 48 : Uji Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 4 ... 225

Lampiran 49 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 4 ... 226


(21)

xxi

Lampiran 52 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan

eksprimen SMKN 4 ... 229

Lampiran 53 : Rekapitulasi Validitas Kebutuhan Guru ... 231

Lampiran 54 : Rekapitulasi Reliabilitas Kebutuhan Guru ... 232

Lampiran 55 : Rekapitulasi Validitas Kebutuhan Siswa... 233

Lampiran 56 : Rekapitulasi reliabilitas instrument kebutuhan siswa... 234

Lampiran 57 : Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Kemenarikan ... 235

Lampiran 58 : Rekapitulasi Validitas Instrumen soal post-test ... 236

Lampiran 59 : Rekapitulasi Reliabilitas Instrumen soal post-test ... 237

Lampiran 60 : Instrumen soal pre-test dan post-test ... 238

Lampiran 61 : Tabel t ... 240

Lampiran 62 : Tabel r ... 243


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Paradigma pendidikan yang dikembangkan saat ini dalam kurikulum 2013 adalah paradigma konstruktivis. Pandangan konstruktivis menekankan pada keaktifan siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Guru diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak merasa dipaksa untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran akan berhasil bila seorang guru mampu menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang dikuasainya serta relevan dengan teori atau konsep yang diajarkan. Karena itu hendaknya dalam pembelajaran seorang guru dituntut menguasai berbagai metode pembelajaran dan mengaplikasikannya di dalam kelas. Seorang guru harus selalu mengacu paradigma baru dalam meranancang suatu perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

Pemilihan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika harus mengacu pada fungsi pendidikan matematika, yaitu mengembangkan kemampuan berpikir dan tindakan yang efetif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajarai di sekolah secara mandiri (Dirjen SMK, 2013 : 105, Implementasi Kurikulum Matematika SMA/SMK).


(23)

Matematika memegang peranan strategis dalam pengembangan sains dan teknologi. Matematika mempunyai sifat universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang memiliki karakteristik menuntut kemampuan berfikir logis, analitis, sistimatis, kritis, kreatif, dan inovatif. Konsep-konsep matematika dapat digunakan untuk membantu siswa mengembangkan potensi intelektual yang ada dalam dirinya serta memudahkan mempelajari bidang-bidang ilmu lain.

Mengingat pentingnya peran mata pelajaran matematika dalam pengembangan potensi yang dimiliki siswa dan pengembangan sains dan teknologi, maka proses pembelajaran matematika di sekolah harus menjadi perhatian guru, sehingga siswa tidak lagi menganggap bahwa pelajaran maetmatika itu sulit dan menakutkan. Oleh sebab itu, pembelajaran matematika harus dibuat menarik dan menyenangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan mudah dipahami siswa sehingga mereka menyukai matematika.

Arends (2008:259) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan,termasuk didalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Joyce dan Weil dalam Trianto (2012:51) menyatakan bahwa : “Models of teaching are really

models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to

learn”. Artinya bahwa model pembelajaran merupakan model belajar, dan dengan model tersebut, guru memperbaiki dan membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide diri


(24)

sendiri serta mengajarkan bagaimana belajar. Selanjutnya : “Each models guides us as

we design instruction to help students achieve various objective”. Maksudnya bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan agar siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Akan tetapi dalam kenyataannya, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kurang menggunakan penalaran dan pemahaman untuk menyelesaikan soal matematika, apabila soal matematika diubah atau tidak sesuai dengan contoh yang diberikan guru, siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan suatu model pembelajaran agar siswa dapat menggunakan penalaran dan pemahaman konsep, sehingga apabila siswa menghadapi berbagai macam soal atau permasalahan, siswa dapat menyelesaikan dan mengerjakannya dengan mudah dan benar. Dalam pembelajaran matematika, apabila siswa tidak dapat mengerjakan soal atau tidak memahami materi dan menghadapi kesulitan, minat belajar siswa dengan sendirinya akan menurun sehingga siswa tersebut tidak dapat menyukai pelajaran matematika itu sendiri, Akan tetapi sebaliknya, jika siswa dapat mengerti dan dapat mengerjakan soal dan permasalahan matematika dengan mudah dan benar, minat siswa dengan sendirinya meningkat sehingga siswa tersebut akan menyukai pelajaran matematika. Untuk itu, sebagai guru matematika perlu mengembangkan suatu


(25)

model pembelajaran pemahaman konsep sehingga siswa dapat menyukai bahkan dapat mengerjakan dan menyelesaikan soal dengan mudah dan benar.

Penciptaan pembelajaran matematika agar menarik, menyenangkan, bersemangat, aktif dan meningkatkan prestasi belajar, guru hendaknya berupaya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi guru harus dapat menyesuaikan model mana yang cocok atau sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakter siswa dan lingkungan. Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini menunjukan kondisi yang berbeda dengan situasi yang diharapkan. Pencapaian tujuan pembelajaran matematika sebagaimana tersebut di atas belum memuaskan. Yang terjadi proses pembelajaran matematika diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi; otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya kehidupan

sehari-hari, akibatnya motivasi dan aktivitas belajar siswa sangat rendah, sehingga hasil belajarnya juga kurang. Rendahnya hasil belajar matematika terlihat dari rendahnya nilai ujian semester selama tiga tahun terakhir . Keadaan inilah yang terjadi di SMK Kelompok Pariwisata Kota Bandar Lampung, yang data nilai hasil belajarnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(26)

Tabel 1.1 Nilai Rerata Matematika siswa kls X SMK Kota Bandar Lampung

Materi Program linier/KD

Pencapaian KKM/%

2010 2011 2012

1.Membuat grafik himpunan

penyelesaian ≤ 50% ≤ 40% ≤ 48%

2. Menentukan model matematika

dari soal cerita ≤ 32% ≤ 42% ≤ 36%

Sumber : Guru Mata Pelajaran Matematika

Dari data diatas jelas hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada materi menyelesaikan masalah program linier selama tiga tahun terakhir adalah tidak mencapai KKM yang yang ditetapkan, yaitu 70. Data tersebut adalah data yang diambil dari pencapaian hasil belajar di semester ganjil kelas X di SMK kelompok Pariwisata kota Bandar Lampung kurun waktu tiga tahun terakhir.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar , diantaranya variabel pembelajaran seperti yang dikemukan Reigeluth (dalam Uno B, 2008:141) Klasifikasi variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjadi 3, yaitu: (1) Kondisi Pembelajaran (2) Metode Pembelajaran (3) Hasil Pembelajaran.

1. Kondisi Pembelajaran

Variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variable variabel yang mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol perancang pembelajaran. Maksud yang terpenting dari bahasan ini adalah mengidentifikasi


(27)

variabel-vriabel kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh utama pada ketiga variabel .

Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (dalam Uno B, 2008;14) mengelompokkan variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu: (a) Tujuan dan karakteristik bidang studi, (b) Kendala dan (c) Karakteristik peserta didik .

a. Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi

Pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinum umum ke khusus.Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran.

b. Kendala

Adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti waktu, media, personalia, dan uang. Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas peserta didik, seperti bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.

c. Karakteristik Peserta Didik

Dihipotesiskan memiliki pengaruh utama pada pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran, kendala dan karakteristik bidang studi pada pemilihan strategi penyampaian, dan karakteristik siswa pada pemilihan strategi pengelolaan pembelajaran. Bagaimanapun juga, pada tingkat tertentu, mungkin sekali suatu variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode misalnya, karakteristik peserta didik bisa mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian dan pemilihan strategi penyampaian, di samping pengaruh utamaya pada strategi pengelolaan


(28)

pembelajaran.

2.Metode Pembelajaran

Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis yaitu: (a) Strategi pengorganisasian (Organizational srategy)

(b) Strategi penyampaian (Delivery strategy (c) Strategi pengelolaan (management strategy).

Organizational srategy adalah metode untuk mengorganissi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain.

Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dan atau menerima serta merespon masukan yang berasal dari peserta didik. Sumber belajar merupakan bidang kajian utama dari strategi ini.

Management strategy adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian pebelajaran dibedakan menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan mikro.

3.Hasil Pembelajaran

Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

(a) Keefektifan (effectiveneess) (b) Efisiensi (efficiency)


(29)

Keefektifan Pembelajaran, biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si-belajar. Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan pembelajaran yaitu : (1) kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut tingkat kesalahan, (2) kecepatan unjuk kerja, (3) tingkat alih belajar (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

Efisiensi Pembelajaran, biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si-belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.

Daya Tarik Pembelajaran, biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan si-belajar untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

Disamping hal diatas, dari hasil observasi yang dilakukan di SMK Negeri kota Bandar Lampung, diketahui bahwa umumnya model pembelajaran yang digunakan guru cenderung model pembelajaran langsung yang belum memberikan kesempatan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga mereka masih pasif. Siswa hanya menunggu penjelasaan dari guru, kemudian mencatatnya, hal yang demikian menyebabkan siswa menganggap konsep yang diajarkan dalam proses pembalajaran hanya hafalan yang tidak ada manfaat dan hubungannya dengan masalah-masalah yang mereka hadapai dalam kehidupan sehari-hari. Siswa kurang dilibatkan dalam melakukan penyelidikan, siswa hanya diajarkan melalui demonstrasi atau ceramah bagaimana seorang ilmuan melakukan


(30)

penyelidikan. Hal tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tujuan mata pelajaran biologi yang telah ditetapkan. Dalam sintaks model pembelajaran langsung pengetahuan awal tidak diperhatikan secara khusus. Pengabaian pengetahuan awal siswa dapat menghambat pemahaman suatu pengetahuan baru, terlebih jika pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan pengetahuan baru yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, guru cenderung mengabaikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, padahal peran pengetahuan awal siswa sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Selain itu tidak jarang kita temukan guru memonopoli dalam penyampaian informasi sehingga kerap kali menumbuhkan suasana membosankan di kalangan siswa. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk menggali pengetahuan dan mengkaitkan konsep yang dipelajari ke dalam situasi berbeda sehingga pemahan tentang suatu konsep masih rendah, keterlibatan siswa dalam proses penemuan pengetahuan sangat rendah. Siswa hanya menunggu dari guru tanpa ada usaha untuk menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan.

Salah satu model pembelajaran yang cenderung dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar adalah model pembelajaran siklus belajar (learning cycle). Model pembelajaran ini memungkinkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa melakukan proses pembelajaran yang efektif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, manantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya.

(Faizatul fajaroh dan I Wayan dasna, Pembelajaran dengan siklus belajar jurusan kimia FMIPA UM ,2007 (http: //lubisgrafura .wordpress .com /2007 /09 /20 pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/, diakses 30 januari 2013).


(31)

Model Learning Cycle adalah model pembelajaran yang terdiri fase– fase atau tahap–tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Model pembelajaran learning cycle

merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan kontruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan dalam proses pembelajaran. Model learning cycle bertujuan membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir konkrit ke abstrak (atau dari konkrit ke formal).

Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Model learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: exploration, invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Lima tahap ini dikembangkan lagi oleh Arthur Eisenkraft menjadi tujuh tahap, yaitu elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan

extend. Model learning cycle–7E ini mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi– kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.


(32)

1.2 Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

(1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah. (2) Penerapan model pembelajaran belum berbasis konstruktif.

(3) Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

(4) Penggunaan model pembelajaran siklus belajar belum pernah dilakukan guru. (5) Model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran langsung

dengan pendekatan presentasi dan penjelasan.

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

(1) Perlunya mengetahui potensi siswa dan guru sebagai dasar untuk pengembangan model pembelajaran.

(2) Perlunya rancangan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) dalam pembelajaran materi pertidaksamaan linier dua variabel.

(3) Perlunya uji efektivitas model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) yang digunakan dalam proses pembelajaran pertidaksamaan linier dua variabel. (4) Perlunya uji efisiensi model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) yang


(33)

(5) Perlunya uji kemenarikan siswa terhadap model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel.

1.3 Perumusan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana potensi sekolah dan model pembelajaran matematika yang digunakan

saat ini di SMK pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(2) Bagaimana proses merancang produk (sintak) model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(3) Bagaimana efektivitas model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(4) Bagaimana efisiensi model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(5) Bagaiman kemenarikan siswa pada model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dicapai berdasarkan rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut .

(1). Menganalisa potensi siswa dan model pembelajaran matematika yang di gunakan di SMK pada materi pertidaksamaan linier dua variabel .


(34)

(2). Menghasilkan produk sintak model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) untuk pembelajaran matematika materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.

(3). Menjelaskan efektivitas penggunaan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.

(4) Menjelaskan efisiensi penggunaan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.

(5) Menjelaskan kemenarikan siswa pada model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) yang dilengkapi dengan LKS pada materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang akan dicapai setelah diadakannya penelitian ini adalah : 1.5.1 Teoritis :

(1) Sebagai bahan referensi dan memperkaya konsep dalam Teknologi Pendidikan, khususnya dalam mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan di kota Bandar Lampung.

(2) Menjadi rujukan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini.

1.5.2 Praktis


(35)

(1) Bagi Lembaga, sebagai sumbagan belajar siswa khususnya mata pelajaran matematika SMK kelompok Pariwisata kota Bandar Lampung.

(2) Bagi guru-guru mata pelajaran matematika, hasil penelitian dan produk ini dapat digunakan sebagai alternative model pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa

(3) Bagi peneliti, semoga dapat memberikan pengalam yang sangat bermanfaat sehingga, menjadi pemicu untuk terus berkarya, terutama untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif dan efisien.

1.6 Spesifikasi Produk

Penelitian ini merupakan model pembelajaran siklus belajar 7-E (Arthur Eisenkraft. 2003.

Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Sept.:. Reprented with permission from The Science Teacher, a journal for high school science educators published by the National Science Techers Association www.nsta.org), yang teridiri dari: elicit (menggali), engage

(melibatkan), explore (menjelajah), explain (menjelaskan), elaborate (meneliti) ,evaluate

(mengevaluasi) dan extend (memperluas). Pengembangan model pembelajaran berupa sintak pembelajaran yang dilengkapi dengan LKS pada mata pelajaran matematika materi pertidaksamaan linier dua variabel kls X, SMK kelompok Pariwisata kota Bandar Lampung.


(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Model Pembelajaran

Joyce dan Weil (2011 ; 31) menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam empat kelompok. Keempat Kelompok model pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut :

2.1.1 Kelompok model-model pengolahan informasi.

Model-model pembelajaran dalam rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah, menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Jenis model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pengolahan informasi ini adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Pengelolaan Informasi

No Model Tokoh Misi/tujuan/manfaat

1 Berpikir Induktif

Hilda Taba

Terutama ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. 2. Latihan

penelitian

Richard Suchman

s.d.a 3. Induktif

Kata-gambar

Emily Calhoun

sda 4. Pembentuk

an konsep

Jerome Bruner

Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, tetapi juga untuk pengembangan konsep dan analisis


(37)

2.1.2 Kelompok model-model Personal

Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun ini menekankan pada pengembangan pribadi. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu dalam mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya dan untuk melihat dirinya sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab pada pendidiannya agar lebih kuat, lebih sensitive dan lebih kreatif.

Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel berikut :

Tabel-2.2 Model-Model Pembelajaran Personal

Model Tokoh Misi/Tujuan

Pengajaran Tanpa Arahan

Carl Rogers

Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri.

Meningkatkan harga diri

Abraham Maslow Bruce Joyce

Membangun kepercayaan diri yang tinggi pada siswa.

(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011; 35)

2.1.3 Kelompok Model-model Pengajaran Sosial

Model-model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model-model ini memfokuskan pada proses dimana realitas adalah negosiasi sosial. Model-model pembelajaran kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan proses demokratis, dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif. Jenis-jenis model pembelajaran kelompok Pengajaran Sosial adalah seperti dalam tabel berikut ini. :


(38)

Tabel 2.3 Model-model Pembelajaran Pengajaran Sosial

Model Tokoh Misi/tujuan

Kerja kelompok. (investigation group) Herbert Thelen John Dewey

Mengembangkan keterampilan keterampilan untuk berperan da-lam kelompok yang mene-kankan keterampilan komunikasi inter-personal dan kete-rampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengem-bangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini. Bermain peran Fannie Shaftel Didisain untuk membantu siswa

mengumpulkan dan mengolah informasi tentang masalah-masalah sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penye-lidikan itu Jurisprudential Donald Oliver

James P.Shaver

Pengembangan keterampilan in-terpersonal dan kerja kelom-pok untuk mencapai, kesadar-an dan fleksibilitas pribadi

Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah infor-masi dan menyelesaikan isu kemasya-rakatan dengan kerangka acuan atau cara ber-pikir Jurisprudensial (ilmu ten-tang hukum-hukum manusia)

(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011 ; 37)

2.1.4 Kelompok Model-model Perilaku

Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang mengacu pada teori perilaku, seperti teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi perilaku, atau perilaku terapi. Model- model pembelajaran rumpun ini mementingkan penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki.

Jenis model pembelajaran perilaku seperti pada tabel berikut ini. :


(39)

Tabel 2.4 Model-model Pembelajaran Kelompok Perilaku

Model Tokoh Misi atau tujuan

Mastery Learning

(Belajar Menguasai)

Benjamin Bloom James Block

Mengembangkan potensi siswa untuk belajar mandiri melalui media yang sesuai, dari

keterampilan dasar hingga materi yang komplek.

Instruksi Langsung Tom Good Memfasilitasi pembelajaran melalui aktifitas yang

berhubungan dengan sasaran.

Simulasi Carl & Mery Smith

Pembelajaran yang dibangun dari gambaran tentang kondisi hidup nyata

Pembelajaran Sosial Albert Bandura Carl Torensen

(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011 ; 40)

2.1.5 Teori Model Pembelajaran Learning Cycle –7E

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat di gunakan untuk mendesain pola–pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan materi/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku–buku, film, program perangkat komputer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan (Trianto, 2010 ; 52) Model learning cycle–7E adalah Model Pembelajaran yang Berorientasi pada

Konstruktivisme, model pembelajaran yang terdiri fase– fase atau tahap–tahap

kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Faizatul fajaroh, http:// lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20).


(40)

Pembelajaran learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan teori kontruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) dari pada teacher centerred. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Rusman (dalam Trianto, 2007 ; 22) ada beberapa model yang dilandasi konstruktivistik yaitu

model siklus belajar (Learning Cycle), model pembelajaran generative, model pembelajaran interaktif, model CLIS (Children Learning in Science), dan model strategi pembelajaran kooperatif. Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Model learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: exploration, invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu:

engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Selanjutnya dikembangkan lagi menjadi tujuh tahap oleh Arthur Eisenkraft, yaitu : elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan extend.

Model learning cycle–7E ini mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran melalui tahapan (fase) berikut :


(41)

Fase 1 Elicit

Pada tahap ini tujuan utama adalah untuk muncul pengalaman masa lalu tentang belajar dan menciptakan latar belakang yang kuat untuk tahapan lain. Dimulai dengan hanya melibatkan isu-isu baru dengan yang sudah lama dan terkenal dapat dianggap kurang dalam mendukung pemikiran kemampuan. Untuk itu, kita harus menghidupkan kembali informasi lama dan pengalaman belajar

Fase 2 Engage

Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dengan keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan

memberikan respon ∕ jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijak oleh

guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan dibahas.

Fase 3 Exploration

Pada fase ini, siswa diberi kegiatan yang dapat melibatkan keaktifan siswa untuk menguji prediksi dan hipotesis melalui alternatif yang diambil, mencatat hasil pengamatan dan mendiskusikan dengan siswa yang lain. Sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok– kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru. Pada fase ini guru sebagai fasilitator.

Fase 4 Explanation

Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Siswa dituntut untuk menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dalam kalimat mereka sendiri. Pada fase ini siswa


(42)

menemukan istilah–istilah dari konsep yang dipelajari. Fase 5 Elaboration

Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan menerapkannya pada situasi yang baru melalui kegiatan–kegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat dan memperluas konsep yang telah dipelajari.

Fase 6 Evaluation

Siswa diberi pertanyaan untuk mendiagnosa pelaksanaan kegiatan belajar dan mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang diperoleh.

Fase 7: Extend

Pada tahap extend, siswa mengembangkan hasil elaborate dan menyampaikannya kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Siswa berusaha meningkatkan pengetahuan baru secara tersusun yang lebih mendalam sehingga pemahaman siswa lebih luas dan kesulitan dalam konsep yang dipelajari mereka dapat dipahami.

2.2 Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Teori Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang berlangsung seumur hidup, yaitu belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja. Oleh sebab itu belajar tidak dibatasi oleh ruang maupun waktu. Diungkapkan oleh Miarso (2011: 3) bahwa :


(43)

belajar akan diperkuat jika siswa ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri, (2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antara sesuatu dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal yang bertentangan

Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan discovery learning. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri. Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yaitu, enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Brunner mengemukakan bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dengan cara melihat lingkungan, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.

1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak mengggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.


(44)

2. Tahap ikonik, sesorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). 3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan

abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Bruner menyebutkan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia temui dalam kehidupannya. Implementasi Teori Belajar Bruner tehadap penelitian ini bahwa belajar juga memerlukan contoh, pemahaman konsep, sehingga siswa merasakan banyak permasalahan hidup yang terkait degan system pertidaksamaan linier dua variabel.

Kemudian teori pembelajaran Menurut Magnesen prosentase belajar bila dikaitkan dengan metode/cara belajar dapat terjadi dengan; membaca 10 % ; mendengar 20 % ;, melihat 30 % ; melihat dan mendengarkan 50 %; Mengatakan 70 %;Mengatakan sambil melakukan 90 %; Pemberdayaan secara optimal dari seluruh indera siswa dalam proses belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi peserta didik tersebut. Melalui pengembangan model pembelajaran siklus belajar, belajar paling tinggi terjadi sebanyak 90 %. Dan pada kenyataannya peserta didik yang trelibat secara langsung


(45)

dengan suatu kegiatan belajar (learning by doing) akan lebih mudah mengerti dan memahami materi.

Dari beberapa pandangan berbagai ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya diberikan stimulus agar lebih aktif, kreatif, terlebih dalam pembelajaran matematika karena dapat membantu mengembangkan potensi siswa. Tokoh yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah teori perkembangan kognitif Piaget, teori pemahaman konsep Bruner, dan teori belajar bermakna Ausubel.

2.2.1.1 Teori Jean Piaget

Jean Piaget (dalam Karwono, 2010:81) adalah ahli psikologi yang pertama menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses pembelajaran. Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu 1) Asimilasi : proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. 2) Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. 3) Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda pada tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu, guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.


(46)

2.2.1.2 Teori Belajar Bermakna David P.Ausubel

Menurut David P.Ausubel (dalam Suyono, 2012:100) siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa.

Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu: 1) Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari, 2) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, 3) dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Berdasarkan teori belajar Ausubel, menjembatani siswa untuk menghubungkan kerangka konseptual suatu materi yang akan dipelajari sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dan berada di lingkungan sekitar dengan konsep yang akan dipelajari. Dengan menggunakan pembelajaran model learning cycle, siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk menyelesaikan secara nyata dari permasalahan yang ada.

2.2.1.3 Teori Penemuan Jerome Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (Diskovery learning), Bruner (dalam Karwono, 2010:75) berpendapat bahwa pembelajaran dapat


(47)

dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap perkembangan tertentu.

Apabila bahan pembelajaran didesain secara baik, individu dapat belajar meskipun usahanya belum memadai.Bruner mengusulkan teori yang disebutnya

free discovery learning, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.

Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.

Teori Bruner ini menjelaskan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan eksperimen-eksperimen yang dapat membantu siswa untuk menemukan jawabannya, hal ini dalam pembelajaran sesuai dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle.

2.2.1.4 Teori Belajar Robert Gagne

Gagne (dalam Suyono, 2012:92), bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.


(48)

Gagne berpendapat bahwa tahapan proses pembelajaran meliputi Sembilan peristiwa belajar, sebagai berikut :

1. Memberikan perhatian (gain attention)

2. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran (informlearner of objectives), biarkan siswa mengetahui apa yang akan dipelajari.

3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu (recall priorknowledge), fase ini mengingat kembali informasi yang ada dalam memori.

4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (present material)

5. Memberikan panduan belajar (provide guided learning), bantulah siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik pada saat pembelajaran berlangsung.

6. Menampilkan kinerja (elicit performance), mintalah para siswa mengerjakan apa – apa yang baru dipelajari.

7. Memberikan umpan balik (provide feedback), beritahu siswa kinerjanya masing – masing.

8. Menilai kinerja (assess performance), nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran.

9. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan (enhance retention and transfer), bantulah siswa dalam mengingat – ingat dan menerapkan keterampilan baru itu.

Berdasarkan uraian tersebut belajar dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutkan pada yang lebih komplek, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar


(49)

konsep, sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah.

2.2.2 Teori Pembelajaran

Pengembang teori – teori pembelajaran Bruner (1964) membuat perbedaan antara pembedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Teori belajar adalah deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Teori belajar adalah mendeskripsikan adanya proses belajar, teori pembelajaran mempreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang dapat mempermudah proses belajar. Perspektif lain, Simon (dalam Arikunto, 2006:67) mengemukakan perbedaan serupa dengan memaparkan persamaan karakteristik dari “a prescriptive science” dan membandingkan dengan karakteristik dari “a descriptive science”. Dalam kerangka ini nyata sekali bahwa teori pembelajaran termasuk teori preskriptif yang berpasangan dengan teori belajar yang termasuk teori deskriptif.

Ilmu deskriptif dan ilmu preskriptif memiliki perbedaan peranan. Aspek penting yang membedakan adalah hanya ada satu jenis profesi dalam ilmu deskriptif, yaitu ilmuan. Sedangkan dalam ilmu preskriptif terlibat tiga jenis profesi, yaitu (1) ilmuan; (2) teknolog dan (3) teknisi. Ilmuwan berurusan dengan pengembangan prinsip dan teori. Teknolog yang menggunakan prinsip dan teori untuk mengembangkan prosedur. Sedangkan teknisi yang menggunakan prosedur yang dikembangkan teknolog untuk menciptakan sesuatu (Reigeluth, Bunderson, dan Merril dalam Degeng, 2005: 11).


(50)

Pembelajaran adalah usaha – usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar. Penggunaan lingkungan ini bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung, melainkan juga metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberi informasi, dan membimbing siswa. Proses pembelajaran melibatkan juga pemilihan, penyusunan dan pengiriman informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan lingkungan tersebut (Yudhi Munadi, 2008:4).

Pembelajaran sebagai proses pembelajaran dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan kreativitas berfikir untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Pendidik dalam hal ini adalah sebagai fasilitator siswa untuk dapat belajar dengan mudah. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Miarso (2004:545) menyatakan bahwa :

“Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang disengaja, bertujuan, dan

terkendali agar orang lain belajar, atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang tersebut, yang dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber

belajar yang diperlukan” .

Beberapa pendapat diatas memberikan pandangan bahwa pembelajaran adalah segala sesuatu dengan usaha sadar, mempunyai tujuan, cara untuk mengupayakan pengetahuan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal. Oleh karenanya pembelajaran juga dapat dirancang dengan berbagai model, dan


(51)

pemanfaatan media sehingga pembelajaran menjadi efektif efisien dan memiliki daya tarik.

Model siklus belajar yang dikembangkan dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pertidaksamaan linier dua variabel diharapkan agar siswa dapat melalui proses pembelajaran dengan optimal sehingga hasil belajar (kompetensi) meningkat. Siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ada pada standar kompetensi, sehingga ketuntasan belajar dapat dikategorikan tuntas.

Pembelajaran menurut Gagne (dalam Miarso 2004:245) adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi). Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra.

Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan proses kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran, memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan transfer belajar.


(52)

Menurut Reigeluth (dalam Pramono 2007:27), teori Gagne terdiri atas tiga komponen utama: a) metode seleksi materi yang menghasilkan identifikasi materi-materi yang bersifat pre-requisite (strategi mikro), b) metode mengurutkan materi pembelajaran sehingga materi yang bersifat prasyarat akan diajarkan terlebih dahulu (strategi mikro), dan c) suatu preskripsi yang berupa Sembilan peristiwa pembelajaran (nine events of instruction) untuk mengajarkan tiap tujuan pembelajaran (strategi mikro), termasuk preskripsi jenis media yang akan digunakan (suatu strategi penyampaian). Kemudian Reigeluth dalam Miarso dan Suyanto (2011: 1) juga mengemukakan pendapatnya Menurutnya, ada 3 variabel pembelajaran yaitu (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran. Suatu pembelajaran akan berjalan dengan baik jika guru mampu mengidentifikasi kondisi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran yang sesuai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran dengan tepat. Kemampuan guru mengidentifikasi kondisi pembelajaran bergantung pula dari kemampuan guru mengelompokkan kondisi pembelajaran. Metode pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu (1) strategi pengelolaan kegiatan pembelajaran,

(2) strategi pengorganisasian pelajaran, dan (3) strategi penyajian pembelajaran. Sedangkan hasil pembelajaran meliputi (1) efektivitas, (2) efisiensi, dan (3) daya tarik. Menurut teori elaborasi Reigeluth mengenai pembelajaran, yaitu tentang menselaraskan dan mengintegrasikan system teknologi yang mendukung paradigma pendidikan yang berpusat pada siswa. Teori elaborasi adalah teori mengenai desain pembelajaran dengan dasar argumen bahwa pelajaran harus diorganisasikan dari materi yang sederhana menuju pada harapan yang kompleks dengan mengembangkan pemahaman pada konteks yang lebih bermakna sehingga berkembang menjadi ide-ide yang terintegrasi.


(53)

Konsep ini memiliki tiga kata kunci yang fokus pada urutan elaborasi konsep, elaborasi teori, dan penyederhanaan kondisi. Pembelajaran dimulai dari konsep sederhana dan pekerjaan yang mudah. Bagaimana mengajarkan secara menyeluruh dan mendalam, serta menerapkan prinsip agar menjadi lebih rinci. Prinsipnya harus menggunakan topik dengan pendekatan spiral. Sejumlah konsep dan tahapan belajar harus dibagi dalam

“episode belajar”. Selanjutnya siswa memilih konsep, prinsip, atau versi pekerjaan yang

dielaborasi atau dipelajari. Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.

2.3 Karakteristik Mata Pelajaran

2.3.1 Tujuan Mata Pelajaran

Dalam buku reposisi pendidikan kejuruan menjelang 2020, tujuan mata pelajaran matematika disekolah telah difokuskan pada empat tujuan utama, yaitu : (1) Melatih cara berfikir dan bernalar, (2) mengembangkan kemampuan berfikir divergen, (3) mengembangkan kemampuan berkomunikasi atau mengkomunikasikan gagasan, (4) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan membuat dugaan.


(54)

2.3.2 Materi, metode dan media

Materi pelajaran yang menjadi objek penelitian adalah program linier kls XI SMK kelompok Pariwisata kota Bandar Lampung. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran induktif yang dikembangkan oleh Hilda Taba dengan postulat sebagai berikut : (1) Kemampuan berfikir dapat diajarkan,(2) Berfikir merupakan suatu transaksi aktif antara siswa dengan data. Artinya, dalam setting kelas, bahan ajar merupakan sarana bagi siswa utuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Guru berfungsi membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan data,(3) Proses berfikir merupakan suatu urutan tahapan yag beraturan. Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berfikir tertentu prasyarat tertentu harus dikuasai lebih dulu. Postulat Taba ini sesuai denga karakter matematika yang bersifat hirarki. Media pembelajaran disesuaikan dengan kondisi lingkungan kelas.

2.3.3 Strategi dan model

Reigeluth (dalam Uno B, 2008:141) menyatakan klasifikasi variable strategi pembelajaran dalam tiga kelompok, yaitu : (1) strategi pengorganisasian (organizational strategy), (2) strategi penyampaian (delivery strategy), dan (3) strategi pengelolaan ( management strategy). Model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran siklus belajar 7E. Karena model ini terdiri dari tahap-tahap pembelajaran yang merupakan pengorganisasian pembelajaran dengan strategi pengelolaan dan penyampaian yang melibatkan keaktifan siswa dalam belajar.


(55)

2.3.4 Sistem evaluasi

Sistem evaluasi kurikulum 2013 menggunakan asesmen autentik. Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar siswa untuk ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. Dalam Newton Public School, asesmen autentik diartikan sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata siswa. Wiggins mendefinisikan asesmen autentik sebgai upaya pemberian tugas kepada siswa yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktifitas pembelajaran, seperti : meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa verbal terhadap peristiwa, berkolaborasi antar sesama melalui debat dan sebagainya (Kementrian Pendidikan, 2013 : 229).

Asesmen seperti ini mampu menggabarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengamati, menalar, mencoba. Asesmen autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim dan guru bersama siswa. Dalam asesmen autentik, pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya siswa dapat melakukan aktifitas belajar dengan lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai.

Siswa diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.

Asesmen autentik terdiri dari berbagai tehnik penilaian, yaitu : (1) pengukuran langsung keterampilan siswa yang berhubungan, (2) penilaian atas tugas yang memerlukan kinerja yang kompleks, (3) analisis proses yang digunakan untuk menimbulkan respon siswa atas perolehan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang ada.


(1)

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah :

1. SMK di Bandar Lampung berpotensi untuk pengembangan model pembelajaran yang berbasis konstrutivis yaitu model learning cycle dan LKS berbasis fakta kehidupan sehari-hari. Faktor pendukungnya, hasil angket tentang talenta siswa yang menggambarkan kecerdasan majemuk masing-masing siswa. Kondisi nilai matematika materi pertidaksamaan linier dua variabel masih rendah. Model pembelajaran yang diterapkan belum memperhatikan perbedaan gaya belajar dan kemampuan siswa yang dominan.

2. Proses pengembangan model pembelajaran adalah (1) analisis kebutuhan siswa dan guru melalui studi pendahuluan, (2) perencanaan yang meliputi penyusunan RPP yang berisi sintak pembelajaran Learning Cycle dan didukung LKS yang berhubungan dengan kehidupan nyata, (3) mengumpulkan materi, (4) menyusun draft model pembelajaran dan LKS, (5) validasi, (6) revisi, (7) uji produk dan (8) penyempurnaan produk.

3. Model pembelajaran Learning Cycle dan LKS efektif digunakan sebagai model pembelajaran karena lebih dari 60 % siswa menguasai tujuan pembelajaran berdasarkan uji proporsi.


(2)

4. Model pembelajaran Learning Cycle dan LKS efisien digunakan model pembelajaran karena memiliki nilai efisien 1,5, artinya waktu yan digunakan siswa untuk pembelajaran lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang direncanakan guru.

5. LKS dan model pembelajaran Learning Cycle menarik bagi siswa sebagai suplemen pembelajaran matematika berdasarkan uji kemenarikan.

5.2 Implikasi

Pengembangan produk pembelajaran harus memenuhi kriteria efektif, efisien dan daya tarik. Efektifitas berkaitan dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Efisiensi berkaitan dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan daya tarik berkaitan dengan bagaimana memotivasi siswa untuk tetap pada tugasnya, mempunyai keinginan untuk terus mempelajari materi.

Model pembelajaran Learning Cycle serta LKS memfasilitasi siswa untuk belajar menemukan konsep dan memahami pengaplikasiannya dalam hidup. Model juga memperhatikan karakteristik siswa, menaikan motivasi siswa untuk belajar karena proses pembelajaran diusahakan sesuai dengan jurusan siswa. Jenis penelitian R&D dinilai banyak orang sebagai penelitian yang rumit sehingga kurang diminati peneliti. Hal ini karena kurang memahami langkah-langkah penelitian dan pengembangan, kondisi penelitian dan kompleksitas objek penelitian.


(3)

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan hendaknya dimulai dari hal-hal yang sederhana namun memiliki manfaat yang berarti bagi siswa. Pola pikir seperti ini yang melandasi penulis untuk mengembangkan model pembelajaran dan LKS yang berhubungan dengan kehidupan nyata.

.

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan, saran penyusun adalah :

1) Bagi sekolah, model pembelajaran learning cycle dapat dipergunakan sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi pembelajaran dan mampu memotivasi siswa untuk tetap terlibat pada tugas belajar baik pada mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya.

2) Bagi guru-guru mata pelajaran matematika, diharapkan cara mengajar dapat lebih kreatif dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle sebagai hasil penelitian pengembangan ini sebagai salah satu sumber belajar yang mampu menfasilitasi proses pembelajaran di kelas. Sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dalam mengajar.

3) Bagi siswa, diharapkan cara belajar siswa menjadi lebih baik dan mampu belajar secara maksimal dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle sebagai media yang efektif, efesien, dan mampu memberikan daya tarik. Sehingga memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk memecahkan masalah, mampu membangkitkan keingintahuan, dan memotivasi siswa untuk tetap semangat akan belajar.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard. 2008. Learning to Teach – Belajar untuk Mengajar buku satu. Edisi ketujuh. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu: Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta .

Arthur Eisenkraft. 2003. Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Sept.:56-59. Reprented with permission from The Science Teacher (70(6): 56-59), a journal for high school science educators published by the National Science Techers Association www.nsta.org, (Rabu, 30 januari 2013, pukul 01) Ary, Donald. Et al. 1982. Introduction to Research in Education-Pengantar

Penelitian Dalam Pendidikan, Surabaya : Usaha Nasional.

B. Uno,Hamzah. 2008. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta :Bumi Aksara .

De Potter,Bobbi Et al.2011.Quqntum Learning:Unleashing the Genius In You – Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Jakarta : Mizan. Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sekretaris Negara RI. ________.2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005

Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Biro Hukum BPK RI.

………2001, Reposisi Pendidikan Kejuruan Menjelang 2020. Jakarta :

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Deborah, L Hanuscin dan Michele. LEE H. 2007. Using A Learning Cycyle Approach To Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teacher.University of Misiori Columbia.

Elice, Deti. 2012. Pengembangan Desain Bahan Ajar Keterampilan Aritmatika Menggunakan Media Sempoa Untuk Guru Sekolah Dasar. Tesis. FKIP Unila PPSJ Teknologi Pendidikan. Lampung.


(5)

Faizatul fajaroh dan I Wayan dasna, Pembelajaran dengan siklus belajar jurusan kimia FMIPA UM,2007(http://

lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20pembelajaran-dengan-model-siklus- belajar-learning-cycle/, diakses 27 Februari 2014)

Gall, Meredith D., Joyce P.Gall, Walter R.Borg. 2003. Educational Research an Introduction, Seventh Editions. University of Oregon. United State of America Hake, RR. 1998. Interactive-Engagement Versus Tradisional Methods: A

Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal Physics. Departmen of Physics. Indiana

University. Indiana. http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. (Rabu 20 Februai 2013, pukul 02:12)

Hopkins. 1993. Teacher Guide Classroom Reasearch, My Doom Maiden Hood Open University Press. Tersedia:http://www.Teacher Research.net/R.Book Review 4 htm

Hergenhahn, BR Et al. 2008. Theories of Learning- Teori Belajar. 7th Ed. Kemcama Prenada Media Group : Jakarta

Joyce, Bruce. Et al. 2009. Models of Teaching – Model-Model Pengajaran. 8th Ed. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Kunandar. 2009. Guru Profesional : Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Edisi revisi. : Jakarta.

Karwono. 2010. Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Cerdas Jaya : Jakarta.

Miarso, Yusufhadi, 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Prenada Media dan Pustekkom Diknas

Prawiradilaga, Dewi Salma dan Siregar, Eveline. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan. Kencana Prenada Media Group :Jakarta.

Pribadi, Benny A. Model-Model Desain Sistem Pembelajaran.Prodi Teknologi Pendidikan PPS UNJ : Jakarta.

Putro, Eko W. 2012. Evaluasi Program Pembelajaran : Panduan Prkatis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Rina D. 20123 Pengembangan Modul Pembelajaran Materi Peluang dan Statistika. Tesis. FKIP Unila PPSJ Teknologi Pendidikan. Lampung. Setyosari,Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangannya.


(6)

Selahattin Gonen, et al. (2006). “The Effect of The Computer Assisted Teaching And 7E Model of The Constructivist Learning Methods on The

Achievements And Attitudes of High School Students”. The Tourkish Journal of Educational Technology. 5 (11), 82-88

.

Sarwono, Jonatahan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Sanjaya,Wina. 2012. Perencanaan dan Sistem Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group : Jakarta.

Sanjaya, Wina.2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses. Kencana Prenada Media Group : Jakarta.

Salamah Dwi http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/198/jiptiain--salamahdwi-9890-5-bab2.pdf, diakses 30 jan 2013

Smaldino Sharon E, Deborah L. Lowther, James D. Russell. 2011. Instructional Technology & Media for Learning – Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar: Edisi Kesembilan. Kencana Predana Media Group. Jakarta. Suparman ,Atwi M. 2005. Desain Instruksional. Departemen Pendidikan Nasional

: Jakarta.

Sumardoyo,2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika, Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika : Yogyakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Prenada Media : Jakarta.

Wayan dasna, Pembelajaran dengan siklus belajar jurusan kimia

FMIPAUM,2007(http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20pembelajara n-dengan-model-siklus- belajar-learning-cycle. (Rabu 30 januari 2013, pukul 02)

Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik : Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Graha Ilmu : Yogya

Yenilmez dan Ersoy. (2008). “Opinions of Mathematics Teacher Candidates Toward Applying 7E Instructinal Model on Computer Aided Instruction Invironments”.International Journal of Instruction. 1 , 50-60.