PEMENUHAN KOMPETENSI KEPALA DESA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Di Desa Rantau Minyak Kecamatan Candipuro Lampung Selatan)

(1)

ABSTRAK

PEMENUHAN KOMPETENSI KEPALA DESA DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Studi Di Desa Rantau Minyak Kecamatan Candipuro Lampung Selatan) Oleh:

ANDIKA PARASTIA

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa membawa paradigma baru dalam meningkatkan Kompetensi kepemimpinan Kepala Desa di Kabupaten Lampung Selatan, yang bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh kompetensi kepemimpinan terhadap kinerja kepala desa dalam melakukan tugas pembangunan desa, dan untuk mengetahui besar pengaruh kompetensi kepemimpinan secara bersamasama terhadap kinerja Aparatur Desa. Fenomena umum menunjukkan bahwa para kepala desa umumnya tidak mempunyai kompetensi atau kemampuan yang memadai untuk dapat menggerakkan atau meningkatkan pembangunan dan meningkatkan partisipasi masyarakat desa yang dipimpinnya dalam pembangunan desa.

Perumusan dalam masalah penelitian ini adalah: Bagaimanakah pemenuhan kompetensi kepala desa dalam melaksanakan tugas pembangunan desa dan apasajakah faktor penghambat pemenuhan kepala desa dalam melaksanakan tugas pembangunan Desa.

Pendekatan masalah yang di gunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.Data yang di gunakan adalah data primer dan sekunder. Data yang sudah di olah dan di sajikan dalam bentuk uraian, lalu dipresentasikan atau ditafsirkan untuk di lakukan pembahas dan di analisis secara kualitatif, kemudian untuk selajutnya ditarik suatu kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diketahui bahwa pemenuhan Kompetensi kepala Desa Rantau Minyak untuk melaksanakan tugas pembangunan desa dilakukan dengan cara: memberikan pendidikan formal, diklat dan pendidikan ketrampilan, penataan organisasi, serta, sistem seleksi yang efektif sesuai kebutuhan.

Agar mampu menciptakan pembaharuan dan kreasi yang tepat dan aplikatif sehingga masyarakat dapat menilai dan menjadikan suatu pandangan yang positip terhadap kepemimpinan kepala desa tersebut dan dapat di katakan mampu untuk melaksanakan tugas pembangunanan desa.


(2)

ABSTRACT

MEETING OF COMPETENCE IN IMPLEMENTING THE VILLAGE HEAD VILLAGE DEVELOPMENT PROJECT IN SOUTH DISTRICT LAMPUNG

(Study On Oil Rantau Candipuro District of South Lampung) By:

ANDIKA PARASTIA

Act No. 6 of 2014 on Village brings a new paradigm in enhancing leadership competencies Village Head in South Lampung regency, which aims to determine the influence of leadership competencies on the performance of the head of the village in the conduct of rural development, and to determine the influence of leadership competencies together the performance Apparatus village. A common phenomenon shows that the village head generally do not have sufficient competence or the ability to be able to move or improve the development and increase the participation of rural communities that led in rural development.

The formulation of the problem of this research is: How fulfillment village chief competence in performing the task of rural development and fulfillment apasajakah inhibiting factor in implementing the tasks village head village development.

Approach to the problem that is in use is normative and juridical approach empiris.Data in use is the primary and secondary data. The data has been processed and presented in narrative form, then presented or construed to be done discussant and qualitative analysis, and then to hereinafter drawn a conclusion.

Based on the results of research and discussion in mind that the fulfillment of Competence head Rantau Petroleum to carry out the task of rural development is done by: providing formal education, training and vocational education, organizational management, as well as, an effective selection system as needed. To be able to create the proper renewal and creation and applicable so that people can assess and make a positive view of the leadership of the head of the village and can be said is able to perform the tasks pembangunanan village.


(3)

PEMENUHAN KOMPETENSI KEPALA DESA DALAM

MELAKSANAKAN TUGAS PEMBANGUNAN DI DESA DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(Studi Di Desa Rantau Minyak Kecamatan Candipuro Lampung Selatan)

Oleh

ANDIKA PARASTIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 1 November 1991.Penulis merupakan anak ketiga buah hati dari pasangan Bapak Ria Putra hasanusi (Alm) dan Ibu Atika satini.Penulis menempuh jenjang pendidikan pertama kali pada taman kanak-kanak (TK) Asalam tahun 1996. Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Harapan Jaya Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-azhar 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ARJUNA Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur PMPAP. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan mata Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode II di Lampung Selatan, Desa Rantau Minyak Kecamatan Candipuro. Kemudian pada tahun 2015 penulis menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan kesempatan sehingga dapat ku selesaikan sebuah karya ilmiah ini dan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan Syafaatnya di hari akhir kelak. Aku

persembahkan karya ini kepada: Kedua orang tuaku:

Ayahanda Ria Putra Hasanusi (Alm) dan Ibunda Atika Satini

yang selalu mencintai, menyayangi mengasihi serta mendoakanku dengan tulus sebagai penyemangat dalam hidupku

Serta untuk kakak ku wilman nata kusuma dan winda sartika putri yang senantiasa memberikan dukungan kepada ku sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

Untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta menemaniku dalam suka maupun duka dalam

mencapai keberhasilanku. Almamaterku tercinta


(9)

MOTO

“Barang Siapa Menempuh Perjalanan Untuk Mencari Ilmu, Maka Allah Akan Memudahkan kepadanya Jalan Ke Surga”

( H.R. MUSLIM )

“Yakinlah Kepada Sang Pencipta , Bahwasanya Semua Segala Urusan Di Dunia Akan Di permudah Tidak Akan Ada Beban

Jika Kita Sanggup Menjalaninya” (Penulis)


(10)

SANWACANA

Puji syukur ku persembahkan atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yeng telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Pemenuhan Kompetensi Kepala Desa Dalam Melaksanakan Tugas Pembangunan Di Desa Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Di Desa Rantau Minyak Kecamatan Candipuro Lampung Selatan)”. Skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, dan segala sesuatu dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan penulis. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi bimbingan akademik, bantuan dan saran kepada penulis selama ini Serta selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung

2. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

3. Bapak Satria Prayoga, S.H.,M.H. Selaku Sekertaris Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung


(11)

4. Bapak Dr.Yuswanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis serta memberikan saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini

5. Bapak Syamsir Syamsu, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah memberikan saran, arahan, dan bimbingan serta nasehat kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini

6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah banyak memberikan saran dan masukan yang sangat berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

7. Bapak Agus Triono , S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah memberikan saran, kritik dan arahan kepada penulis dalam perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, khususnya di Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan (hukum administrasi negara) kepada penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh Bapak/Ibu Karyawan di Fakultas Hukum Universitas Lampung; 9. Seluruh narasumber yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

informasi berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

10.Ria putra hasanusi (Alm) . dan Ibunda Atika Satini tercinta. Terima kasih

banyak atas do’a dan kasih sayang ayah dan ibu dalam mendidik dan

membesarkanku dengan tulus. Semoga Allah SWT membalas segala yang telah ayah dan ibu korbankan untuk kehidupanku dengan kebahagiaan di dunia dan akhirat Amiin.


(12)

11.Teman teman Ungkrang dan Anak Unggar terima kasih telah memberikan dukungan nya selama ini buat saya dan juga makin kompak ya njoy

12.Sahabat-sahabat : Muktarudin, Arip, Eka, Bagus, Abib, Farah, Andy Rahmad, Boga, Daniko, Ebol, Asa, Serta seluruh teman-teman FH Unila 2011 yang lainnya terima kasih banyak atas kebersamaan kita selama ini dan terima kasih atas semangat, motivasi kalian, tanpa kalian semua tidak akan berkesan. Semoga kita semua dapat menggapai kesuksesan di Dunia dan Akhirat Amin Ya Rabbal Alamin.

13.Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini, teman-teman di Bagian Hukum Administrasi dan seluruh teman-teman Angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas perhatian dan bantuan yang telah diberikan selama masa pendidikan. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua dan pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun akan selalu diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga Allah SWT memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua serta semoga tali silaurahmi diantara kita tetap erat dan kita dipertemukan kembali dalam keridhoan-Nya. Aamiin Allahumma Ya Rabbal’alamin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup... 10

1.2.1 Permasalahan ... 10

1.2.2 Ruang Lingkup ... 11

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Desa ... 13

2.2Pemerintahan Desa... 13

2.2.1 Pengertian Pemerintahan Desa... 13

2.2.2 Kepala Desa ... 14

2.2.3 Badan Permusyawaratan Desa ... 14

2.2.4 Prangkat Desa ... 16

2.3Pembangunan Desa ... 17

2.3.1 Pengertian Pembangunan Desa ... 17

2.3.2 Tujuan Pembangunan Desa ... 23

2.3.3 Tata Cara Pembangunan Desa ... 24

2.4 Pengertian Pemenuhan Kompetensi ... 24

2.4.1 Pemenuhan ... 24

2.4.2 Kompetensi ... 25


(14)

ii

2.4.4 Tujuan Pemenuhan Kompetensi ... 29

2.5 Dasar Hukum Pemerintahan Desa ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan Masalah... 30

3.2Sumber Data... 30

3.3Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32

3.3.1 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.3.2 Teknik Pengolahan Data ... 32

3.4Analisis Data ... 33

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Desa Rantau Minyak Kecamatan Candipuro Kabupaten Lampung Selatan ... 34

4.1.1 Keadaan Wilayah ... 34

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 35

4.1.3 Sarana Pribadatan ... 35

4.1.4 Sarana Dan Prasarana Ekonomi ... 35

4.1.5 Jenis Tanaman Dan Luas Tanaman ... 36

4.1.6 Sarana Pendidikan,Olahraga,Sosial,Budaya,dan Kesehatan ... 37

4.2 Organisasi Pemerintahan Desa Rantau Minyak ... 38

4.3 Gambaran Umum Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa Kabupaten Lampung Selatan ... 40

4.3.1 Badan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintahan Desa ... 40

4.3.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Dan Pemerintah Desa ... 41

4.4 Pemenuhan Kompetensi Kepala Desa Dalam Melaksanakan Tugas Pembangunan Desa... 43

4.4.1 Persyaratan Menjadi Kepala Desa ... 43

4.4.2 Kompetensi Kepemimpinan Kepala Desa ... 45

4.5 Faktor Penghambat Pemenuhan Kompetensi Kepala Desa Dalam Melaksanakan Tugas Pembangunan Desa ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA


(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah merupakan bagian dari rangkaian pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan secara berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.1

Pemerintah menyadari akan pentingnya pembangunan di tingkat desa. Berbagai bentuk dan program untuk mendorong percepatan pembangunan kawasan perdesaan telah dilakukan oleh pemerintah, namun hasilnya masih belum signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan desa harus dilakukan secara terencana dengan baik dan harus menyentuh kebutuhan riil masyarakat desa.2

Sehingga pembangunan desa harus terencana dengan baik berdasarkan hasil analisis atau kajian yang menyeluruh terhadap segenap potensi dan permasalahan yang dihadapi desa.

Untuk mewujudkan pembangunan desa yang terencana, maka pemerintah desa dan seluruh elemen masyarakat harus terlibat dalam proses perencanaan pembangunan.

1

Rudi.Hukum Pemerintahan Daerah.Bandar Lampung:PKPPUU FH UNILA.2003.Hlm.82. 2


(16)

2

\Bentuk perencanaan pembangunan, seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) desa dan Rencana Kerja Tahunan (RKT), merupakan beberapa contoh perencanaan pembangunan tersebut.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, mewajibkan kepada Pemerintah Desa untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa .Reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 menjadikan Indonesia menjadi negara yang lebih terbuka akan adanya perubahan-perubahan, khususnya dalam hal pemerintahan.

Sistem pemerintahan yang pada masa orde baru serba sentralistik kemudian perlahan mulai berubah menjadi lebih dekat dengan rakyat.

Hal ini disebabkan karena sejak tahun 1998 otonomi daerah mulai digalakkan dengan keluarnya Undang-undang No. 25 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.3

Menurut UU No.23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah yang menyatakan bahwa Pembangunan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah. Daerah diberi otonomi untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut kemampuan dan kreativitas daerah berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dengan otonomi, daerah dapat melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah sehingga hasil pembangunan dapat lebih diterima oleh masyarakat. Selain itu, daerah dengan sendirinya akan mengalami proses pemberdayaan serta kemandirian daerah akan terbangun secara signifikan.4

3

Moch.Solekhan.Penyelenggara Pemerintahan Desa.Malang:Stara Pres.2012.Hlm 13. 4


(17)

3

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan-peraturan tersebut diharapkan penyelenggaraan pemerintah dapat berjalan dengan lebih cepat, efektif dan efisien.

Salah satu wujud penyelenggaraan pemerintahan itu adalah pelaksanaan pembangunan. Tahapan yang paling awal dan paling vital dalam pembangunan adalah tahap Pemenuhan Kopetensi Kepala Desa dalam melakukan perencanaan pembangunan Desa.

Karena Dalam Pemenuhan Kopetensi Kepala Desa dapat menentukan keberhasilan pembangunan yang akan dilaksanakan dalam suatu desa. Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah, disusun perencanaan pembangunan daerah sebagai suatu bentuk kesatuan sistem perencanaan nasional.5

Hal ini juga terdapat pada Undang-Undang RI No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa;

1. Bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

5

HAW. Widjaja, Otonomi Desa: Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Rajawali Pers. Jakarta, 2008, hlm 4


(18)

4

3. Bahwa Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan perlu diatur.

Perencanaan adalah awal dari seluruh rangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan tertentu. Dalam arti luas, perencanaan tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Waterson dalam Bintoro Tjokroamidjojo mengatakan bahwa perencanaan adalah melihat ke depan dengan mengambil alternative dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan dengan terus mengikuti pelaksanaannya agar tidak menyimpang dari tujuannya.

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari perencanaan adalah agar kesejahteraan dapat terpenuhi, karena kesejahteraan merupakan harapan dari Utara semua masyarakat. Kesejahteraan ditentukan oleh seberapa jauh seseorang dapat memperoleh barang/jasa dan fasilitas publik yang dibutuhkan.

Penyediaan barang dan jasa tersebut sebagian besar disediakan oleh negara. Peran negara dalam hal ini kemudian diselenggarakan pemerintah dalam bentuk pembangunan.

Selain perencanaan yang matang, keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat

(Community development) juga sangat bergantung kepada peranan pemerintah dan

masyarakatnya. Keduanya harus mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal.

Pembangunan hanya akan melahirkan produkproduk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru.


(19)

5

Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat. agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segala hasil.Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis.

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah adalah bagaimana membangun dan menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban misinya untuk mewujudkan tujuan pemerintahan yaitu mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut pemerintah harus melaksanakan pembangunan.

Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan pemerintahan, Pertama: perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitive. Kedua: Pemerintah pelu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat daam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan.

Perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi ke bawah dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara ini pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Rakyat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang


(20)

6

telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.

Paradigma pembangunan yang sekarang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.

Artinya, pemerintah tidak lagi sebagai provider dan pelaksana, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator dan katalisator dari dinamika pembangunan, sehingga dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan, masyarakat mempunyai hak untuk terlibat dalam memberikan masukan dan mengabil keputusan, dalam rangka memenuhi hak-hak dasarnya, Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting.6

Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum terkecil yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh negara. Pembangunan pedesaan selayaknya mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.

Pembangunan pedesaan dapat dilihat pula sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat, dan upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh.

Sebagaimana dengan berlakunya UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang ditindaklanjuti dengan peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2014 tentang Desa, maka Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul Desa, kewenangan yang diserahkan kabupaten dan tugas pembantuan dari

6


(21)

7

pemerintah Provinsi, Pemerintah pusat serta urusan Pemerintahan lainnya yang oleh peraturan. perundang-undangan diserahkan kepada Desa.

Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional, yakni usaha peningkatan. kualitas Sumber Daya Manusia pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan secara berkelanjutan berlandaskan pada potensi dan kemampuan desa. Dalam pelaksanaannya, pembangunan pedesaan seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan pembangunan yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan.

Jumlah desa seluruhnya di Indonesia Berdasarkan data Statistik BPS 2012, terdapat 79.075 kelurahan/desa di Indonesia. Jumlah penduduk desa relatif sedikit

dan tersebar di beberapa wilayah yang sangat luas.

Dalam melaksanakan pembangunan di daerah pedesaan menghadapi hambatan dan kendala yang tidak ringan dilihat dari aspek geografis, topografis, demografis, ketersediaan sarana dan prasarana, kelemahan dalam akses terhadap modal dan informasi pasar, kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang lemah, kemampuan kelembagaan pedesaan yang masih lemah dan masih banyak kelemahan operasional dan fungsional lainnya.

Memperhatikan berbagai kendala serta hambatan-hambatan diatas, salah satu upaya yang dianggap penting adalah mendorong, meningkatkan, mengembangkan dan mengaktualisasikan kekuatan dan kemampuan yang bersumber dari dalam masyarakat

pedesaan itu sendiri yang tidak lain adalah “partisipasi masyarakat”.

Kegiatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan meliputi identifikasi potensi, permasalahan yang dihadapi masyarakat, penyusunan program-program pembangunan yang benar-benar dibutuhkan masyarakat, implementasi program dan pengawasannya. Partisipasi


(22)

8

masyarakat dalam pembangunan yang diarahkan dan dilakukan dalam lingkungan masyarakat pedesaan setempat berarti orientasi pembangunan adalah ke dalam karena anggota masyarakat dianggap pihak yang paling mengetahui potensi dan kondisi masyarakatnya.

Dalam masyarakat desa, perencanaan partisipatif merupakan sebuah instrument yang sangat penting, sebab merupakan salah satu dari serangkaian perjalanan pembangunan yang sangat menentukan bagi keberhasilan proses pembangunan desa. Desa sebenarnya memiliki posisi yang strategis dalam gemuruh pembangunan dan politik pemerintahan di seluruh tanah air. Dari sisi penduduk, desa merupakan basis mayoritas penduduk, atau dengan kata lain sebagian besar penduduk di negeri ini menetap di desa.

Hal ini memungkinkan desa menjadi penyedia tenaga kerja terbesar dan di sisi lain desa menjadi basis massa yang kerap di mobilisasi demi kepentingan politik. Dari sumber daya alam,desa merupakan pensuplai utama sumber bahan makanan penduduk ke kota-kota besar. Oleh karena itu, pada fase ini sudah selayaknya perencanaan pembangunan di desa merupakan sebuah hasil proses musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyrakat secara utuh sehingga pelaksanaan pembangunan di desa benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat serta berjalan secara efektif dan efisien.

Namun demikian, terkait dengan proses pembangunan desa, belum terlihat secara utuh implementasi perencanaan partisipatif yang menjadi amanat baik yuridis maupun sosiologis dari pelaksanaan otonomi daerah. Secara umum dapat ditemukan bahwa selama ini partisipasi masyarakat desa relative lemah, baik dalam proses pembuatan kebijakan lokal desa maupun untuk mengatur aktivitasnya sendiri. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh rendahnya kualitas dan kuantitas tingkat partisipasi masyarakat, tetapi juga terletak pada ketertutupan mekanisme politik bagi keterlibatan warga negara dalam menuntut akuntabilitas


(23)

9

dan keterbukaan.

Jika dilihat kebelakang, perencanaan berjenjang dari aspirasi murni warga desa bisa di dengar. Kita mengenal proses Musrenbangdes (Musyawarah perencanaan pembangunan desa), dilanjutkan dengan musrenbang tingkat kecamatan, lalu diikuti rapat koordinasi pembangunan di tingkat kabupaten hingga provinsi. Keteribatan masyarakat desa dalam perencanaan tersebut selesai di tingkat kecamatan, sehingga implementasi tersebut dapat dikritisi mengandung banyak kelemahan.

Misalnya partisipasi masyarakat selaku penerima manfaat sangat lemah, hasil berbagai forum koordinasi di tingkat lebih rendah (desa) kadang tidak di gubris oleh pemerintah yang lebih tinggi, mekanisme perencanaan muai dari musbangdes hanya bersifat mencatat daftar kebutuhan masyarakat ketimbang sebagai proses perencanaan partisipatif.

Proses tersebut akhirnya menjadi proses birokratis yang sangat panjang dan lama sehingga masyarakat tidak mendapat kepastian kapan kebutuhannya akan terwujud.

Bila demikian adanya, maka realita ini tentu saja dapat menghambat jalannya implementasi perencanaan partisipatif.7 Desa Rantau Minyak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Candipuro.

Dengan demikian desa ini Merupakan Desa Dengan jumlah penduduk sebanyak 4.209 jiwa. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani yang berorientasi pada petani persawahan dan perladangan. Dari segi potensi alam, desa rantau minyak. Namun demikian masih banyak masyarakat yang dikategorikan dalam ekonomi rendah. 8

7

Ibid. 8


(24)

10

Berdasarkan jumlah kepala keluarga terdapat 988 kepala keluarga di desa rantau minyak dan kurang lebih sekitar 300 kepala keluarga masih tergolong kurang sejahtera. Sarana prasarana di desa Rantau Minyak masih banyak yang kurang maksimal. Seperti misalnya masalah infrastruktur jalan Utara masih banyak yang perlu perbaikan, karena kondisi jalan yang berlobang dan berlumpur saat hujan. Kondisi jalan yang rusak dan berlobang ini dialami hampir semua dusun di desa Rantau Minyak.

Fasilitas kantor yang kurang memadai dikarenakan keterbatasan dana menjadi kendala dalam memberikan pelayanan yang maksimal terhadap masyarakat. Aparatur pemerintah desa juga mengalami keterbatasan dalam memberikan pelayananan, terlebih lagi dengan minimnya keuangan desa. Selain itu terjadi kensenjangan terhadap gaji pegawai yang dinilai .9

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Penelitian ini akan merumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimanakah pemenuhan kompetensi kepala desa dalam pelaksanaan tugas pembangunan desa ?

2. Apakah faktor penghambat pemenuhan kompetensi kepala desa dalam melaksanakan tugas pembangunan desa ?

9


(25)

11

1.2.2 Ruang Lingkup

Untuk mengetahu efektifitas pelaksanaan pembangunan desa dengan membatasi keluasan penelitian, maka perlu dibatasi lingkup substansi penelitian meliputi Pembangunan desa dan pemenuhan kompetensi terhadap kepala desa yang ada pada desa Rantau Minyak Kecamatan candipuro Kabupaten Lampung Selatan.

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui Pelaksanaan pemenuhan kompetensi kepala desa dan proses pembangunan desa yang ditinjau dari aspek geografis dan aspek lingkungan desa rantau minyak kecamatan candipuro Kabupaten Lampung selatan.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat pembanguan desa dan pemenuhan kopetensi kepala desa pada desa rantau minyak kecamatan candipuro kabupaten lampung selatan.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara Teoritis diharapkan penulis ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi kalangan hukum dalam mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan khususnya hukum administrasi negara.


(26)

12

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, untuk mengetahui kemampuan Kompetensi kepala desa dalam melakukan perencanaan pembangunan desa di kabupaten Lampung Selatan.10

10

Daeng Sudiro ,permasalahan pokok-pokok pemerintah di Daerah Pemerintah Desa , Angkasa , Bandung, hlm .35.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Desa

Dalam UU NO 6 Tahun 2014 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2Pemerintah Desa

2.2.1 Pengertian Pemerintahan Desa

Pemerintahan desa adalah penyelenggara urusan pemerintah oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang di akui dan di hormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Pemusyawaratan Desa (BPD).pemerintah desa atau yang di sebut dengan nama lain Perangkat Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai penyelenggara pemerintah desa.


(28)

14

2.2.2 Kepala Desa

Pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang menyelenggarakan urusan pemerintah,pembangunan kemasyarakatan dan memiliki wewenang:

a. Penyelenggaraan pemerintah desa.

b. Mengajukan rancangan praturan desa.

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD.

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBD desa untuk di bahas dan di tetapkan bersama.

e. Membina kehidupan masyarakat desa.

f. Mengkordinasikan pembangunan desa secara partisipasip.

g. Membina prekonomian desa.

2.2.3 Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusywaratan Desa atau BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa.Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang di tetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.anggota BPD terdiri dari ketua Rukun Warga,dan pemangku rakyat, golongan, profesi, pemuka agama, dan tokoh atau pemuka lainnya.


(29)

15

BPD Berfungsi menetapkan praturan desa bersma Kepala Desa,menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat,BPD mempunyai wewenang :

a. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa

b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan praturan desa dan peraturan kepala desa

c. Mengusulkan pengangkatan dan pemberentian kepala desa

d. Membentuk panitia pemilihan kepala desa

e. Menggali,menampung,menghimpun,merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyrakat dan

f. Menyusun tata tertib BPD

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya ,BPD mempunyai hak

a. Meminta keterangan pemerintah desa

b. Menyatakan pendapat

Sementara anggota BPD mempunyai hak, antara lain :

a. Mengajukan rancangan peraturan desa

b. Mengajukan pertanyaan

c. Menyampaikan usul dan pendapat


(30)

16

2.2.4 Perangkat Desa

Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya.dengan demikian prangkat desa bertanggung jawab kepada kepala desa.

Perangkat desa terdiri dari sekertaris desa dan perangkat desa lainnya, prangkat desa lainnya terdiri dari :

a. Sekertariat desa

b. Pelaksanaan teknis lapangan

c. Unsur kewilayahan

Jumlah perangkat desa di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Sekertaris desa di isi dari pegawai negri sipil yang memenuhi persaratan yaitu :

a. Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat

b. Mempunya pengetehuan tentang teknis pemerintahan

c. Mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan bidang perencanaan

d. Mempunya pengalaman di bidang perkantoran

e. Memahami sosial budaya masyarakat setempat, dan


(31)

17

Sekertaris desa di angkat oleh sekertaris Daerah Kabupaten/Kota atas Nama Bupati/WaliKota. Perangkat desa lainnya di angkat oleh kepala desa dari penduduk desa dan keputusan kepala desa. Usia perangkat desa paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 60 (enam puluh) tahun.

2.3 Pembangunan Desa

2.3.1 Pengertian Pembangunan Desa

Pembangunan desa adalah Merupakan proses perubanan yang disengaja dan direncanakan lebih Lengkap lagi, pembangunan berarti perubahan yang disengaja atau Direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehandaki ke arah yang dikehendaki. Istilah pembangunan umum- nya dipadamkan dengan istilah developmen, sekalipun istilah developmen sebenarnya berarti perkembangan tanpa perencanaan.1

Maka pcmbangunan masyarakat desa juga disebut rurar development. Demikian pula istilah modemisasi juga sering diartikan identik dengan pembangunan, yakni mengingat artinya sebagai proses penerapan pungetahnan dan teknologi modem pada berbagai segi atau bidang kchidupan masyarakat. Sehingga, ada pula yang mendefinisikan pcm- bnngunan sebagai usaha yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan. perubahan sosial melalui modemisasi.

Di negara-negara berkembang, proses perubahan dan perkembangan yang terjadi pada ntasyarakat termasuk masyarakat desa tidak lepas dari campur tangan Pemerintah. Dengan demikian jelas bahwa yang merencanakan dan merekayasa

1


(32)

18

prubahan adalah Negara, Campur tangan Negara ini dilakukan dengan tujuan untnk mempercepat akselerasi pembangunan agar bangsanya tidak tertinggal. Istilah dan pengertian pembangunan tersebut di atas tidak lazim bagi Daerah yang telah maju dan modern. Hal ini dapat dimengerti karena proses modemisasi di Barat merupakan peroses perkembangan (development) intemal dan wajar lewat industri dungan sistem kapitalisasinya.

Proses ini bersifat wajar dalam arti tidak ada perencanaan, pengendalian, atau kesengajaan terhadap jalannya proses tcrsebut. Peran Pemerintah bersifat pasif. Kalaulah ada yang dapat diperhitungkan sebagai kekuatan pengendali yang aktif dalam melakukan pembangunan desa.

Modernisasi ini, dengan industri dan system. Kapitalisme yang melandasainya, telah mengantarkan negara-negara tersebut ke tingkat kemajuan yang telah dicapainya sejauh ini. Bagaimana dengan dunia Ke tiga, termasuk Indonesia? Mengapa pembangunan diperlukan? Hal ini mudah dimengerti. Sebab, Negara negara berkembang semenjak memperoleh kemerdekaannya merasa bebas untuk menentukan nasibnya sendiri. Hal yang segera dirasakan adalah keterbelakangan dan ketertinggalannya dari dunia Barat.

Maka untuk memajukan Negara dan sekaligus untuk mengejar ketertinggalan itu proses modemisasi yang biasa tidaklah cukup.


(33)

19

Moderenisasi itu harus direncanakan, dipacu, dan diakselerasikan, sedemikian rupa sehingga ibarat kendaraan segcra bisa mengantar negara-negara berkembang tersebut menjadi negara yang maju dan sejahtera setara dengan dunia`Barat. Pembangunan secara umum mengandung pengertian secaman ini. Bagaimana kegiatan pembangunan nasional di Indonesia? Scbagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa pembangunan adalah mcrupakan kegiatan yang direncanakan.

Oleh negara atau khususnya pemerintahu Di Indonesia kegiatan pernbangunan nasiona1 secara berencana telah dilancarkan semenjak tahun 1950-an, khususnya lewat pcran Dewan Perancang Nasional (DEPPERNAS) yang memprioritaskan pembangunan di bidang ekonomi.

Dengan diemikian, pembangunan nasional telah dilancarkan semenjak jaman Orda, Orba, hingga sekarang. Bagaimana rumusan pengertian pembangungm nasional kita? Diawali dengan penugasan Deppernas oleh Presiden untuk "merancangkan pola masyarakat adil dan makmur.2

Tujuan dalam arti luas mempengaruhi masyarakat agar mengikuti keinginan pemerintah, dalam hal :

a. Mengarahkan aktifitas tertentu. b. Mencegah bahaya bagi ingkungan .

c. Keinginan melindungisuatu objek tertentu. d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit.

e. Mengarahkan dengan menyeleksi orang-orang dan aktifitas-aktifitas.

2


(34)

20

Secara umum tujuan dan fungsi dari pembangunan desa adalah untuk pengendalian dari pada aktifitas pemerintah dalam hal-hal tertentu dimana ketentuannya berisi pedoman yang harus dilaksanakan oleh baik yang

berkepentingan pejabat yang berwenang. Selain itu, tujuan dari pembangunan desa itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu :

a. Dari Sisi Pemerintah

Dari sisi pemerintah tujuan pembangunan Desa adalah:

Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat pedesaan perlu dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinir, sehingga sasaran bisa tepat, benar-benar berdaya guna dan berhasil guna.

b. Dari Sisi Masyarakat

Dari sisi masyarakat tujuan pembangunan desa adalah: 1. Untuk kemakmuran rakyat.

2. Untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat setempat. 3. Untuk memudahkan mendapatkan ekonomi masyarakat.

Dalam hal pembangunan desa, tujuan pembangunan desa adalah untuk melindungi kepentingan baik kepentingan pemerintah maupun kepentingan masyarakat yang lebih maju.

Adapun masalah-masalah pembangunan desa yang ada di daerah adalah dapat berupa sistem perencanaan pembangunan desa dan tuntutan masyarakat, sarana dan prasarana pendukung, sumber daya manusia yang dibutuhkan, dan soal ketersediaan dana.

a. Sistem pembangunan dan pemenuhan kompetensi

Sistem yang digunakan dalam perencanaan pembangunan dapat berbeda di daerah lain. Suatu sistem selalu diikuti oleh struktur dan eksistensi kelembagaannya.


(35)

21

Apabila sistem yang dipilih dalam perencanaan pembangunan bersifat persial-sektoral, maka tuntutan terhadap adanya kelembagaan yang memberikan wadah penanganan terpadu belum mendesak. Apabila sistem yang dipilih dalam pembangunan terpadu mau tidak mau harus ada lembaga yang secara khusus sistem pembangunan desa. Adanya kelembagaan yang baru dibentuk sering sekali membawa konsekuensi yang tidak sedikit.

Bahkan konsekuensi itu sudah terasa sebelum institusi tersebut benar-benar terbentuk.

b. Kondisi dan Tuntutan Masyarakat

Di daerah-daerah tertentu frekuensi perencanaan pembangunan dan pemenuhan kopetensi rendah, pemerintah daerah tidak terlalu terbebani untuk memikirkan waktu penyelesaian dan prioritas penyelesaian pembangunan desa pada desa tersebut , sedangkan daerah-daerah yang tingkat kopetensi dan pembangunannya sangat tinggi mau tidak mau harus ada solusi untuk menanganinya. Masyarakat tentu menginginkan izin yang cepat, murah, dan segera dapat dimanfaatkan. Harus diingat bahwa instansi yang menangani perencanaan pembangunan tidak bekerja sendirian, tidak jarang mereka harus berkoordinasi dengan instansi lain. Hal itu yang mungkin kurang dipahami oleh warga masyarakat.

c. Sarana dan Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana pendukung kegiatan nuntuk menjalankan sistem perencanaan pembangunan cukup banyak. Apabila perencanaan pembangunan dilakukan oleh satu dinas banyak pula sarana dan prasarana


(36)

22

yang dibutuhkan. Belum semua daerah dapat mewujudkan harapan dari tuntutan ideal mengenai sarana dan prasarana.

d. Sumber Daya Manusia

Keluhan yang banyak terdengar di kantor pemerintahan daerah adalah soal sumber daya manusia yang ada. Banyaknya pegawai pemerintah daerah tidak menjamin bahwa pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab di instansi itu akan beres. Kenyataan tersebut tidak jarang disebabkan rekruitmen atau karena ada kebijakan di bidang kepegawaian kurang tepat.

e. Ketersediaan Dana

Kesuksesan yang dialami oleh sejumlah pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kepada warganya memang layak mendapatkan apresiasi, tapi tidak semuanya dapat berjalan mulus. Idealisme yang bagus dalam perencanaan pembangunan tidak akan berjalan tanpa ketersediaan dana yang memadai. Oleh karena itu, hal ini menjadi persoalan tersendiri. Disamping persoalan-persoalan tersebut ada potensi permasalahan dalam perencanaan pembangunan. Soal tarik menarik kepentingan antar daerah dan pusat merupakan persoalan yang sering terjadi. Persoalan yang tidak melihat ke depan dalam jangka panjang.3

3

Kusworo, Kajian Tentang Perubahan Pemerintahan Desa Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 1974,hlm .67


(37)

23

2.3.2 Tujuan Pembangunan Desa

Berdasarkan Peraturan Pemerintah UU No 6 Tahun 2014, tentang Desa yaitu;

“Pembangunan desa adalah merupakan proses perubanan yang disengaja dan

direncanakan lebih lengkap lagi, pembangunan berarti perubahan yang disengaja atau direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehandaki ke arah yang dikehendaki. Istilah pembangunan umumnya dipadamkan dengan istilah development, sekalipun istilah development sebenarnya berarti perkembangan tanpa perencanaan. Maka pembangunan masyarakat desa juga disebut rurar development.”

Demikian pula istilah modemisasi juga sering diartikan identik dengan pembangunan, yakni mengingat artinya sebagai proses penerapan pungetahnan dan teknologi modem pada berbagai segi atau bidang kchidupan masyarakat.4 Sehingga, ada pula yang mendefinisikan pembangunan sebagai usaha yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan. perubahan sosial melalui modemisasi. Di negara-negara berkembang, proses perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat termasuk masyarakat desa tidak lepas dari campur tangan Pemerintah.

Dengan demikian jelas bahwa yang merencanakan dan merekayasa perubahan adalah negara, campur tangan Negara ini dilakukan dengan tujuan untnk mempercepat akselerasi pembangunan agar bangsanya tidak tertinggal dari dunia barat. Istilah dan pengertian pembangunan tersebut di atas tidak lazim bagi negara-negara industri barat yang telah maju dan modern. Hal ini dapat

4Jurnal Administrasi Pemerintahan Daerah


(38)

24

dimengerti karena proses modemisasi di Barat merupakan peroses perkembangan

(development) intemal dan wajar lewat industri dungan sistem kapitalisasinya.

2.3.3 Tata Cara Pembangunan Desa

1. Wajib disusun perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah.

2. Perencanaan Pembangunan Desa sebagaimana dimaksud dengan: a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa.

b. Rencana Kerja Pembangunan Desa.

Desa yang terencana dalam suatu kecamatan dengan prasarana lingkungan berupa daerah yang dapat menunjang perencanaan pembangunan yang ada di daerah tersebut .

Untuk pembangunan pembangunan desa yang lebih maju dan sejahtera perlu adanya kerja sama dalam perencanaan pembangunan dengan adanya kerja sama masyarakat desa setempat, dimana masyarakat adalah suatu peran penting dalam pembangun desa yang telah terencanakan.

2.4 Pengertian Pemenuhan Kompetensi

2.4.1 Pemenuhan

Yaitu hak untuk Meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran bagi aparatur pemerintah, sekolah dan masyarakat luas dalam memahami pemenuhan hak atas pendidikan inklusif di Indonesia dan juga menyediakan informasi bahwa setiap manusia berhak sebagai peserta didik yang memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu.


(39)

25

2.4.2 Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas ketrampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut .

Kompetensi merupakan karakteristik individu yang mendasari kinerja atau perilaku ditempat kerja.

Kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir, menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode waktu yang lama.

Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat memuaskan di tempat kerja, ecara garis besar, Kompetensi menjelaskan apa yang dilakukan orang di tempat kerja pada berbagai tingkatan dan memperinci standard masing–masing tingkatan, mengidentifikasi karakteristik pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan individual yang memungkinkan menjalankan tugas dan tanggung jawab secara efektif sehinggga mencapai standard kualitas profesional dalam bekerja.

Terdapat lima tipe karakteristik kompetensi :

a. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau diinginkan orang yang menyebabkan tindakan.

b. Sifat adalah karakteristik fisik dan respons yang konsisten terhadap situasi atau informasi.


(40)

26

d. Pengetahuan, adalah inforamsi yang dimiliki orang dalam bidang spesifik

e. Ketrampilan, adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau mental tertentu

Terdapat lima kategori kompetensi, yaitu :

1. Task Achievement

Merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan kinerja yang baik.Kompetensi berkaitan dengan task achievement ditunjukkan oleh orientasi pada hasil, mengelola kinerja, mempengaruhi, inisiatif, efisiensi produksi, fleksibilitas, inovasi, peduli pada kualitas, perbaikan berkelanjutan, dan keahlian teknis.

2. Relationship

Kategori kompetensi yang berhubungan dengan komunikasi, memiliki hubungan kerja yang baik dengan orang lain. Kompetensi ini meliputi: kerja sama, orientasi pada pelayanan, kepedulian antar pribadi, kecerdasan organisasional, membangun hubungan, penyelesaian konflik, perhatian pada komunikasi dan sensivitas lintas budaya.

3. Personal Attribute

Kompetensi intrinsik individu dan menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa, belajar, dan berkembang. Kompetensi ini meliputi: integritas dan kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan, manajemen stress, berpikir analitis, dan berpikir konseptual.


(41)

27

4. Managerial

Kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan pebelolaan , pengawasan, dan

mengembangkan orang. Kompetensi manajerial berupa; memotivasi,

memberdayakan/empowering, dan mengembangkan orang lain.

5. Leadership

Kompetensi yang berhubugnan dengan memimpin organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi. Kompetensi ini meliputi; Kepemimpinan visioner, berpikir strategis, orientasi kewirausahaan, manajemen perubahan, membangun komitmen organisasi, membangun fokus dan maksud, nilai-nilai.

2.4.3 Pemenuhan Kompetensi

Kompetensi kepala desa, didefinisikan sebagai kemampuan kepala desa dalam menghimpun, menggerakkan dan mengarahkan potensi-potensi dalam masyarakat desa yang dipimpinnya untuk kepentingan pembangunan desa. Kompetensi kepala desa tersebut dilihat/diamati dari indikator sebagai berikut; Kemampuan pengetahuan, dilihat dari luasnya pengetahuan kepala desa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemerintahan dan pembangunan, Kemampuan ketrampilan/keahlian, dilihat dari kemampuan kepala desa dalam mengelolah pembangunan desa (menyusun program, membuat perencaan program, merancang implementasi program, mengawasi dan mengevaluasi program), kemampuan manajerial, dilihat dari kemampuan kepala desa dalam memimpi dan menggerakkan bawahan/perangkat desa dan masyarakat, kemampuan interpersonal, dilihat dari kemampuan kepala desa dalam mengambil keputusan, berintegrasi dengan masyarakat, berkomunikasi dengan masyarakat, memotivasi dan melakukan persuasi terhadap masyarakatnya.


(42)

28

Asas dari perencanaan pembangunan berlandaskan pada asas manfaat, asas usaha bersama, asas demokrasi, asas adil dan rata, dan juga memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

b. Mewujudkan pembangunan yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

c. Memberi arahan pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.

d. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.5

Pemenuhan Kompetensi adalah suatu kemampuan kepala desa dalam melakukan perencanaan pembangunan desa, dimana tugas dan wewenang kepala desa dapat menjadikan suatu partisipasi masyarakat dalam melakukan pembangunan desa yang menjadikam desa tersebut memeliki kualitas dalam melakukan pembangunan.

5


(43)

29

2.4.4 Tujuan Pemenuhan Kompetensi

Bertujuan untuk memimpin dan menggerakkan bawahan/perangkat desa, lembaga lembaga masyarakat desa dalam rangka kepentingan pembangunan desa. Selanjutnya untuk mengeetahui hasil perhitungan rata-rata pada semua aspek kemampuan manajerial pada masyarakat dalam pembangunan desa, serta memberikan indikasi bahwa kemampuan manajerial kepala desa dalam memimpin dan menggerakkan perangkat desa, lembaga-lembaga masyarakat desa, dan warga masyarakat desa untuk kepentingan pembangunan desa dapat dikatakan cukup tinggi.

2.5 Dasar Hukum Pemerintahan Desa

Adapun dasar hukum yang berkaitan dengan peraturan keterangan rencana pembangunan desa adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Desa.


(44)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan Yuridis Normatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dan pengumpulan dan penyajian data dengan mempelajari dan menelaah konsep-konsep dan teori-teori serta peraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini. Sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk mempelajari hukum dalam kenyataan yang ada mengenai pemenuhan kompetensi kepala desa dalam melaksanakan tugas pembangunan desa.

3.2 Sumber data

Sumber dan jenis data dalam penelitian ini hanya menggunakan data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan secara langsung pada objek penelitian (field Risearch) yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara langsung mengenai pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang pembangunan.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan literatur kepustakaan dengan melakukan studi dokumen, arsip yang bersifat teoritis, konsep-konsep, doktrin dan


(45)

asas-31

asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan di bahas,1 yang terdiri antara lain:

a. Bahan Hukum Primer, antara lain: 1) Undang-Undang Dasar 1945.

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang terdiri dari Literatur, Kamus, Makalah, Surat Kabar dan lain-lain.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari Buku-Buku, Literatur, Jurnal, Kamus, Internet, Surat Kabar dan lain-lain.

1

Sri Mamuji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 28


(46)

32

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan studi literatur; a. Studi Pustaka

Terlebih dahulu mencari dan mengumpulkan buku-buku dan literatur yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang dibahas sehingga dapat mengumpulkan data sekunder dengan membaca, mencatat, merangkum, untuk dianalisa lebih lanjut.

b. Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan alat bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terhadap informan/narasumber yang berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang pembangunan.

3.3.2 Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan

pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.


(47)

33

b. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.4 Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif yakni penggambaran argumentasi dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Dari hasil analisis tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada realitas yang bersifat umum yang kemudian disimpulkan secara khusus.


(48)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompetensi kepemimpinan tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja Kepala desa. Ketidak eratan pengaruh tersebut terjadi karena aparat desa dalam hal ini Kepala desa yang kurang memiliki komunikasi sosial dengan masyarakat desa serta kurang tersediaanperangkat komputer sebagai salah satu sarana manajemen (tools ofmanagement) dalam memperlancar pelayanan kepada masyarakat desa.

2.Kompetensi kepemimpinan dan kompensasi secara bersama-sama memiliki keeratan pengaruh (koefisien determinasi) yang kuat sebesar 69,6% terhadap kinerja Kepala desa. Keeratan pengaruh ini karena adanya kemampuan kepala desa dan aparat desa lainnya dalam menterjemahkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan ke desa, meski mereka dengan imbalan yang besarannya kurang memadai tetapi lancar penerimaannya.


(49)

65

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan-kesimpulan yang diuraikan di atas, beberapa saran kebijakan diajukan sebagai bahan masukan kepada aparat Pemerintah desa yakni sebagai berikut:

1. Peningkatan kompetensi kepemimpinan terhadap kinerja kepala desa,dapat dilakukan dengan upaya antara lain: perlu pemenuhan kebutuhan untuk peningkatan profesionalisme dalam waktu tertentu, peningkatan kemampuan manajerial dan kemampuan membina hubungan sosial yang harmonis dengan seluruh komponen masyarakat desa melalui forum musyawarah desa, rapat atau pertemuan di tingkat pedukuhan dan sebagainya.

2. Sehubungan dengan peningkatan alokasi dana desa baik dari tingkat Kabupaten maupun Pemerintah pusat, maka perlu dilakukan penguatan kapasitas atau kompetensi kepemimpinan melalui lokakarya dan pendidikan dan latihan tentang manajemen stratejik dan pengelolaan keuangan.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Wajong. J. Asas dan Tujuan Pemerintahan Daerah, Jembatan, Jakarta, 1973.

Kusworo, Kajian Tentang Perubahan Pemerintahan Desa Berdasarkan Undang-Undang. No. 32 Tahun 1974.

Terry, Hasibua, Perencanaan dan Pembangunan. penebar swadaya, Depok, 2002.

Rudi, Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKPPUU FH UNILA. 2003.

Daeng, Sudiro, Permasalahan Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah Pemerintah Desa, Angkasa, Bandung. 2003.

Jurnal Administrasi Pemerintahan Daerah, Volum I, Edisi Ke-3 2004.

Sri,Mamuji, etal., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.

HAW.Widjaja, Otonomi Desa: Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Rajawali Pers. Jakarta, 2008.

Moch, Solekhan, Penyelenggara Pemerintahan Desa. Malang: Stara Pres. 2012. 2. Undang- Undang

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa


(1)

asas hukum yang berkaitan dengan pokok cara membaca, mengutip dan menelaah peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan permasalahan yang akan di bahas,1 yang terdiri antara lain:

a. Bahan Hukum Primer, antara lain: 1) Undang-Undang Dasar 1945.

2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan bahan hukum primer yang terdiri dari Literatur, Kamus, Makalah, Surat Kabar dan lain-lain.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari Buku-Buku, Literatur, Jurnal, Kamus, Internet, Surat Kabar dan lain-lain.

1

Sri Mamuji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005, hlm 28


(2)

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan studi literatur; a. Studi Pustaka

Terlebih dahulu mencari dan mengumpulkan buku-buku dan literatur yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang dibahas sehingga dapat mengumpulkan data sekunder dengan membaca, mencatat, merangkum, untuk dianalisa lebih lanjut.

b. Studi lapangan

Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dengan informan yang telah direncanakan sebelumnya. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan alat bantu daftar pertanyaan yang bersifat terbuka, terhadap informan/narasumber yang berkaitan dengan pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang pembangunan.

3.3.2 Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data dalam penelitian ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Identifikasi data, yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan

pembahasan yang akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan dengan judul dan permasalahan.


(3)

b. Klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi data yang selanjutnya diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-benar objektif.

c. Penyusunan data, yaitu menyusun data menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam menginterprestasikan data.

3.4 Analisis Data

Analisis terhadap data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis yang dilakukan secara deskriptif yakni penggambaran argumentasi dari data yang diperoleh di dalam penelitian. Dari hasil analisis tersebut dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara deduktif yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada realitas yang bersifat umum yang kemudian disimpulkan secara khusus.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompetensi kepemimpinan tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kinerja Kepala desa. Ketidak eratan pengaruh tersebut terjadi karena aparat desa dalam hal ini Kepala desa yang kurang memiliki komunikasi sosial dengan masyarakat desa serta kurang tersediaanperangkat komputer sebagai salah satu sarana manajemen (tools ofmanagement) dalam memperlancar pelayanan kepada masyarakat desa.

2.Kompetensi kepemimpinan dan kompensasi secara bersama-sama memiliki keeratan pengaruh (koefisien determinasi) yang kuat sebesar 69,6% terhadap kinerja Kepala desa. Keeratan pengaruh ini karena adanya kemampuan kepala desa dan aparat desa lainnya dalam menterjemahkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan ke desa, meski mereka dengan imbalan yang besarannya kurang memadai tetapi lancar penerimaannya.


(5)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan-kesimpulan yang diuraikan di atas, beberapa saran kebijakan diajukan sebagai bahan masukan kepada aparat Pemerintah desa yakni sebagai berikut:

1. Peningkatan kompetensi kepemimpinan terhadap kinerja kepala desa,dapat dilakukan dengan upaya antara lain: perlu pemenuhan kebutuhan untuk peningkatan profesionalisme dalam waktu tertentu, peningkatan kemampuan manajerial dan kemampuan membina hubungan sosial yang harmonis dengan seluruh komponen masyarakat desa melalui forum musyawarah desa, rapat atau pertemuan di tingkat pedukuhan dan sebagainya.

2. Sehubungan dengan peningkatan alokasi dana desa baik dari tingkat Kabupaten maupun Pemerintah pusat, maka perlu dilakukan penguatan kapasitas atau kompetensi kepemimpinan melalui lokakarya dan pendidikan dan latihan tentang manajemen stratejik dan pengelolaan keuangan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Literatur

Wajong. J. Asas dan Tujuan Pemerintahan Daerah, Jembatan, Jakarta, 1973.

Kusworo, Kajian Tentang Perubahan Pemerintahan Desa Berdasarkan Undang-Undang.

No. 32 Tahun 1974.

Terry, Hasibua, Perencanaan dan Pembangunan. penebar swadaya, Depok, 2002.

Rudi, Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKPPUU FH UNILA. 2003.

Daeng, Sudiro, Permasalahan Pokok-Pokok Pemerintah di Daerah Pemerintah Desa, Angkasa, Bandung. 2003.

Jurnal Administrasi Pemerintahan Daerah, Volum I, Edisi Ke-3 2004.

Sri,Mamuji, etal., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.

HAW.Widjaja, Otonomi Desa: Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Rajawali Pers. Jakarta, 2008.

Moch, Solekhan, Penyelenggara Pemerintahan Desa. Malang: Stara Pres. 2012.

2. Undang- Undang

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa