PRIMARY SCHOOL TEACHER PERFORMANCE EVALUATION IN LEARNING IN NATAR DISTRICT SOUTH LAMPUNG REGENCY EVALUASI KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN DI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ii

ABSTRACT

PRIMARY SCHOOL TEACHER PERFORMANCE

EVALUATION

IN LEARNING IN NATAR DISTRICT

SOUTH LAMPUNG REGENCY

By

Diah Mustika Wardani

This study aims to evaluate the performance of teachers in the elementary schools in Learning in Natar South Lampung regency, specifically to analyze: (1) the school environment, the vision and the mission of the school, the support of the leadership in implementing learning and development of curriculum conducted at school, (2) the availability of facilities and infrastructure of learning, human resource competencies, educational qualifications and knowledge of teachers in learning, (3) the ability of teachers in designing of learning, implementing of learning and evaluation of learning, (4) the performance of the teacher in the learning outcomes of student learning.

The population of the research were all teachers of high Indonesian Language subject of elementary school in Natar sub-district of South Lampung regency totaling 104 people. The samples taken were 25 people conducted by using purposive sampling technique. The data collection was taken by using observation guidance, test, questionnaire and documentation. Data analysis was performed by using quantitative descriptive analysis technique.

The evaluation result showed that the performance of Primary School Teachers Learning in Natar District, South Lampung regency achieved good category with the acquisition 60.69 %. This was supported by the findings from: 1) Context Components of 68 % with good category. 2 ) Component Inputs of 62.6 % with good category 3 ) Process Components of 52.5 % with enough category, 4 ) Product Components of 59.68 with enough categories .


(2)

iii

ABSTRAK

EVALUASI KINERJA GURU SEKOLAH DASAR

DALAM PEMBELAJARAN DI KECAMATAN NATAR

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

Diah Mustika Wardani

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja guru Sekolah Dasar dalam Pembelajaran di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, yang secara khusus untuk menganalisis: (1) lingkungan sekolah, visi dan misi sekolah, dukungan pimpinan dalam pelaksanaan pembelajaran, dan pengembangan kurikulum yang dilakukan di sekolah, (2) ketersediaan sarana dan prasaran pembelajaran, kompetensi SDM, kualifikasi pendidikan dan pengetahuan guru dalam pembelajaran, (3) kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, (4) kinerja guru dalam pembelajaran yaitu hasil belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini yaitu guru bahasa Indonesia kelas tinggi Sekolah Dasar di Kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan berjumlah 104 orang. Sampel 25 orang dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi, tes, angket dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis diskriptif kuantitatif. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kinerja guru sekolah dasar dalam pembelajaran di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan mencapai kategori baik dengan perolehan nilai 60,69%. Hal ini didukung dengan temuan dari: 1) komponen context

sebesar 68% dengan katagori baik. 2) Komponen input sebesar 62,6% dengan kategori baik 3) komponen process sebesar 52,5% dengan kategori cukup, dan 4) Komponen product; sebesar 59,68 kategori cukup.


(3)

(4)

i (Tesis)

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Oleh

Diah Mustika Wardani NPM 0923011015

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

x

























dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (Q.S. An-Nahal:53)





















































Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (Q.S. Ath-Thalaaq:2-3).


(9)

xi

PERSEMBAHAN

Bismillaahirrahmaanirrahim

Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :

Suamiku tersayang Jauhari, anak-anaku terkasih Hardi Fernanda, Hardi Prayoga, Hardia Izzaty Rafifah dan Mamiku tercinta Salmah, serta keluargaku yang selalu


(10)

vii

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN TESIS ... vi

LEMBAR PERNYATAAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

MOTTO ... x

PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Batasan Penelitian ... 10

1.4 Perumusan Masalah ... 11

1.5 Tujuan Penelitian ... 12

1.6 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1 Kinerja ... 14

2.2 Guru ... 15

2.2.1 Hakikat Guru ... 15

2.2.2 Kompetensi Guru ... 16

2.3 Kinerja Guru dalam Pembelajaran ... 23

2.3.1 Pengertian Kinerja Guru ... 23

2.3.2 Tugas Guru dalam Pembelajaran ... 24

2.3.3 Penilaian Kinerja Guru ... 34

2.3.4Teori Pembelajaran dalam Organisasi ... 35

2.4 Penelitian yang Relevan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Rancangan Penelitian ... 42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

3.3 Kriteria Evaluasi ... 45

3.4 Populasi dan Teknik Sampel ... 49

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.6 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 54

3.7 Kisi-kisi Instrumen Penilaian ... 56


(11)

viii

4.1.3 Kompetensi Guru dalam Pembelajaran ... 92

4.1.4 Sumberdaya Guru Di Sekolah ... 107

4.1.5 Kualifikasi Pendidikan Guru ... 108

4.1.6 Pengetahuan Guru tentang Pembelajaran... 109

4.1.7 Perencanaan Pembelajaran ... 111

4.1.8 Hasil Evaluasi Belajar ... 116

4.2 Pembahasan Hasil Evaluasi ... 118

4.2.1 Lingkungan Pembelajaran ... 118

4.2.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana ... 125

4.2.3 Kompetensi Guru dalam Pembelajaran ... 126

4.2.4 Sumberdaya Guru Di Sekolah ... 131

4.2.5 Kualifikasi Pendidikan Guru ... 132

4.2.6 Pengetahuan Guru tentang Pembelajaran... 134

4.2.7 Perencanaan Pembelajaran ... 137

4.2.8 Hasil Prestasi Belajar ... 140

4.2.9 Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 140

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143

5.1 Kesimpulan ... 143

5.2 Rekomendasi ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 147

LAMPIRAN ... 152


(12)

xiv

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian ... 57

3.4 Kriteria Standar Keberhasilan Pengambilan Keputusan ... 74

4.1 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Lingkungan Sekolah ... 83

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Visi dan Misi ... 85

4.3 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Dukungan Pimpinan ... 86

4.4 Hasil Analisis Deskriptif Indikator Lingkungan Kurikulum ... 88

4.5 Presentasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana ... 90

4.6 Memahami Karakteristik Peserta Didik ... 93

4.7 Penguasaan Teori Belajar dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 94

4.8 Pengembangan Kurikulum ... 95

4.9 Bertindak Sesuai dengan Norma Agama ... 97

4.10 Penampilan Diri Sebagai Pribadi yang Jujur ... 98

4.11 Bersikap Inklusif, Bertindak Objektif dan Tidak Deskriminatif ... 100

4.12 Berkomunikasi Secara Efektif, Empatik, dan Santun ... 101

4.13 Penguasaan Materi, Struktur, Konsep, dan Pola Pikir Keilmuan ... 103

4.14 Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran yang Diampu ... 104

4.15 Pengembangan Materi Pembelajaran yang Diampu ... 105

4.16 Sumberdaya Guru Di Sekolah ... 107

4.17 Kualifikasi Pendidikan Guru ... 108

4.18 Skor Komponen Kemampuan Merencanakan Pembelajaran ... 112

4.19 Komponen Melaksanakan Pembelajaran ... 115

4.20 Ketuntasan Kriteria Minimal Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 117


(13)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar: Halaman

2.1 Bagan Alur Penelitian Evaluasi Kinerja Guru Sekolah Dasar ... 38

4.1 Grafik Kemampuan Merencanakan Pembelajaran... 114

4.2 Grafik Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran ... 116

4.3 Grafik Persentase Pencapaian Skor Lingkungan Sekolah ... 120

4.4 Grafik Persentase Pencapaian Skor Visi dan Misi Sekolah ... 121

4.5 Grafik Persentase Pencapaian Skor Dukungan Pimpinan ... 123

4.6 Grafik Persentase Pencapaian Skor Kurikulum ... 124

4.7 Grafik Persentase Pencapaian Skor Ketersediaan Sarana dan Prasarana... 126

4.8 Grafik Persentase Pencapaian Skor Kompetensi Pedagogik ... 127

4.9 Grafik Persentase Pencapaian Skor Kompetensi Kepribadian... 129

4.10 Grafik Persentase Pencapaian Skor Kompetensi Sosial... 130

4.11 Grafik Persentase Pencapaian Skor Profesional ... 131

4.12 Grafik Persentase Pencapaian Skor SDM Guru ... 132

4.13 Grafik Persentase Pencapaian Skor Kualifikasi Pendidikan Guru ... 133

4.14 Grafik Persentase Pencapaian Skor Pengetahuan Guru ... 135

4.15 Grafik Persentase Pencapaian Skor Kemampuan Merencanakan Pembelajaran ... 138

4.16 Grafik Persentase Pencapaian Skor Komponen Melaksanakan Pembelajaran ... 139


(14)

xvi

III Pengetahuan Guru dalam Pembelajaran... 162

IV Lembar Dokumentasi Komponen Input ... 169

V IPKG I ... 170

VI IPKG 2 ... 176

VII Lembar Validasi Pakar ... 179

VIII Penilaian Pakar Instrumen Evaluasi Kinerja Guru... 186

IX Hasil Analisis Ketersediaan Sarana dan Prasarana ... 187

X Hasil Analisis Sumber Daya Guru Di Sekolah ... 189

XI Hasil Analisis Kualifikasi Pendidikan Guru ... 190

XII Hasil Analisis Pengetahuan Guru tentang Pembelajaran ... 191

XIII Hasil Analisis Laporan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 193

XIV Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007………….... 194

XV Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 19 tahun 2007 ... 197

XVI Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 ... 202

XVII Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2008 ... 212

XVIII Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 tahun 2007 ... 216


(15)

viii

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan nikmat dan karunia-Nya.

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul: ”Evaluasi Kinerja Guru

Sekolah Dasar Dalam Pembelajaran Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”. Tesis ini dibuat sebagai tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung. Penyelesaian penulisan Tesis ini tidak terlepas dari adanya bimbingan dan bantuan pihak-pihak terkait. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung. 3. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Teknologi

Pendidikan FKIP Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan FKIP Universitas Lampung dan Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, serta arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

5. Ibu Dra. Sasmiati, M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, serta arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

7. Bapak Drs. Sugiman, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan bimbingan dan saran.

8. Bapak Dr. Ngadimun, M.Pd., selaku Pembahas dan Penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran.


(16)

ix

Kecamatan Natar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan Natar.

11. Bapak, Ibu Guru, Pengawas, dan Kepala Sekolah di Kecamatan Natar yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

12. Ibu, suami, anak-anak tersayang yang selalu mendukung dan mendoakan kesuksesanku. 13. Ibu Dr. Ulfa Maria, M.Pd., Ibu Dr. Rinderiyana, M.Pd., Bapak Hardian Ashari, M.Pd.

yang selalu memberikan semangat, saran dan membantu dalam penyelesaian tesis ini, serta teman-teman di LPMP Lampung, mahasiswa Program Pascasarjana Magister Teknologi Pendidikan Universitas Lampung dan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Semoga Allah SWT dapat memberikan balasan yang setimpal sesuai dengan amal yang telah diberikan. Akhirnya tak lupa harapan penulis semoga tesis ini dapat bemanfaat bagi siapa saja yang membaca. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2014


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 11 ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga negara. Terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas pembelajaran.

Peningkatan kualitas pembelajaran memerlukan upaya peningkatan kualitas program pembelajaran secara keseluruhan karena hakikat kualitas pembelajaran merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Upaya peningkatan kualitas program pembelajaran tidak terlepas dari peran utama seorang guru, karena dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk dapat menciptakan suatu desain pembelajaran yang dapat menjamin kualitas pembelajaran, dalam artian bahwa penyusunan program pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.


(18)

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab XI pasal 39 dikatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan.

Selanjutnya menurut Permendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kualifikasi akademik dan kompetensi guru ini ditetapkan dengan harapan diperoleh tenaga guru yang profesional.

Hal itu dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen sebagai landasan yuridis tentang kompetensi dan sertifikasi pasal (2) berbunyi Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pasal (3) disebutkan bahwa kompetensi sebagaimana dimaksud dalam pasal (2) merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa


(19)

estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Sebagaimana ketentuan dalam Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang telah diganti dengan Permendikbud RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa telah terjadi pergeseran paradigma proses pendidikan yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Sehingga tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Selain itu, agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diperlukan penilaian kinerja guru (PK GURU) yang menjamin terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan (Kemdiknas, 2011:1).

Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personel pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen. Bacal (2001:113) evaluasi kinerja merupakan proses di mana kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Dalam proses ini bertujuan untuk mengetahui seberapa baikkah kinerja seorang karyawan pada suatu priode tertentu.


(20)

Proses pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran yang baik dapat dilihat dari efektivitas pembelajaran. Salah satu faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah bahasa. Bahasa mempunyai peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang ilmu yang lain, pelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Berdasarkan laporan hasil Evaluasi Diri Sekolah (EDS/M) dan Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) terhadap 8 Standar Nasional Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan yang dilakukan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) tahun 2011 yang berkaitan dengan standar isi dan standar proses diperoleh data sebagai berikut: dari 60 sekolah yang dijadikan sampel penelitian belum ada yang mencapai tahap 4 (melampaui standar nasional pendidikan), sekolah yang sudah mencapai tahap 3 (memenuhi standar nasional pendidikan) hanya 1 sekolah atau 1,67%, yang mencapai tahap 2 (memenuhi standar pelayanan minimal) sebanyak 36 sekolah atau 60,00%, dan yang mencapai tahap 1 (belum memenuhi standar nasional pendidikan) sebanyak 23 sekolah atau 38,33%.

Berdasarkan data tersebut di atas, dapat penulis simpulkan bahwa sekolah belum sepenuhnya dapat menyusun kurikulum yang sesuai dan relevan dengan panduan yang disusun BSNP dan sekolah belum menyediakan kebutuhan pengembangan pribadi peserta didik. Selanjutnya, pada standar proses yaitu standar nasional


(21)

pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan, dari 60 sekolah yang dijadikan sampel penelitian belum ada yang mencapai tahap 4 (melampaui standar nasional pendidikan) dan tahap 3 (memenuhi standar nasional pendidikan), sekolah yang mencapai tahap 2 (memenuhi standar pelayanan minimal) sebanyak 32 sekolah atau 53,33%, dan yang mencapai tahap 1 (belum memenuhi standar nasional pendidikan) sebanyak 28 sekolah atau 46,67%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah dalam menyusun silabus dan RPP belum sepenuhnya mempertimbangkan standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan KTSP.

Berdasarkan data di atas, terlihat untuk Kabupaten Lampung Selatan baik pada standar isi yang berkaitan dengan kurikulum sekolah dan standar proses yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran masih dapat dikatakan kurang baik.

Selanjutnya berdasarkan hasil laporan pemetaan dan pengukuran kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan LPMP tahun 2009, pemetaan dan pengukuran dengan menggunakan IPKG, diperoleh hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di Kabupaten Lampung Selatan untuk komponen kemampuan merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut: pada Kecamatan Bakauheni rasio yang diperoleh 2,23, Kecamatan Natar 2,16, Kecamatan


(22)

Jatiagung 2,51, Kecamatan Sidomulyo 2,71, Kecamatan Palas 2,58, dan Kecamatan Kalianda 2,94.

Selanjutnya pada komponen pelaksanaan pembelajaran pada Kecamatan Bakauheni yang diperoleh 2,54, Kecamatan Natar sebesar 2,27, Kecamatan Jatiagung adalah 2,67, Kecamatan Sidomulyo adalah 2,89, Kecamatan Palas adalah 2,75, dan Kecamatan Kalianda adalah 3,08.

Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian evaluasi di Kabupaten Lampung Selatan khususnya pada Kecamatan Natar, karena melihat hasil pemetaan yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) terlihat untuk Kecamatan Natar baik pada perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia masih dapat dikatakan kurang baik, sehingga hal ini menarik perhatian untuk dilakukan penelitian lebih dalam di Kecamatan Natar dalam bentuk penelitian evaluasi guru dalam pembelajaran.

Penulis tertarik mengambil penelitian evaluasi mata pelajaran bahasa Indonesia berlandaskan lahirnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah membawa dampak bagi pembelajaran bahasa Indonesia. Perhatian dan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa bukan lagi pengajaran tentang tata bahasa. Keterampilan berbahasa yang dimaksud meliputi: mendengar, berbicara, membaca, dan menulis yang dijabarkan secara terpadu. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0601 U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang Kurikulum


(23)

Pendidikan Dasar. Dalam kurikulum tersebut salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagaimana fungsi bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Berdasarkan temuan tersebut di atas, untuk Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, selama ini belum ada yang melakukan penelitian secara khusus mengenai evaluasi kinerja guru dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan penulis ingin melakukan penelitian di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan ini. Selanjutnya penulis melakukan observasi awal terhadap kemampuan guru dalam pembelajaran di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dengan melakukan wawancara kebeberapa guru dan telaah dokumentasi. Dari observasi awal ini diperoleh keterangan bahwa sebagian besar guru sekolah dasar di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan belum dapat menyusun perencanaan pembelajaran berupa silabus dan RPP secara sendiri. Kondisi tersebut disebabkan karena banyak guru yang membuatnya secara rombongan melalui kelompok kerja guru (KKG) di tingkat kabupaten/kota atau kelompok kerja guru tingkat sekolah. Mengingat pembuatannya secara bersama-sama, maka guru ada yang aktif dan ada yang pasif. Guru yang pasif membuat perencanaan


(24)

pembelajaran hanya untuk memenuhi kewajiban administrasi, bukan untuk acuan melaksanakan pembelajaran di kelas sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas relatif tidak terencana, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa relatif belum menggembirakan.

Sebagian guru hanya mengadopsi secara utuh rencana pembelajaran buatan orang lain, sehingga apa yang dibuat belum tentu sesuai dengan kondisi, situasi, dan karakteristik peserta didiknya, selain itu pembelajaran yang dilakukan guru hanya mengandalkan buku paket dan cenderung hanya berorientasi pada penguasaan materi, bukan membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Guru tidak mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata di lingkungan masyarakat agar dapat mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Kecenderungan sebagian guru yang mengadopsi secara utuh rancangan pembelajaran yang dibuat dari orang lain yang belum tentu sesuai dengan karakteristik peserta didiknya, maka hal ini akan berdampak terhadap pembelajaran yang dikelola di kelas, guru hanya akan melaksanakan pembelajaran dengan buku pegangan yang ada dan bukan mengacu pada rancangan pembelajaran yang dibuat guru sebelumnya.

Dengan demikian nampak bahwa kinerja guru belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan belum terlihat seperti yang diharapkan oleh ketentuan yang diinginkan oleh BSNP. Atas dasar hal tersebut, maka perlu adanya evaluasi terhadap komponen dari kompetensi atau kemampuan guru dalam pembelajaran.


(25)

Adapun kompetensi yang akan dilakukan evaluasi adalah kompetensi pedagogik guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Kompetensi pedagogik yang dimaksud berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 yaitu kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran serta kemampuan guru dalam menilai atau melakukan evaluasi dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Evaluasi terhadap kinerja guru Sekolah Dasar ini ditujukan untuk mengetahui kinerja guru Sekolah Dasar dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponen yang mendukung dalam pembelajaran. Atas dasar hal tersebut maka perlu ada suatu penelitian tentang evaluasi kinerja guru sekolah dasar dalam pembelajaran di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

1.2

Identifikasi Masalah

1. Rendahnya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

2. Rendahnya kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran. 3. Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran masih kurang.

4. Sebagian besar guru dalam membuat perencanaan pembelajaran (silabus dan RPP) mengadobsi dari sekolah lain.

5. Masih banyak guru yang kurang terpacu dan termotivasi memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri, dan memutahirkan pengetahuan mereka secara terus menerus dan berkelanjutan meskipun cukup banyak guru yang sangat rajin mengikuti program pendidikan.


(26)

1.3

Batasan Penelitian

Lingkup permasalahan penelitian ini akan dibatasi pada aspek evaluasi kinerja guru Sekolah Dasar dalam pembelajaran yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang meliputi: perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian hasil belajar dengan mengacu pada evaluasi CIPP yaitu konteks (context), masukan (input),

proses (process), dan produk (product):

1. Context evaluasi kinerja guru dalam program pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran meliputi: lingkungan sekolah, visi, misi sekolah, dukungan pimpinan, dan kurikulum.

2. Input evaluasi kinerja guru dalam program pembelajaran meliputi: ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, kompetensi, sumber daya manusia, kualifikasi pendidikan, dan pengetahuan guru tentang pembelajaran. 3. Process yaitu proses kinerja guru dalam pembelajaran meliputi: kemampuan

guru mempersiapkan pembelajaran (perencanaan pembelajaran), kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

4. Product dalam evaluasi kinerja guru dalam pembelajaran meliputi: hasil yang dikerjakan oleh guru berupa hasil belajar siswa.


(27)

1.4

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan penelitian, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kinerja guru Sekolah Dasar dalam pembelajaran di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dengan rincian sebagai berikut:

1. Rumusan tentang konteks (context) yaitu:

a. Bagaimanakah lingkungan sekolah dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran di sekolah?

b. Bagaimanakah visi dan misi sekolah?

b. Bagaimanakah dukungan pimpinan dalam melaksanakan pembelajaran? c. Bagaimanakah pengembangan kurikulum yang dilakukan di sekolah? 2. Rumusan tentang masukan (input) yaitu:

a. Bagaimanakah kondisi sarana dan prasarana pembelajaran di sekolah? b. Bagaimanakah ketersediaan guru dalam melaksanakan program

pembelajaran berdasarkan kompetensinya? c. Bagaimanakah sumber daya guru di sekolah? d. Bagaimanakah kualifikasi pendidikan guru?

e. Bagaimanakah pengetahuan guru tentang pembelajaran? 3. Rumusan tentang proses (process) yaitu:

a. Bagaimanakah kemampuan guru dalam merancang pembelajaran?

b. Bagaimanakah kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran?


(28)

4. Rumusan tentang produk (product) yaitu: “Bagaimanakah hasil belajar siswa di sekolah?”

1.5

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang kinerja guru Sekolah Dasar dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia kelas tinggi di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan yang secara khusus bertujuan untuk mengungkapkan dan memperbaiki kinerja guru berdasarkan variabel:

1. konteks (context): evaluasi kinerja guru dalam program pembelajaran yang berkaitan dengan lingkungan sekolah, visi dan misi sekolah, dukungan pimpinan dalam melaksanakan pembelajaran, dan pengembangan kurikulum yang dilakukan di sekolah.

2. masukan (input): evaluasi kinerja guru dalam program pembelajaran yang berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, kompetensi, sumber daya manusia, kualifikasi pendidikan, dan pengetahuan guru dalam pembelajaran.

3. proses (process): proses kinerja guru dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

4. hasil (product) yaitu kinerja guru dalam pembelajaran yang berupa hasil belajar siswa.


(29)

1.6

Manfaat Penelitian

1.6.1 Secara teori

Sebagai sebuah penelitian evaluatif temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teori maupun praktis, kegunaan secara teori dikaitkan dengan teknologi pembelajaran yang menyangkut tentang desain (rencana) dan pengelolaan pembelajaran memberikan kontribusi di kawasan penilaian untuk membagi konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi pembelajaran.

1.6.2 Secara praktis

Secara praktis, diharapkan pada penelitian ini mendapatkan keragaman informasi tentang pelaksanaan program pembelajaran dan memberikan perubahan yang berarti dalam rangka perbaikan program pembelajaran.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Pengertian di atas menyoroti kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan. Simamora (2002:423) memberi batasan kinerja, kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance saja.

Bernardin dan Rusel dalam Rucky (2002:15) memberikan definisi tentang

performance sebagai berikut: “Performance is defined as the record of autcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period

(prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu).

Berdasarkan pendapat di atas kinerja adalah suatu pekerjaan yang terencana, bertanggung jawab dan dilakukan dengan sengaja dan mempunyai kompetensi (cakap, berpengetahuan dibidangnya, berwenang serta mempunyai tolak ukur


(31)

yang jelas atas hasil kerja). Hal ini juga bisa disimpulkan dengan kalimat “berkerja dengan Profesional”.

Berdasarkan apa yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya setiap orang yang bekerja menginginkan kinerja yang baik dalam arti diakui oleh atasan maupun teman sekerjanya. Seperti termasuk guru Sekolah Dasar yang salah satu perannya sebagai penyusun program, merancangkan desain pembelajaran di mana siswa dapat belajar secara individual maupun klasikal sehingga kemampuan siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dasar minat dan bakatnya. Prestasi kerja yang baik dapat diperoleh melalui beberapa cara misalnya melalui motivasi kerja, melalui peningkatan pengetahuan, pendidikan, pelatihan, penataran, seminar, dan sebagainya.

Kinerja akan tercapai dengan baik apabila seorang guru termotivasi dalam diri sendiri dan dari luar dirinya. Selain itu motivasi sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan atau pengalaman kerja masing-masing pribadi guru, karena tanpa adanya motivasi yang jelas atas dasar kesadaran diri sendiri pribadi maupun motivasi dari atasan serta rekan yang lebih senior hasil kerja kurang optimal.

2.2 Guru

2.2.1 Hakikat Guru

Guru merupakan satu istilah yang tidak asing lagi bagi kita, melalui guru kita dapat memperoleh sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang berguna. Menurut beberapa literatur, terdapat banyak pengertian dari kata guru. Menurut


(32)

Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 ayat 1 disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Usman (2002:1) menyatakan bahwa guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus. Menurut Permendiknas RI No. 35 tahun 2010 tentang Juknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. 2.2.2 Kompetensi Guru

Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sebagai profesi yang


(33)

bermartabat. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satu diantaranya adalah kompetensi.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen sebagai landasan yuridis tentang kompetensi dan sertifikasi pasal (3) kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, (4) kompetensi profesional.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu mengenai bagaimana kemampuan guru dalam mengajar, dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 tahun 2008 tentang Guru dan Dosen dijelaskan kemampuan ini meliputi: (1) guru memiliki kemampuan merencanakan program pembelajaran, (2) melaksanakan program pembelajaran, (3) mendiagnosis berbagai hambatan dan masalah yang dihadapi peserta didik, (4)


(34)

menyempurnakan program pembelajaran berdasarkan umpan balik yang telah dikumpulkan secara sistematik.

Kompetensi pedagogik ini berkaitan pada saat guru mengadakan proses belajar mengajar di kelas. Mulai dari membuat skenario pembelajaran memilih metode, media, juga alat evaluasi bagi anak didiknya. Karena bagaimanapun dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peran guru. Guru yang cerdas dan kreatif akan mampu menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien sehingga pembelajaran tidak berjalan sia-sia.

Jadi kompetensi pedagogik ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yakni persiapan mengajar yang mencakup merancang dan melaksanakan skenario pembelajaran, memilih metode, media, serta alat evaluasi bagi anak didik agar tercapai tujuan pendidikan baik pada ranah kognitif, efektif, maupun psikomotorik siswa.

Kemampuan yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang telah diganti dengan Permendikbud RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, yang dimaksud dengan standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar


(35)

proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester.

Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 2. Kompetensi Kepribadian

Berdasarkan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:

a. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e. menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3. Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri teladan dalam kehidupannya sehari-hari. Guru perlu memiliki


(36)

kemampuan sosial dengan masyarakat dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Berdasarkan Permendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru disebutkan bahwa guru sebagai bagian dari masyarakat harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kepribadian sosial. Kriteria yang harus dilakukan guru adalah:

a. bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d. berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

Menurut Permendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa


(37)

untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Berdasarkan Permendiknas RI No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, kompetensi atau kemampuan profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek:

a. dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan pembelajarannya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

b. dalam melaksanakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil bermain, sesuai konteks materinya.


(38)

c. dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi, dan prinsip-prinsip lainnya.

d. dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa belajar.

Selanjutnya menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang telah diganti dengan Permendikbud RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Menurut permendiknas ini proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek-aspek:

a. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.


(39)

b. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c. mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

d. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

e. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Berdasarkan penjelasan tentang kompetensi guru di atas, maka dalam penelitian ini akan dipilih kompetensi pedagogik sebagai wilayah yang akan penulis teliti berkaitan dengan kinerja guru dalam pembelajaran.

2.3 Kinerja Guru Dalam Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja guru berasal dari kata job performance/actual permance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Jadi, menurut bahasa kinerja bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai bentuk keberhasilan kerja pada diri seseorang. Keberhasilan kinerja juga ditentukan dengan pekerjaan serta kemampuan seseorang pada bidang tersebut. Keberhasilan kerja juga berkaitan dengan kepuasan kerja seseorang (A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2000:67).

Prestasi bukan berarti banyaknya kejuaraan yang diperoleh guru tetapi suatu keberhasilan yang salah satunya nampak dari suatu proses belajar mengajar. Untuk mencapai kinerja maksimal, guru harus berusaha mengembangkan


(40)

seluruh kompetensi yang dimilikinya dan juga manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada di lingkungan sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Kemudian Anwar Prabu Mangkunegara (2000:67) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Dalam kamus bahasa Indonesia. Kinerja berarti sesuatu yang dicapai, prestasi diperlihatkan, kemampuan kerja.

Dengan demikian, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya yang menghasilkan hasil yang memuaskan, guna tercapainya tujuan organisasi kelompok dalam suatu unit kerja.

Jadi, kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar yang memiliki keahlian mendidik anak didik dalam rangka pembinaan peserta didik untuk tercapainya institusi pendidikan.

2.3.2 Tugas Guru dalam Pembelajaran

Guru berhadapan dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Seorang guru harus memiliki kinerja yang baik terutama pada saat proses belajar berlangsung. Guru diharapkan memiliki ilmu yang cukup sesuai bidangnya, pandai berkomunikasi mengasuh dan menjadi belajar yang baik bagi siswanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa.


(41)

Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan tugas guru dalam pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Selanjutnya menurut Sukadi (2001:26) sebagai seorang profesional, guru memiliki lima tugas pokok, merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan konseling.

Adapun penjelasan dari kelima tugas pokok tersebut yaitu: a. Merencanakan Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran sebagai suatu proses, dalam pelaksanaannya tentunya menuntut adanya langkah-langkah yang dapat mendukung agar mencapai hasil yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan suatu perencanaan pembelajaran yang dituangkan dalam rencana pembelajaran.

Fungsi perencanaan pembelajaran ialah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya. Sehingga proses belajar mengajar akan benar-benar terskenario dengan baik, efektif, dan efesien.

Dalam praktik pengajaran di sekolah, terdapat beberapa bentuk persiapan pembelajaran, yaitu: (1) Analisis materi pelajaran, (2) Program tahunan/


(42)

program semester, (3) Silabus/ satuan pelajaran, (4) Rencana pembelajaran, (5) Program perbaikan dan pengayaan.

Dalam membuat lima rencana tersebut biasanya guru di bantu oleh kepala sekolah juga rekannya yang biasanya dimusyawarahkan dalam kelompok kerja guru. Organisasi guru semacam ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Dari lima persiapan perencanaan pembelajaran di atas, yang akan penulis kaji difokuskan pada perencanaan proses pembelajaran yaitu silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa, perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Berdasarkan paparan di atas disimpulkan bahwa, perencanaan pembelajaran merupakan langkah penting menuju terlaksananya pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran, untuk itu perlu dipersiapkan dengan baik. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan pembelajaran adalah: 1) isi, berfokus pada teori yang akan disampaikan yang terdapat dalam kurikulum yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan kelas


(43)

berdasarkan pada latar belakang, kemampuan, dan keragaman peserta didik, 2) proses, berfokus pada bagaimana isi kurikulum itu diajarkan, dengan memanfaatkan berbagai metode dan sumber belajar yang didasarkan pada cara belajar peserta didik agar dapat terpenuhi kebutuhan pembelajarannya, 3) lingkungan, berfokus pada penggunaan sumber belajar dalam proses pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan psiko-sosial peserta didik, 4) evaluasi, berfokus pada ketercapaian penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan.

b. Melaksanakan Kegiatan Pembelajaran

Setelah guru membuat rencana pembelajaran, maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran yang merupakan salah satu aktivitas inti di sekolah.

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan tahapan-tahapan tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran menurut Majid (2005:104) meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Menurut Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 yang telah diperbaharui dengan Permendiknas RI No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.


(44)

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai

silabus. 2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam, Guru dan belajar dari aneka sumber;


(45)

2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; 5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

6) rnemfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan kerja individual maupun kelompok,


(46)

8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan,

9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar,

b) membantu menyelesaikan masalah,

c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi,

d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh,

e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.


(47)

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,

program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan pembelajaran dapat deskripsikan dari tiga kegiatan utama, yaitu membuka pembelajaran, menyampaikan materi pelajaran, dan menutup pembelajaran.

c. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Langkah guru berikutnya adalah mengevaluasi hasil pembelajaran. Segala sesuatu yang terencana harus dievaluasi agar dapat di ketahui apakah yang sudah direncanakan telah sesuai dengan realisasinya serta tujuan yang ingin dicapai dan apakah siswa telah dapat mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. Selain itu, guru juga dapat mengetahui apakah metode pembelajarannya telah tepat sasaran.


(48)

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

Menurut Permendiknas RI No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian pendidikan dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan oleh guru dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Berdasarkan penjelasan di atas artinya evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan keperibadian siswa. Hasil yang diperoleh siswa dikatakan tuntas jika telah melampaui batas KKM, jika belum mencapai KKM guru mengadakan remedial atau pembelajaran ulang pada materi yang belum tuntas, lalu diujikan. Sedangkan siswa yang telah melampaui KKM diberikan pengayaan materi dengan cara memberikan tugas yang kedalaman materinya lebih tinggi tingkatannya, dengan maksud menambah wawasan berpikir siswa.


(49)

Evaluasi dalam proses pembelajaran dilaksanakan dalam rangka untuk menilai pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah: 1) guru dapat mengajukan pertanyaan lisan maupun tulisan dari materi yang telah disampaikan sebelumnya, 2) memberikan tugas kepada siswa yang berhubungan dengan materi yang telah disampaikan untuk menilai keluasan pemahaman terhadap materi (Fathurrohman, 2007:75).

Selanjutnya Oemar Hamalik (2007:147) menyatakan, fungsi dari dilaksanakannya evaluasi adalah: 1) memberikan umpan balik kepada pendidik sebagai dasar untuk memperbaiki program rencana dan proses pembelajaran, 2) menentukan hasil kemajuan belajar peserta didik untuk keperluan laporan kepada orang tua, menentukan kenaikan kelas, serta menentukan kelulusan, 3) menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik, 4) mengenal latar belakang psikologik, fisik, dan lingkungan peserta didik sebagai dasar perbaikan dan pembimbingan.

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.


(50)

2.3.3 Penilaian Kinerja Guru

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, penilaian kinerja guru adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karir, kepangkatan, dan jabatannya.

Sistem penilaian kinerja guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru yang didesain untuk mengevaluasi tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal yang berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Ini merupakan bentuk penilaian yang sangat penting untuk mengukur kinerja guru dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah.

Dalam buku 2 pedoman pelaksanaan penilaian kinerja guru dijelaskan bahwa pada dasarnya sistem penilaian kinerja guru bertujuan: (1) Menentukan tingkat kompetensi seorang guru, (2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah, (3) Menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam mekanisme penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja guru, (4) Menyediakan landasan untuk program pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru, (5) Menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta mempertahankan sikap-sikap yang positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai prestasinya, (6) Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta bentuk penghargaan lainnya. (Kemdikbud, 2012:5).


(51)

Penilaian kinerja guru dilakukan terhadap kompetensi guru sesuai dengan tugas pembelajaran, pembimbingan, atau tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Bagi guru kelas/mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling/konselor, kompetensi yang dijadikan dasar untuk penilaian kinerja guru adalah kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007. 2.3.4 Teori Pembelajaran dalam Organisasi

Konsep pembelajaran dalam organisasi muncul dalam konteks perubahan lingkungan dan daya saing, di mana suatu organisasi membutuhkan kompetensi dan kepemimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Organisasi manapun tidak akan pernah mencapai kesempurnaan. Kondisi ini terjadi dikarenakan adanya perubahan lingkungan yang mempengaruhi organisasi sehingga menyebabkan organisasi tersebut tidak pernah selesai untuk belajar. Organisasi yang belajar berfokus terhadap keberlangsungan sebagai bagian realitas normal serta aktivitas proaktif (Herpratiwi, 2009:68).

Peter Senge yang dikutip oleh Herpratiwi (2009:68) mengemukakan, organisasi belajar merupakan pedoman disiplin untuk mengembangkan potensi individu agar berkembang secara terus menerus untuk mewujudkan masa depan. Komponen disiplin menurut Peter Senge tersebut yang dikenal dengan The Fifth Dicipline


(52)

1. Berfikir Sistem (Systems Thinking)

Setiap prilaku manusia merupakan sistem. Ini merupakan jembatan untuk melihat bagaimana memandang sebuah organisasi secara utuh dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan pribadi merupakan suatu disiplin yang menunjukkan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran serta memandang realita secara objektif. 3. Pola Mental (Mental Models)

Pola mental akan mempengaruhi pikiran dan tindakan, ini sering tidak disadari oleh individu. Untuk itu perlu dikembangkan setiap orang perlu berpikir secara reaktif dan senantiasa memperbaiki gambaran internalnya mengenai dunia sekitar. Ini perlu diperhatikan mengingat pola mental memiliki fungsi bagaimana individu memandang dunia sekitar dan akan bertindak atas dasar asumsi yang terlihat. 4. Visi Bersama (Shared Vision)

Merupakan wahana untuk membangun komitmen bersama dalam rangka mengembangkan image diri tentang masa depan yang diciptakan.

5. Belajar Beregu (Team Learning)

Merupakan unsur penting karena dalam organisasi bukan perorangan melainkan unit belajar utama untuk saling memahami pola interaksi antar masing-masing anggota organisasi.

Marquardt dalam Prawiradilaga dan Siregar (2007:139) mendefinisikan organisasi belajar sebagai suatu organisasi yang belajar terus menerus secara kolektif dan


(53)

bersemangat serta terus mentransformasikan diri pada pengumpulan, pengelolaan, dan penggunaan pengetahuan yang lebih baik keberhasilan organisasi.

Herpratiwi (2009:71) mengatakan ciri organisasi yang belajar adalah organisasi tersebut tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, memiliki kemampuan bersaing, dan beradaptasi terhadap kecepatan perubahan di lingkungan eksternalnya.

Adapun alur dari kinerja guru dalam melakukan program pembelajaran dapat dilihat pada bagan di bawah ini:


(54)

Gambar 2.1. Bagan Alur Penelitian Evaluasi Kinerja Guru Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

2.4 Penelitian yang Relevan

Berdasarkan kajian teori sebelumnya, evaluasi merupakan proses menyediakan informasi yang dirancang untuk membantu dalam pengambilan keputusan tentang objek yang dievaluasi, sedangkan objek evaluasi tersebut bisa berupa perencanaan, program, kebijakan, organisasi, produk, maupun individual. Berkaitan dengan hal ini terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu:

PROGRAM PEMBELAJARAN

EVALUASI KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN

CONTEXT INPUT PROCESS

Lingkungan pembelajaran: 1. Lingkungan

sekolah 2. Visi dan misi

sekolah 3. Dukungan pimpinan 4. Kurikulum 1. Ketersedian Sarana dan Prasarana 2. Kompetensi guru

3. Sumber daya guru 4. Kualifikasi pendidikan guru 5. Pengetahuan guru tentang pembelajaran 1. Merencanakan pembelajaran 2. Melaksanakan pembelajaran 3. Evaluasi pembelajaran Hasil belajar siswa PRODUCT


(55)

1. Mahmud Akrom (2009) melakukan penelitian tentang evaluasi program pembelajaran Bilingual di SMPN 2 Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap pelaksanaan program pembelajaran bilingual dengan menggunakan model evaluasi CIPP. Dalam tulisannya aspek-aspek yang dievaluasi untuk konteks yaitu: adanya keselarasan antara visi dan misi sekolah, peraturan, kebijakan dan program pemerintah di bidang pendidikan, harapan orang tua siswa, serta kondisi lingkungan akademis yang ada di sekolah dengan program pembelajaran bilingual yang diterapkan. Input yaitu: adanya manajemen, strategi penunjang keberhasilan program, pembiayaan, kurikulum, sarana dan prasarana, serta motivasi dan kompetensi guru dan siswa untuk melaksanakan proses pembelajaran secara bilingual. Proses yaitu: adanya perencanaan proses pembelajaran oleh guru, penggunaan metode dan media, ketepatan dan perimbangan penggunaan bahasa, serta interaksi guru dan siswa guna mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Produk

yaitu nilai Ujian Nasional maupun Ujian Akhir Sekolah (UAS) lulusan kelas bilingual dan hasil belajar siswa kelas bilingual pada mata pelajaran bahasa Inggris, Matematika, IPA mengalami peningkatan.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Firda Fibrila (2010) tentang evaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan suatu evaluasi terhadap kinerja dosen dalam program pembelajaran dengan menggunakan model evaluasi CIPP. Pada komponen konteks menyatakan bahwa adanya kesamaan visi dan misi dosen sehingga menjadi sebuah komitmen dalam diri dosen untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan pembelajaran, adanya


(56)

dukungan pimpinan yang memberikan kekuatan kepada para dosen untuk berkarya. Komponen input ketersediaan sarana dan prasarana, motivasi, jenjang pendidikan, dan latar belakang dosen turut mendukung kinerja guru. Selanjutnya komponen proses pada perencanaan pembelajaran, pelaksanakan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran para dosen sudah melaksanakan pembelajaran dengan cukup baik.

3. Hasil penelitian Sobirin (2011) tentang evaluasi penyelenggaraan rintisan sekolah menengah atas bertaraf internasional, yang mengambil sampel di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. penelitian ini merupakan evaluasi terhadap penyelenggaraan rintisan sekolah bertaraf internasional menggunakan model evaluasi context, input, process, dan product (CIPP). Pada komponen context

memperoleh skor 82,56% atau Middle, artinya masih perlu dibimbing untuk menuju SBI. Komponen Input, kemampuan toefl guru, kemampuan TIK guru dan TU, upaya peningkatan kualifikasi tenaga kependidikan/program S2, toelf siswa, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana RSBI semuanya telah dilakukan dan adanya suatu peningkatan positif. Komponen process, adanya peningkatan pendekatan pembelajaran yang lebih baik dan aktivitas siswanya sangat aktif, sehingga kegiatan pembelajaran dan kreativitas kesiswaan terus berjalan dengan baik. Pada komponen product, prestasi belajar siswa dilihat dari hasil ujian nasional telah mencapai rata-rata di atas 75 untuk mata pelajaran IPA dan IPS.

4. Hasil penelitian Suharto (2011) tentang evaluasi pendidikan anak usia dini RA Jinan Bandar Lampung, menyimpulkan bahwa iklim pembelajaran di PAUD


(57)

RA Jinan tergolong baik (86,6%) artinya bersifat edukatif, menarik, menyenangkan dan bernuansa anak. Dalam komponen input ketersediaan sarana dan dana belum sesuai kebutuhan kategori kurang, sedangkan aspek motivasi, dukungan orang tua dan siswa kategori tinggi. Pada komponen proses menunjukkan kategori cukup baik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program. Komponen produk yang kategori baik adalah tujuan pengembangan secara fisik sedangkan tujuan pengembangan aspek pembentukan sikap dan prilaku kategori kurang.

Dari beberapa penelitian tersebut di atas, penulis dapat menarik beberapa kesamaan dari rancangan model yang dipergunakan dengan indikator di dalamnya pada komponen konteks yaitu adanya visi, misi, dan kurikulum sekolah, komponen input terdapat kesamaan terhadap indikator yang digunakan yaitu adanya sarana prasana dan kurikulum, pada komponen proses juga melihat proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajarnya. Akan tetapi yang menjadikan perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian evaluasi yang penulis lakukan belum mengangkat kompetensi guru untuk diukur kinerjanya.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi kualitatif yang bersifat deskriptif, karena penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologik yaitu penelitian yang memungkinkan untuk mengungkap realita dan mendeskripsikan situasi secara komprehensif dalam konteks yang sesungguhnya berkaitan dengan kinerja guru. Model evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah context, input, process, product (CIPP) dari Stufflebeam.

Penjelasan mengenai aspek-aspek yang dievaluasi dalam model CIPP ini adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, kebutuhan yang belum terpenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani dan tujuan program. Menurut Suharsimi (2008:46) evaluasi konteks dilakukan untuk menjawab pertanyaan: a) kebutuhan apa yang belum dipenuhi oleh kegiatan program, b) tujuan pengembangan manakah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan, c) tujuan manakah yang paling mudah dicapai. Dengan melakukan evaluasi konteks dapat tersaji data mengenai alasan-alasan untuk menetapkan tujuan-tujuan program dan prioritas tujuan, seperti kondisi lingkungan, kekuatan, dan kelemahan sumber daya yang ada, kebutuhan yang belum terpenuhi, dan peluang yang belum dimanfaatkan.


(59)

Evaluasi konteks dalam penelitian ini akan melihat lingkungan pembelajaran yakni: lingkungan sekolah, visi dan misi sekolah, dukungan pimpinan, dan kurikulum.

2. Evaluasi Input

Tujuan evaluasi input adalah untuk mengidentifikasi dan mengukur kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedural untuk pelaksanaan strategi, anggaran, dan penjadwalan. Evaluasi input menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. Hal ini berkaitan dengan relevansi, kepraktisan, pembiayaan, efektivitas yang dikehendaki, dan alternatif-alternatif yang dianggap unggul. Evaluasi ini mencakup kegiatan identifikasi dan penilaian terhadap: a) Kemampuan sistem yang digunakan dalam program; b) Strategi-strategi untuk mencapai tujuan-tujuan program; c) Rancangan implementasi strategi yang dipilih. Evaluasi input dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana, kompetensi, sumber daya guru, kualifikasi pendidikan guru, dan pengetahuan guru tentang pembelajaran.

3. Evaluasi Proses

Evaluasi proses digunakan dalam program sebagai data untuk mengimplementasi keputusan, merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasi dalam proses (pelaksanaan) atau membimbing dalam implementasi kegiatan, evaluasi proses juga digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan prosedur implementasi pada tata laksana kejadian dan aktivitas.


(1)

pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu perumusan tujuan pembelajaran materi ajar, pemilihan sumber belajar/media pembelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.

4. Evaluasi pada komponen product evaluasi kinerja guru Sekolah Dasar dalam pembelajaran di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan menghasilkan nilai rata-rata 59,68% dengan kategori cukup. Artinya dengan latar belakang pembelajaran, yaitu lingkungan pembelajaran yang mendukung, ketersediaan sarana dan prasarana yang tersedia memberikan hasil pembelajaran yang baik pada siswa. Namun hal ini perlu ditingkatkan lagi.

5.2

Rekomendasi

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap kinerja guru dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, dalam hal ini penulis mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada:

1. Guru bahasa Indonesia Sekolah Dasar untuk:

a. Membuat perencanaan pembelajaran yang dapat dilaksanakan lebih baik lagi dengan mengacu pada standar isi, SKL, dan mengacu pada ketentuan yang ditetapkan oleh BSNP.

b. Perencanaan pembelajaran yang sudah dibuat hendaknya dapat dilaksanakan di kelas.

c. Lebih sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran bahasa Indonesia di kelas dapat dijalankan lebih baik.


(2)

2. Kepala sekolah untuk dapat menciptakan lingkungan sekolah atau lingkungan pembelajaran yang lebih baik dan kondusif, karena lingkungan sekolah yang baik atau kondusif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan juga kinerja guru meningkat.

3. Dinas Pendidikan tingkat Kabupaten Lampung Selatan agar melakukan supervisi kepada sekolah-sekolah yang berkaitan dengan komponen context, seperti sarana dan prasarana pembelajaran, juga upaya-upaya sekolah dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih kondusif agar mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas dan juga kinerja guru menjadi tenaga pengajar yang lebih profesional.

4. Peran pengawas dalam pembinaan di satuan pendidikan serta kelompok kerja guru sangatlah penting sebagai patner kerja kepala sekolah, agar terjalin kerjasama yang baik untuk dapat meningkatkan kinerja guru.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Rosda Karya. Bandung.

Arikunto, S dan Jabar CSA. 2007. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis bagi praktisi Pendidikan. Sinar Grafika Offset. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, S dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Azwar Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Bacal, Robert.2001. Performance Management. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Bayu Purwana. 2006. Penelitian Deskriptif Implementasi Program Pembelajaran Berbasis Masyarakat. Bandung. Tesis.

Dali S. Naga. 2003. Teori Pengukuran Psikometrika Teori Tes. PPs UNJ. Jakarta. Daryanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Depdiknas

Djaali, Pudji Mulyono dan Ramly. 2004. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. PPS UNJ. Jakarta.

Djemari Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta. Mitra Cendikia.

Edua.Usman, Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Edisi Kedua. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(4)

Fathurrohman, P dan Sutikno, MS. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cetakan kedua. PT Tefika Aditama. Bandung.

Farida Yusuf Tayibnapis. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Firda Fibrila. 2010. Evaluasi Kinerja Dosen Dalam Pembelajaran Di Program Studi Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang. Universitas Lampung. Tesis.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Herpratiwi. 2009. Kepemimpinan Dalam Organisasi Belajar. Universitas lampung. Bandar Lampung.

Kementerian Pendidikan Nasional Dirjen PMPTK. 2011. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (Buku 2 PKG).

Kirkpatrick, D. L. 2009. Kirkpatrick’s Training Evaluation Model (online). (http://www.businessballs.com/kirkpatricklearningevaluationmodel.htm,

diakses 23 Oktober 2009).

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. 2009. Laporan Pemetaan dan Pengukuran Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran. (tidak dipublikasikan). Madaus, G. F., Scriven, M. S., dan Stuffebeam, D. L. 1993. Evaluation Models,

Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.

Mahmud Akrom. 2009. Evaluasi Program Bilingual di SMPN 2 Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Nuansa Pendidikan.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyasa, E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Remaja Rosdakarya. Bandung.


(5)

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Saburi Musa. 2005. Evaluasi Program Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat Bandung. Y-Pin. Indonesia.

Simamora, Henry. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung. Alfabeta. Sukadi, 2001. Guru Powerfull Guru Masa Depan, Bandung: Kholbu.

Suprihanto, Jhon. 2000. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Pegawai. Yogyakarta. Stufflebeam, D. L. 2003. The CIPP Model for Evaluation: the Article Presented at the 2003 Annual Conference of the Oregon Program Evaluators Network (OPEN) 3 October 2003 (online). (http://www.wmich.edu, diakses 23 Oktober 2009). Partner, C. 2009. Implementing the Kirkpatrick Evaluation Model Plus (online).

(http://www.coe.wayne.edu/eval/pdf, diakses 23 Oktober 2009).

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta CV. Eko Jaya, 2005.

Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008, Tentang Guru dan Dosen.

Permen PAN No. 16 Tahun 2009, Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.


(6)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 Tentang Penilaian

Pendidikan.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Repormasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 Tentang Penilaian Kinerja Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses.

Popham, Schrag dan Blockhus. 1975. E Teaching Learning Sistem for Buisnis Education.

Prawiradilaga, Salma Dewi. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Cetakan Pertama. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Purwanto, M. Ngalim, 2002. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.

Ruky, S Achmad. 2002. Sistem Manajemen Kinerja. PT Gramedia. Jakarta.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Sinar Grafika, 2006. Usman, Uzer, 2002. Menjadi Guru Professional. Bandung. PT. Rosdakarya.

Widoyoko, Eko Putro, S. 2010. Evaluasi Program Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Jakarta.