PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVSD NEGERI 4 METRO TIMUR

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

KELAS IVSD NEGERI 4 METRO TIMUR

Oleh

FaridhatulKhasanah

Masalahdalampenelitianiniadalahkurangbervariasinyapenggunaanstrategipe

mbelajaranpadapembelajaran di

kelassehinggamengakibatkansiswamerasajenuhdanberdampakpadahasilbelajarsis

wa yang

rendah.Penelitianinibertujuanmengetahuipengaruhpenerapanstrategipembelajarana ktiftipeteka-tekisilangterhadaphasilbelajarsiswa.

Penelitianinimenggunakanmetodeeksperimendengandesainpenelitian pretest-posttest.Populasidalampenelitianiniadalahseluruhsiswakelas IV SD Negeri 4 Metro Timurdengansampelkelas IVB sebagaikelaseksperimendan IVA sebagaikelaskontrol.Teknikpengambilansampeldilakukandenganmenggunakantek nikRandom Sampling.Analisis data menggunakanujistatistikdenganbantuan program SPSS seri 20.0.

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaterdapatpengaruhpenerapanstrategipemb elajaranaktiftipeteka-tekisilangpadasiswakelaseksperimen yang dibuktikansebagaiberikut: (1) tidakterdapatperbedaansignifikanreratapretest

antarasiswakelaseksperimendankontrol, (2)

terdapatpengaruhrerataPosttestantarasiswakelaseksperimendankontrol, (3) terdapatpengaruhn-Gain

hasilbelajarkognitifsiswaantarasiswakelaseksperimendankontrol, (4) terdapatpengaruhreratahasilbelajarafektifantarasiswakelaseksperimendankontrol,

(5) terdapatperbedaan

n-Gain-hasilbelajarafektifantarasiswakelaseksperimendankontrol, (6) terdapatperbedaansignifikanreratahasilbelajarpsikomotorantarasiswakelaseksperi

mendankontrol, dan (7) terdapatperbedaan

n-Gainhasilbelajarpsikomotorantarasiswakelaseksperimendankontrol. Kata kunci:strategipembelajaranaktiftipeteka-tekisilang, hasilbelajar


(2)

(3)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

KELAS IVSD NEGERI 4 METRO TIMUR

(Skripsi)

Oleh

FARIDHATUL KHASANAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram batang perbandingan nilai pretest berdasarkan KKM ... 50

2. Diagram batang perbandingan nilai rata-rata pretest ... 51

3. Perbandingan nilai posttest ... 52

4. Diagram batang perbandingan nilai rata-rata posttest ... 53

5. Perbandingan n-gain siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol ... 54


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Tematik ... 8

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ... 8

2. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik ... 9

3. Pendekatan Scientific ... 10

B. Belajar ... 14

1. Pengertian Belajar ... 14

2. Hasil Belajar ... 15

3. Penilaian Otentik ... 19

C. Strategi Pembelajaran ... 21

1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 21

2. Strategi Pembelajaran Aktif ... 22

3. Macam-macam Strategi Pembelajaran Aktif ... 23

4. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang ... 23

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang ... 23

b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang ... 24

c. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang ... 26

D. Kerangka Pikir ... 26

E. Anggapan Dasar ... 27


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 28

1. Jenis Penelitian ... 28

2. Desain Penelitian ... 28

3. Prosedur Penelitian ... 29

4. Rancangan Perlakuan ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 31

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 32

1. Variabel Penelitian ... 32

2. Definisi Operasional Variabel ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 34

1. Instrumen Tes ... 34

a. Uji Coba Instrumen Tes ... 35

b. Uji Persyaratan Instrumen ... 35

2. Non Tes ... 38

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 39

1. Uji Persyaratan Analisis Data ... 39

2. Pengujian Hipotesis ... 40

3. Hipotesis Statistik ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 47

B. Pelaksanaan Penelitian ... 47

C. Hasil Penelitian ... 51

1. Deskripsi Data Penelitian ... 51

2. Hasil Belajar ... 49

a. Kemampuan Kognitif Siswa ... 49

b. Hasil Belajar Afektif ... 61

c. Hasil Belajar Psikomotor ... 66

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas ... 91

2. Surat Penelitian Pendahuluan dari Fakultas ... 92

3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ... 93

4. Surat Pernyataan Teman Sejawat Guru Kelas IVB ... 94

5. Surat Pernyataan Teman Sejawat Guru Kelas IVA ... 95

6. Surat Keterangan Penelitian dari Kepala Sekolah ... 96

7. Hasil Belajar Awal ... 97

8. Soal untuk Uji Validitas dan Reliabilitas ... 98

9. Hasil Perhitungan Uji Validitas ... 106

10. Hasil Uji Reliabilitas ... 108

11. RPP Pertemuan 1 ... 109

12. RPP Pertemuan 2 ... 120

13. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif ... 131

14. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif ... 133

15. N-Gain Hasil Belajar Afektif ... 135

16. Rekapitulas Hasil Belajar Psikomotor ... 137

17. Gain Hasil Belajar Psikomotor ... 139

18. Uji Normalitas, Homogenitas dan Hipotesis Pretest ... 141

19. Uji Normalitas, Homogenitas dan HIpotesis Posttest ... 144

20. Uji Normalitas dan Homogenitas n-Gain Kognitif ... 147

21. Uji Normalitas dan Hipotesis Hasil Belajar Afektif ... 150

22. Uji Normalitas dan Hipotesis n-Gain Afektif ... 153

23. Uji Normalitas dan Hipotesis Hasil Belajar Psikomotor ... 156

24. Uji Normalitas dan Hipotesis n-gain Psikomotor ... 159


(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 The Pretest-Posttest Control Group Design ... 29

3.2 Kriteria Hasil Belajar ... 34

3.3 Koefisien Korelasi Validitas ... 36

3.4 Hasil Uji Validitas Soal ... 36

3.5 Kriteria Reliabilitas Soal... 37

3.6 Kriteria Penskoran Afektif dan Psikomotor ... 38

4.1 Jadwal dan Pokok Bahasan ... 48

4.2 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol... 50

4.3 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52

4.4 Penggolongan Nilai n-Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 54

4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Pretest ... 55

4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Statistik Posttest ... 56

4.7 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis untuk data n-Gain Kognitif ... 61

4.8 Data Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Afektif Pertemuan 1 ... 62

4.9 Data Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Afektif Pertemuan 2 ... 62

4.10 Data Rata-rata n-Gain Hasil Belajar Afektif ... 63

4.11 Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji-t Afektif ... 63

4.12 Hasil Perhitungan Uji-t n-Gain Afektif ... 66

4.13 Data Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotor Pertemuan 1 ... 67

4.14 Data Ketuntasan Hasil Belajar Psikomotor Pertemuan 2 ... 67

4.15 Data Rata-rata n-Gain Hasil Belajar Psikomotor... 67

4.16 Hasil Perhitungan Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji-t Psikomotor . 68 4.17 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis n-Gain Psikomotor ... 70


(9)

(10)

(11)

MOTO

“Karenasesungguhnyasesudahkesulitanituadakemudaha

n”(QS. Al- Insyirah: 5)

“It always seems impossible until it’s done”

(Nelson Mandela)

“Untukmelihatpemandanganindah di puncak,

kitaharusmelewatijalan yang terjaldanberliku,

tapipercayalahsemuaituakanindahsaatkitasudahmelewati


(12)

(13)

PERSEMBAHAN

Bersama keridhaanmu yaa Allah, kupersembahkan karya ini kepada

orang-orang yang menyayangi seseorang-orang sepertiku… Tiada cinta yang paling suci selain kasih sayangmu…

Searif arahanmu, dan setulus hatimu…

Terimakasih untuk

Bapakku Ismun dan Mamakku

Wasmi

, atas segala yang telah dilakukan demi penulis. Terimakasih atas cinta, yang terpancar dalam setiap doa dan restumu yang selalu mengiringi

langkah penulis.

Untuk setiap dukungan, lantunan doa, dan untaian harapan yang selalu diutarakan kepada penulis…

Terimakasih Kakak-kakakku…

Yayuk, Mbak Wati, Mas

Fajar, Mas Dwi, Mas Wandi, Mbak Okti

, untuk semua bantuan usaha yang diberikan demi kelancaran studi hingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua usaha penulis mampu menjadi kebahagiaan dan kebanggan untuk

kakak-kakak.

Untuk keceriaan yang kalian hadirkan sebagai penghapus lelah…

Terimakasih keponakanku

Darma, Ata, Maza, Bimbim,dan

Zaka.

Penulis haturkan banyak doa dan terimakasih atas segala dukungan. Terimakasih untuk semua canda dan tawa kalian.

The deepest thank goes to

the one who still in secreet

… Almamater tercinta Universitas Lampung


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah anak bungsu dari pasangan Bapak Ismun dan Ibu Wasmi, dilahirkan di Bumiharjo, 06 Agustus 1992.

Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Bumiharjo tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 2007 kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Metro diselesaikan tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi FKIP Program Studi PGSD Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Negeri 1 Balam Jaya. Selain PPL, penulis juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Balam Jaya, Kecamatan Way Kenanga, Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(15)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dengan kerendahan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis dan ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD.


(16)

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP Metro S-1 PGSD sekaligus selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat.

5. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan saran yang sangat bermanfaat.

6. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran.

7. Bapak Dr. Suwarjo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan dengan bijaksana.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S-1 PGSD UPP Metro yang turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

9. Ibu Dra. Sumarni, selaku Kepala SD Negeri 4 Metro Timur, serta Dewan Guru dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

10.Ibu Meri, S.Pd., selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

11.Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Saras Rohmawati, Risty Meilani, Diah Nuraini, Ami Yustitia, Fatih Istiqomah, Joni Saputra, Feri Kusnun, Retno Andel, Fenti Miftahul, Rita Sari, Melda Sari, Kenia Mahargyani (Kim ’10) yang selalu memberikan semangat serta motivasi untuk keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(17)

12.Seluruh rekan-rekan S-1 PGSD angkatan 2010, yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah, kalian akan menjadi cerita terindah di masa depan.

13.Teman-teman KKN dan PPL Balam Jaya, Way Kenanga, Tubabar 2013 kalian akan menjadi kenangan yang terindah.

14.Sansevieria spesial untuk Fertilia Ikashaum dan Anis Kurnia Dewi.

15.Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah kalian berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Metro, Agustus 2014 Penulis


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi siswa. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran.

Pembelajaran merupakan suatu bentuk kegiatan siswa untuk membangun pemahaman terhadap konsep-konsep ilmu dan pengalaman. Konsep-konsep ilmu dan pengalaman ini diperoleh siswa dari sebuah komunikasi yang terjalin antara guru dan siswa. Dari proses belajar tersebut, siswa memperoleh hasil belajar dari suatu interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yakni membelajarkan siswa (Sagala, 2012:62). Guru menjadi sebuah titik


(19)

2

pusat yang membimbing, dan menciptakan suasana pembelajaran untuk mencapai tujuan.

Guru memiliki tujuan agar siswa berhasil dalam setiap pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini penting sekali untuk dipertimbangkan karena merupakan tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Supaya tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik, guru perlu memilih strategi pembelajaran untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Pemilihan metode atau strategi yang tepat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa (Rakhmat, 2006: 213).

Pendidikan di SD merupakan upaya untuk memperoleh kemampuan yang nantinya akan menjadi bekal ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Suharjo (2006: 1) bahwa pendidikan di SD dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Menurut Piaget anak dalam usia 7-11 tahun berada pada perkembangan kemampuan intelektual pada tingkat konkret operasional (Budiningsih, 2004: 38). Mereka memandang dunia sebagai keseluruhan yang utuh tidak terpisah-pisah. Hal ini sejalan dengan pembelajaran tematik yang merupakan suatu proses untuk memadukan materi ajar dalam mata pelajaran atau antar matapelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.


(20)

3

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2014 dengan guru saat proses pembelajaran di kelas IVA, IVB, dan IVC di SDN 4 Metro Timur, proses pembelajaran di kelas IV SDN 4 Metro Timur masih berpusat pada guru (teacher centered). Guru lebih banyak menggunakan strategi pembelajaran konvensional, guru menugaskan siswa membuka buku siswa, kemudian siswa didikte untuk menulis catatan sehingga guru lebih aktif dan siswa cenderung pasif. Hal ini menyebabkan siswa cenderung merasa bosan dan jenuh saat proses pembelajaran. Akibatnya siswa merasa kurang senang dan mudah melupakan pelajaran yang disampaikan disekolah. Selain itu, terkadang guru memberikan pertanyaan kepada siswanya, namun siswa masih kurang percaya diri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

Berdasarkan penelusuran data hasil belajar di kelas, rata-rata hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari jumlah keseluruhan 84 orang siswa, pada ranah kognitif hanya ada 19 orang siswa atau sekitar 22,62% siswa yang mencapai standar nilai minimal yaitu ≥ 66. Selain itu, hasil belajar pada ranah afektif terutama pada aspek percaya diri hanya ada 15 orang siswa atau 17,86% orang siswa yang masuk kategori baik.

Proses pembelajaran yang diharapkan adalah agar siswa dapat lebih aktif dan mampu meningkatkan pemahaman tentang apa yang dipelajari. Keaktifan siswa dan suasana dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Penggunaan model,


(21)

4

pendekatan, strategi, dan metode yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Sejalan dengan hal ini, guru perlu memiliki pengetahuan tentang macam-macam model, pendekatan dan strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

Strategi pembelajaran merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, strategi dapat mempermudah guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dapat membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar dan menciptakan suasana kelas yang lebih aktif sehingga pembelajaran menjadi tidak terlupakan. Active learning atau strategi pembelajaran aktif merupakan strategi pembelajaran yang diharapkan dapat menjadikan suasana pembelajaran lebih aktif sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran aktif yang dimaksudkan yaitu dengan meninjau kembali apa yang telah dipelajari (Silberman, 2006: 249). Strategi yang memiliki tujuan untuk meninjau kembali salah satunya adalah teka-teki silang (crossword puzzle). Strategi ini juga memiliki keunggulan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Silberman (2006: 256) menyatakan bahwa teka-teki silang adalah strategi yang digunakan untuk peninjauan kembali dalam bentuk teka-teki silang yang akan mengundang minat dan partisipasi siswa. Dengan cara ini, siswa akan merasa tertantang untuk mengingat sesuatu.


(22)

5

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen tentang “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar siswa.

2. Kurang bervariasinya strategi pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran dikelas.

3. Penggunaan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi yaitu konvensional dalam proses penyampaian materi pelajaran dapat mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan siswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian eksperimen ini dibatasi pada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silangterhadap hasil belajar siswa?”


(23)

6

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi Guru

Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada guru tentang alternatif strategi pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan professional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran dikelas.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi tambahan wawasan dan sumbangan pemikiran yang berguna untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi Peneliti Lanjutan


(24)

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Pembelajaran Tematik

1. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang menggabungkan beberapa materi pelajaran dan menyajikannya kedalam sebuah tema atau topik. Suryosubroto (2009: 133) pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan.

Sutirjo & Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajar, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Pembelajaran tematik dilakukan untuk mengupayakan suatu perbaikan kualitas pendidikan. Pembelajaran tematik juga menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran yang


(25)

8

megintegrasikan aspek pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap, serta pemikiran dalam sebuah materi pelajaran menggunakan tema atau topik.

2. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik

Suryosubroto (2009: 136-137), pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dan juga kekurangan. Keunggulan yang dimaksud, yaitu:

a. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. b. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat

perkembamgan dan kebutuhan siswa.

c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.

d. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keunggulan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan yang ditimbulkannya, yaitu:

a. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.

b. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

3. Pendekatan Scientific

Penerapan pendekatan scientific (ilmiah) dalam proses belajar mengajar mampu membuat siswa berpikir secara ilmiah. Penjelasan Sudarwan


(26)

9

(Kemendikbud, 2013: 201) tentang pendekatan scientific bahwa pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.

1) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,

analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran. 6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggung jawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Dengan kurikulum 2013 merubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pembelajaran yang inovatif. Guru dituntut dapat memilih strategi pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajar di dalam kelas.


(27)

10

Kondisi pembelajaran pada saat ini diharapkan agar siswa mampu merumuskan masalah dengan banyak menanya, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Pembelajaran diharapkan mampu melatih siswa agar berani dan memutuskan bagaimana mengambil keputusan bukan hanya hasil menghafal semata. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2013: 391), yang menyatakan bahwa pembelajaran dianggap bermakna jika dalam proses pembelajaran tersebut siswa terlibat secara aktif, untuk mencari, dan menemukan sendiri pemecahan masalah serta menemukan sendiri pengetahuan melalui pengalaman langsung.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.

1) Mengamati

Metode mengamati atau bisa disebut juga dengan observasi, mengutamakan berartinya suatu pembelajaran. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, sehingga siswa menjadi senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.


(28)

11

a) Menentukan objek apa yang akan diobservasi

b) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.

c) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder

d) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi e) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan

untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar f) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil

observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. (Kemendikbud, 2013: 211)

2) Menanya

Guru diharapkan mampu menstimulasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu siswanya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik, (Kemendikbud: 2013: 213).

Pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Sebuah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, yang terpenting, keduanya mengharapkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!

3) Menalar

Menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan


(29)

12

bahwa guru dan siswa merupakan pelaku aktif. Namun, dalam proses pembelajaran, situasi siswa harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.

Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

a) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

b) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

c) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

d) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati

e) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki

f) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.

g) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.

h) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan tindakan pembelajaran perbaikan (Kemendikbud, 2013: 219).

4) Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil


(30)

13

eksperimen sebelumnya; (4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data;(6) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (7)membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan (Kemendikbud, 2013: 222).

Langkah-langkah tersebut di atas, tidak selalu dilakukan secara berurutan, terlebih pada pembelajaran tematik, dimana pembelajarannya menggunakan tema tiap mata pelajaran. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik berbeda antara satu dan yang lainnya. Oleh karena itu, agar pembelajaran bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan mendapatkan pengalaman baru, sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang. Bruner (dalam Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Pengalaman yang dimiliki ini berupa aspek sikap, pengetahuan dan juga keterampilan.

Menurut Sagala (2012: 34) belajar adalah perubahan kualitas kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan pendapat Bloom (dalam Sagala, 2012:


(31)

14

34) mengenai tujuan pendidikan dan juga sesuai dengan tujuan pendidikan dalam kurikulum 2013 yaitu menekankan kepada aspek-aspek yang tidak hanya kognitif saja tetapi juga pada aspek-aspek afektif dan keterampilan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan menuju kualitas yang lebih baik. Perubahan yang dimaksud tidak hanya pada aspek pengetahuan saja, melainkan pada aspek sikap dan juga keterampilan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar memiliki peranan yang penting dalam pembelajaran. Djamarah (2006: 119) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Dari hasil belajar seorang guru mampu mengetahui kemajuan siswanya. Hasil belajar juga menunjukkan berhasil atau tidaknya suatu kegiatan pengajaran yang dicerminkan dalam bentuk skor atau angka setelah mengikuti tes.

Hamalik (2008: 30) mengemukakan hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan berupa pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah mengalami kegiatan pembelajaran.


(32)

15

Setiap kegiatan belajar mengajar, selalu membuahkan hasil. Hasil dari proses belajar mengajar ini disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan penguasaan materi yang telah dicapai oleh siswa. Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar dibagi menjadi beberapa tingakatan. Menurut Djamarah & Zain (2010 : 107) tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Istimewa/maksimal b. Baik sekali/optimal

c. Baik/minimal

d. Kurang

: apabila seluruh bahan pelajaran yang mdiajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. : apabila sebagian besar (76% s.d.99%) mbahan pelajaran yang diajarkan dapat mdikuasai oleh siswa.

: apabila bahan pelajaran yang diajarkan mhanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh msiswa.

: apabila bahan pelajaran yang diajarkan nkurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Pengukuran tentang tingkat keberhasilan proses belajar mengajar ini ternyata berperan sangat penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul valid, reliabel, dan objective. Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurnya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir soal. Sagala (2003 : 57) mengatakan bahwa agar siswa dapat berhasil diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini:

a. kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif (Scolastic Aptitude Test),

b. menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran (Interest Inventory),

c. bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya (Differential Aptitude Test),


(33)

16

d. menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran di sekolah yang menjadi lanjutannya (Achivement Test), e. dan sebagainya.

Sehubungan dengan hal itu, hasil pembelajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa,

b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan ini dihayati dan penuh makna bagi dirinya (Sadiman, 2006: 49).

Kunandar (2013: 62) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar tidak hanya dalam pengetahuan atau kognitif, tetapi juga afektif maupun psikomotorik. Sejalan dengan kurikulum 2013, Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di sekolah dasar mengemukakan bahwa:

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual. Berdasarkan hal tersebut hasil belajar pada ranah kognitif siswa diperoleh dari hasil nilai tes tertulis.

b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya. Dari beberapa sikap yang telah disebutkan di atas, peneliti akan menilai hasil belajar ranah afektif pada sikap disiplin dan percaya diri. Menurut Mulyasa (2013: 147)


(34)

17

indikator sikap disiplin adalah 1) membiasakan hadir tepat waktu; 2) membiasakan mematuhi aturan; 3) menggunakan pakaian yang sesuai aturan; 4) menjalankan prosedur dalam pembelajaran; 5) menumpulkan tugas tepat waktu. Dan indikator sikap percaya diri adalah 1) pantang menyerah; 2) berani menyatakan pendapat; 3) berani bertanya; 4) mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan; dan 5) berpenampilan tenang.

c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Sudjana (2012: 32) menyatakan bahwa aspek psikomotor ditunjukkan dengan mencatat bahan pelajaran dengan baik dan sistematis, mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan ide, mencari tahu dalam menemukan jawaban atas soal yang diberikan, dan melakukan komunikasi antara siswa dan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada siswa menuju lebih baik melalui proses belajar. Hasil belajar mengarah pada tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun indikator hasil belajar pada ranah kognitif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil nilai tes tertulis. Indikator ranah afektif pada sikap disiplin penelitian ini adalah 1) membiasakan hadir tepat waktu, 2) menggunakan pakaian


(35)

18

sesuai aturan, dan 3) mengumpulkan tugas tepat waktu. Indikator afektif sikap percaya diri dalam penelitian ini adalah 1) berani menyatakan pendapat, 2) berani bertanya, dan 3) mengutamakan usaha sendiri daripada bantuan. Sedangkan, indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah (1) menulis dengan tulisan yang jelas dan rapih, (2) mengangkat tangan sebelum mengomentari pendapat dan menyampaikan ide/gagasan, (3) mencari fakta-fakta untuk menemukan jawaban dari pengamatan gambar yang disediakan, dan (4) berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia antar siswa untuk mengkomunikasikan hasil temuan.

3. Penilaian Otentik

Penilaian otentik dalam kurikulum 2013. Diharapkan dalam penerapannya, penilaian otentik ini mampu mengukur suatu kemampuan baik pengetahuan dan keterampilan yang akan digunakannya dalam kehidupan nyata. Hal ini senada dengan pendapat Stiggins (dalam Nurgiyantoro, 2011: 23) penilaian otentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.

Menurut Nurgiyantoro (2011: 23) penilaian otentik (authentic assessment) menekankan kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Penilaian otentik tidak hanya sekedar melakukan kegiatan penilaian tentang menanyakan


(36)

19

pengetahuan yang diketahui siswa, tetapi juga bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut dalam dunia nyata.

Beberapa jenis penilaian otentik disajikan berikut ini menurut Kemendikbud (2013: 90-95) yaitu terdiri dari penilaian sikap (afektif), penilaian pengetahuan (kognitif), dan penilaian keterampilan (psikomotorik). Beberapa contoh penilaian sikap antara lain: 1) observasi, 2) penialaian diri, 3) penilaian antar teman,dan 4) jurnal catatan guru. Penilaian kognitif antara lain: 1) tes tertulis, 2) tes lisan, dan 3) tes penugasan. Dalam penialaian keterampilan (psikomotorik) antara lain 1) penilaian kinerja, 2) penilaian proyek, dan 3) penilaian portofolio.

Menurut pendapat ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa penilaian otentik merupakan suatu kegiatan penilaian unjuk kerja yang tidak hanya melihat dari aspek pengetahuan saja, tetapi juga dalam hal sikap dan terutama keterampilan yang diterapkannya tidak hanya dalam proses belajar mengajar, namun dilakukan seterusnya dalam kegiatan di dunia nyata. Dalam penilaian sikap, penelitian ini menggunakan observasi yaitu dengan mengamati sikap disiplin dan percaya diri. Sementara pada ranah pengetahuan, penelitian ini menggunakan tes tertulis berupa pilihan ganda. Dan penilaian keterampilan menggunakan penialain kinerja yang indikatornya sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya.


(37)

20

C. Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Pembelajaran adalah upaya agar siswa belajar. Dalam pembelajaran itu, dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang merupakan suatu upaya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Kemp (dalam Rusman, 2012: 132) menyatakan bahwa strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Gerlach & Ely (dalam Hamruni, 2011: 2) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi merupakan suatu cara yang telah direncanakan untuk melakukan penyampaian materi dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini tentunya pemilihan suatu strategi dilakukan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa strategi merupakan suatu cara atau sebuah rencana yang disusun dalam proses penyampaian materi ajar yang akan dilakukan oleh guru untuk mengupayakan sutau pencapaian tujuan pembelajaran.


(38)

21

2. Strategi Pembelajaran Aktif

Strategi pembelajaran aktif pada dasarnya merupakan suatu cara mengajar yang dipilih oleh guru dalam upaya memperdalam proses belajar mengajar untuk mengupayakan siswa agar yang semula belum aktif menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Zaini (2008: 14) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif.

Menurut Mulyasa (2004: 241) dalam strategi pembelajaran aktif setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa dikaitakan dengan pengetahuan yang sudah ada dan dikemas dengan proses pembelajaran yang aktif. Dengan pemilihan strategi yang tepat, diharapkan siswa dapat belajar secara aktif dan siswa juga memiliki kemauan tinggi untuk mengikuti proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu cara pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif, sehingga pembelajaran menjadi suatu hal yang meyenangkan dan siswa dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.

3. Macam-macam Strategi Pembelajaran Aktif

Sama halnya dengan model-model pembelajaran yang memiliki banyak tipe dan jenis, strategi pembelajaran aktif juga memiliki banyak jenis atau disebut juga dengan macam-macam strategi pembelajaran.


(39)

Macam-22

macam strategi ini dapat dikembangkan oleh guru dalam suatu proses belajar mengajar di dalam kelas. Silberman (2006: 64-292) mengungkapkan macam-macam strategi pembelajaran aktif yang disesuaikan dengan tipe-tipenya, antara lain:

a) strategi pembentukan tim yaitu bertukar tempat dan resume kelompok;

b) strategi belajar bersama yaitu kelompok belajar dan turnamen belajar;

c) strategi belajar secara mandiri yaitu peta pikiran dan jurnal belajar; d) strategi peninjauan kembali yaitu pencocokkan kartu indeks dan

teka-teki silang.

Dari berbagai tipe pembelajaran aktif diatas, peneliti memilih untuk melakukan penelitian dengan strategi aktif tipe teka-teki silang yang termasuk strategi peninjauan ulang kembali yang diharapkan menjadikan pembelajaran menjadi tidak terlupakan.

4. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang

Strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang merupakan suatu strategi yang dapat mengaktifkan suasana pembelajaran. Silberman (2006: 256) menyatakan bahwa strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang ini adalah peninjauan kembali pelajaran dalam bentuk teka-teki silang yang mengundang minat dan partisipasi siswa.

Zaini (2008: 71) menyatakan bahwa teka-teki silang yang digunakan sebagai strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan tanpa kehilangan esensi belajar yang sedang berlangsung. Dan juga


(40)

23

dengan pembelajaran ini dapat melibatkan siswa untuk berpartisipasi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti simpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif merupakan strategi pembelajaran yang menyenangkan yang akan membuat siswa menjadi berminat dalam pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi tidak mudah terlupakan.

b. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang

Strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang ini dibuat agar pembelajaran menjadi selalu diingat di dalam otak dan untuk mengundang minat serta partisipasi siswa dalam pembelajaran. Sama halnya dengan strategi pembelajaran pada umumnya, dalam strategi teka-teki silang juga terdapat langkah-langkah pelaksanaannya dalam proses belajar. Langkah-langkah strategi teka-teki silang menurut Silberman (2006: 256-257) yaitu sebagai berikut:

1) Langkah pertama adalah dengan menjelaskan beberapa istilah atau nama-nama penting yang terkait dengan matapelajaran yang telah Anda ajarkan.

2) Susunlah sebuah teka-teki silang sederhana, dengan menyertakan sebanyak mungkin unsur pelajaran. (Catatan: jika terlalu sulit untuk membuat teka-teki silang tentang apa yang terkandung dalam pelajaran, sertakan unsur-unsur yang bersifat menghibur, yang tidak mesti berhubungan dengan pelajaran, sebagai selingan).

3) Susunlah kata-kata pemandu pengisisan teka-teki silang Anda. Gunakan jenis yang berkaitan ini:

a. Definisi singkat (“sebuah tes untuk menetukan reliabilitas”) b. Sebuah kategori yang cocok dengan unsurnya (“jenis gas”)


(41)

24

d. Lawan kata (“lawan kata demokrasi”)

4) Bagikan teka-teki silang itu kepada siswa, baik secara perseorangan maupun kelompok.

5) Tetapkan batas waktunya. Berikan penghargaan kepada individu atau tim yang paling banyak memiliki jawaban benar. Zaini (2008: 71) menyatakan langkah-langkah strategi Teka-teki Silang adalah sebagai berikut:

1) Tulislah kata-kata kunci, terminology atau nama-nama yang berhubungan dengan materi kuliah yang telah anda berikan. 2) Buatlah kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah

dipilih (seperti dalam teka-teki silang). Hitamkan bagian yang tidak diperlukan.

3) Buat pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah dibuat atau dapat juga hanya membuat pertanyaan-pertanyaan mengarah kepada kata-kata tersebut.

4) Bagikan teka-teki ini kepada siswa. Bisa individu atau kelompok.

5) Beri hadiah kepada kelompok atau individu yang mengerjakan paling cepat dan benar.

Berdasarkan langkah-langkah strategi teka-teki silang yang dijabarkan di atas, peneliti simpulkan bahwa teka-teki silang merupakan strategi pembelajaran yang membuat siswa menjadi aktif dan membuat pelajaran menjadi tidak terlupakan oleh siswa. Oleh sebab itu, guru diharuskan untuk dapat seoptimal mungkin menyusun rencana pembelajaran. berdasarkan kedua pendapat diatas, peneliti memilih untuk menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Silberman karena lebih mudah untuk dipahami dan lebih rinci dalam proses pembelajaran.

c. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang


(42)

25

Strategi teka-teki silang sama dengan strategi-strategi lainnya, yang memiliki kelebihan dan kelemahan ketika diterapkan dalam proses pembelajaran. Sepzyana (2013) menyatakan bahwa terdapat kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran teka-teki silang adalah sebagai berikut.

Kelebihan strategi ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa serta dapat melibatkan siswa secara langsung. Sedangkan kelamahannya, yaitu dapat menimbulkan sedikit kesulitanbagi siswa yang kurang akan tingkat kemampuannya dan kurang akan minat serta partisipasinya dalam mata pelajaran.

D. Kerangka Pikir

Penelitian ini melihat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar siswa pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Metro Timur. Yang kemudian akan dihitung rata-rata peningkatan hasil belajar dari masing-masing kelas. Pemilihan strategi pembelajaran ini sangat penting untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Hasil belajar yang diamati meliputi tiga ranah yaitu, afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (keterampilan). Tiga ranah tersebut yang kemudian dirata-ratakan dan diperoleh hasil belajar. Hasil belajar akhir merupakan proses penilaian keseluruhan suatu kegiatan pembelajaran.

Dengan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Hal ini menyatakan bahwa strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.


(43)

26

E. Anggapan Dasar

Penelitian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas IV SD N 4 Metro Timur memperoleh materi pembelajaran yang sama sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

2. Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa selain strategi pembelajaran dianggap memberikan pengaruh yang sama.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir (Sugiyono, 2013: 96). Berdasarkan landasan teori di atas dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan signifikan nilai rerata pretest siswa sebelum penerapan strategi pembelajaran aktif dengan siswa yang tidak diberi perlakuan. 2. Terdapat pengaruh nilai rerata posttest siswa setelah penerapan strategi

pembelajaran aktif tipe teka-teki silang pada kelas eksperimen.

3. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar kognitif siswa. Terdapat perbedaan signifikan n-Gainantarasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen. Hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol.


(44)

27

5. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar afektif siswa. Terdapat perbedaan signifikan n-Gainantarasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

6. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen. Hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol.

7. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar afektif siswa. Terdapat perbedaan signifikan n-Gainantarasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(45)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen. Eksperimen ini dilakukan karena peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Sampel yang digunakan pada penelitian ini dipilih secara random dari populasi tertentu. Dari populasi yang terdiri dari tiga kelas diambil dua kelas, yaitu sebagai kelas kontrol dan sebagai kelas eksperimen.

2. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest control group design yang melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelas melakukan pretest untuk mendapatkan kemampuan kognitif awal siswa. Kemudian kedua kelas diberikan perlakuan yaitu perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen adalah pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang sedangkan untuk kelas kontrol diberi perlakuan dengan penerapan pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan


(46)

pembe-29

lajaran, kemudian dilakukan posttest untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Desain pretest posttest dimodifikasi dari Furchan (1982: 356) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 The Pretest-Postest Control Group Design.

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A Y1 X Y2

B Y1 K Y2

Keterangan :

A : kelas eksperimen B : kelas kontrol

X :nperlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan strategi ipembelajaran aktif tipe teka-teki silang

K :nperlakuan pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran ikonvensional

Y1 : tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan Y2 : tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan

3. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan survey awal ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang dijadikan subjek penelitian.

b. Menetukan dua kelompok belajar secara acak (random), yang dijadikan subjek penelitian yaitu kelas IVB sebagai kelas eksperimen dan kelas IVA sebagai kelas kontrol.

c. Memberikan pretest pada masing-masing kelas sebelum diberi perlakuan. d. Memberi perlakuan pada kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang dan pada kelas kontrol dengan penerapan strategi pembelajaran konvensional.


(47)

30

f. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan statistik yang sesuai.

g. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

4. Rancangan Perlakuan

a. Tahap Perencanaan

1) Bersama guru kelas IV membuat Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan strategi pembelajaran yang akan digunakan dan mengacu pada kurikulum yang digunakan.

2) Menyusun butir soal sebanyak 30 butir soal yang akan diujikan. 3) Menguji coba butir soal untuk mengetahui soal yang valid dan tidak

valid.

4) Memilih dan memilah butir soal yang tidak valid, untuk mendapatkan tambahan dua soal dengan pertimbangan soal yang mendekati tingkat kevalidan 0,3.

5) Dari butir soal yang telah dipilih, dijadikan sebagai soal pretest dan posttest.

6) Menyusun instrumen penilaian untuk aspek afektif dan psikomotor. 7) Menguji coba instrumen untuk mengetahui kelayakan instrumen.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Memberikan soal Pretest untuk mengetahui kemampuan kognitif awal siswa sebelum diterapkannya metode pembelajaran pada masing-masing kelas.

2) Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Teka-teki Silang pada


(48)

31

kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama, masing-masing kelas diberikan pretest kemudian dilanjutkan dengan memberikan materi dengan menerapkan strategi teka-teki silang. Pada pertemuan kedua, peneliti langsung menerapkan strategi pembelajaran aktif teka-teki silang. Pada akhir pembelajaran di berikan soal posttest.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 4 Metro Timur, terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas IVA, IVB, dan IVC. Masing-masing kelas memiliki jumlah siswa yang sama yaitu 28 orang siswa, sehingga jumlah total 84 orang siswa.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2013:118). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling yaitu karena


(49)

32

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2013: 120). Teknik ini biasanya dilakukan karena tujuan tetentu. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa di SDN 4 Metro Timur yang dipilih secara acak, yaitu kelas IVB sebagai kelas eksperimen dan IVA sebagai kelas kontrol.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 60). Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu :

a. Variabel Independen atau disebut juga variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2013:61). Dalam penelitian ini variabel bebas (X)nya adalah strategi pembelajaran aktif tipe Teka-teki Silang dan pembelajaran konvensional. b. Variabel Dependen atau sering juga disebut Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013: 61). Variabel (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas eksperimen dan kontrol SDN 4 Metro Timur.


(50)

33

2. Definisi Operasional Variabel

a. Definisi Operasional Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap dalam diri sesorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dapat diukur dengan sebuah tes tertulis. Hasil belajar yang digunakan dalam penghitungan penelitian ini adalah hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, bentuk tes yang diberikan berbentuk tes pilihan jamak dengan jumlah butir tes sebanyak 20 soal. Pada setiap jawaban benar akan mendapat skor 1 dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Aspek afektif menggunakan lembar observasi dengan aspek yang akan diamati adalah sikap disiplin dan percaya diri, dengan indikator A= membiasakan hadir tepat waktu, B= menngunakan pakaian sesuai aturan, C= mengumpulkan tugas tepat waktu, D= berani menyatakan pendapat, E= berani bertanya, dan F= mengutamakan usaha sendiri. Sedangkan aspek psikomotor menggunakan lembar observasi dengan 4 indikator yaitu A= menulis dengan tulisan yang jelas, B= mengangkat tangan pada saat mengomentari pendapat dan menyampaikan gagasan, C= mencari fakta-fakta untuk menemukan jawaban dari pengamatan gambar, dan E= berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia anatar siswa untuk mengkomunikasikan hasil temuan. Kriteria penskoran untuk aspek afektif dan psikomotor adalah 1= belum terlihat, 2= mulai terlihat, 3= mulai berkembang, dan 4= sudah membudaya.


(51)

34

Tabel 3.2 Kriteria Hasil Belajar

No

Konversi Nilai Predikat (Pengetahuan

dan Keterampilan)

Sikap Skala 0 – 100 Skala 1 – 4

1 86 – 100 4 A

SB (Sangat Baik)

2 81 – 85 3,66 A-

3 76 – 80 3,33 B+

B (Baik)

4 71 – 75 3,00 B

5 66 – 70 2,66 B-

6 61 – 65 2,33 C+

C (Cukup)

7 56 – 60 2 C

8 51 – 55 1,66 C-

9 46 – 50 1,33 D+

K (Kurang)

10 0 – 45 1 D

Sumber: Kemendikbud (2013: 7)

b. Definisi Operasional Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Teka-teki Silang

Teka-teki Silang merupakan suatu strategi pembelajaran yang menjadikan suasana pembelajaran lebih aktif dan juga akan menarik minat siswa serta menjadikan pembelajaran menjadi tidak terlupakan oleh siswa. Dalam strategi ini, siswa diminta untuk mengisi teka-teki silang sesuai dengan daftar pertanyaan.

D. Instrumen Penilaian

Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis instrumen penelitian yaitu tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa, dan instrumen non tes digunakan untuk menilai sikap dan keterampilan.

1. Instrumen Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, IQ dan kemampuan


(52)

35

lain yang dimiliki individu (Arikunto, 2008: 193). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa pada ranah kognitif. Bentuk tes yang diberikan berupa soal pilihan jamak dengan 20 butir soal setiap soal benar memiliki skor 1 dan skor 0 jika salah.

a. Uji Coba Instrumen Tes

Setelah instrumen tes tersusun, kemudian diujicobakan kepada kelas yang bukan subjek penelitian. Tes uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan persyaratan tes yaitu validitas dan reliabilitas. Tes uji coba ini dilakukan pada kelas VB SD Negeri 4 Metro Timur.

b. Uji Persyaratan Instrumen

Setelah diadakan uji coba instrumen, selanjutnya yaitu menganalisis hasil uji coba instrumen. Hal-hal yang dianalisis mencakup sebagai berikut: 1) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2002: 160). Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi yaitu validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Penyusunan soal tes diawali dengan kisi-kisi soal yang disusun dengan memperhatikan setiap indikator yang ingin dicapai.

Untuk mengukur tingkat validitas soal, digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut (Arikunto, 2010: 213):


(53)

36

rxy =

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan Y

X : skor Item Y : skor Total

N : banyaknya objek (Jumlah sampel yang diteliti)

Untuk mengetahui besarnya koefesien korelasi, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Koefisien Korelasi.

Besar Koefisien Korelasi Interpretasi

0,800 – 1,00 0,600 – 0,800 0,400 – 0,600 0,200 – 0,400 0,000 – 0,200

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Sumber: Arikunto (2012: 89)

Dari hasil perhitungan manual dan juga menggunakan program Microsoft Excel, dapat diketahui validitas sebagai berikut:

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Soal.

No. Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal 1. Valid 1, 4, 6, 13, 14, 16, 17, 18,

19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, dan 29.

18

2. Tidak Valid 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 27, dan 30.

12 Data Lengkap: Lampiran 9 halaman 106.

Berdasarkan tabel 3.4 dari 30 soal terdapat 18 soal yang memiliki kriteria valid. Kemudian dari soal yang tidak valid diujikan lagi kepada siswa kemudian diperoleh data sebanyak 5 soal. Dari 5 soal valid itu kemudian diambil 2 soal untuk soal pretest dan posttest. Hasil uji kriteria valid dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 107.


(54)

37

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap terhadap subjek yang sama. Perhitungan untuk mencari indeks reliabilitas soal didasarkan dengan menggunakan rumus Sperman-Brown (Sinaga, 2014: 44), yakni:

Keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

r1/2 ½ : rxy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua

belahan instrumen

Dalam penelitian ini, program yang digunakan untuk menghitung hasil tersebut adalah program Anates V4.0.9. Kriteria tingkat reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Soal.

No Koefesien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas

1. 2. 3. 4. 5.

0,800 - 1,000 0,600 - 0,799 0,400 - 0,599 0,200 - 0,399 0,000 - 0,199

Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah Sumber: Arikunto (2006: 276).

Dari hasil perhitungan Uji reliabilitas menggunakan program Anates V4.0.9 diketahui reliabilitas soal yaitu 0,70 sehingga soal tersebut


(55)

38

dapat dikatakan memiliki reliabilitas tinggi. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 108.

2. Non Tes

Nontes digunakan untuk memperoleh data yang bersifat kualitatif, dalam teknik ini data diambil dengan menggunakan observasi. Observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2013: 203). Observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengembangan hasil belajar afektif dan psikomotor.

Tabel 3.6 Kriteria penskoran Afektif dan Psikomotor.

Skor Deskripsi 1 Belum terlihat

Apabila siswa belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator karena belum memahami makna dari nilai itu.

2 Mulai terlihat

Apabila siswa sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetepi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat.

3 Mulai berkembang

Apabila siswa sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas. 4 Sudah membudaya

Apabila siswa terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten karena sudah ada pemahaman dan kesadaran serta mendapat penguatan dari lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas, sudah tumbuh kematangan moral.


(56)

39

E. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Data yang diperoleh setelah memberi perlakuan pada sampel adalah data kuantitatif berupa hasil belajar. Dari tes tertulis berupa pilihan jamak diperoleh nilai pre-test, nilai post-test, dan peningkatan pengetahuan (N-Gain1). Dari observasi pengamatan afektif dan psikomotor, diperoleh dari rata-rata penilaian pertemuan 1 dan pertemuan 2, dan peningkatan (N-Gain2) penilaian pertemuan 1 dan pertemuan 2.

Menurut Meltzer dalam Asmayanti (2012: 54) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) = g, yaitu:

Dengan kategori sebagai berikut: Tinggi : 0,7 ≤ N-gain ≤ 1 Sedang : 0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7 Rendah : N-gain < 0,3

(Sumber: Meltzer dalam Asmayanti, 2012: 54).

1. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data sampel yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Kelompok yang diuji normalitasnya berjumlah dua kelompok, yang masing-masing terdiri dari kelompok eksperimen (kelas IVB) dan kelompok kontrol (kelas IVA)


(57)

40

Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 20.0 For Windows. Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam perhitungan ini adalah:

1) Nilai Signifikansi <0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

2) Nilai Signifikansi >0,05, maka data distribusi normal (Priyatno, 2010: 40).

b. Uji Homogenitas (Kesamaan Dua Variabel)

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua data memiliki varians yang sama atau berbeda. Perhitungan uji homogenitas menggunakan uji Levene’sdalam Seri Program Statistik (SPSS 20.0). Adapun hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok data. Ha : Terdapat perbedaan antara dua kelompok data. Kriteria pengambilan keputusan:

1) Jika Signifikansi > 0,05 maka H0 diterima. 2) Jika Signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak. (Sumber: Priyatno, 2010: 99).

2. Pengujian Hipotesis

Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah diberi perlakuan, maka digunakan t-test sampel related.


(58)

41

Rumus t-test:

t =

(separated varians) (Sugiyono, 2010: 273) Keterangan:

X1 : rata-rata hasil belajar siswa kelas kelompok 1 X2 : rata-rata hasil belajar siswa kelas kelompok 2 S12 : varians total kelompok 1

S22 : varians total kelompok 2 n1 : banyaknya sampel kelompok 1 n2 : banyaknya sampel kelompok 2

Pengujian hipotesis ini menggunakan Independent Sampel t-test dalam Program Statistik SPSS 20.0. Independent Sampel t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari dua kelompok data atau sampel yang independen (Priyatno, 2010: 93).

Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji-t adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data siswa masing-masing kelompok.

2. Menskor setiap data siswa sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat lebih dulu. Merangkum data siswa dalam bentuk tabel.

3. Menentukan skor rerata dan standar deviasi dari data yang diperoleh dari masing-masing kelompok dalam bentuk tabel.

4. Melakukan uji normalitas. 5. Melakukan uji homogenitas.

6. Uji Independent Sampel t-test dengan menggunakan program SPSS 20.0 For Windows.

Pengambilan keputusan: thitung≤ ttabel maka H0 diterima


(59)

42

3. Hipotesis Statistik

Menggunakan hipotesis statistik, karena penelitian menggunakan data sampel yang diambil dari populasi. Dugaan apakah data sampel itu dapat diberlakukan ke populasi, dinamakan hipotesis statistik, (Sugiyono, 2010: 98). Hipotesis statistik yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut: Hipotesis Pertama

Ho : Tidak ada pengaruh signifikan antara nilai rerata pretest siswa kelas eksperimen sebelum menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang dengan siswa kelas kontrol. Dibuktikan dengan hasil belajar yang sama atau relatif sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ha : Ada pengaruh signifikan antara nilai rerata pretest siswa kelas eksperimen sebelum menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang dengan siswa kelas kontrol. Dibuktikan dengan hasil belajar yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesisnya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2 Hipotesis Kedua

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau relatif sama.

Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan rata-rata hasil


(60)

43

belajar posttest siswa kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol, yaitu rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesisnya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Hipotesis Ketiga

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif terhadap n-Gain hasil belajar kognitif pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan peningkatan rerata hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan siswa kelas kontrol.

Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar kognitif pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol, yaitu kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesisnya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Hipotesis Keempat

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan rerata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen sama dengan siswa kelas kontrol.


(61)

44

Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan rerata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol, yaitu rata-rata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesisnya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Hipotesis Kelima

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen sama dengan siswa kelas kontrol.

Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol, yaitu peningkatan hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesisnya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2


(62)

45

Hipotesis Keenam

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan rerata hasil belajar psikomotor siswa kelas eksperimen dama dengan siswa kelas kontrol.

Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan rerata hasil belajar psikomotor siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol, yaitu siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.

Dapat ditulis hipotesisnya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

Hipotesis Ketujuh

Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan siswa kelas kontrol.

Ha : ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap n-Gain hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen. Dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol, yaitu peningkatan hasil belajar psikomotor kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Dapat ditulis hipotesisnya sebagai berikut:


(63)

46

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2


(64)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan signifikan rerata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan strategi pembelajaran aktif tipe Teka-teki Silang. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah 50,18 rata-rata kelas kontrol yaitu sebesar 50,36 dimana selisih tidak terlalu besar antara kedua kelompok.

2. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap posttest siswa pada kelas eksperimen. Nilai rerata posttest siswa kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah sebesar 77,50 dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar 69,64.

3. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadapa n-Gain hasil belajar kognitif pada siswa kelas eksperimen. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol. Rata-rata n-Gain kognitif kelas eksperimen yaitu sebesar 0,52 dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar 0,39.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan signifikan rerata nilai pretest antara kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan strategi pembelajaran aktif tipe Teka-teki Silang. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah 50,18 rata-rata kelas kontrol yaitu sebesar 50,36 dimana selisih tidak terlalu besar antara kedua kelompok.

2. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap posttest siswa pada kelas eksperimen. Nilai rerata posttest siswa kelas eksperimen tidak sama dengan kelas kontrol. Nilai rerata pada kelas eksperimen adalah sebesar 77,50 dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar 69,64.

3. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadapa n-Gain hasil belajar kognitif pada siswa kelas eksperimen. Peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol. Rata-rata n-Gain kognitif kelas eksperimen yaitu sebesar 0,52 dimana nilai ini lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu sebesar 0,39.


(2)

4. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen. Rerata hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol. Rerata nilai kelas eksperimen yaitu 72,18 dan kelas kontrol 66,00. Yang juga berpengaruh pada nilai signifikasinya.

5. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajara aktif tipe teka-teki silang terhdap n-Gain hasil belajar afektif pada siswa kelas eksperimen. Peningkatan hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol. Peningkatan pada kelas eksperimen 0,25 dan kelas kontrol 0,07.

6. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang terhadap hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen. Hasil belajar psikomotor siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol, yaitu kelas ekksperimen sebesar 75,33 dan kelas kontrol sebesar 67,97.

7. Terdapat pengaruh penerapan strategi pembelajara aktif tipe teka-teki silang terhdap n-Gain hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen. Peningkatan hasil belajar psikomotor pada siswa kelas eksperimen tidak sama dengan siswa kelas kontrol. Rata-rata n-Gain eksperimen yaitu0,25 dan kelas kontrol 0.08.


(3)

87

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti, antara lain:

1. Bagi siswa, strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang dapat diterapkan untuk dapat menarik minat siswa dan untuk membuat siswa mengingat kembali pelajaran yang telah diterima.

2. Bagi guru, strategi pembelajaran aktif tipe teka-teki silang dapat dipakai sebagai alternatif dalam memberikan variasi dalam proses pembelajaran. 3. Bagi pihak lain atau peneliti lanjutan, yang ingin menggunakan perangkat

pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti ini, sebaiknya terlebih dahulu dianalisis kembali untuk disesuaikan dalam penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran, dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat perangkat ini diterapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

________________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Asmayanti, Diana. 2012. Perbandingan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dan Team Assisted Individualization (TAI). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar.

Rineka Cipta. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Insan Madani. Yogyakarta.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Pers. Jakarta.

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Rosdakarya. Bandung.

___________. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Rosdakarya. Bandung.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Priyatno, Duwi. 2010. Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Gava Media. Yogyakarta.


(5)

89

Rakhmat, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Upi Press. Bandung.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sadiman, Arief S. 2006. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Rajawali Press. Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sepzyana, Variningtyas. 2013. Strategi Pembelajaran Teka-teki Silang.

www.referensimakalah.com/2013/01/strategi-pembelajaran-crossword-puzzle.html?m-1. Diakses tanggal 25 Januari 2014. @09.00 WIB.

Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Nusamedia. Bandung.

Sudjana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Rosdakarya. Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitiam Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Depdiknas. Jakarta

Suryosubroto, 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Penyusun. 2013. Indahnya Kebersamaan: Buku Guru. Kemendikbud. Jakarta.

__________________. Indahnya Kebersamaan: Buku Siswa. Kemendikbud. Jakarta.

__________________. Modul Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta.

__________________. Panduan Teknis Penilaian Di Sekolah Dasar. Kemendikbud. Jakarta.


(6)

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Insan Madani. Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

The effect of crossword puzzle as an asessment on students' ability to scan text

0 3 13

The Effectiveness of Crossword Puzzle Game towards Students' Vocabulary Mastery (A Quasi-Experimental Study at Second Grade of Students of SMP Puspita Bangsa Ciputat)

1 22 112

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES AND TOURNAMENT BERBASIS MEDIA TEKA-TEKI SILANG TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN KOLOID.

6 27 20

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE (TEKA-TEKI SILANG) TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA Pengaruh Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle (Tekateki Silang) Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V SD 3 Temulus Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2013 / 2014.

1 3 18

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE (TEKA-TEKI SILANG) TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA Pengaruh Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle (Tekateki Silang) Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V SD 3 Temulus Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2013 / 2014.

2 5 13

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA TEKA – TEKI SILANG (TTS) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR ZAT ADITIF MAKANAN PADA SISWA KELAS VIII.

0 3 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE (TEKA-TEKI SILANG) Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 1 Sawahan Juwirin Klaten Tahun A

0 0 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CROSSWORD PUZZLE (TEKA-TEKI SILANG) PADA Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle (Teka-Teki Silang) Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 1 Sawahan Juwirin Klaten T

0 0 17

PENGARUH PENERAPAN TEKA TEKI SILANG DALAM PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 14 PADANG

0 0 12

PENGARUH TEKA-TEKI SILANG TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SEKOLAH DASAR

1 5 9