ANALISA BIAYA KERUGIAN AKIBAT KEMACETAN DITINJAU DARI BAHAN BAKAR MINYAK DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus Kemacetan Pada Jalan Z.A. Pagar Alam – Teuku Umar)

(1)

ANALISA BIAYA KERUGIAN AKIBAT KEMACETAN DITINJAU DARI BAHAN BAKAR MINYAK DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi Kasus Kemacetan pada Jalan Z.A. Pagar Alam – Teuku Umar)

Oleh

ADHE ERIEA ATIYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

ANALISA BIAYA KERUGIAN AKIBAT KEMACETAN DITINJAU DARI BAHAN BAKAR MINYAK DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Studi Kasus Kemacetan Pada Jalan Z.A. Pagar Alam – Teuku Umar) Oleh:

Adhe Eriea Atiya

Kemacetan lalu lintas adalah salah satu masalah yang mulai dihadapi di wilayah Kota Bandar Lampung. Seperti terlihat pada Jalan Z.A. Pagar Alam – Teuku Umar (+ 3,7 km) yang menjadi salah satu contoh ruas jalan yang mengalami kemacetan. Dalam studi ini pengaruh waktu tempuh kendaraan saling berhubungan terhadap tingkat konsumsi BBM, karena semakin lama waktu tempuh yang ditempuh suatu kendaraan atau waktu macet yang dialami suatu kendaraan baik akibat antrian ataupun tundaan akan berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar bensin yang terbuang dan hal ini menghasilkan nilai kerugian yang cukup besar.

Data primer yang digunakan meliputi waktu tempuh kendaraan, waktu macet, kecepatan rata – rata kendaraan, waktu tempuh per satu liter bensin, liter bensin yang terbuang dan volume kendaraan. Jenis kendaraan yang diteliti meliputi mobil pribadi berbahan bakar premium dan solar, angkutan kota dan bus rapid transit (BRT).

Berdasarkan analisa pada pengolahan data, nilai kerugian tertinggi yang dihasilkan akibat kemacetan dialami oleh kendaraan pribadi berbahan bakar premium pada arah Raja Basa – Tanjung Karang sebesar Rp. 2.449.262.920,- pada jam puncak dan arah Tanjung Karang – Raja Basa sebesar Rp. 1.473.281.160,- pada jam puncak kemacetan.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Tujuan Penelitian... C. Batasan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemacetan Lalu Lintas... B. Sistem Jaringan Jalan... C. Hubungan Antara Arus, Kecepatan dan Kepadatan... D. Kecepatan... E. Volume Lalu Lintas... F. Tipe Jalan...

G. Hambatan Samping………

H. Jenis Kendaraan...

I. Nilai Waktu Perjalanan………..

J. Waktu Tundaan dan Waktu Antrian………..

xi xiv 1 2 3 4 5 6 8 10 12 12 12 13 14 14


(7)

Studi atau Literatur Penunjang Penelitian Sebelumnya………. III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian... B. Lokasi dan Waktu Penelitian... C. Teknik Pengumpulan Data... D. Diagram Alir Penelitian (Flow Chart)... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Survei... B. Komponen Penyusun Biaya Kemacetan...

V. PENUTUP

A. Kesimpulan... B. Saran…... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

18 18 19 22

23 58

59 60


(8)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota, sekaligus ibu kota provinsi Lampung. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta, memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya.

Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km² yang terbagi ke dalam 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan dengan populasi penduduk 902.885 jiwa (berdasarkan data BPS 2012). Saat ini di kota Bandar Lampung jumlah kendaraan diperkirakan terdapat sekitar + 120.554 unit untuk mobil penumpang (berdasarkan data BPS 2012) Dan diperkirakaan setiap tahunnya akan terus bertambah jumlahnya.

Kemacetan lalu lintas merupakan salah satu masalah yang mulai dihadapi di wilayah Kota Bandar Lampung dan situasi ini diperkirakan akan makin memburuk jika tidak ada perbaikan atau penanganan yang dilakukan pada sistem transportasi yang telah ada. Dan juga akan sangat merugikan pengguna jalan raya terutama untuk pemborosan bahan bakar minyak.


(9)

Kerugian yang disebabkan dari kemacetan meliputi kerugian finansial seperti terbuangnya bahan bakar minyak lalu kerugian dari aspek waktu yang terbuang sia – sia akibat kemacetan dan kerugian lain seperti pengaruh buruk bagi kesehatan akibat polusi udara yang ditimbulkan oleh gas dari pembuangan berbagai kendaraan dijalan raya. Hal ini jelas merugikan bagi para pengguna jalan dan pengguna transportasi umum pula.

Untuk itu dilakukan survey untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah transportasi perkotaan tersebut terutama ditinjau dari biaya kerugian akibat kemacetan. Dalam survey ini lebih difokuskan pada analisis biaya kerugian yang ditinjau dari konsumsi bahan bakar minyak pada jalan Z.A Pagar Alam

– Teuku Umar, yang diharapkan dari survey ini dapat memberikan informasi tentang biaya kerugian akibat kemacetan terutama dalam segi pemakaian bahan bakar pada kendaraan – kendaraan di jalan raya yang melintasi daerah tersebut, agar dapat menjadi bahan kajian untuk menentukan kebijakan dalam mengatasinya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya kerugian akibat kemacetan pada Jalan Z.A. Pagar Alam – Teuku Umar sepanjang + 3,7 km yang ditinjau dari konsumsi bahan bakar minyak pada 2 arah kendaraan yaitu arah Raja Basa – Tanjung Karang dan arah sebaliknya Tanjung Karang – Raja Basa.


(10)

C. Batasan Penelitian

Adapun ruang lingkup dan batasan masalah pada studi ini adalah :

a. Wilayah studi dilakukan di daerah Jalan depan Terminal Raja Basa sampai dengan Persimpangan Jalan Urip Sumoharjo. Daerah survey dimulai dari persimpangan jalan depan Terminal Raja Basa dan dilanjutkan sampai dengan lampu merah depan perumahan KOREM. Dengan tipe jalan empat lajur dua arah terbagi (4/2D).

b. Perhitungan Biaya Kemacetan ditinjau pada hari kerja yaitu Senin, Kamis dan Minggu pada jam – jam puncak kesibukan yaitu pada pagi hari pukul 06.30 - 08.00 WIB, siang hari pukul 12.30 - 14.00 WIB dan sore hari pukul 16.15 – 17.45 WIB. Pada Hari minggu jam sibuk pagi hari pukul 10.00 – 11.30 WIB, siang hari pukul 12.30 – 14.00 WIB serta sore hari pukul 16.15 – 17.45 WIB dengan asumsi banyaknya masyarakt yang melakukan aktivitas liburan dan hiburan di luar rumah pada waktu jam puncak tersebut.

c. Nilai kerugian akibat kemacetan lebih difokuskan pada konsumsi bahan

bakar sesuai jenis kendaraan yang telah ditentukan yang meliputi waktu macet dan waktu tempuh per 1 liter bensin dan tidak meninjau volume silinder kendaraan dan tahun pembuataan kendaraan.

d. Jenis kendaraan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah kendaraan pribadi yaitu mobil pribadi bahan bakar premium dan mobil pribadi bahan bakar solar serta kendaraan umum seperti angkutan kota dan Bus Rapid Transit (BRT).


(11)

e. Pada penelitian ini tidak di tinjau sepeda motor dikarenakan waktu tempuh atau waktu macet yang di alami oleh sepeda motor lebih rendah dibandingkan dengan mobil pribadi dan angkutan umum.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yaitu:

a. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kerugian

financial yang diderita akibat kemacetan terutama ditinjau dari bahan bakar minyak (BBM).

b. Serta sebagai bahan kajian dan perhatian bagi pemerintah bahwa kemacetan adalah masalah yang sangat penting untuk dapat perhatian lebih dan penanganan cepat karena kerugiannya secara tidak langsung sangatlah besar bagi masyarakat khususnya para pengguna jalan raya.


(12)

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Kemacetan Lalu Lintas

Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan.Kemacetan lalu lintas di jalan juga terjadi karena ruas jalan yang sudah mulai tidak mampu lagi menerima atau melewatkan arus kendaraan yang datang. Hal ini terjadi karena pengaruh hambatan atau gangguan samping yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan ruas jalan, seperti : parkir di badan jalan, berjualan di trotoar dan badan jalan, pangkalan ojek, kegiatan sosial yang menggunakan badan jalan (pesta atau kematian) dan lain - lain.

Kemacetan atau tundaan lalu lintas juga sering terjadi karena prilaku angkutan umum kota (angkot) yang sering mendahuluidan tiba - tiba berhenti di badan jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang dengan alasan kejar setoran tanpa memperhatikan keselamatan dari pengendara lainnya.

Tidak tertibnya para pengemudi kendaraan umum seringkali menimbulkan kemacetan - kemacetan, terutama di jalur - jalur utama.Berhentinya kendaraan umum di sembarang tempat dan hampir setiap waktu, sehingga praktis lajur tidak dapat digunakan secara efektif (Suryani, 2001).


(13)

jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman serta efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas.

Manajemen Lalu lintas adalah pengaturan lalu lintas yang menangani pengoperasian lalu lintas dari jaringan jalan yang sudah ada. Manajemen lalu

lintas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan transportasi dengan

mengefiensikan pergerakan orang dan kendaraan serta mengidentifikasi perbaikan - perbaikan yang diperlukan dari sistem transportasi yang ada (A. Munawar, 2004).

B. Sistem Jaringan Jalan

Menurut Undang - undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, sistem jaringan jalan Indonesia dibedakan atas dua sistem jaringan jalan, yaitu :

1. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distrbusi yang berwujud pusat - pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk kedalam kawasan perkotaan. Pusat - pusat kegiatan yaitu kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah dan lokal.

2. Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan


(14)

utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi.

Jalan umum menurut fungsinya, dapat dibedakan atas :

a. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata - rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

b. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

c. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata - rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

d. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan memiliki kecepatan rata - rata rendah.

Dengan demikian sistem jaringan jalan primer terdiri dan :

1) Jalan arteri primer merupakan jalan dalam skala tingkat nasional. 2) Jalan kolektor primer merupakan jalan dalam skala wilayah.

Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk diteruskan ke angkutan setempat.


(15)

Angkutan setempat adalah angkulan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah dam frekuensi ulang alik yang tinggi.

4) Jalan lingkungan primer merupakan jalan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan pedesaan di wilayah kabupaten.

Pada sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari :

1) Jalan arteri sekunder merupakan jalan dalam skala perkotaan.

Angkutanutama adalah angkutan bernilai ekonomis tinggi dan volume besar.

2) Jalan kolektor sekunder merupakan jalan dalam skala perkotaan. 3) Jalan lokal sekunder merupakan jalan dalam skala perkotaan.

4) Jalan lingkungan sekunder merupakan jalan dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan, perdagangan dan parawisata di kawasan perkotaaan.

C. Hubungan Antara Arus, Kecepatan dan Kepadatan

Arus (flow) adalah jumlah kendaraaan yang melalui suatu titik pada ruas jalan selama periode waktu tertentu. Kepadatan (density) adalah jumlah kendaraan per satuan panjang jalan pada suatu waktu tertentu.Kecepatan (speed) adalah jarak yang dapat ditempuh suatu kendaraan pada suatu ruas jalan per satuan waktu.

Hubungan antara kecepatan dan kepadatan seperti terlihat pada gambar 2.1(a). Kecepatan akan berkurang jika kepadatan lalu lintas bertambah.


(16)

Kecepatan arus bebas (free flow speed) akan terjadi pada saat kepadatan mendekati nol. Dan pada saat kepadatan mencapai dj yaitu kepadatan pada

saat lalu lintas tidak bergerak sama sekali atau kecepatan sama dengan nol dimana kendaraan sudah saling mengunci.

Hubungan antara kecepatan dan arus seperti terlihat pada gambar 2.1(b) dengan bertambahnya arus lalu lintas maka kecepatan akan berkurang, sampai arus maksimum tercapai dan kemudian berkurang sampai nol. Jika kepadatan terus bertambah maka baik kecepatan dan arus akan berkurang. Jadi kurva ini menggambarkan dua kondisi yang berbeda, bagian atas untuk kondisi arus yang stabil yaitu pada level kecepatan yang diinginkan sedangkan bagian bawah menunjukkan kondisi arus padat dimana kecepatan rendah.

Untuk hubungan antara arus dan dan kepadatan seperti terlihat pada gambar 2.1(c). Arus akan bertambah apabila kepadatannya juga bertambah. Arus maksimum (qm) terjadi pada saat kepadatan mencapai titik dm(kapasitas

jalurjalan sudah tercapai). Setelah mencapai titik ini arus akan kembali menurun dan pada saat arus bernilai nol maka kepadatannya bertambah dan mencapai titik d, (jam density) dimana terjadi kemacetan.


(17)

a. Kecepatan – Kepadatan b. Kecepatan - Arus

c. Arus/Volume - Kepadatan

Gambar 2.1 Grafik Hubungan Arus/Volume, Kecepatan dan Kepadatan

D. Kecepatan

Kecepatan adalah jarak yang ditempuh kendaraan persatuan waktu dan dapat dinyatakan dalam m/detik atau km/jam.

Menurut Hobbs, kecepatan adalah laju perjalanan yang besarnya dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam) dan pada umumnya dibagi atas tiga jenis,yaitu :

1. Kecepatan setempat (Spot Speed)

Kecepatan setempat (Spot Speed) adalah kecepatan kendaraan diukur pada suatu saat dan pada suatu tempat yang ditentukan.


(18)

2. Kecepatan bergerak (Running Speed)

Kecepatan bergerak (Running Speed) adalah kecepatan kendaraan rata - rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur dengan lama waktu kendaraan bergerak menempuri jalur tersebut. Atau kecepatan gerak merupakan banyaknya waktu yang diperhitungkan dalam menempuh suatu perjalanan dari A ke B, dimana waktu yang diperhitungkan adalah waktu pada saat kendaraan bergerak saja. Jadi kalau misalnya selama perjalanan dari A ke B ada hambatan (kemacetan), maka waktu saat berhenti itu tidak diperhitungkan.

Kecepatan bergerak =

3. Kecepatan perjalanan (Journey Speed)

Kecepatan perjalanan (Journey Speed) adalah kecepatan efektif kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat, dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua tempat tersebut, dengan lama waktu mencakup setiap waktu berhenti yang ditimbulkan oleh hambatan (penundaan) lalu lintas.

Kecepatan perjalanan =

4. Kecepatan yang akan digunakan sebagai ukuran utama segmen jalan adalah kecepatan tempuh, karena mudah dimengerti dan diukur serta merupakan masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisa ekonomi. Kecepatan tempuh adalah kecepatan rata rata ruang dari kendaraan sepanjang segmen jalan.


(19)

V = L/TT ………..(2.3)

dimana :

V = Kecepatan sesaat (km/jam) L = Panjang segmen (km)

TT = Waktu tempuh rata - rata sepanjang segmen jalan (jam)

E. Volume Lalu Lintas

Volume lalu lintas merupakan salah satu variabel yang menentukan tingkat kinerja jalan, yang pada dasarnya merupakan jumlah kendaraan yang melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu (jam)

Volume Lalu Lintas =

F. Tipe Jalan

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, tipe jalan perkotaanadalah sebagai berikut:

1. Jalan dua lajur dua arah tidak terbagi / tanpa median (2/2 UD). 2. Jalan empat lajur dua arah.

- tak terbagi / tanpa median (4/2 UD) - terbagi / dengan median (4/2 D)

3. Jalan enam lajur dua arah terbagi / dengan median (6/2 D). 4. Jalan satu arah (1-3/1).

G. Hambatan Samping

Hambatan samping adalah interaksi antara arus lalu lintas dan kegiatan disamping jalan yang menyebabkan pengurangan terhadap arus jenuh di


(20)

dalam pendekat. Hambatan samping yang terutama berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaaan adalah :

1. Pejalan kaki.

2. Angkutan umum dan kendaraan lain yang berhenti.

3. Kendaraan masuk/keluar sisi jalan. 4. Kendaraan lambat.

Kelas hambatan samping terbagi 5 seperti pada tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan

Kelas Hambatan Samping (SFC)

Kode

Jumlah berbobot kejadian per 200 m

per jam (dua sisi)

Kondidi Khusus

Sangat rendah VL < 100 Daerah pemukiman, jalan

samping tersedia

Rendah L 100-299 Daerah pemukiman, beberapa

angkutan umum dsb

Sedang M 300 – 499 Daerah industri, beberapa toko

di sisi jalan

Tinggi H 500 - 899 Daerah komersial, aktivitas sisi

jalan tinggi

Sangat tinggi VH >900 Daerah komersial dengan

aktivitas pasardi samping jalan

H. Jenis Kendaraan

Kendaraan adalah salah satu unsur lalu lintas yang beroda selain pejalan kaki. Berdasarkan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997 terdiri dari : 1. Kendaraan ringan ( Light Vehicle / LV ) adalah kendaraan bermotor ber as

dua dengan empat roda dan dengan jarak as 2,0 – 3,0 m (meliputi penumpang oplet, microbus, pick up dan truk kecil klasifikasi Bina Marga)


(21)

2. Kendaraan berat ( Heavy Vehicle / HV ) adalah kendaraan bermotor dengan jarak as lebih dari 3.5 m dan biasanya beroda lebih dari empat ( meliputi bus, truk dua as, truk tiga as dan truk kombinasi sesuai system klasifikasi Bina Marga).

3. Sepeda Motor( Motor Cycle / MC ) adalah kendaraan bermotor beroda dua atau tiga ( meliputi sepeda motor dan kendaraan beroda tiga sesuai klasifikasi Bina Marga )

I. Nilai Waktu Perjalanan

Nilai waktu perjalanan adalah biaya yang terjadi akibat adanya hambatan perjalanan terhadap penumpang yang dibuat berdasarkan tingkat pendapatan rumah tangga. Tingkat pendapataan rumah tangga dipisahkan berdasarkan tipe kendaraan yang digunakan jadi dapat diperkirakan nilai rata – rata pendapatan bagi masyarakat yang menggunakan perjalanan dengan kendaraan pribadi, sepeda motor dan kendaraan umum.

Pada penelitian ini nilai waktu perjalanan tidak digunakan dalam perhitungan, tetapi menggunakan waktu tempuh kendaraan yang diperoleh dari survei di lapangan ( Studi kasus Jalan Depan Terminal Raja Basa sampai dengan Persimpangan Jalan Urip Sumoharjo ) yang digunakan sebagai data primer untuk perhitungan pada bab IV ( Data waktu tempuh kendaraan terlampir).

J. Waktu Tundaan dan Waktu Antrian

Waktu tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan kendaraan dengan kecepatan tinggi karena dihambat oleh kendaraan yang melaju dengan kecepatan rendah selama dalam perjalanan.Waktu antrian adalah jumlah


(22)

waktu kendaraan dengan kecepatan tinggi antri di belakang kendaraan dengan kecepatan rendah selama dalam perjalanan.

Persamaan waktu tundaan adalah sebagai berikut:

R = ……….(2.5)

dimana :

R = Waktu tundaaan yang dialami kendaraan (jam) A = Kecepatan kendaraan yang rendah (km/jam) B = Kecepatan kendaraan yang tinggi (km/jam) L = Panjang antrian (km)

Persamaan waktu antrian adalah sebagai berikut : T=

... (2.6) dimana :

T = Waktu antrian yang dialami kendaraan (jam) R = Waktu tundaan yang dialami kendaraan (Jam) A = Kecepatan kendaraan yang rendah (km/jam) B = Kecepatan kendaraan yang tinggi (km/jam)

K. Biaya Kemacetan

Biaya kemacetan adalah biaya perjalanan akibat tundaan lalu lintas maupun tambahan volume kendaraan yang mendekati atau melebihi kapasitas pelayanan jalan (Nash, 1997).Dalam makalah Different Vehicles Speed and Congestion Costs (A. Tzedakis, 1980) bahwa rendahnya kecepetan kendaraan merupakan penyebab utama kemacetan.


(23)

Kemacetan baik berupa tundaan maupun tambahan volume lalu lintas yang mendekati kapasitasakan meningkatkan biaya perjalanan. Biaya perjalanan pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu biaya perjalanan pribadi dan biaya perjalanan sosial.Kedua biaya perjalanan ini terdiri dari dua kompenen utama yaitu biaya operasional kendaraan dan nilai waktu perjalanan.Biaya operasional berkenaan dengan biaya pengoperasian sistem transportasi tersebut seperti biaya bahan bakar, biaya oli, biaya ban dan lain sebagainya.Sedangkan nilai waktu perjalanan merupakan konversi waktu pada suatu wilayah tertentu yang diukur dalam satuan biaya dan dibuat berdasarkan tingkat pendapatan.

Pada penelitian ini menggunakan perhitungan biaya kerugian dengan model perhitungan mencari data waktu tempuh kendaraan, waktu macet, kecepatan rata – rata kendaraan dan volume kendaraan. Data – data tersebut dijadikan sebagai data primer dalam pengolahan dan perhitungan dalam penelitian ini. Pada pengolahan data tidak dilihat dari jenis kendaraan, tahun pembuatan dan spesifikasi khusus kendaraan, perhitungan hanya berdasarkan bahan bakar minyak dan model rumusan perhitungan terrinci pada perhitungan bab IV.

L. Studi atau Literatur Penunjang Penelitian Sebelumnya 1. Studi Biaya Kemacetan di Bandar Lampung

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bandar lampung terdapat 2 penelitian yang dilakukan yang pertama pada tahun 2005 di ruas Jalan Kartini penggal jalan Brigjen Katamso – Jln. Imam Bonjol (Telkom)


(24)

dengan metode Tzedakis 1980 bahwa nilai uang yang terbuang akibat kemacetan sebesar Rp. 254.235.146,5 dalam setahun ( M. Turnip 2005). Dan yang kedua dilakukan penelitian pada ruas Jalan Teuku Umar pada segmen Jalan Pasar Koga pada tahun 2006 dengan menggunakan MKJI 1997, waktu antrian, BOK model DLLAJ Bali dan metode Tzedakis 1980 dengan biaya kemacetan didominasi kendaraan berbahan bakar solar dan total biaya kemacetan untuk kendaraan berbahan bakar solar sebesar Rp. 163.636.800 dalam setahun (Sarah Widi A.N., 2005).

2. Studi Biaya Kemacetan di Denpasar

Penelitian biaya kemacetan di Denpasar dilakukan di kawasan Gajah Mada berdasarkan metode kaitan antara perbedaaan tingkat kecepatan kendaraan dengan biaya kemacetan yang diformulasikan oleh Tzedakis pada tahun 1980. Hasil dari perhitungan yang dilakukan selama 12 jam pada tahun 1999 maka biaya kemacetan yang terjadi berkisar 11 milyar per tahun dan pada tahun 2005 berkisar 40 an Milyar. (Cahyani, 2000).


(25)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan literature baik berupa buku – buku transportasi, artikel, jurnal

– jurnal dan penelitian tentang transportasi yang telah dilakukan sebelumnya yang dapat mendukung informasi tentang analisis biaya kerugian akibat kemacetan berdasarkan konsumsi bahan bakar minyak, yang dapat dijadikan sebagai data sekunder. Setelah pengumpulan literatur dilakukan, kemudian dilakukan survey lapangan yang berkaitan dengan penelitian untuk mendapatkan data – data primer.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan batasan masalah, penelitian dan pengumpulan data dilakukan pada Jalan Depan Terminal Raja Basa sampai dengan Persimpangan Jalan Urip Sumoharjo. Daerah Survei dimulai dari Jalan depan Terminal Raja Basa dan dilanjutkan sampai dengan lampu merah depan Perumahan KOREM sepanjang + 3,7 km.

Survei dilakukan selama tiga hari dalam setiap minggunya selama dua minggu yaitu pada hari senin dan kamis pada jam – jam puncak atau sibuk


(26)

masyarakat beraktivitas seperti ke tempat kerja, pergi ke sekolah dan pergi ke pasar. Pada siang hari pukul 12.30 WIB – 14.00 WIB yang merupakan waktu pelajar pulang sekolah dan sebagian masyarakat pulang dari tempat kerja dan sore hari pukul 16.15 WIB – 17.45 WIB dimana pada jam – jam tersebut masyarakat pulang dari tempat kerjanya dan pulang dari aktivitasnya masing

– masing.

Sedangkan pada hari minggu survei dilakukan pada pagi hari, siang hari dan sore hari juga pada puncak jam pagi hari pukul 10.00 – 11.30 WIB jam puncak siang hari pukul 12.30 – 14.00 WIB dan jam puncak sore hari pukul 16.15 – 17.45 WIB. Penentuan jam survei dilakukan dengan latar belakang telah dilakukannya survei pendahuluan terlebih dahulu sehingga dapat disimpulkan beberapa jam puncak untuk setiap aktivitas pada hari kerja dan hari libur. Durasi pengamtan dilakukan selama 4,5 jam setiap hari survei baik pada hari senin, hari kamis dan hari minggu dengan interval waktu pengamatan selama 15 menit pada puncak jam sibuknya masing - masing.

C. Teknik pengumpulan data

Pengambilan data primer dilakukan dengan survei pada lokasi penelitian. Pada kegiatan survei ini memerlukan 10 orang surveyor dengan tugasnya masing – masing untuk dapat mengumpulkan data primer yang dibutuhkan. Adapun data yang dicari meliputi volume kendaraan dengan batasan kendaraan berupa Mobil Pribadi berbahan bakar Premium, Mobil Pribadi berbahan bakar Solar, Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Rapid Transit (BRT).


(27)

Pada survey pengamatan volume kendaraan dilakukan oleh 6 orang surveyor di 3 titik pengamatan dengan 2 surveyor di masing – masing titik pengamatan, yaitu 2 surveyor di Persimpangan Lampu Merah Tugu UNILA, 2 surveyor di Persimpangan Lampu Merah TEKNOKRAT dan 2 surveyor di Persimpangan Lampu Merah Urip Sumoharjo. Masing – masing surveyor mengamati arah kendaraan yang berbeda yaitu 1 surveyor mengamati kendaraan dari arah Raja Basa – Tanjung Karang dan 1 surveyor lainnya mengamati kendaraan dari arah lainnya yaitu Tanjung Karang – Raja Basa.

Untuk data waktu tempuh kendaraan , data waktu macet dan kecepatan rata – rata suatu kendaraan dilakukan oleh 4 surveyor, dengan rincian survei surveyor melakukan pengamatan terhadap sampel kendaraan yang dipilih untuk dapat di amati waktu tempuh kendaraan, waktu tundaan yang ditimbulkan kendaraan tersebut serta kecepatan dari kendaraan tersebut dengan durasi per 15 menit diamati 1 sampel kendaraan.

Dengan mekanisme pengamatan 2 surveyor mengamati 1 sampel kendaraan dari arah Raja Basa – Tanjung Karang dan 2 surveyor melakukan pengamatan 1 sampel kendaraan pula dari arah yang berbeda Tanjung Karang – Raja Basa

dengan ketentuan 2 surveyor dimasing – masing tempatnya memulai

pengamatan di waktu yang bersamaan walau dari arah yang berbeda sehingga dapat diperoleh hasil bahwa arus kendaraan di waktu yang sama, jalan yang sama tapi dari arah yang berbeda belum tentu memiliki tingkat arus dan kepadatan kendaraan yang sama dari arah kendaraan tersebut berjalan (Tanjung Karang – Raja Basa dan Raja Basa – Tanjung Karang).


(28)

Data yang diperoleh nantinya dapat dijadikan data primer yang akan membantu dalam proses perhitungan dan pengolahan data, sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari data – data penunjang seperti jarak tempuh untuk 1 liter bensin yang diperoleh dari wawancara dengan Sales Daihatsu (kendaraan baru) dan teknisi Toyota (kendaraan lama) serta data Kepemilikan Kendaraan dan Kependudukan dari BPS (Badan Pusat Statistik).

Dari data primer dan sekunder yang diperoleh dilakukan analisa perhitungan yang tetap mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Dari hasil perhitungan data primer dan data sekunder maka dapat dicari nilai liter bbm yang terbuang akibat kemacetan sehingga dapat dilakukan perhitungan biaya kemacetan berdasarkan konsumsi bahan bakar minyak tersebut dengan cara mengalikan waktu yang terbuang akibat kemacetan dikali dengan harga Bahan Bakar Minyak ( Premium dan Solar ) terkini senilai Rp 6.500,- untuk Premium dan Rp 5.500,- untuk Solar dikali lagi dengan jumlah volume kendaraan pada masing – masing jam puncaknya.


(29)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai

Studi Literatur

Persiapan Penelitian

Pengambilan Data ( Survei )

Data Primer:

 Volume Kendaraan

 Waktu Tempuh Kendaraan

 Waktu Macet

 Kecepatan Rata – Rata Suatu Kendaraan

 Waktu tempuh Kendaraan

per 1 liter BBM

 Liter Bensin Yang

Terbuang

Data Sekunder:

-Data Jumlah Penduduk

-Data Jumlah

Kepemilikan Kendaraan

-Data Jarak Tempuh

Kendaraan / 1 liter BBM

Spesifikasi

Pengolahan Data

Kesimpulandan Saran


(30)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap analisa biaya kerugian akibat kemacetan ditinjau dari bahan bakar minyak (BBM) di daerah Z.A Pagar Alam – Teuku Umar adalah sebagai berikut :

1. Nilai kerugian yang dihasilkan akibat kemacetan pada arah Raja Basa – Tanjung Karang dalam setahun sebesar Rp 2.449.262.920,- untuk kendaraan mobil pribadi berbahan bakar premium pada jam puncak kemacetan. Dan untuk kendaraan pribadi berbahan bakar solar mengalami kerugian dalam setahun sebesar Rp. 238.729.920,- pada jam puncak kemacetan.

2. Nilai kerugian pada angkutan umum yaitu angkutan kota dan BRT kerugian yang dihasilkan dalam setahun pada jam puncak kemacetan sebesar Rp. 200.826.080,- dan Rp. 9.986.080,-.

3. Pada arah sebaliknya, arah Tanjung Karang – Raja Basa nilai kerugian yang dihasilkan pada mobil pribadi berbahan bakar premium dan berbahan bakar solar dalam setahun sebesar Rp 1.473.281.160,- dan Rp. 178.524.060,- pada jam puncak kemacetan.


(31)

4. Untuk nilai kerugian pada angkutan kota dan BRT kerugian yang dihasilkan sebesar Rp. 193.139.960,- dan Rp. 7.681.960,- pada jam puncak kemacetan.

5. Ditinjau dari arah kendaraan nilai kerugian terbesar terjadi pada arah Raja Basa – Tanjung Karang terlihat dari nilai kerugian pada mobil pribadi berbahan bakar premium yang dihasilkan sebesar Rp.2.449.262.920,- dibandingkan pada arah sebaliknya dengan kendaraan yang sama sebesar Rp. 1.473.281.160,-. Hal ini dikarenakan tingginya volume kendaraan khususnya mobil pribadi berbahan bakar premium dan waktu tempuh kendaraan yang lebih lama pada arah Raja Basa – Tanjung Karang dikarena hambatan samping dan traffic light yang lebih banyak pada arah tersebut.

6. Untuk nilai kerugian yang ditinjau dari jam puncak kemacetan pada hari kerja terlihat nilai kerugian terbesar dihasilkan pada jam puncak pagi hari dan jam puncak sore hari. Sedangkan untuk hari libur nilai kerugian terbesar dihasilkan pada jam puncak kemacetan siang hari dibandingkan jam puncak kemacetan pagi hari dan sore hari.

B. Saran

1. Untuk mengatasi masalah kemacetan di Jalan Z.A. Pagar Alam – Teuku Umar penertiban rambu – rambu lalu lintas dan pelebaran jalan dapat menjadi salah satu alternatif cara dalam mengatasi masalah kemacetan tersebut.


(32)

2. Peningkatan sarana publik yaitu transportasi massal yang nyaman dan aman juga dapat menjadi salah satu cara dalam mengatasi masalah kemacetan jadi masyarakat akan lebih memilih menggunakan transportasi massal dibandingkan kendaraan pribadi sehingga dapat mengurangi tingginya volume kendaraan khususnya pada jam puncak - puncak kemacetan.

3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk studi kasus kemacetan yang sama di lokasi yang berbeda sehingga dapat diketahui nilai kerugian akibat kemacetan di lokasi berbeda.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

______.2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung.

______.2013. Jumlah Penduduk dan Kendaraan di Kota Bandar Lampung.

http://bandarlampungkota.bps.go.id/publikasi/buku/BLDA2013/index.html #/96/zoomed diakses pada tanggal 4 november 2013 pukul 11.16

A, Munawar, 2004. Manajemen Lalulintas Perkotaan. Beta Offset. Jogjakarta. Cahyani, 2000. Biaya Kemacetan di Pusat Kota Denpasar. Makalah pada

Simposium VI FSTPT Udayana Bali.

Husien, M. 2001 . Nilai Waktu Perjalanan di Kota Bandar Lampung . (Skripsi) . Jurusan Teknik Planologi ITB

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga.

Nainggolan, S.W.A. 2006. Analisa biaya Kemacetan di Pusat Kota Bandar

Lampung Ditinjau dari Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). (Skripsi).

Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara Manual, 2004. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Suryani, 2001. Pengaruh Hambatan Samping. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Direktorat Jenderal Bina Marga.

Turnip, M.P. 2003. Aqnalisa Biaya Kemacetan di Pusat Kota Bandar Lampung. (Skripsi). Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.


(1)

Data yang diperoleh nantinya dapat dijadikan data primer yang akan membantu dalam proses perhitungan dan pengolahan data, sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari data – data penunjang seperti jarak tempuh untuk 1 liter bensin yang diperoleh dari wawancara dengan Sales Daihatsu (kendaraan baru) dan teknisi Toyota (kendaraan lama) serta data Kepemilikan Kendaraan dan Kependudukan dari BPS (Badan Pusat Statistik).

Dari data primer dan sekunder yang diperoleh dilakukan analisa perhitungan yang tetap mengacu pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Dari hasil perhitungan data primer dan data sekunder maka dapat dicari nilai liter bbm yang terbuang akibat kemacetan sehingga dapat dilakukan perhitungan biaya kemacetan berdasarkan konsumsi bahan bakar minyak tersebut dengan cara mengalikan waktu yang terbuang akibat kemacetan dikali dengan harga Bahan Bakar Minyak ( Premium dan Solar ) terkini senilai Rp 6.500,- untuk Premium dan Rp 5.500,- untuk Solar dikali lagi dengan jumlah volume kendaraan pada masing – masing jam puncaknya.


(2)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Studi Literatur

Persiapan Penelitian

Pengambilan Data ( Survei )

Data Primer:  Volume Kendaraan

 Waktu Tempuh Kendaraan  Waktu Macet

 Kecepatan Rata – Rata Suatu Kendaraan

 Waktu tempuh Kendaraan per 1 liter BBM

 Liter Bensin Yang Terbuang

Data Sekunder:

-Data Jumlah Penduduk -Data Jumlah

Kepemilikan Kendaraan -Data Jarak Tempuh

Kendaraan / 1 liter BBM

Spesifikasi

Pengolahan Data

Kesimpulandan Saran


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap analisa biaya kerugian akibat kemacetan ditinjau dari bahan bakar minyak (BBM) di daerah Z.A Pagar Alam – Teuku Umar adalah sebagai berikut :

1. Nilai kerugian yang dihasilkan akibat kemacetan pada arah Raja Basa – Tanjung Karang dalam setahun sebesar Rp 2.449.262.920,- untuk kendaraan mobil pribadi berbahan bakar premium pada jam puncak kemacetan. Dan untuk kendaraan pribadi berbahan bakar solar mengalami kerugian dalam setahun sebesar Rp. 238.729.920,- pada jam puncak kemacetan.

2. Nilai kerugian pada angkutan umum yaitu angkutan kota dan BRT kerugian yang dihasilkan dalam setahun pada jam puncak kemacetan sebesar Rp. 200.826.080,- dan Rp. 9.986.080,-.

3. Pada arah sebaliknya, arah Tanjung Karang – Raja Basa nilai kerugian yang dihasilkan pada mobil pribadi berbahan bakar premium dan berbahan bakar solar dalam setahun sebesar Rp 1.473.281.160,- dan Rp. 178.524.060,- pada jam puncak kemacetan.


(4)

dihasilkan sebesar Rp. 193.139.960,- dan Rp. 7.681.960,- pada jam puncak kemacetan.

5. Ditinjau dari arah kendaraan nilai kerugian terbesar terjadi pada arah Raja Basa – Tanjung Karang terlihat dari nilai kerugian pada mobil pribadi berbahan bakar premium yang dihasilkan sebesar Rp.2.449.262.920,- dibandingkan pada arah sebaliknya dengan kendaraan yang sama sebesar Rp. 1.473.281.160,-. Hal ini dikarenakan tingginya volume kendaraan khususnya mobil pribadi berbahan bakar premium dan waktu tempuh kendaraan yang lebih lama pada arah Raja Basa – Tanjung Karang dikarena hambatan samping dan traffic light yang lebih banyak pada arah tersebut.

6. Untuk nilai kerugian yang ditinjau dari jam puncak kemacetan pada hari kerja terlihat nilai kerugian terbesar dihasilkan pada jam puncak pagi hari dan jam puncak sore hari. Sedangkan untuk hari libur nilai kerugian terbesar dihasilkan pada jam puncak kemacetan siang hari dibandingkan jam puncak kemacetan pagi hari dan sore hari.

B. Saran

1. Untuk mengatasi masalah kemacetan di Jalan Z.A. Pagar Alam – Teuku Umar penertiban rambu – rambu lalu lintas dan pelebaran jalan dapat menjadi salah satu alternatif cara dalam mengatasi masalah kemacetan tersebut.


(5)

2. Peningkatan sarana publik yaitu transportasi massal yang nyaman dan aman juga dapat menjadi salah satu cara dalam mengatasi masalah kemacetan jadi masyarakat akan lebih memilih menggunakan transportasi massal dibandingkan kendaraan pribadi sehingga dapat mengurangi tingginya volume kendaraan khususnya pada jam puncak - puncak kemacetan.

3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk studi kasus kemacetan yang sama di lokasi yang berbeda sehingga dapat diketahui nilai kerugian akibat kemacetan di lokasi berbeda.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

______.2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung.

______.2013. Jumlah Penduduk dan Kendaraan di Kota Bandar Lampung. http://bandarlampungkota.bps.go.id/publikasi/buku/BLDA2013/index.html #/96/zoomed diakses pada tanggal 4 november 2013 pukul 11.16

A, Munawar, 2004. Manajemen Lalulintas Perkotaan. Beta Offset. Jogjakarta. Cahyani, 2000. Biaya Kemacetan di Pusat Kota Denpasar. Makalah pada

Simposium VI FSTPT Udayana Bali.

Husien, M. 2001 . Nilai Waktu Perjalanan di Kota Bandar Lampung . (Skripsi) . Jurusan Teknik Planologi ITB

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga.

Nainggolan, S.W.A. 2006. Analisa biaya Kemacetan di Pusat Kota Bandar Lampung Ditinjau dari Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). (Skripsi). Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara Manual, 2004. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Suryani, 2001. Pengaruh Hambatan Samping. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Direktorat Jenderal Bina Marga.

Turnip, M.P. 2003. Aqnalisa Biaya Kemacetan di Pusat Kota Bandar Lampung. (Skripsi). Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.