EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

(1)

melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Pada saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, dengan cara menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kuri-kulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan keterlibatan aktif antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam sistem pembelajaran ini, siswa ditempatkan sebagai subyek, sedangkan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Oleh karena itu, pengajaran kimia perlu diperbarui, dimana siswa harus dominan dibandingkan guru dalam kegiatan pembelajaran. Sasaran dari pembelajaran kimia adalah siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis dan sistematis.

Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Pada haki-katnya, sains (termasuk kimia) dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk itu, pembelajaran kimia perlu dikembangkan berdasarkan pada hakikat ki-mia. Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eks-perimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika, dan energetika tentang materi. Oleh karena itu, kimia mempelajari segala sesuatu tentang materi dan perubahannya yang melibat-kan keterampilan dan penalaran. Ilmu kimia merupamelibat-kan produk (pengetahuan ki-mia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah) yang dapat mengembangkan sikap ilmiah. Dengan demikian, pembelajar-an kimia perlu memperhatikpembelajar-an karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk, dan sikap.


(2)

Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut. Padahal seba-gian besar materi kimia dapat dikaitkan dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada materi larutan elektrolit dan non elek-trolit, banyak sekali masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dihubung-kan dengan materi ini. Sebagai contoh tanpa disengaja tubuh kesetrum pada saat menyentuh kabel beraliran arus listrik yang terkelupas, cairan pengisi aki tidak bisa digantikan dengan air. Akan tetapi yang terjadi selama ini adalah materi larut-an elektrolit dlarut-an non elektrolit dalam pembelajarlarut-an kimia di SMA lebih terkondi-sikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubu-ngkannya dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit, sehingga peng-uasaan konsep siswa rendah.

Hal ini diperkuat oleh hasil observasi yang telah dilakukan di SMAN 1

Gadingrejo, bahwa selama proses pembelajaran materi-materi kimia guru mela-kukannya dengan menanamkan konsep secara verbal, masih memegang kendali proses belajar-mengajar. Siswa tidak dilibatkan dalam menemukan konsep sehing-ga pembelajaran menjadi monoton dan siswa kurang termotivasi untuk belajar. Aktivitas yang seharusnya dilakukan siswa pada proses pembelajaran seperti mengemukakan pendapat, bertanya pada guru, menjawab pertanyaan dari guru dan saling berbagi informasi dengan teman jarang sekali muncul. Apabila guru


(3)

mengajukan pertanyaan kepada siswa, hanya beberapa siswa yang menjawab per-tanyaan dari guru, sebagian besar siswa yang lain hanya diam. Kegiatan pembela-jaran tersebut tidak sejalan dengan proses pembelapembela-jaran yang seharusnya diterap-kan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendididiterap-kan (KTSP) yaitu proses pembelajar-an ypembelajar-ang menempatkpembelajar-an siswa sebagai pusat pembelajarpembelajar-an.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas X semester ge-nap adalah mengidentifikasi sifat larutan elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan data hasil percobaan. Materi pokok untuk kompetensi dasar tersebut adalah laru-tan elektrolit dan non elektrolit. Untuk membantu siswa lebih mudah dalam mene-mukan dan memahami konsep yang sulit serta mencapai kompetensi tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu menciptakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan melatih siswa untuk lebih memahami konsep-konsep yang dipelajari.

Model pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah tersebut adalah model pembelajaran berbasis konstruktivisme. Salah satu model pembelajaran yang di-landasi oleh filsafat konstruktivisme adalah pembelajaran melalui model siklus belajar, yaitu suatu model pembelajaran dimana siswa membangun sendiri peng-etahuannya dengan memecahkan permasalahan dan dibimbing langsung oleh guru.

Salah satu siklus belajar yang cocok dengan karakteristik materi larutan elektrolit dan non elektrolit adalah Siklus Belajar Empiris- Induktif (SBEI). Materi larutan elektrolit dan non elektrolit merupakan suatu materi yang memuat konsep yang erat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran SBEI, siswa di-ajak untuk mengamati kejadian-kejadian yang ada disekitar mereka. Misalnya


(4)

untuk materi larutan elektrolit, pada fase eksplorasi guru memberikan contoh tanpa disengaja tubuh kita kesetrum karena menyentuh kabel beraliran arus listrik yang terkelupas. Dari contoh tersebut, diharapkan timbul pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang merupakan awal dari keingintahuan mereka. Setelah itu, guru kemudian memperkenalkan konsep yang akan dipelajari. Karakteristik pembela-jaran empiris induktif memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan berbagai fakta di lapangan melalui observasi atau dengan praktikum, sehingga terjadi pengkonstruksian konsep baru dibawah arahan guru, dan dengan konsep baru tersebut siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dalam meningkatkan penguasaan konsep materi larutan elektrolit dan non

elektrolit pada siswa kelas X SMAN 1 Gadingrejo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimanakah efektivitas model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi larutan elekrolit dan non elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan Mendeskripsikan efektivitas model Siklus Belajar Empiris Induktif dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit.


(5)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa:

Melalui model pembelajaran Siklus Belajar Empris Induktif, siswa terbiasa memperoleh pengetahuan dan membangun konsepnya sendiri, sehingga dapat lebih mudah memahami konsep Larutan Elektrolit dan Non elektrolit.

2. Bagi guru dan calon guru:

Memberi inspirasi dan pengalaman secara langsung bagi guru dalam membe-lajarkan materi kimia dengan menerapkan model pembelajaran SBEI,

terutama pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. 3. Bagi sekolah:

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah

1. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X1dan X3 semester genap SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011-2012.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukan dengan N-gain yang signifikan) (Nuraini, 2010).

3. Model SBEI, yang terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep.


(6)

4. Pembelajaran konvensional adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu (Sukardi,2003).

5. Penguasaan konsep berupa pengetahuan, pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran.

6. Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat


(7)

Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah:

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pela-jaran.

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada

peser-ta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keteram-pilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.

Menurut Nuraeni (2010), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan per-bedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pem-belajaran (ditunjukkan dengan gain yang signifikan).

B. Pendekatan Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia, tetapi bukan dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat


(8)

membentuk suatu pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan tidak hanya diartikan sebagai pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental.

Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang sewaktu mengadakan interaksi dengan lingkungannya (Von Glaserfeld,1989 dalam Pannen, dkk, 2001).

Battencourt (Suparno, 1997) memandang bahwa pengetahuan tidak dapat ditrans-fer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan, di-transformasikan, dan dikonstruksikan sendiri oleh masing-masing siswa. Tiap siswa harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus, sejalan dengan bertambahnya usia dan pengalaman belajar seseorang. Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu sangat berperanan dalam perkembangan pengetahuannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

(1)pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.

C. Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)

Siklus belajar empiris induktif merupakan proses yang sistematis dalam pem-belajaran dengan tahap atau langkah-langkah yang diperoleh berdasarkan obser-vasi atau pengamatan langsung berupa fakta-fakta. Siswa dituntut untuk menje-laskan fenomena dan memberikan kesempatan untuk dialog dan diskusi.

Menurut Muhammadzen (2008), bahwa sumber pengetahuan antara lain dimulai dari suatu pengalaman empiris menuju induktif. Pengalaman empiris didasarkan


(9)

pada pengamatan gejala, peristiwa atau fakta-fakta di lapangan yang dianalisis sehingga didapatkan suatu kesimpulan.

Menurut Lawson (2005), di dalam SBEI, siswa tidak hanya menggambarkan apa yang diamati, tetapi berusaha untuk membuktikan hipotesis untuk menjelaskan apa yang diamati. Di dalam SBEI, melibatkan keterampilan proses dasar dan menyeluruh (mengidentifikasi variabel, membuat tabel dan grafik, mendeskripsi-kan hubungan antar variabel, membuat hipotesis, melakumendeskripsi-kan analisis dan

penyelidikan, mendefinisikan operasional variabel, merancang penyelidikan, bereksperimen). Siswa menemukan suatu konsep berdasarkan pengalaman nyata. Pada fase eksplorasi, siswa menemukan, membuktikan, menggali berbagai fakta melalui kegiatan observasi lapangan dan praktikum. Guru memberikan pengala-man belajar dan membimbing siswa dan siswa sendiri yang berperan aktif.

Dalam Yasin (2007) dijelaskan bahwa terdapat tiga fase yaitu: a. fase eksplorasi

Tujuan dari tahap ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mene-rapkan pengetahuan awalnya, untuk membentuk minat dan prakarsa serta tetap menjaga keingintahuan mereka tentang topik yang sedang dipelajari. Dalam fase ini, mereka kerap kali menyelidiki suaru fenomena dengan bimbingan minimal. Fenomena baru ini seharusnya menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu siswa.

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuan awalnya, menghubungkan pengetahuan barunya, menjelaskan fenomena yang mereka alami, sehingga siswa memperoleh pengalaman konkret, melakukan keterampilan ilmiah dan menemukan konsep-konsep penting.


(10)

b. fase pengenalan konsep

Fase pengenalan konsep dimulai dengan memperkenalkan suatu konsep yang ada hubungannya dengan fenomena yang diselidiki, dan didiskusikan dalam konteks apa yang telah diamati selama fase eksplorasi, kemudian dikenalkan secara kon-septual. Perhatian siswa diarahkan pada aspek-aspek tertentu dari pengalaman eksplorasi. Kemudian konsep-konsep dikenalkan secara formal dan langsung. c. fase aplikasi konsep.

Fase ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang sudah diperkenalkan dan menyelidiki masalah-masalah yang baru berhubu-ngan. Tujuan fase ini adalah agar siswa dapat melakukan generalisasi atau men-transfer ide-ide kedalam contoh yang lain dan menguatkan kembali gagasan-gagasan siswa agar sesuai dengan konsep ilmiah.

D. Pembelajaran Konvensional

Menurut Djamarah dan Zain (2006) pembelajaran konvensional adalah pembela-jaran tradisional, karena sejak dulu model pembelapembela-jaran ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.

Sukardi (2003) mendeskripsikan bahwa pembelajaran konvensional ditandai dengan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan se-suatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Di sini terlihat bahwa pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah proses pem-belajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentransfer ilmu, semen-tara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu.


(11)

Burrowes (Juliantara, 2009) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehi-dupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadipassive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis. Menurut Brooks dan Brooks (1993), penye-lenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembela-jaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai proses

tuntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode cera-mah, tanya jawab, latihan, diskusi dan pemberian tugas.

1. Metode Ceramah

Metode ceramah yaitu metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Penyampaian materi pelajaran secara lisan sangat berbeda dengan penyampaian secara tertulis, karena dalam cara ini siswa sangat tergantung pada cara guru mengajar. Kecepatan bicara serta volume bicara atau suara yang diucapkan guru. Oleh karena itu me-nyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah harus dengan prosedur.


(12)

Menurut Jusuf Djajadisastra (Sudaryo, 1991), prosedur penggunaan ceramah antara lain:

a. Merumuskan tujuan khusus pemgajaran yang akan dipelajari siswa. Dengan tujuan tersebut dapat ditetapkan apakah metode ceramah benar-benar merupakan metode yang tepat.

b. Menyusun bahan ceramah secara sistematis.

c. Mengidentifikasi istila-istilah yang sukar dan perlu diberi penjelasan dalam ceramah.

d. Melaksanakan ceramah dengan memperhatikan:

1) Sajikan kerangka materi dan pokok-pokok yang akan diuraikan dalam ceramah.

2) Uraikan pokok-pokok tersebut dengan jelas dan usahakan istilah yang sukar dijelaskan secara khusus.

3) Diupayakan bahan pengait atauadvance organizeragar pengajaran lebih bermakna.

4) Dapat dilakukan dengan pendikator deduktif atau induktif. 5) Gunakan multi metode dan multi media.

e. Menyimpulkan pokok-pokok isi materi yang diceramahkan dikaitkan dengan tujuan pengajaran.

Menurut Djamarah dan Zain (2006) Kelebihan metode ceramah : a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas . c. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar. d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

Kelemahan metode ceramah :

a. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

b. Bila selalu digunakan dan terlalu lama akan membosankan.

c. Guru sukar sekali menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya ini.

d. Menyebabkan siswa menjadi pasif.


(13)

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil ber-fikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Penguasaan konsep dapat diartikan kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan dan merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, untuk dapat menguasai prinsip-prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan.

Menurut Soetardjo (1998) definisi konsep adalah ide yang menggabungkan ban-yak fakta menjadi satu kesatuan. Perolehan konsep pada umumnya memerlukan keterlibatan aktif dengan obyek-obyek nyata, eksplorasi, mendapatkan fakta-fakta, pemanipulasi ide-ide. Konsep diperlukan untuk memperoleh dan mengkomunika-sikan pengetahuan, karena dengan menguasai konsep kemungkinan memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.

Menurut Sagala (2010) definisi konsep adalah:

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk

pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di-dukung oleh Djamarah dan Zain (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipeng-aruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru


(14)

dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dila-kukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi.

Materi pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep yang cukup banyak jumlahnya dan antara konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan, dalam mempe-lajari ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempemempe-lajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari disekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Menurut Romiszowski (Abdurrahman, 1999), penguasaan konsep merupakan hasil dari suatu sistem pemrosesan masukan. Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi yang didapat dalam proses pembelajaran, sedangkan keluarannya adalah perbuatan dan hasil dari suatu pembelajaran atau kinerja (action).

F. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Larutan elektrolit merupakan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Larutan elektrolit dapat dapat mengantarkan listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang mengandung arus listrik melalui larutan, sehingga larutan elektrolit dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Elektrolit lemah memiliki daya hantar yang lemah. Elektrolit kuat me-miliki daya hantar yang kuat. Contoh elektrolit lemah dalah asam cuka dan larutan amonia, sedangkan contoh dari larutan elektrolit kuat adalah larutan garam dapur,


(15)

larutan asam sulfat dan larutan natrium hidroksida. Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Contoh larutan non elektrolit yaitu larutan gula, larutan urea, larutan alkohol, dan larutan glukosa.

Menurut Arrhenius, larutan elektrolit mempunyai ion-ion yang bergerak bebas. Keberadaan ion-ion inilah yang akan menghantarkan arus listrik. Ion-ion ber-gerak bebas karena zat-zat elektrolit yang dilarutkan dalam air akan terionisasi (terurai menjadi ion-ion) yaitu ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Sedangkan pada pelarutan zat-zat non elektrolit dalam air tidak akan terjadi ionisasi zat terlarut dalam air, sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Pada larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar. Senyawa ion terdiri atas ion-ion. Jika senyawa ini dilarutkan, ion-ion dapat ber-gerak bebas sehingga larutan dapat menghantarkan listrik. Namun, kristal senyawa ion tidak dapat menghantarkan arus listrik sebab dalam bentuk kristal ion-ion tidak dapat bergerak bebas karena terikat sangat kuat.

Sedangkan senyawa kovalen polar antara molekul-molekul polar yang terjadi tarik menarik sangat kuat sehingga dapat memutuskan salah satu ikatan dan memben-tuk ion. Lelehan senyawa kovalen polar tidak dapat menghantarkan arus listrik karena lelehan tersebut terdiri atas molekul-molekul netral.

G. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok


(16)

atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) menurut Sriyono (Sarinah, 2010) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

LKS merupakan salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Menurut Prianto dan Harnoko (1997), manfaat dan tujuan LKS antara lain: 1. Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar.

4. Membantu guru dalam menyusun pelajaran.

5. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

6. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajarai melalui kegiatan belajar.


(17)

7. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

Pada proses belajar mengajar, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa mendalami materi dari suatu materi pokok atau submateri pokok mata pelajaran yang telah atau sedang dijalankan. Melalui LKS siswa harus mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS digunakan untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran.

H. Kerangka Pemikiran

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru. Dengan perencanaan yang matang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) untuk meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit pada SMA Negeri 1 Gadingrejo.

Sebagai variabel bebasnya adalah model pembelajaran (X) dan variabel terikatnya adalah penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit (Y). Data diambil dari dua kelas, satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menerapkan pembela-jaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Adapun hubungan kedua model pembelajaran dengan penguasaan konsep larutan elektrolit dan non-elektrolit dapat digambarkan


(18)

Gambar 1. Model teoritis antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan:

X1 = Pembelajaran konvensional

X2 = Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI)

Y1 = penguasaan konsep materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit yang menggunakan pembelajaran konvensional

Y2 = penguasaan konsep materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit yang diterapkan pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI).

Masing-masing kelas diberi pretest yang sama dari materi yang akan mereka terima, yaitu larutan elektrolit dan non elektrolit. Soal pretest yang diberikan disusun dalam dua bagian untuk mengungkap penguasaan konsep dan kete-rampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran yang mereka alami sebelumnya dan soal posttest yang diberikan disusun untuk mengungkapkan pengetahuan siswa sesudah menerima pembelajaran.

I. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswa kelas X1dan X3 semester genap SMAN 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

X1

Y2>Y1

X2 Y2


(19)

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas X semester genap SMAN 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.

J. Hipotesis Umum

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) pada materi pokok elektrolit dan non elektrolit akan menghasilkan penguasaan konsep yang lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional.


(20)

B. Variabel Penelitian

Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Siklus Belajar empiris Induktif (SBEI) dan pembelajaran

konvensional. Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit siswa kelas X SMAN 1 Gadingrejo.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (postest) siswa. Sedangkan data sekunder yaitu data observasi kinerja guru dan aktivitas siswa.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode tes, untuk memperoleh data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes yang digunakan untuk analisis pengujian hipotesis. Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Data hasilpretestdanpostestkelas eksperimen b. Data hasilpretest danpostestkelas kontrol

D. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakannon equivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Pada desain penelitian terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian. Desain penelitiannya tersebut dapat dijelaskan pada table berikut :


(21)

Kelas Pretes Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas control O1 X2 O2

O1adalahpretestyang diberikan sebelum perlakuan, O2adalahposttestyang diberikan setelah perlakuan. X1adalah perlakuan berupa penerapan model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dan X2adalah perlakuan berupa penerapan pembelajaran konvensional.

E. Instrumen dan Validitas Penelitian

1. Instrumen penelitian

Bentuk instrumen pada penelitian ini adalah :

a. Pada kelas eksperimen ada 3 LKS dengan model pembelajaran SBEI. Pada kelas kontrol menggunakan LKS biasa.

b. Kedua kelas memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. c. Soalpretestdanposttestyang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak untuk

mengukur penguasaan konsep

2. Validitas penelitian

Validitas LKS pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Adapun peng-ujian kevalidan isi ini dilakukan dengan carajudgment. Dalam hal ini peng-ujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instru-men dianggap valid untuk digunakan dalam instru-mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.


(22)

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah penelitian ini adalah 1. Tahap prapenelitian

a. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana prasarana di sekolah,

b. Menentukan dua kelas sebagai kelas sampel,

c. Menyusun Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit,

d. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi pokok larutan elektrolit dan non-elektrolit,

e. Membuat soalpretestdanposttest. 2. Tahap penelitian

Prosedur pelaksanaan dikelompokkan menjadi dua yaitu pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif (SBEI) dan pembelajaran konvensional. Pada kelas X1diterapkan model pembelajaran SBEI dan kelas X3diterapkan pembelajaran konvensional. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melakukanpretestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Pelaksanaan pembelajaran pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit sesuai model pembelajaran yang ditetapkan pada masing-masing kelas.


(23)

c. Melakukanpostestdengan soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 2. Alur penelitian G. Analisis Data

1. Teknik Analisis data

Observasi

Penentuan populasi dan sampel

Kelas kontrol Kelas eksperimen

pretest pretest

konvensional Siklus Belajar Empiris

Induktif (SBEI) posttest

Analisis data

Kesimpulan Membuat instrument

penelitian


(24)

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai akhirpretestatauposttestdirumuskan sebagai berikut:

Nilai Akhir = skor yang diperoleh siswa

skor maksimum × 100

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung N-gain, normalitas, homogenitas dua varians, dan pengujian hipotesis.

a. Menghitung N-gain

Untuk mengetahui efektivitas suatu model pembelajaran terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi (N-gain). Rumus N-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut:

N-gain(g)= (nilai postest nilai pretest) (nilai maksimum ideal-nilai pretest)

Kriteria model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistic hasil belajara siswa menunjukan perbedaan yang sisghifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukan dengan N-gain yang signifikan) (Nuraini,2010).

b. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Hipotesis untuk uji normalitas :

H0= data penelitian berdistribusi normal H1= data penelitian berdistribusi tidak normal


(25)

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan ujiLilieforsmenggunakan program SPSS 16.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas

b. Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Descriptive Statistic Explore

c. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalamindependent list. d. Padadisplay, pilihplots.

e. Padabox plotsberi tanda padafactor levels together, padadescriptiveberi tanda untuknormality plots with test. Klikcontinue, klikok.

f. Terima H0jika padakolmogorov-smirnovmaupunshapiro-wilknilai sig.> 0.05 dan tolak H0 jika padakolmogorov-smirnovmaupunshapiro-wilk nilai sig. 0.05.

c. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelom-pok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak.

H0= data penelitian mempunyai variansi yang homogen H1= data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas

b. Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Compare Means One Way Anova

c. Masukkan variabel pretes dan postes ke dalamdependent listdanvariabel kelaske dalam factor list.


(26)

e. Klik continue, klikok.

g. Terima H0jika nilai sig.> 0,05 dan tolak H0 jika nilai sig. 0,05.

d. Pengujian Hipotesis

Data sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2002). Uji parametrik menggunakan uji-t dengan bentuan program SPSS 16.00.

1. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi elektrolit dan non elektrolit mana yang lebih tinggi antara pembelajaran SBEI dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Gadingrejo.

a. Rumusan hipotesis

H0: µ1 µ2 : Rata-rata nilai N-gain penguasaan konsep yang diterapkan pembelajaran SBEI lebih rendah atau sama dengan

pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Gadingrejo. H1: µ1> µ2: Rata-rata nilai N-gain penguasaan konsep yang diterapkan

pembelajaran SBEI lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Gadingrejo.

b. Langkah statistik

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS yaitu sebagai berikut: 1. Buka lembar kerja/file input normalitas

2. Dari menu utama SPSS, pilihAnalyze Compare Means Independent-sample T test


(27)

3. Masukkan variabel postes ke dalamtest variabledanvariabel kelaske dalam grouping variable.

4. Klikdefine groupskemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2.

5. Klik continue, klikok. Kriteria uji :

Terima H0jika sig.> 0,05 dan tolak H0jika sig. 0,05

2. Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).

Hipotesis penguasaan konsep:

H0: Rata-rata nilai N-gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran SBEI lebih rendah atau sama dengan rata-rata penguasaan konsep dengan pembelajarankonvensionalpada materi larutan elekrolit dan non elektrolit.

H0: µ1x µ2x

H1: Rata-rata nilai N-gain penguasaan konsep dengan model pembelajaran SBEI lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan konsep dengan pembelajarankonvensionalpada materi larutan elekrolit dan non-elektrolit.


(28)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam pene-litian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

Model pembelajaran siklus belajar empiris induktif lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Pembelajaran SBEI sebaiknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit karena terbukti efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa. Namun, dalam penerapan pembela-jaran SBEI sebaiknya terlebih dahulu memperhatikan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi serta pengelolaan waktu dalam proses pembe-lajaran agar pembepembe-lajaran menjadi lebih maksimal. Selain itu juga harus mem-perhatikan keadaan alat dan bahan yang akan digunakan ketika akan melaksa-nakan praktikum agar tidak terjadi kasalahan pada hasil percobaan yang dapat menyebabkan siswa menjadi salah persepsi.


(29)

2. Pembelajaran SBEI dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi larutan elektrolit dan non elektrolit ataupun materi lain dengan karakteristik materi yang sama.


(30)

Gambar Halaman

1. ... 20

2. ... 26

3. Diagram rerata perolehan nilai pretest dan postest penguasaan konsep larutan ... 39 4. Diagram rerata N-gain penguasaan konsep larutan elektrolit dan non elektrolit


(31)

Halaman DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8 A. Efektivitas ... 8 B. Pendekatan Kontruktivisme ... 9 C. Siklus Belajar Empiris Induktif ... 10 D. Pembelajaran Konvensional... 12 E. Penguasaan Konsep ... 15 F. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 17 G. Lembar Kerja Siswa ... 18 H. Kerangka Pemikiran ... 19 I. Anggapan Dasar ... 21 J. Hipotesis Umum ... 21 III. METODE PENELITIAN ... 22


(32)

2. Sampel ... 22 B. Variabel Penelitian ... 23 C. Jenis dan Sumber Data ... 23 D. Desain Penelitian ... 23 E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 24 F. Pelaksanaan Penelitian... 25 G. Analisis Data ... 27 1. Teknik Analisis Data ... 27 a. Gain ternormalisasi... 27 b. Uji Normalitas ... 27 c. Uji Homogenitas Dua Varians ... 28 d. Uji Hipotesis ... 29 2. Hipotesis Statistik ... 30 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32 A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 32 B. Pembahasan ... 37 C. Kendala yang Dihadapi ... 41 V. SIMPULAN DAN SARAN ... 42 A. Simpulan ... 42 B. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Silabus Eksperimen... 47 2. RPP Kelas Eksperimen ... 52 3. Lembar Kerja Siswa ... 75 4. Silabus Kelas Kontrol ... 93 5. RPP Kelas Kontrol ... 96 6. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest... 110 7. Soal Pretest dan Postest... 124 8. Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Pretest dan 136


(33)

12. Lembar Observasi Guru Mengajar ... 162 13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 168


(34)

Tabel Halaman

1. Desain penelitian ... 24

2. Perolehan rata-rata nilai pretes, nilai postes danN-gainpenguasaan konsep ... 32

3. Uji normalitas penguasaan konsep... 35

4. Uji homogenitas penguasaan konsep... ... 35


(35)

DAN NON ELEKTROLIT

( Skripsi )

Oleh Resi Sari Yandra

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(36)

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Januari 2013

Resi Sari Yandra NPM 0853023048


(37)

INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT

DAN NON ELEKTROLIT

Oleh

RESI SARI YANDRA

Pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Akibatnya

pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut. Oleh karena itu, dirancang pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif(SBEI).

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaranSBEI dalam meningkatan penguasaan konsep pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen denganNon Equivalent(Pretest and Posttest) Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Gadingrejo kelas X1dan kelas X3semester genap Tahun Ajaran 2011-2012 yang memiliki kemampuan akademik relatif sama. Efektivitas model pembelajaranSBEIdiukur berdasarkan peningkatann-Gain yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai reratan-Gainpenguasaan


(38)

Berdasarkan uji hipotesis, disimpulkan bahwa kelas dengan pembelajaranSBEI memiliki penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaranSBEI lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep larutan elektrolit dan non elektrolit.

Kata kunci: pembelajaran dengan model Siklus Belajar Empiris Induktif, penguasaan konsep.


(39)

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Oleh

RESI SARI YANDRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(40)

Hal yang anda yakini pasti terjadi, dan keyakinan terhadap hal tersebutlah

yang membuatnya terjadi

(Frank Lioyd Wright)

Janganlah melihat sesuatu dari hasil akhirnya, tetapi lihatlah bagaimana

proses mendapatkannya

Setiap usaha pasti akan membuahkan hasil yang setimpal dengan usaha yang

dilakukan


(41)

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara

seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran yaitu penggunaan metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat pada proses pembelajaran dapat memberikan hasil yang maksimal.

Model, metode dan media pembelajaran adalah faktor yang mendukung pencapai-an tujupencapai-an pembelajarpencapai-an karena menempati perpencapai-anpencapai-an penting dalam proses pembela-jaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model, metode dan media pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat penguasaan konsep siswa terhadap materi yang diberikan pada proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan Hamalik (1991) bahwa proses pembelajaran akan memberikan hasil yang optimal jika guru mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang tepat pada bidang IPA adalah strategi yang dapat


(42)

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep pada

M sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku dosen Pembimbing Akademik serta pembimbing I, atas keikhlasan, kesabaran dan kesediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama ini dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku pembimbing II, atas keikhlasan,

kesabaran dan kesediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama ini dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si.,M.Si., selaku Pembahas, terima kasih atas segala saran, kritik dan bimbingannya untuk membantu dalam menyusun skripsi ini. 7. Seluruh Dosen Pendidikan Kimia, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan. 8. Staf administrasi PMIPA Unila.


(43)

10. Ibu Dra. Sulistini, selaku guru mitra, siswa kelas X TP 2011/2012, guru serta staf SMAN 1 Gadingrejo, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya. 11. Teristimewa untuk Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih

sayangnya, pengorbanan demi memberikan yang terbaik, nasihat, motivasi, kesabaran serta doa yang tak pernah ada hentinya.

12. Kakak-kakakku tersayang, Kak Donal, Ayuq Reni, dan Kak Pani serta

seluruh keluarga yang selalu memberikan nasihat, motivasi dan doanya selama ini.

13. Tante Su Karlina dan Paman Legimin yang sangat penulis hormati, yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, dukungan dan doanya selama ini.

14. Seluruh keluargaku di Tulang Bawang Barat tercinta, Tante Erna, Om Syahril, Uak, Ayuq Siska, Desi, Iqbal, Azza, Noval atas persaudaraannya selama ini, keceriaan dan dukungan yang telah diberikan.

15. Sahabat dan saudara-saudaraku di pendidikan Kimia angkatan 2008 mandiri atas keceriaan, dukungan, kebersamaan, bantuan, kerjasama dan semangat yang kalian berikan.

16. Teman-teman pendidikan Kimia angkatan 2008 Regular, kakak tingkat serta adik-adik tingkat atas dukungan, kerjasama dan kebersamaannya.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih atas dukungan, bantuan serta semangat yang telah diberikan.


(44)

umumnya.

Bandar Lampung, Januari 2013


(45)

Elektrolit

Nama Mahasiswa :Resi Sari Yandra No. Pokok Mahasiswa :0853203048

Program Studi :Pendidikan Kimia

Jurusan :Pendidikan MIPA

Fakultas :Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Tasviri Efkar, M.S Dra. Ila Rosilawati, M.Si NIP 19581004 198703 1 001 NIP 19650717 199003 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP19671004 199303 1 004


(46)

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Tasviri Efkar, M.S ______________

Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M.Si ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Emmawaty Sofya, S.Si.,M.Si ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(47)

Penulis dilahirkan di Gadingrejo pada tanggal 7 Januari 1991, anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Rizal dan Ibu Nauwiyah.

Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis antara lain: TK Petiwi yang diselesaikan pada tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Gadingrejo yang diselesaikan pada tahun 2002, SMP Negeri 1 Gadingrejo diselesaikan pada tahun 2005, dan SMA Negeri 1 Gadingrejo diselesaikan pada tahun 2008. Di tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur Mandiri.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ke Jakarta-Bandung pada tahun 2011. Pada tahun yang sama juga penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 1 Tumijajar serta Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Dayamurni Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(48)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan ibuku tercinta,,,,,,

Terima kasih karena kalian telah merawat dan membesarkanku dengan

selama ini telah banyak menyusahkan dan membuat Bapak dan Ibu kecewa. Jerih payah, setiap keringat yang menetes serta semua jasa-jasa kalian takkan mungkin ananda lupakan dan tidak akan mungkin dapat terbalaskan

oleh apapun. Mudah-mudahan Allah SWT membalas semua jasa-jasa dan pengorbanan yang telah ibu dan bapak lakukan selama ini .

Kakak-kakakku yang kusayangi,,,,,,,

terimakasih atas kasih sayang, doa dan semangatnya yang telah kalian berikan bagiku

Tante dan pamanku yang sangat aku hormati,,,,,,,.

Terimakasih atas motivasi, bantuan, dan doanya yang telah diberikan sampai selesainya studiku ini.


(49)

xi Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas ... 8

B. Pendekatan Kontruktivisme ... 9

C. Siklus Belajar Empiris Induktif ... 10

D. Pembelajaran Konvensional... 12

E. Penguasaan Konsep ... 15

F. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 17

G. Lembar Kerja Siswa ... 18

H. Kerangka Pemikiran ... 19

I. Anggapan Dasar ... 21

J. Hipotesis Umum ... 21


(50)

xii

2. Sampel ... 22

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Jenis dan Sumber Data ... 23

D. Desain Penelitian ... 23

E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 24

F. Pelaksanaan Penelitian... 25

G. Analisis Data ... 27

1. Teknik Analisis Data ... 27

a. Gain ternormalisasi... 27

b. Uji Normalitas ... 27

c. Uji Homogenitas Dua Varians ... 28

d. Uji Hipotesis ... 29

2. Hipotesis Statistik ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 32

B. Pembahasan ... 37

C. Kendala yang Dihadapi ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus Eksperimen... 47

2. RPP Kelas Eksperimen ... 52

3. Lembar Kerja Siswa ... 75

4. Silabus Kelas Kontrol ... 93

5. RPP Kelas Kontrol ... 96

6. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest... 110

7. Soal Pretest dan Postest... 124 8. Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Pretest dan 136


(51)

xiii 12. Lembar Observasi Guru Mengajar ... 162 13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 168

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(52)

xiv 3. Uji normalitas penguasaan konsep... 35 4. Uji homogenitas penguasaan konsep... ... 35 5. Uji-t penguasaan konsep... ... 36

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. ... 20


(53)

xv 4. Diagram rerata N-gain penguasaan konsep larutan elektrolit dan non elektrolit


(1)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan ibuku tercinta,,,,,,

Terima kasih karena kalian telah merawat dan membesarkanku dengan

selama ini telah banyak menyusahkan dan membuat Bapak dan Ibu kecewa. Jerih payah, setiap keringat yang menetes serta semua jasa-jasa kalian takkan mungkin ananda lupakan dan tidak akan mungkin dapat terbalaskan

oleh apapun. Mudah-mudahan Allah SWT membalas semua jasa-jasa dan pengorbanan yang telah ibu dan bapak lakukan selama ini .

Kakak-kakakku yang kusayangi,,,,,,,

terimakasih atas kasih sayang, doa dan semangatnya yang telah kalian berikan bagiku

Tante dan pamanku yang sangat aku hormati,,,,,,,.

Terimakasih atas motivasi, bantuan, dan doanya yang telah diberikan sampai selesainya studiku ini.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas ... 8

B. Pendekatan Kontruktivisme ... 9

C. Siklus Belajar Empiris Induktif ... 10

D. Pembelajaran Konvensional... 12

E. Penguasaan Konsep ... 15

F. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit ... 17

G. Lembar Kerja Siswa ... 18

H. Kerangka Pemikiran ... 19

I. Anggapan Dasar ... 21

J. Hipotesis Umum ... 21


(3)

A. Populasi dan Sampel ... 22

1. Populasi ... 22

2. Sampel ... 22

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Jenis dan Sumber Data ... 23

D. Desain Penelitian ... 23

E. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 24

F. Pelaksanaan Penelitian... 25

G. Analisis Data ... 27

1. Teknik Analisis Data ... 27

a. Gain ternormalisasi... 27

b. Uji Normalitas ... 27

c. Uji Homogenitas Dua Varians ... 28

d. Uji Hipotesis ... 29

2. Hipotesis Statistik ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 32

B. Pembahasan ... 37

C. Kendala yang Dihadapi ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Silabus Eksperimen... 47

2. RPP Kelas Eksperimen ... 52

3. Lembar Kerja Siswa ... 75

4. Silabus Kelas Kontrol ... 93

5. RPP Kelas Kontrol ... 96

6. Kisi-kisi Soal Pretest dan Postest... 110

7. Soal Pretest dan Postest... 124 8. Kunci Jawaban dan Penskoran Soal Pretest dan 136


(4)

9. Perhitungan analisis data... 140

10. Lembar Penilaian Afektif ... 154

11. Lembar Penilaian Psikomotor ... 160

12. Lembar Observasi Guru Mengajar ... 162

13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 168

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Desain penelitian ... 24


(5)

2. Perolehan rata-rata nilai pretes, nilai postes danN-gainpenguasaan konsep

... 32

3. Uji normalitas penguasaan konsep... 35

4. Uji homogenitas penguasaan konsep... ... 35

5. Uji-t penguasaan konsep... ... 36

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. ... 20


(6)

3. Diagram rerata perolehan nilai pretest dan postest penguasaan konsep larutan ... 39 4. Diagram rerata N-gain penguasaan konsep larutan elektrolit dan non elektrolit


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI SISWA

1 30 58

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS INDUKTIF DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

2 28 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT

0 3 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DISERTAI MEDIA ANIMASI PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

1 28 56

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAN PADA MATERI LARUTAN NON-ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

1 11 52

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA

2 16 55

EFEKTIVITAS MODEL PLGI PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

1 14 49

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL

6 28 47

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

2 30 57

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT

1 9 68