MOTIVASI MAHASISWA DALAM PROSES BERWIRAUSAHA (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung)

(1)

(2)

ABSTRACT

MOTIVATION OF UNIVERSITY STUDENT IN BUSINESS PROCESS (The study of University Student in Social and Politic Science Faculty at Lampung

University)

By:

Puji Lestari Ningsih

Generally, the students of senior high school (SMA) have a view by continuing to college will be easy to achieve their goal that they want. It is easy to get a job after finishing from college is also become their hope. However, in fact, the university student’s problem when they get out from college is still difficult to get a job. Finally, many people who become educated jobless. The objections of this research were to investigate and analyze the things that become the motivation of university student in business process. This research was done on April-June 2013 in social and politic science faculty at Lampung University. The research method that was used was qualitative method by collecting data technique by using deeply interview, documentation, and observation,. Based on result in the field showed that

university student motivation in business process were came from themselves (intrinsic) and from environment (extrinsic). Intrinsic motivation was a motivation which appeared from their want themselves, behavior of business early on, and extrinsic motivation was motivation that came from friends, lecturer, environment, and business seminar. In business, we must also have characteristic and business base character to comprehend the obstacle in business and be able to develop business by following a development.


(3)

ABSTRAK

MOTIVASI MAHASISWA DALAM PROSES

BERWIRAUSAHA

(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung)

Oleh

Puji Lestari Ningsih

Pada umumnya siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMA) memiliki pandangan dengan melanjutkan masuk perguruan tinggi akan mudah mencapai cita-cita yang diinginkan. Mudah mendapatkan pekerjaan setelah selesai dari perguruan tinggi juga menjadi harapan. Namun pada kenyataannya permasalahan mahasiswa saat keluar dari perguruan tinggi adalah masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya banyak orang yang menjadi pengangguran terdidik. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah pengangguran adalah dengan berwirausaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis hal-hal yang menjadi motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2013 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, dokumentasi, dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa, motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha adalah motivasi dari diri sendiri (Intrinsik) dan dari lingkunagn (Ekstrinsik). Motivasi intrinsik antara lain motivasi yang timbul dari keinginan diri sendiri, bakat keturunan orang tua, kebiasaan berwirausaha sejak dini, dan motivasi ekstrinsik antara lain motivasi dari teman, dosen, lingkungan dan seminar kewirausahaan. Dalam berwirausaha juga harus memiliki ciri-ciri dan sifat dasar wirausaha untuk memahami hambatan dalam berwirausaha dan dapat terus mengembangkan wirausaha mengikuti perkembangan.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

MOTTO ... v

SANWACANA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Motivasi ... 9

1. Pengertian Motivasi ... 9

2. Jenis-jenis Motivasi ... 11

B. Tinjauan Tentang Mahasiswa ... 12


(8)

C. Tinjauan Tentang Wirausaha ... 15

1. Pengertian Wirausaha ... 15

2. Kewirausahaan Dalam Perspektif Sosiologis ... 18

3. Ciri-ciri dan Sifat Dasar Wirausaha ... 20

4. Beberapa Hambatan Berwirausaha ... 22

D. Tinjauan Tentang Motivasi Mahasiswa dalam Proses Berwirausaha ... 26

E. Tinjauan Tentang Proses Berwirausaha ... 28

F. Tinjauan Motivasi dengan Teori Modernisasi dan Teori Kebutuhan 32 G. Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 39

B. Fokus Penelitian ... 40

C. Penentuan Informana ... 40

D. Setting Penelitian... 41

E. Jenis dan Sumber Data ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Motivasi Mahasiswa Dalam Menjalankan Proses Berwirausaha ... 47

B. Proses Wirausaha Mahasiswa ... 54

C. Kendala dalam berwirausaha dan cara mengatasinya ... 65

D. Wirausaha Sukses ... 69


(9)

B. Saran ………... 75

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Ciri dan sifat dasar wirausaha ... 22 2. Data identitas informan ... 41


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Bagan alur kerangka pemikiran tentang motivasi mahasiswa dalam proses


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Lelakang

Pada umumnya siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMA) memiliki pandangan dengan melanjutkan masuk perguruan tinggi akan mudah mencapai cita-cita yang diinginkan. Mudah mendapatkan pekerjaan setelah selesai dari perguruan tinggi juga menjadi harapan. Namun pada kenyataannya permasalahan mahasiswa saat keluar dari perguruan tinggi adalah masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Pada akhirnya banyak orang yang menjadi pengangguran terdidik.

Seseorang dikatakan pengangguran karena tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Sukirno (dalam Somuelson 2012), Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Banyaknya pengangguran akan berdampak bagi negara, dampak tersebut antara lain :

1. Dampak Ekonomi

a. menurunnya tingkat pendapatan masyarakat. b. menurunnya hasil produksi.


(13)

c. terhambatnya pertumbuhan ekonomi. d. penghasilan pajak negara menurun. 2. Dampak Sosial

a. naiknya tingkat kriminalitas. b. naiknya jumlah orang stres. c. naiknya jumlah orang bunuh diri. 3. Dampak Individu dan keluarga

a. retaknya hubungan keluarga. b. turunnya status sosial. c. hilangnya harga diri.

(Paul A. Samuelson, 2012. makro Ekonomi.

http://ungkypratiwi.wordperss.com. diakses pada 23 Januari 2013)

Seseorang yang lama menjadi pengangguran dapat melakukan perilaku menyimpang seperti mencuri, merampok, dan tidakan kejahatan lainya. Hal tersebut bisa terjadi karena keterpaksaan untuk mememenuhi kebutuhan hidup. Semakin bertambahnya angka pengangguran maka akan bertambah juga masyarakat miskin di negara Indonesia. Permasalahan ini akan menjadi beban bagi negara dan akan menjadi sulit untuk negara Indonesia lepas dari permasalahan perekonomian, karena masyarakatnya sendiri belum dapat lepas dari masalah ekonomi.

Dalam situasi seperti ini mahasiswa sebagai generasi muda yang mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi melihat realita yang terjadi, sebaiknya dapat mencari solusi mengatasi permasalahan ini. Sebagai mahasiswa sebaiknya


(14)

berfikir kritis, kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kemajuan negara Indonesia.

Menjadi seorang wirausaha (entrepreneur) merupakan salah satu solusi dari permasalahan ini. Dengan menjadi wirausaha justru akan membuka lapangan pekerjaan baru, dapat menekan angka pengangguran dan dapat meningkatkan perekonomian negara. Seperti yang dikatakan Hatta Rajasa (Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia) bahwa mahasiswa harus bisa wirausaha. Menurutnya didalam master plan pembangunan perekonomian Indonesia salah satu sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan teknologi Perguruan Tinggi memegang peranan central dalam meningkatkan kualitas manusia kita. Apalagi kita akan mendorong perekonomian kita kearah inovasi, Itu artinya diperlukan manusia yang berilmu pengetahuan. Itulah juga yang menjadi peran Perguruan Tinggi sehingga menghasilkan mahasiswa yang mampu berwirausaha. (www.teknokra.com,2013)

Menurut Suryana, (dalam Arif dan Nian 2010 : 13). Wirausaha (entrepreneur) bukanlah istilah yang asing bagi mahasiswa, karena sudah sering menjadi bahan diskusi dan perbincangan dalam keseharian. Mahasiswa juga mendapatkan mata kuliah kewirausahaan. Wirausaha adalah mereka yang memiliki upaya-upaya kreatif, inovatif, dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.

Perlu disadari bahwa menjadi seorang wirausaha dapat meningkatkan perekonomian negara. Terkait hal tersebut, saat ini bahwa sasaran


(15)

perkembangan industri, baik regional maupun ketenagakerjaan bergantung pada kewirausaaan. Kewirausaan dapat mengembangkan produk dan jasa, serta memberi inovasi dan kreativitas yang cukup penting bagi pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan masyarakat. Wirausaha memiliki peran yang besar dalam perekonomian nasional seperti yang dikemukakan oleh Ahmad 2010, peran kewiraushaan tersebut antara lain:

1. Mengurangi pengangguran

2. Meningkatkan pendapatan masyarakat

3. Mengkombinasikan faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)

4. Meningkatkan produktivitas.

(Ahmad, 2010. peranan kewirausahaan. http://nisashare.blogspot.com. Diakses tanggal 02 Desember 2012,).

Disejumlah negara, minat masyarakat untuk menjadi wirausahawan kini mulai tumbuh sedangkan ketertarikan mereka untuk bergabung pada sebuah perusahaan besar mulai mengalami penurunan. Sayangnya perkembangan kewirausahaan di negara Indonesia sejauh ini belum mengembirakan. Pertumbuhan wirausaha di Indonesia ternyata masih dibawah 1% jauh dibandingkan Singapura yang mencapai 7% (www.suaramerdeka.com,2013)

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia pada tahun 2012, mencatat jumlah penduduk yang berwirausaha saat ini baru mencapai angka 0,18% dari jumlah 238 juta penduduk Indonesia. Idealnya, agar Indonesia bisa berdaya saing tinggi dibutuhkan paling sedikit 2% dari 238 juta


(16)

orang penduduk Indonesia atau sekitar 4,76 juta orang berwirausaha baru dan beragam profesi dan keahlian. Jika melihat dari negara-negara maju seperti, Amerika Serikat memiliki 12% pengusaha dari total penduduknya, Singapura 7%, Cina dan Jepang sekitar 10%, serta Malaysia sekitar 5%. (Http://economy.okezone.com)

Menurut Swasono (dalam Darpujiyanto 2011 : 66), mereka yang memandang kewirausahaan sebagai sesuatu yang “in born quality” bertitik tolak pada suatu keyakinan bahwa kewirausahaan adalah suatu properti budaya dan sikap mental, oleh karena itu bersifat attitudinal dan behavioral. Salah satu sikap mental tersebut adalah perasaan ketidakpastian karir menjadi pengusaha. Selain itu, untuk menggeluti wirausaha membutuhkan modal awal yang tidak sedikit, apa lagi untuk ukuran mahasiswa. Stigma seperti ini yang harus diluruskan agar kewirausahaan dapat tumbuh berkembang. Terutama pada mahasiswa, harus mengubah pola pikir dan sudut pandang mereka mengenai wirausaha, bahwa dengan menjadi wirausaha selain dapat mendirikan perusaahan sendiri dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain dan dapat meningkatkan perekonomian negara.

Universitas Lampung sebagai salah satu perguruan tinggi penyelenggaraan pendidikan telah mengakomodasi pengembangan kewirausahaan dalam kurikulum pendidikan yang mewajibkan matakuliah kewirausahaan untuk diselenggarakan disetiap program studinya. Mahasiswa juga menyambut gerakan kewirausahaan ini dengan respon positif. Hal ini nampak pada mulai munculnya mahasiswa yang menjalankan proses berwirausaha.


(17)

Beberapa mahasiswa yang menjalankan wirausaha di lingkungan kampus Universitas Lampung adalah berjualan pisang coklat, berjualan jilbab, aksesori jilbab, berjualan keripik, susu kedelai, donat dan lainnya. Usaha mahasiswa berwirausahapun tidak hanya produk. Namun juga ada yang menawarkan jasa, yaitu jasa foto angkatan. Pembuatan mug, pembuatan pin, pembuatan kaos, dan jaket angkatan. Penawaran produk dan jasa ini dilakukan mahasiswa melalui pemasaran yang langsung menawarkan ke mahasiswa, pemasangan jasa iklan, dan ada juga yang lewat online.

Proses wirausaha dapat dilakukan saat menjadi mahasiswa dengan melakukan pendidikan kewirausahaan dan mengikuti seminar (workshop) yang membangun motivasi berwirausaha. Wirausaha dapat dimulai dari usaha kecil, menengah dan sampai pada usaha besar mengembangkan produk dan jasa. Namun mahasiswa dalam menjalankan wirausaha harus berani mengambil resiko, Karena tidak sedikit mahasiswa yang takut untuk memulai wirausaha dan gagal saat menjalankannya. Untuk itu mahasiswa perlu adanya dorongan motivasi. Dorongan motivasi itu dapat dari diri sendiri dan lingkungan sosial.

Menurut Mc. Donald (dalam Syaiful 2008 : 149) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat tiga elemen penting, yaitu :

1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.


(18)

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling” afeksi seseorang. Dalam hai ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Motivasi akan dirasakan karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi itu sesuatu yang mempengaruhi manusia untuk melakukan perubahan dan tindakan seseorang. Semua yang dilakukan karena adanya tujuan dan kebutuhan. Menurut Sadirman (dalam Syaiful 2008 : 149) Motivasi dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu.

Mahasiswa dalam menjalankan wirausaha memiliki tujuan yang ingin dicapai, dalam menjalankannya perlu dorongan motivasi. Motivasi tersebut berasal dari dorongan diri sendiri dan lingkungan. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, guna mengetahui hal apa yang menjadi motivasi mahasiswa dalam menjalankan wirausaha. Berdasarkan yang dikemukaan diatas, maka dirasa perlu melakukan penelitian tentang motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan masalah di atas, maka masalah penelitian ini, yaitu: Apa motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha?


(19)

C. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian ini yaitu :

Untuk mengkaji dan menganalisis hal-hal yang menjadi motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Sosiologi dalam disiplin ilmu Kewirausahaan dan Sosiologi Ekonomi.

2. Secara praktis

a. Hasil penelitian dapat menjadi sebuah acuan atau referensi bagi mahasiswa dalam melekukan penelitian mengenai motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha dan sebagai masukan dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik mahasiswa untuk menjadi pengusaha.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan serta informasi dan membuka wawasan bagi mahasiswa untuk memotivasi diri menjadi wirausaha.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Motivasi 1. Pengertian Motivasi

Motivasi menurut Robbins (dalam Darpujiyanto 2011 : 66) merupakan suatu proses yang menyebabkan intensitas individu, dalam usaha mengarakan terus menerus untuk mencapai tujuan. Menurut Mc. Donald dan Hamalik (2004 : 158), yang dimaksud motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Hamalik (2004 : 161), mengungkapkan bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan, dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi meliputi:

a. Mendorong timbulnya kelakuan b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak.

Sedangkan menurut Wojosumidjo (dalam Darpujiyanto 2011 : 66) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang diakibatkan oleh faktor-faktor dari dalam (intristik) dan dari luar (ekstristik). Faktor dari dalam seseorang dapat


(21)

berupa kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan, sedangkan faktor dari luar seseorang dapat berupa pengaruh pimpinan kolega atau faktor lain yang sangat kompleks.menurut Sardiman (2005 : 89) motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang aktif yang fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar.

b. Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif fungsinya karena rangsangan dari luar.

Secara umum, motivasi dapat diartikan sebagai daya dorong atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Winardi (dalam Amri 2010:14) menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Selanjutnya, ia menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi antara lain :

a. Kebutuhan pribadi

b. Tujuan-tujuan dan persepsi orang atau kelompok yang bersangkutan c. Dengan cara apa kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terrealisasi.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan seseorang didalam melakukan suatu keinginan atau usaha demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Pada penelitian ini yang dimaksud motivasi adalah dorongan atau keinginan mahasiswa melakukan proses berwirausaha untuk tercapainya tujuan, motivasi tersebut di dorong oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik.


(22)

Misalnya mahasiswa mulai melakukan usaha-usaha kecil dilingkungan kampus.

2. Jenis-jenis Motivasi

Motivasi dibedakan menjadi tiga. Menurut Sherif (dalam Ahmadi, 2007 : 198) motivasi tersebut, yaitu :

1. Motivasi Biogenetis (Biogenic Motive)

Motivasi yang berasal dari kebutuhan biologis sebagai makhluk yang hidup. Motivasi ini terdapat di dalam diri individu dan tidak banyak tergantung pada lingkungan diluar individu itu. Motivasi ini tumbuh dan berkembang dengan sendirinya atau secara alami di dalam diri individu.

2. Motivasi Sosiogenetis (Sociogenic Motive)

Motivasi sosiogenetis timbul di dalam diri individu oleh karena hubungannya dengan lingkungan sosial atau lingkungan sekitarnya. Timbulnya motivasi ini karena adanya interaksi sosial.

3. Motivasi teogenetis

Motivasi teogenetis timbul karena adanya interaksi antara individu dengan tuhan. Seseorang individu dalam melakukan sesuatu didasarkan karena mereka mempunyai keyakinan tentang adanya ganjaran dari sang pencipta, oleh karena itulah manusia terdorong untuk melakukan sesuatu hal agar mendapatkan ganjarantersebut. Dalam pada itu manusia memerlukan interaksi dengan tuhannya untuk


(23)

dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang beragam.

B. Tinjauan Tentang mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), Mahasiswa adalah orang yang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.Sedangkan menurut Adnan dan Pradiansyah (dalam Amri 2010:21), mahasiswa merupakan kelompok generasi muda elit dari masyrakat yang mempunyai sifat dan watak keberanian dan kepeloporan, berperan sebagai kekuatan moral dan berfungsi sebagai kontrol sosial serta sebagai anak-anak pembaharu bangsa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang belajar atau menuntut ilmu diperguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang memiliki jiwa kepeloporan, intelektual, dan merupakan kelompok elit di lingkungan masyrakat yang akan menjadi anak-anak pembeharu bangsa.

2. Karakteristik Mahasiswa

Damanhuri (dalam Amri 2010:21), mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai karakter sebagai berikut :

1. Mereka adalah kelompok orang muda. Oleh karena itu, berkarakteristik yang di warnai oleh sifat pada umumnya tidak selalu puas terhadap


(24)

lingkunga dimana mereka menginginkan berbagai perubahan dengan cepat dan mendasar.

2. Mereka adalah yang menjalani sistem pendidikan tinggi, oleh karenanya nafas dan sifat akademik akan memberi ciri khas yang kuat dengan gerak langkahnya, yakni sikap objektif, rasional, kritis, dan skeptif.

3. Mereka adalah kelompok yang relatif “independen” karena belum memiliki keterkaitan finansial, birokratis, terhadap pihak manapun, karenanya ciri spontanitas dan lugas dalam bersikap memberi pandangan sangat kuat.

4. Mereka adalah kelompok yang menjadi subsistem masyarakan secara keseluruhan, baik secara lokal, regional, nasional maupun internasional. Oleh karenanya, dengan menata konstelasi yang berkembang dengan latar belakang kemudahan, keilmuan, dan keindependensian.

3. Tipe-tipe Mahasiswa

Adnan dan Pradiansyah (dalam Amri 2010:22) membagi mahasiswa dalam 5 tipe, di antaranya:

1. Kelompok idealis konfrontif. Mereka adalah kelompok yang aktif dalam diskusi (organisasi)/ lembaga swadaya masyarakat (LSM). Kegiatan mereka senantiasa bernuansa pemikiran kritis mengenai perkembangan politik, ekonomi, sosial serta teori-teori yang mendasaari.


(25)

2. Kelompok idealis realistis. Kelompok ini juga aktif dalam berbagai diskusi (organisasi)/ LSM. Kelompok ini banyak menggagas ide-ide perbaikan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Kelompok oportunis. Berbeda dengan keduanya di atas, kelompok ini cenderung untuk membela pemerintah dan berpihak pada pemerintah. 4. Kelompok profesional. Mereka adalah mahasiswa berorientasi

profesionalisme dan kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik maupun berorganisasi. Mereka memilih segera menyelesaikan study secepatnya, kemudian memperoleh pekerjaan yang dapat menjamin masa depan.

5. Kelompok glamor. Mereka ini hampir sama dengan kelompok profesional yang kurang berminat terhadap masalah-masalah ekonomi, sosial, politik maupun berorganisasi. Bedanya kelompok ini memiliki ciri yang menonjol yaitu penampilannya cenderung glamor dan gaya hidup mengikuti mode.

Dapat disimpulkan dari pandangan dan pemikiran di atas, bahwa mahasiswa adalah kelompok generasi muda yang mempunyai watak kritis, kebenarian, independen, objektif dan rasional sebagai wujud respon yang diperolehnya memalui proses belajar di perguruan tinggi. Sedangkan tipe mahasiswa yang akan di bahas pada penelitian ini adalah kelompok idealis yang kritis dan aktif saat menjadi mahasiswa.


(26)

C. Tinjauan Tentang Wirausaha 1. Pengertian Wirausaha.

Difinisi wirausaha secara umum, Menurut Arif dan Nian (2010:10-14) Wirausaha berasal dari kata wira yang artinya kesatria, pahlawan, penjual, unggul, gagah berani, dan kata Usaha artinya adalah bekerja atau melakukan sesuatu. Dengan demikian wirausaha dapat diartikan orang tangguh yang sedang melakukan sesuatu. Difinisi wirausaha berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, disebutkan bahwa :

1. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.

2. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan dalam istilah asing,

kewirausahaan lebih dikenal dengan istilah entrepreneur. Orang yang pertama kali menggunakan istilah entrepreneur adalah orang ekonomi perancis yang berasal dari Norwegia, Richard Cantillon sekitar tahun 1755. Entrepreneur berasal dari bahasa perancis, “entre” dan “prende”, yang asal katanya entreprenant yang artinya giat, mau berusaha, berani, penuh petualangan. Dalam perkembangannya istilah tersebut semakin


(27)

populer dalam bahasa inggris, sekitar tahun 1878, dan dipahami sebagai a contractor acting as intermediary between capital and labour. Definisi tersebut dapat diartikan bahwa seorang entrepreneur adalah pihak yang mengambil peran (menjembatani) antara pemilik modal dengan pekerja. Dengan kemampuan mengambil faktor-faktor produksi- lahan pekerjaan, tenaga kerja dan modal yang kemudian menggunakannya untuk produksi barang atau jasa dengan mengedepankan kreasi dan inovasi sehingga nilai tambah yang diciptakan meningkat, yang akhirnya akan berimplikasi pada kemakmuran.

Dewanti (dalam Arif dan Nian 2010:11) menjelaskan wirausaha dengan mengkaitkannya pada istilah bisnis, karena pada dasarnya kegiatan wirausaha sering kali disebut bisnis. Bisnis dalam hal ini diartikan segala aktivitas untuk mendapatkan keuntungan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup. Untuk menampung seluruh aktivitas maka dibentuklah organisasi berupa perusahaan. Perusahaan tidak harus diartikan dalam arti besar, tapi bisa berawal dari usaha kecil yang ditampung dalam organisasi yang kecil, yang akhirnya akan berkembang menjadi organisasi yang besar.

Raymond W. Y Kao (dalam Arif dan Nian 2010:12) menjelaskan lebih detail tentang kewirausahaan dan wirausaha. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai sebuah proses. Proses tersebut adalah penciptaan sesuatu yang baru dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada, tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang


(28)

melaksanakan proses penciptaan kesejahteraan atau kekayaan dan nilai tambah, melalui peneloran dan penetasan gagasan, memadukan sumber daya dan merealisasikan gagasan tersebut menjadi nyata. Dengan kata lain, seorang wirausaha adalah orang yang mampu menetaskan gagasan menjadi realita.

Ekonomi klasik Adam Smith (dalam Arif dan Nian 2010:13) berpendapat bahwa seorang entrepreneur sebagai individu yang menciptakan sesuatu organisasi dengan tujuan-tujuan komersial. Entrepreneur beraksi terhadap perubahan-perubahan ekonomi, bahkan mereka menjadi agen dalam perubahan ekonomi.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, kewirausahaan atau wirausaha identik dengan kata sebuah proses kemampuan seseorang dalam menciptakan bisnis atau usaha. Proses tersebut dilakukan seseorang dengan kreatif, dan inovasi, dengan jalan ide dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang dan berharap dapat menjadi perubahan ekonomi. Pada penelitian ini, kewirausahaan atau wirausaha yang dimaksud adalah dorongan dan keinginan mahasiswa dalam menciptakan bisnis atau usaha dengan kreatif dan inovasi dengan tujuan dapat memiliki bisnis atau usaha yang dapat membuka lapangaan pekerjaan dan merubah perekonomian.


(29)

2. Kewirausahaan dalam Perspektif Sosiologis

Menurut Soetrisno (1997:191-192) memasuki abad ke-21, kewirausahaan atau entrepreneurship sewajarnya harus menjadi fokus proses pembangunan di Negara kita. Pendapat ini mempunyai beberapa alasan. Pertama, abad ke-21 adalah abad perdagangan, dalam arti bahwa pada abad yang akan datang kesejahteraan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memperdagangkan barang-barang yang mereka produksi di pasar internasional yang bersifat kompetitif.

Dalam kelas seperti ini, bukan lagi kelas pedagang konvensional yang kita butuhkan, melainkan suatu kelas pedagang jenis baru yang tidak hanya mampu menjual barang mereka, tetapi juga memiliki kemampuan dan keberanian untuk bersaing dengan pedagang-pedagang lain di pasar internasional. Dengan kata lain, dibutuhkan kelas pengusaha modern yang berdagang berdasarkan teknik berdagang yang canggih.

Alasan yang kedua, dari kepentingan dalam negeri kewirausahaan dalam dunia usaha dibutuhkan untuk mengefektifkan dana-dana pembangunan, dan untuk menciptakan suatu sistem ekonomi nasional yang berkelanjutan. Bangsa yang tidak memiliki kelompok wirausaha yang kuat akan mengalami pemborosan dana pembangunan. Karena bangsa itu tidak dapat memanfaatkan dana untuk menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang mampu menjadi sumber dana pembangunan baru. Suatu bangsa yang tidak memiliki kelas wirausaha yang banyak tidak akan mampu menciptakan


(30)

suatu sistem pembangunan yang berkelanjutan, baik dari segi lingkungan, sosial, ekonomi, maupun politik.

Menurut Soetrisno (1997:192) seorang pengusaha yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan akan melihat bahwa sumber alam yang dimiliki oleh bangsanya bukan sebagai suatu asset yang harus dijaga untuk kelestarian usaha mereka, melainkan sebagai alat untuk mencapai keuntungan/kekayaan dengan cepat. Akibat tindakan pengusaha seperti ini, lingkungan menjadi rusak, sumber alam menjadi terkuras , dan bangsa itu secara keseluruhan menjadi miskin, meskipun si pengusaha sendiri menjadi kaya.

Soetrisno juga menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita oleh suatu bangsa karena ulah beberapa pengusaha dapat menimbulkan ketegangan dalam masyarakat, antara kelompok yang merasa dirugikan dan pengusaha itu sendiri. Apabila si pengusaha itu kebetulan berasal dari etnis yang berbeda dengan etnis masyarakat yang merasa dirugikan oleh si pengusaha, maka hal ini dapat membakar terjadinya koflik antar suku, yang dapat mengganggu kelanjutan pembangunan Negara itu. Dari segi perkembangan sosial suatu bangsa, kewirausahaan dalam pengembangan dunia usaha merupakan hal yang sangat krusial.

Perusahaan yang dikembangkan tanpa semangat kewirausahaan akan menyebabkan perusahaan itu berkembang secara tidak stabil. Ketidak stabilan perusahaan akan mendorong timbulnya berbagai upaya dari si pengusaha untuk membuat usaha stabil dengan cara menekan upah buruh,


(31)

mengurangi tenaga buruh dan sebagainya, yang akan mengakibatkan pengangguran dan eksploitasi terhadap buruh.

Sebaliknya, seorang pengusaha yang memiliki kewirausahaan tinggi akan mengusahakan stabilitas usahanya melalui penguatan kualitas, manajerial perusahaannya, dan perbaikan kesejahteraan social para buruhnya. Dengan demikian, seorang pengusaha yang mempunyai kemampuan kewirausahaan tinggi akan merasa sangat berkepentingan untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dari segi sosial dalam perusahaannya. Soetrisno (1997:192)

3. Ciri-ciri dan Sifat Dasar Wirausaha

Beberapa karakter dan sifat dasar wirausaha menurut beberapa ahli, yaitu :

Meredith (dalam Arif dan Nian 2010:19), mengemukakan ciri-ciri dan watak kewirausahaan sebagai berikut :

1. Percaya diri, dengan karakteristik watak yang selalu percaya diri mempunyai keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme.

2. Berorientasi pada tugas dan hasil, dengan karakteristik watak yang meliputi kebutuhan yang berprestasi, berorientasi laba, ketekunan, dan ketabahan, tekat kerja keras mempunyai dorongan kuat, energetik, dan inisiatif.

3. Pengambilan resiko, dengan karakteristik watak yang lebih pada kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan.


(32)

4. Kepemimpinan, dengan karakteristik watak yang lebih pada berperilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik.

5. Keorisinilan, dengan karakteristik watak yang inovatif, kreatif, serta fleksibel.

6. Berorientasi ke masa depan, dengan karakteristik watak yang pandangannya kedepan, mempunyai perspektuf.

Selain itu, budayawan Gde Prama (dalam Arif dan Nian 2010:19), juga berpendapat bahwa sifat dasar dan kemampuan yang biasanya ada pada diri wirausah, antara lain :

1. Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (the change creator). Perubahan ibarat menu makan pagi, siang, dan sekaligus makan malan bagi seorang wirausaha.

2. Wirausaha selalu melihat perbedaan, baik antara orang maupun antara fenomena kehidupan, sebagai peluang dibandingkan sebagai kesulitan. 3. Wirausaha cenderung mudah jenuh terhadap segala kemampuan hidup,

untuk kemudian bereksprimen dengan pembaharuan-pembaharuan. 4. Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untuk

memacu kreativitas, bukan sesuatu yang harus diulangi. 5. Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya sendiri.


(33)

Tabel 1. Ciri dan sifat dasar wirausaha

No Ciri-ciri Sifat/Watak

1 Percaya diri Keyakinan ketidaktergantungan, individualitas, optimisme 2 Berorientasikan

tugas dan hasil

Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan, dan ketabahan, tekat kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan inisiatif

3 Pengambilan resiko Kemampuan mengambil resiko, suka pada tantangan

4 Kepemimpinan Bertingkahlaku sebagai pemimpin Dapat bergaul dengan orang lain Menanggapi saran-saran dan kritik 5 Keorisinillan Inovatif dab kreatif

Flrksibel

Punya banya sumber

Serba bisa, mengetahui banyak 6 Berorientasi ke

masa depan

Pandangan kedepan perseptif

Sumber : Lokakarya kewirausahaan di East Center, Honolulu, 1997

4. Beberapa Hambatan Berwirausaha

Menurut Arif dan Nian (2010:14-18) apabila kita membaca buku-buku yang bercerita tentang kisah kesuksesan seseorang dalam berwirausaha, biasanya mereka mencapai kesuksesan adalah individu-individu yang mampu mengatasi hambatan-hambatan yang ditemuinya dalam berwirausaha. Kita pun akan berhadapan dengan beberapa hambatan ketika akan berwirausaha. Tidak sedikit diantara kita, ketika dihadapkan


(34)

pada hambatan, membuat kita mengurungkan niat untuk memulai berwirausaha.

Namun, tidak sedikit pula, mereka yang berhasil menghadapi hambatan pada akhirnya menjadi pengusaha sukses. Oleh karena itu, ketika kita ingin memulai berwirausaha dan dihadapkan pada hambatan, jangan lantas membuatkita mundur. Justru hambatan tersebut dapat dijadikan tantangan berharga untuk menggapai kesuksesan. Untuk mampu mengatasi berbagai hambatan, yang diulakukan pertam kali adalah mengetahui hambatan yang menghadang. Hambatan-hambatan berwirausaha diantaranya:

1. Modal.

Untuk memulai sebuah usaha, modal pada umumnya menjadi kendala. Namun bukan berarti, kita menyerah begitu saja. Selama ada keinginan maka modal akan kita dapatkan. Banyak sumber yang bisa dijadikan sumber modal diantaranya berbagai kredit soft loan yang di tawarkan pemerintah melalui insatnsi terkait, kredit perbankan, pemilik modal, dan sebagainya. Untuk mendapatkan itu semua, perlu strategi dan teknik-teknik khusus untuk mendapatkan modal.

2. Usia.

Usia sering kali menjadi hambatan ketika seseorang akan berwirausaha. Sebagian besar merasa sudah terlalu tua, sehingga banyak di antara kita enggan memulai sesutau yang baru seiring dengan usia yang semakin senja. Dalam dunia modern, wirausaha sering kali dimanfaatkan tidak hanya sebagai alat ekonomi, namun juga sebagai gaya hidup yang memenuhi kebutuhan manusia yang begitu kompleks.


(35)

3. Bakat.

Bakat adalah kemampuan potensial dalam diri seseorang, baik yang sudah dikembangkan maupun yang belum. Sering kali bakat seseorang jelas terlihat bila ia melakukan suatu aktivitas dan ia dapat dengan cepat belajar dan berhasil pada bidang tersebut. Bakat sering kali terlepas dari pengaruh lingkungan, walaupun ada pengaruhnya, sangat kecil dampaknya. Banyak diantara kita, ketika akan memulai berwirausaha, kita merasa tidak punya bakat. Padahal wirausaha adalah sesuatu yang bisa diajari.

4. Tingkat Pendidikan.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, angka pengangguran yang paling baik tinggi adalah lulusan diploma dan sarjana. Hal ini disebabkan mindset yang terbangun di masyarakat, ketika seseorang sudah menyelesaikan pendidikan tinggi, maka individu tersebut hanya pantas kerja kantoran, dengan penampilan yang rapi. Akibatnya, banyak di antara kita yang sudah berpendidikan tinggi, justru merasa sebagai penghambat ketika kita ingin berwirausaha.

5. Persepsi terhadap resiko dan kegagalan.

Kewirausahaan adalah suatu proses peningkatan kesejahteraan yang dinamis. Penciptaan kesejahteraan tersebut tentunya dibarengi dengan resiko-resiko yang ada, di antaranya dari sisi equity (untung dan rugi), waktu, dan komitmen untuk mencari nilai untuk suatu produk atau jasa. Oleh karena itu, apabila kita akan memulai berwirausaha, maka resiko dan kegagalan bukanlah penghalang kesuksesan, tapi justru dengan adanya


(36)

resiko dan kegagalan bisa dijadikan pengalaman untuk meraih kesuksesan yang tertunda.

6. Tingkat kreativitas.

Setiap manusia dibekali dua bagian otak, otak kanan dan otak kiri. Pada umumnya manusia lebih banyak menggunakan otak kiri disbanding otak kanannya. Otak kiri berfungsi untuk menganalisis sesuatu secara sistematis dan linier sedangkan otak kanan berfungsi untuk hal-hal yang bersifat kreatif, imajinatif dan tidak linier. Yang menjadi masalah kita adalah sistem pendidikan kita yang cenderung lebih banyak menekankan pada penggunaan otak kiri dibandingkan otak kanan sehingga kita terbiasa menyikapi sesuatu dengan berpikir analitis dan sistematis secara linier dan kurang berani menganalisis sesuatu dengan pemikiran yang lebih kreatif dan out of the box.

7. Lingkungan usaha.

Pada umunya, ketika kita akan memulai usaha baru, kita dihadapkan pada kondisi lingkunagn yang kurang kodusif, di antaranya yaitu: akses ke pasar, akses ke perbankan yang berkaitan dengan infrastruktur, masalah yang berkaitan dengan birokrasi dan peraturan


(37)

D. Tinjauan Tentang Motivasi Mahasiswa dalam Proses Berwirausaha

Manusia dalam menjalankan hidup pasti memiliki tujuan yang didorong oleh motivasi yang berasal dalam dirinya sendiri. Motivasi mahasiswa untuk berwirausaha menumbuhkan upaya untuk memulai bisnis sendiri yang akhirnya dapat menumbuhkan kerjasama antara orang lain dengan yang lainya. Pada dasarnya manusia hidup salaing membutuhkan satu dengan yang lain, sehingga manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia hidup saling ketergantungan antara satu dengaan yang lainnya, dan mereka juga selalu saling menguntungkankan antara satu dengan yang lain.

Perilaku manusia ini sama halnya jika diterapkan dalam berwirausaha karena manusia berinteraksi dengan orang lain dan bisa belajar dari orang lain. Usaha dalam berwirausaha melahirkan kerjasama untuk membangun usaha bersama, sekaligus berkompetisi meraih kesuksesan dalam bidang yang ditekuni. Hal tersebut juga didorong dengan adanya motivasi yang tinggi. Dorongan untuk mencapai prestasi yang tinggi disebut motivasi berpestasi. Motivasi berpestasi sangat menentukan tingkah seseorang dalam berwirausaha. Individu dengan motivasi yang tinggi tentunya akan berkerja keras untuk meraih yang terbaik.

Menurut Mc Donald (dalam Syaiful 2008 : 149), motivasi yang mendasari mahasiswa melakukan proses berwirausaha terbagi menjadi dua hal, yaitu


(38)

a. Motivasi instrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirasakan dari luar, karena setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi pada diri individu yang mendasari melakukan proses berwirausaha adalah keinginan dari diri sendiri, keterpaksaan karena minimnya ekonomi, keinginan mendapatkan penghasilan sendiri dan lainnya yang berasal dari dalam individu.

b. Motivasi ekstrinsik

Yang dimaksud motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi dali luar diri individu. Dalam hal ini, mahasiswa terdapat di lingkungan kampus dimana tempat mereka berkumpul, dan beraktifitas. Motivasi ekstrinsik yang mendasari mahasiswa untuk melakukan proses berwirausaha adalah lingkungan kampus, teman-teman berkumpul, dosen, dan lainya yang berada diluar diri individu. Berdasarkan pernyataan tersebut maka, dapat ditarik kesipulan tentang motivasi mahasiswa dalam wirausaha dipengaruhi oleh kesadaran akan kebutuhan diri sendiri (intrinsik) dan didorong oleh lingkungan sosial (ekstrinsik) tempat mereka beraktifitas dan dengan melihat realita mereka mulai termotivasi untuk berinofasi melakukan sesuatu dengan berwirausaha.


(39)

E. Tinjauan Tentang Proses Berwirausaha

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan memulai berwirausah Arif dan Nian (2010 : 26-29), antara lain :

1. Menemukan ide usaha, menemukan ide usaha bagi sebagian orang merupakan suatu pekerjaan yang sulit. cara yang menarik untuk memunculkan ide usaha yaitu menggunakan hobi sebagai sumber menemukan usaha.

2. Memahami minat pasar, untuk memahami minat pasar seseorang harus bersinggungan dengan konsep-konsep yang terkait dengan manajemen pemasaran. Secara sederhan memahami minat pasar dapat diartikan bagaimana kita memahami kebutuhan dan keinginan dari masyarakat yang pada akhirnya dijadikan dasar mendisain produk atau jasa yang akan ditawarkan pada masyarakat.

3. Perencanaan usaha yang matang. Berdasarkan hasil survei oleh lembaga survei pada 2008, hampir seluruh kegagalan bisnis kecil maupun menengah disebabkan tidak adanya atau kurang efektifnya perencanaan bisnis.

4. Menghitung kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman atau sering disebut dengan analisi SWOT, yang artinya berorientasi pada langkah awal untuk menemukan strategi yang tepat.

5. Mendisain strategi fungsional. Strategi kalau kita terjemahkan secara bebas adalah cara untuk mencapai tujuan, sedangkan fungsional mengacu pada aktivitas-aktivitas, biasanya fungsional berada pada sebuah perusahaan atau organisasi.


(40)

Menurut Noore (dalam Darpujiyanto 2011 : 69), proses kewirausahaan di awali dengan inovasi. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun luar pribadi, seperti pendidikan, Sosiologi organisasi, kebudayaan, dan lingkunggan. Faktor-faktor tersebut berbentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu, seperti locus of control, toleransi, pendidikan, nilai-nilai, dan pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model, peran, aktivitas, dan peluang. Oleh kareana itu inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi dan keluarga

Secara ringkas model proses kewirausahaan menurut Alma (dalam Darpujiyanto 2011 : 69) mencakup tahap-tahap sebagai berikut :

a. Proses inovasi b. Proses pemicu c. Proses pelaksanaan d. Proses pertumbuhan

Dapat ditarik kesimpulan dari pernyataan-pernyatan diatas bahwa proses wirausaha melalui beberapa tahapan, seperti tahap inovasi, tahap pemicu, tahap pelaksaan, dan tahap pertumbuhan. dalam proses berwirausaha perlu adanya keberanian (motivasi) untuk menjalankannya. Dengan kata lain proses wirausaha yakni mulai proses mencari peluang usaha baru, mencari


(41)

momen yang tepat untuk memulai bisnis, dan dipengaruhi oleh motivasi. Mahasiswa dapat memulai dengan memaksimalkan kemampuan yang ada dan membaca peluang untuk memulai usaha.

Menurut Arif dan Nian (2010:29-35) menjelaskan beberapa kiat sukses berwirausaha, yaitu:

1. Membentuk Sikap dan Mental Seorang Enterpreneur

Sikap kewirausahaan merupakan landasan sustantif dan respon evaluative terhadap aspek wirausaha, terutama aktivitas yang berorientasi pada bisnis. Kepemilikan sikap wirausaha dapat dilihat dengan beberapa cirri utama, di antaranya kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidup, memiliki keyakinan kuat atas kekuatan diri, jujur dan tanggung jawab, ketahan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam bekerja dan berusaha, pemikiran kreatif dan konstruktif, berorientasi kemasa depan dan berani mengambil resiko.

2. Small is beautiful

Small is beautiful adalah sikap kita dalam mengenal diri sendiri seperti bakat, keterampilan, pengalaman, hobi, jejaring social (pertemanan), termasuk harta benda seperti tabungan, alat komunikasi, alat transportasi, rumah, atau bahkan mungkin kampong halaman dimana anda menghabiskan waktu kecil. Kalau anda melihat dengan jeli apa yang anda miliki diatas, pastilah ada peluang usaha di sana.


(42)

3. Kerjakan Dengan Senang Hati

Sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga Human Resource Canada, menunjukan bahwa para wirausahawan yang sukses selalu bergairah dalam kehidupan mereka. Mereka mengatakan bahwa hanya ada sedikit perbedaan antara pekerjaan dengan kesenangan mereka.

4. Hemat

Berkaitan dengan hemat dalam memulai dan menjalankan usaha, kita tidak boleh terjebak pada sebuah pepata yang mengatakan “hemat pangkal kaya”. Seringkali kita terjebak pada anggapan hemat identik dengan pelit. Padahal seorang entrepreneur, apalagi di awal-awalmerintis usaha, banyak keperluan yang harus di penuhi. Oleh karena itu, kita harus membuat skala prioritas dengan melihat sesuatu tentang perlu atau tidaknya untuk melakukan pengeluaran/pembelian. Berdasarkan skala prioritas tersebut, kita dapat menentukan mana yang penting dan mana yang tidak penting.

5. Pantang menyerah, Konsisten dan Ulet

Banyak di antara kita ketika akan menjalankan suatu usaha selalu berfikir dengan modal yang besar (jutaan rupiah). Padahal untuk memulai sebuah usaha tidaklah harus selalu membuka usaha dengan bermodal materi. Bisa saja modal itu berupa tenaga, ide (gagasan), kreatifitas. Oleh sebab itu, seorang wirausaha dituntut untuk tidak mudah putus asa (pantang menyerah) dalam menjalankan usahanya.


(43)

6. Renewal ability

Sebagai seorang entrepreneur, secara tidak langsung berada pada lingkungan kerja, usaha yang sangat dinamis. Oleh karena itu, renewal ability/memperbaiki diri terus menerus adalah keharusan untuk bisa survive. Renewal ability sering diartikan sebagian besar pihak hanya pada saat masa pembelajaran. Namun sebenarnya, renewal ability sangat perlu ketika kita berada pada kondisi yang mapan dan yang terpenting pada saat situasi sekeliling berubah. Apabila kita mendapatkan kegagalan, maka yang perlu dikoreksi adalah diri sendiri bukan orang lain atau lingkungan sekitar yang tidak bisa kita kendalikan.

F. Tinjauan Motivasi dengan Teori Modernisasi dan Teori Kebutuhan

Masalah kewirausahaan dan kaitannnya dengan perkembangan ekonomi suatu bangsa untuk pertama kali diangkat ke permukaan oleh seorang

sosiolog Jerman, yang bernama Max Weber. Weber melihat bahwa

sesudah Eropa mengalami proses Reformasi Protestan, di benua itu muncul satu jenis manusia baru. Manusia ini menurut Weber mempunyai budaya yang berbeda dalam hal sikap bekerja dan terhadeap hidup pada umumnya. Manusia Eropa baru ini, yang kebanyakan adalah pemeluk agama Kristen Protestan, merupakan manusia yang bekerja keras, hidup sederhana, dan sangat mendambakan kemandirian. Sifat inilah yang kemudian mampu mendorong munculnya Eropa sebagai benua kapitalis


(44)

industrial. Dengan kata lain, Weber melihat bahwa sifat kewirausahaan itu muncul sebagai akibat dari suatu reformasi budaya.

Sosiologi, sebagai sebuah ilmu yang mengkaji masyarakat dan manusia-manusia yang berada di dalamnya, juga tidak luput untuk membahas fenonema kewirausahaan. Selanjutnya, terinspirasi oleh Weber, David Mc Clelland melanjutkan kajian ini. Bersama dengan Inkeles dan Smith (1961 dalam Fakih, 2008: 51) Mc Clelland melakukan penelitian terhadap tesis Weber mengenai etika Protestan dan pertumbuhan kapitalisme. Menurutnya, jika etika Protestan menjadi pendorong pertumbuhan di Barat, analog yang sama juga bisa untuk melihat pertumbuhan ekonomi.

Mc Clelland, seringkali digolongkan pada kelompok pemikir teori pembangunan dalam kategori teori modernisasi, yaitu yang berpadangan bahwa nasib suatu negara atau bangsa lebih banyak terletak pada faktor non material atau alam psikologi dari penduduknya. Arief Budiman (2000:39) menyatakan bahwa faktor-faktor non material atau ide ini dianggap sebagai faktor yang mandiri, yang bisa dipengaruhi secara langsung melalui hubungan dengan dunia ide yang lain. Karena itu, pendidikan menjadi salah satu cara yang sangat penting untuk mengubah psikologi seseorang atau nilai-nilai budaya sebuah masyarakat.

Berdasarkan penelitian, penelitian ini mendukung teori modernisasi dalam perilaku atau aktifitas ekonomi seseorang. Teori ini dapat memotivasi seseorang dalam perilaku ekonomi berwirausaha. Sebagai contoh bahwa hipotesis utama kapitalisme adalah penguasaan modal sebesr-besarnya.


(45)

Artinya, tiap subyek manusia yang menganut ideologi pembangunan ini diasumsikan akan terus berupaya untuk menguasai modal agar dapat menentukan penguasaan ekonomi. Salah satu upaya menguasai modal adalah dengan menekankan hidup sederhana dan memperbanyak saving sumber dana material agar nantinya dapat dijadikan modal usaha baru atau memperbesar usaha ekonomi yang telah dilakukan. Sesuai dengan yang peneliti, bahwa mahasiswa dalam berwirausaha membutuhkan modal sebagai penguasaan ekonomi, namun modal dapat berjalan sejalan dengan berjalannya usaha. Disisi lain hasil dari keuntungan dapat dikumpulkan untuk dijadikan modal yang nantinya dapat memperbesar usaha yang akan dijalani.

Berkaitan dengan hal tersebut, teori motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan.

Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen-elemen diluar pekerjaan yang


(46)

melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Abraham Maslow (1943;1970) dalam teori kebutuhan mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam Lima tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Penelitian ini juga mendukung teori kebutuhan, karena dari kebutuhan-kebutuha tersebut dapat memotivasi seseorang untuk berwirausaha. Kebutuhan tersebut berdasarkan Hirarki Kebutuhan Maslow antara lain:

1. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

2. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) 3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang

lain, diterima, memiliki)

4. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)

5. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)


(47)

G. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa dalam menjalankan proses berwirausaha dipengaruri oleh motivasi, karena motivasi yang akan memacu semangat mahasiswa untuk terus menjalankan usahan sampai mencapai tujuannya. Motivasi menurut Robbins (dalam Darpujiyanto 2011 : 66) merupakan suatu proses yang menyebabkan intensitas individu, dalam usaha mengarkan terus menerus untuk mencapai tujuan. Motivasi yang mendorong mahasiswa dalam menjalankan proses berwirausaha terbagi menjadi dua hal yaitu motivasi yang ada dalam diri sendiri (intrinsik) dan motivasi dari lingkungan sekitar (Ekstrinsik)

Mahasiswa termotivasi menjadi wirausha dikarenakan didorong oleh kebutuhan-kebutahan dari permasalahan dalam diri, serta coba berinovasi dengan menjadi pengusaha. Hal tersebut didorong dengan keinginan yang kuat sehingga mahasiswa tersebut harus merealisasikannya. Ini merupakan motivasi intrinsik karena motivasi tersebut terdapat pada diri sendiri.

Sedangkan motivasi ekstrinsik yakni motivasi yang berasal dari luar. Seperti mahasiswa termotivasi karena teman pergaulan yang sudah berwirausaha, lingkungan kampus yang membuka peluang untuk berwirausaha, serta motivasi setelah mengikuti sekolah kewirausahaan dan workshop mengenai wirausaha. Dengan hal-hal tersebut mahasiswa termotivasi untuk mengerakan hatinya menjalankan wirausaha.


(48)

Sebelum memulai berwirausha ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses berwirausaha. beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam berwirausaha antara lain:

1. Menemukan ide usaha 2. Memahami minat pasar

3. Perencanaan usaha yang matang

Menjadi seorang wirausaha juga harus dapat memehami hambatan yang akan dialami saat berwirausaha, hambatan tersebut antara lain modal, usia, bakat, tingkat pendidikan, kegagalan, tingkat kreativitas dan lingkungan usaha dalam persaingan. untuk itu seorang wirausahawan harus memiliki watak yang berbeda dengan orang lain, Untuk meningkatkan dan mempertahankan usaha perlu adanya ciri dan sifat seorang wirausaha seperti keuletan dan ketekunan dalam menjalan wirausahawan. Selain itu perlu adanya orientasi kedepan, percaya diri, dan berani mengambil keputusan dengan segala resikonya dalam wirausaha. Dengan adanya watak tersebut, mahasiswa akan percaya diri dan berani menjadi wirausaha. Namun tidak dapat dipungkiri dalam proses berwirausaha mungkin akan mengalami kegagalan, untuk kembali mencoba perlu adanya watak seperti yang dikatakan diatas. tidak dapat dipungkiri, dalam proses berwirausaha juga akan banyak kendala-kendala seperti pemasaran, kurangnya modal, banyak saingan, dan lainya. Tetapi perlu adanya motivasi yang mendorong untuk terus berusaha mencapai tujuan yang ingin dicapai yaitu menjadi wirausahawan.


(49)

Secara individual mahasiswa dalam menjalankan proses wirausaha di dorong dengan tujuan yang ingin dicapai yakni menjadi wirausaha yang sukses. Menjadi wirausaha yang sukses harus mengikuti tahapan dan memperhatikan proses berwirausaha. Selain itu juga harus memiliki ciri dan watak wirausaha dan memiliki motivasi menjadi wirausaha. setelah memalui hal-hal tersebut barulah seseorang dapat dikatakan wirausah sukses.

Berdasarkan hal diatas, secara sistematis dapat digambarkan alur kerangka pemikiran tentang motivasi mahasiswa dalam proses wirausaha sebagai berikut :

Gambar I. Bagan alur kerangka pemikiran tentang motivasi mahasiswa dalam proses wirausaha.

Hal yang Menjadi Motivasi Mahasiswa :

a. Intrinsik b. Ekstrinsik

Proses Wirausaha Mahasiswa a. Menemukan ide usaha b. Memahami minat pasar

c. Perencanaan usaha yang matang

Wirausaha Sukses (Output)


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi (2001:63) bahwa metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek peneliti (seseorang, lembaga, masyaraka, dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana mestinya.

Peneliti sengaja memilih tipe penelitian deskriptif kualitatif karena dirasa sangat cocok untuk menggambarkan apa yang terjadi dilokasi penelitian. Dengan tipe penelitian ini, peneliti dapat mengeksplorasi motivasi serta apa yang dilakukan obyek dilokasi penelitian. Menurut Nawawi dan Hadari (1993:38), penelitian kualitatif objeknya adalah manusia, objek itu diteliti sebagaimana adanaya atau dalam keadaan sewajarnya dan secara naturalistik (natural setting.) Dalam proses penelitian kualitatif, data yang didapatkan berisi perilaku dan keadaan individu secara keseluruhan. Penelitian kualitatif menunjukan pada prosedur riset yang menghasilkan data kualitatif, ungkapan atau catatan orang itu sendiri.


(51)

Penelitian ini berbentuk kualitatif karena data-data yang dikumpulkan di lapangan adalah data-data yang berbentuk kata dan perilaku, kalimat, skema, dan gambar dengan latar alami, manusia sebagai instrumen. Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena sosial yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian perlu ditetapkan guna membatasi study dan berfungsi pula untuk memenuhi kriteria inklusi-eklusi atau memasukan-mengeluarkan (inclusion-ekslusion criteria) suatu informasi baru diperoleh di lapangan. Secara sederhana fokus penelitian adalah fenomena yang menjadi pusat penelitian dari seorang peneliti. Penelitian ini difokuskan pada:

1. hal-hal apa saja yang menjadi motivasi mahasiswa dalam proses berwirausaha. 2. bagaiman mahasiswa menjalani proses berwirausaha

3. kendala atau hambatan yang dialami dalam proses berwirausaha 4. hasil yang didapat dari berwirausaha (wirausaha yang sukses)

C. Penentuan Informan

Teknik penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive sampling, yaitu pemilihan informan dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti berdasarkan tujuan peneliti. Masri Singaribun dan Sofyan Efendi (1989 : 155) Purposive sampling bersifat acak dimana subjek dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan. Kriteria tersebut antara lain adalah:

1. Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 2. Pernah mendapatkan mata kuliah kewirausahaan.


(52)

Dengan menggunakan purposive sampling informan yang ditentukan peneliti adalah para Mahasiswa yang berwirausaha di kota Bandar Lampung yang terdiri dari 8 orang, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Data Identitas Informan Identitas

Informan

Jurusan Angkatan Umur Agama Usaha yang dijalani Informan I Ilmu

Administrasi Negara

2010 20 Islam Lady Fame Shop

(Online Shop) Informan II Ilmu

Administrasi Negara

2009 23 Islam Menjual bahan dan jahitan Kain batik

Senusantara Informan III Ilmu

Komunikasi

2009 22 Islam Jasa Traning Motivasi dan Properti tanah

dan gedung Informan IV Sosiologi 2009 23 Islam Budidaya Konsumsi

dan Pembenihan Ikan Lele

Informan V Ilmu Pemerintahan

2009 22 Islam Menjual Susu My

Golden Duck (Susu Gingseng) Informan VI Ilmu

Komunikasi

2011 19 Islam Menjual pakaian dan aksesoris dari

Yogjakarta Informan

VII

Sosiologi 2010 22 Islam Kafe Kang Mas

(Nasi Goreng tiwul, Jagung Bakar dan

aneka minuman) Informan IX Ilmu

Administrsi Bisnis

2009 22 Islam Rental Komputer dan Jus buah


(53)

Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1995: 208-217) menyatakan bahwa objek penelitian kualitatif diteliti dengan kondisi sebagaimana adanya dalam keadaan sewajarnya atau secara naturalistik (natural setting). Ini berarti bahwa sumber data pada penelitian kualitatif harus berada dalam kondisi sewajarnya. Selanjutnya melalui sumber data, dapat ditemukan lokasi penelitian dengan tidak menetapkan keberadaan dalam satu jumlah lokasi. Namun lokasi penelitian masih berada pada tempat-tempat dalam satu wilayah yaitu kota bandarlampung. Lokasi tersebut juga tidak berada dalam satu lokasi, karena lokasi berwirausaha mahasiswa terpisah-terpisah mengikuti lokasi informan berwirausaha. Seperti yang didapat ada informan yang berwirausaha budidaya ikan lele, lokasinya berada dekat dengan rumahnya. Ada informan yang berwirausaha warung angkringan yang berada disamping stadion pahoman. Ada Mahasiswa yang membuka toko rental komputer dan lokasinya berada di Gedong meneng Bandar Lampung. Selanjunya ada juga mahasiswa yang berwirausaha secara online yang kederadaannya tidak dapat ditetapkan, namun dimana ia berada tetap dapat bertransaksi dengan pembeli melalui online.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka penelitian ini dilakukan di wilayah kota Bandar Lampung, khususnya pada mahasiswa yang menjalankan Proses Berwirausaha di kota Bandar Lampung.

E. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data Primer adalah sumber data utama dalam penelitian yang berasal dari subjek. Sumber data primer dalam penelitian ini yang diperoleh adalah data pengalaman, pemahaman, dan pengetahuan informan dalam berwirausaha. 2. Data Sekunder


(54)

Data Sekunder adalah data-data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis primer. Dari pencatatan fakta yang didapat selama penelitian, peneliti menemukan data yang menjadi salah satu jalannya mahasiswa memulai berwirausaha. Data tersebut adalah proposal Program mahasiswa berwirausaha. Selain itu data yang ditemukan dilapangan juga ada yang berupa alat promosi untuk berwirausaha seperti katalog.

3. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari informan. Upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka informan ditentukan secara purposive sampling pada tahap awal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada narasumber. Wawancara ini dilakukan bersifat terbuka, karena untuk memberi kesempatan kepada informan atau narasumber menjawab sesuai apa yang diketahui informan. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi dan penjelasan yang lebih mendalam tentang permasalahan penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menggali hal-hal apa saja yang menjadi motivasi mahasiswa dan bagaiman mahasiswa menjalani proses berwirausaha. penelitian melakukan wawancara dengan cara membuat janji terlebih dahulu untuk wawancara dan melakukan wawancara secara langsung. Selanjutnya peneliti juga mendatangi lokasi


(55)

mahasiswa yang berwirausaha untuk melakukan wawancara selanjutnya. Tidak berhenti sampai disini, peneliti juga mewawancarai beberapa konsumen yang menjadi pelanggan dan orang-orang tedekat informan untuk mengali informasi yang lebih lengkap.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen yang tertulis. Data-data tersebut berupa buku-buku, majalah, koran, artikel, foto, maupun dokumentasi yang dilakukan pihak lain. Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini berupa foto-foto proses berwirausaha mahasiswa dilokasi berlangsungnya mahasiswa menjalani usahanya. Foto-foto ini didapat saat peneliti mendatanggi lokasi mahasiswa berwirausaha. Hal ini dilakukan untuk menambah dan memperkuat informasi yang didapat dari hasil wawancara.(Lampiran)

3. Observasi

Teknik observasi yaitu metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok seecara langsung dilokasi penelitian. Data observasi ini tentu saja tidak didapat melalui wawancara atau dokementasi. Namun peneliti melihat dan mengamati informan saat berwirausaha (berdagang) secara langsung di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.


(56)

Teknik Analisis data merupakan suatu proses pengolahan, penggolongan, manipulasi pengorganisasian dan penyimpulan data untuk memperoleh jawaban dari penelitian yang sedang diteliti. Menurut Soetandyo dalam Sofyan Affendi (1998:328-329) tujuan analisa data adalah memperoleh hal-hal yang penting dan menentukan tentang kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini, adalah:

1. Reduksi data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk aplikasi yang meragamkan, mengelompokkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi ketat dari ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan ke dalam suatu pola yang lebih luas. Pada saat pengumpulan data dilakukan reduksi data dengan memuat ringkasai isi dari catatan yang diperoleh di lapangan. Dalam penyusunan ringkasan, peneliti memusatkan tema pada fokus penelitian. Dengan demikian kesimpulan penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan menurut kaidah metode penelitian kualitatif berdasarkan realita obyektif di lapangan.

2. Penyajian data (display data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta cara yang utama bagi analisa kualitatif. Dalam penyajian data ini sangat membutuhkan kemampuan interpretative yang baik pada si peneliti sehingga dapat menyajikan data secara lebih baik.


(57)

Penyajian data dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang berisi penjelasan atau anilisis terhadap hal-hal yang dibahas dalam penelitian. Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian.

3. Verifikasi

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola, hubungan persamaan, dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan dan Pardiyansyah Arfan. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi. Jakarta : Pustaka Sinar harapan

Ahmad. 2010. http://nisashare.blogspot.com/2012/02/ peranan kewirausahaan .html. (Diunduh pada tanggal 02 Desember 2012) Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta

Albany. 2005. http://kesos.unpad.ac.id/?p=689 (diunduh pada tanggal 19 Juli 2013)

Amri, Ulil. 2010. Motivasi Mahasiswa Aktif Di Dalam Organisasi Ekstrakurikuler. Tidak terbit

Arif dan Nian. 2010. Berani Hidup Kaya, Jurus Jitu Menjadi Entrepreneur Andal. Yogyakarta : Pustaka Timur

Darpujiyanto. 2011. Motivasi Mahasiswa Untuk Berkarir Sebagai Wirausaha. Tidak terbit

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi

Aksara

Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : Gaung Persada pres


(59)

Nawawi, H dan MH Mimi. 1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta : . Universitas Gadjah mada.

Sadirman. 2003. Interaksi dan Motivasi belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Singaribun dan Sofyan Efendi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP#ES

Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan. , Yogyakarta : Kanisius.

Sukmana, U. D. 2008. Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Menumbuhkan Motivasi Wirausaha. Equilibrium, vol 4, No 8, juli Desember 2008 : 1-23.sss

Sukirno. 2012. http : ungkypratiwii.wordpress.com/2012/04/29/ pengangguran (diunduh pada 23 Januari 2013, pukul 16.00 WIB) Suryana. 2001. Kewirausahaan, Jakarta : Selemba Empat

... 2012. Panduan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Bandarlampung : Universitas Lampung

Sumber lain :

www.suaramerdeka.com, (Diunduh tanggal 02 Desember 2012) www.teknokra.com, (Diunduh tanggal 16 Januari 2013)


(1)

Data Sekunder adalah data-data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam analisis primer. Dari pencatatan fakta yang didapat selama penelitian, peneliti menemukan data yang menjadi salah satu jalannya mahasiswa memulai berwirausaha. Data tersebut adalah proposal Program mahasiswa berwirausaha. Selain itu data yang ditemukan dilapangan juga ada yang berupa alat promosi untuk berwirausaha seperti katalog.

3. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini berasal dari informan. Upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dengan fokus penelitian, maka informan ditentukan secara purposive sampling pada tahap awal.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara bertanya langsung kepada narasumber. Wawancara ini dilakukan bersifat terbuka, karena untuk memberi kesempatan kepada informan atau narasumber menjawab sesuai apa yang diketahui informan. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi dan penjelasan yang lebih mendalam tentang permasalahan penelitian. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk menggali hal-hal apa saja yang menjadi motivasi mahasiswa dan bagaiman mahasiswa menjalani proses berwirausaha. penelitian melakukan wawancara dengan cara membuat janji terlebih dahulu untuk wawancara dan melakukan wawancara secara langsung. Selanjutnya peneliti juga mendatangi lokasi


(2)

44

mahasiswa yang berwirausaha untuk melakukan wawancara selanjutnya. Tidak berhenti sampai disini, peneliti juga mewawancarai beberapa konsumen yang menjadi pelanggan dan orang-orang tedekat informan untuk mengali informasi yang lebih lengkap.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dipergunakan untuk menghimpun berbagai data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen yang tertulis. Data-data tersebut berupa buku-buku, majalah, koran, artikel, foto, maupun dokumentasi yang dilakukan pihak lain. Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini berupa foto-foto proses berwirausaha mahasiswa dilokasi berlangsungnya mahasiswa menjalani usahanya. Foto-foto ini didapat saat peneliti mendatanggi lokasi mahasiswa berwirausaha. Hal ini dilakukan untuk menambah dan memperkuat informasi yang didapat dari hasil wawancara.(Lampiran)

3. Observasi

Teknik observasi yaitu metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok seecara langsung dilokasi penelitian. Data observasi ini tentu saja tidak didapat melalui wawancara atau dokementasi. Namun peneliti melihat dan mengamati informan saat berwirausaha (berdagang) secara langsung di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.


(3)

Teknik Analisis data merupakan suatu proses pengolahan, penggolongan, manipulasi pengorganisasian dan penyimpulan data untuk memperoleh jawaban dari penelitian yang sedang diteliti. Menurut Soetandyo dalam Sofyan Affendi (1998:328-329) tujuan analisa data adalah memperoleh hal-hal yang penting dan menentukan tentang kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini, adalah:

1. Reduksi data

Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data yang muncul catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk aplikasi yang meragamkan, mengelompokkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Cara yang dipakai dalam reduksi data dapat melalui seleksi ketat dari ringkasan atau uraian singkat dan menggolongkan ke dalam suatu pola yang lebih luas. Pada saat pengumpulan data dilakukan reduksi data dengan memuat ringkasai isi dari catatan yang diperoleh di lapangan. Dalam penyusunan ringkasan, peneliti memusatkan tema pada fokus penelitian. Dengan demikian kesimpulan penelitian ini adalah hasil penelitian yang dilakukan menurut kaidah metode penelitian kualitatif berdasarkan realita obyektif di lapangan.

2. Penyajian data (display data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi yang tersusun dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta cara yang utama bagi analisa kualitatif. Dalam penyajian data ini sangat membutuhkan kemampuan interpretative yang baik pada si peneliti sehingga dapat menyajikan data secara lebih baik.


(4)

46

Penyajian data dilakukan dengan menggunakan kalimat-kalimat yang berisi penjelasan atau anilisis terhadap hal-hal yang dibahas dalam penelitian. Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian.

3. Verifikasi

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu mencari pola, hubungan persamaan, dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang jelas kebenarannya dan kegunaannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan dan Pardiyansyah Arfan. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi. Jakarta : Pustaka Sinar harapan

Ahmad. 2010. http://nisashare.blogspot.com/2012/02/ peranan kewirausahaan .html. (Diunduh pada tanggal 02 Desember 2012) Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta

Albany. 2005. http://kesos.unpad.ac.id/?p=689 (diunduh pada tanggal 19 Juli 2013)

Amri, Ulil. 2010. Motivasi Mahasiswa Aktif Di Dalam Organisasi Ekstrakurikuler. Tidak terbit

Arif dan Nian. 2010. Berani Hidup Kaya, Jurus Jitu Menjadi Entrepreneur Andal. Yogyakarta : Pustaka Timur

Darpujiyanto. 2011. Motivasi Mahasiswa Untuk Berkarir Sebagai Wirausaha. Tidak terbit

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi

Aksara

Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta : Gaung Persada pres


(6)

Maslow Abrahan. 1993. http://mikaelfajar.wordpress.com/2013/03/08/ teori-kebutuhan (Diunduh pada tanggal 19 juli 2013)

Nawawi, H dan MH Mimi. 1993. Penelitian Terapan. Yogyakarta : . Universitas Gadjah mada.

Sadirman. 2003. Interaksi dan Motivasi belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Singaribun dan Sofyan Efendi. 1998. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : LP#ES

Soetrisno, Loekman. 1997. Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan. , Yogyakarta : Kanisius.

Sukmana, U. D. 2008. Peran Pendidikan Kewirausahaan dalam Menumbuhkan Motivasi Wirausaha. Equilibrium, vol 4, No 8, juli Desember 2008 : 1-23.sss

Sukirno. 2012. http : ungkypratiwii.wordpress.com/2012/04/29/ pengangguran (diunduh pada 23 Januari 2013, pukul 16.00 WIB) Suryana. 2001. Kewirausahaan, Jakarta : Selemba Empat

... 2012. Panduan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Bandarlampung : Universitas Lampung

Sumber lain :

www.suaramerdeka.com, (Diunduh tanggal 02 Desember 2012) www.teknokra.com, (Diunduh tanggal 16 Januari 2013)


Dokumen yang terkait

Studi dokumentasi tentang kecenderungan penelitian mahasiswa departemen ilmu komunikasi fakultas ilmu social dan ilmu politik Universitas Sumatra Utara 2010 - 2013

0 26 123

Peran Mahasiswa Terhadap Kebersihan Lingkungan Kampus (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

88 650 92

DAMPAK KEKERASAN DALAM BERPACARAN (Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember)

0 11 16

DAMPAK KEKERASAN DALAM BERPACARAN Studi Kasus pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember

0 7 16

PERAN ORANGTUA DALAM MEMPENGARUHI ANAK MEMILIH JURUSAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)

0 7 2

PERAN ORANGTUA DALAM MEMPENGARUHI ANAK MEMILIH JURUSAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)

0 7 2

FENOMENA GOLONGAN PUTIH DI KALANGAN MAHASISWA PADA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung)

4 27 84

FENOMENA JILBOOBS DI KALANGAN REMAJA (Studi pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung)

0 4 83

KEPUASAN KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM PROSESPEMBIMBINGAN SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU SOSIAL KEPUASAN KOMUNIKASI MAHASISWA DALAM PROSES PEMBIMBINGAN SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA.

0 2 17

Pengelompokoan Mahasiswa Di Kampus (Studi Kasus di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)

0 0 8