digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✢ ✣
Di samping kondisi pendidikan yang tidak seimbang, keadaan masyarakat pun begitu mempengaruhi pemikiran KH. Abdul Halim di bidang pendidikan.
Kemiskinan dan keterbelakangan penduduk pribumi mayoritas merupakan kaum muslimin. Hampir semua sumber penghidupan duniawi dikuasai oleh masyarakat
bukan muslim. Keterbelakangan disebabkan oleh rendahnya pendidikan yang diterima oleh kaum muslimin. Dengan kebodohan itu, kaum muslimin banyak
meninggalkan perintah Allah SWT dan justru, karena kebodohannnya itu, banyak menjalankan larangannya. Kalau pendidikan yang baik diberikan kepada kaum
muslimin, niscaya mereka tidak akan hidup dalam keterbelakangan.
32
Meskipun kondisi kaum muslimin seperti itu, bukan berarti mereka tidak dapat mengubah nasibnya. Salah satu sumber perubahan itu adalah mengurangi
pertentangan di antara kaum muslimin mengenai latar belakang pendidikannya. Perasaan bahwa lulusan sekolah lebih maju pengetahuannya dan lulusan pesantren di
pandang lebih lemah atau sebaliknya, harus dihilangkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sulit memang menyatukan pendapat yang berbeda itu, sehingga
mendorong KH. Abdul Halim memikirkan cara lain, yakni membangun suatu sistem pendidikan yang mengintegrasikan kedua sistem pendidikan itu. Dengan perkataan
lain, KH. Abdul Halim meyakini bahwa memperbaharui pendidikan akan membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat.
32
Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan KH. Abdul Halim Bandung: Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2008, 67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✤
6
Salah satu kegiatan yang menonjol adalah pertolongan kepada para pelajar dengan membentuk Jam’iyyat I’ānatul al-Muta’allimīn. Antara tahun 1917-1920
telah dibangun 40 Madrasah, sebagian besar di Jawa dengan metode pengajaran modern yang pada saat itu mendapat tentangan dari berbagai pihak. Pada Kongres IX
Persyarikatan Oelama, KH. Abdul Halim melahirkan ide untuk membangun sebuah pesantren, dimana santri tidak saja belajar agama tetapi juga dilatih berbagai
kerajinan dan keterampilan, sesuai dengan bakat masing-masing.
33
Pesantren ini bernama Santi Asromo.
Dalam mengembangkan bidang pendidikan, KH. Abdul Halim juga memperluas usaha di bidang dakwah dengan menjalin hubungan beberapa organisasi,
seperti Muhammadiyah, Sarekat Islam, dan Ittihad al-Islamiyah AII. Selain itu KH. Abdul Halim juga mendirikan berbagai perusahaan, antara lain pada tahun 1927,
beliau membeli dua setengah hektar tanah untuk pertanian, sebuah percetakan pada tahun 1930 dan sebuah perusahaan tenun pada tahun 1939. Untuk segala keperluan di
bidang perusahaan ini semua guru-guru Persyarikatan Oelama diwajibkan untuk menanam saham di perusahaan tersebut, sesuai dengan kemampuan. Tujuannya, agar
perusahaan berkembang pesat.
34
Dengan menjadikan Persyarikatan Oelama sebagai organisasi perjuangannya, KH. Abdul Halim mulai melangkahkan kakinya untuk menggapai cita-citanya, yakni
33
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, 100.
34
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksra, 2004, 169.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✥ ✦
memperbaiki umat dari keterpurukan.
35
Sebagaimana organisasi-organisasi lainnya, Persyarikatan Oelama juga menyelenggarakan tabligh dan mulai tahun 1930
menerbitkan majalah dan brosur sebagai media penyebaran cita-citanya.
36
Melalui tabligh, acara Maulidan misalnya, KH. Abdul Halim selalu memperjuangkan hak-hak
umat Islam khususnya dalam menjalani kehidupannya. Acara itu selalu dihadiri oleh banyak masyarakat, mereka mendatangi tempat KH. Abdul Halim berceramah
dengan arak-arakan.
37
Selain melalui tabligh, perjuangannya menuntut hak-hak umat Islam dilakukan juga secara langsung dengan mempertanyakan kebijkan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Hindia Belanda. Hal-hal yang dibicarakan adalah beberapa permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam seperti masalah upaya memasukkan
pelajaran agama dalam kurikulum sekolah umum. KH. Abdul Halim menuntut agar ajaran Islam dijadikan sebagai bagian dari sekolah umum agar para siswa mendapat
pengetahuan dunia dan akhirat secara seimbang. Ajaran Islam perlu dimasukkan ke dalam kurikulum, mengingat sebagian besar siswa sekolah umum itu beragama
Islam.
38
35
Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan KH. Abdul Halim Bandung: Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2008, 46.
36
Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 Jakarta: LP3ES, 1980, 83
37
Miftahul, Riwayat Perjuangan, 47.
38
Ibid., 48.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB IV PERANAN KH. ABDUL HALIM DALAM PERSYARIKATAN OELAMA
A. Peranan di Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, KH. Abdul Halim banyak memberikan dorongan kepada para santrinya untuk giat melawan kebiasaan malas. KH. Abdul Halim
menekankan bahwa, bagi kaum muslimin wajib melawan kebiasaan malas untuk berusaha mencari rizqi karunia dari Allah SWT. Untuk itu, KH. Abdul Halim
berusaha agar para santrinya mau bekerja keras dalam bidang ekonomi, seperti berdagang, bertani, berternak dan bidang kerajinan kayu.
1
Menurut KH. Abdul Halim, suatu pekerjaan merupakan lapangan hidup yang bisa membentuk kehidupan sehari-hari. Untuk itu, diperlukan ketekunan dan
kreativitas guna mencapai kehidupan yang lebih baik. KH. Abdul Halim juga mengajarkan kepada para santri dan masyarakat sekitar untuk mengembangkan sikap
hidup hemat. Hidup tidak boros berarti investasi yang termasuk upaya menjaga keamanan financial dalam kehidupan masa depan.
2
Usaha yang dilakukan oleh KH. Abdul Halim mendapat perhatian dan simpati dari mertuanya, KH. Muhammad Ilyas. Dengan dukungan mertuanya serta
masyarakat sekitar dan perkembangan para santri, maka muncullah gagasan untuk
1
Deliar Noer, Gerakan Modern Isalam di Indonesia 1900-1942 Jakarta: LP3ES, 1980, 83.
2
Dartum Sukarsa, Potret KH. Abdul Halim Dalam Eksistensi Nasionalisme dan Perbaikan Umat 1887-1962 Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa, 2007, 31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✧ ★
membentuk wadah atau organisasi, yang diberi nama Hayatul Qulub. Melalui organisasi Hayatul Qulub, KH. Abdul Halim berusaha untuk mendorong santri dan
masyarakat sekitar untuk menguasai pasar guna menghadapi saingan para pedagang China yang sedang menguasai pasar.
Pada tahun 1911 M sekembalinya KH. Abdul Halim ke tanah air, pergerakan nasional mulai tumbuh sebagai perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda.
Gemuruh pergerakan nasional pun ikut memancing KH. Abdul Halim untuk mulai memikirkan kondisi masyarakat kolonial yang tidak seimbang sehingga berusaha
untuk memperbaikinya. KH. Abdul Halim berkesimpulan bahwa keadaan kaum muslimin saat ini disebabkan oleh ketidakadilan politik ekonomi yang diterapkan
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
3
Kondisi yang berbeda juga diperlihatkan oleh masyarakat China yang secara ekonomi jauh lebih mapan daripada kaum muslimin. Namun demikian, tidak serta
merta kesalahan itu ditunjukan kepada Pemerintah Hindia Belanda. KH. Abdul Halim melihat bahwa persatuan atau ukhuwah Islamiyyah masih begitu rendah untuk saling
membantu diantara mereka, sehingga para pedagang muslim tidak mampu bersaing dengan para pedagang China, dikarenakan ketersediaan modal yang tidak sebanding.
Pedagang China biasanya akan dengan mudah memperoleh pinjaman, sedangkan pedagang muslim akan sangat sulit memperoleh dana pinjaman. Ini
3
Miftahul Falah, Riwayat Perjuangan KH. Abdul Halim Bandung: Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat, 2008, 29.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✩ ✪
disebabkan oleh kebijakan politik ekonomi kolonial yang lebih menguntungkan pedagang China.
4
Bukan karena para pedagang muslim tidak memiliki keterampilan berdagang, melainkan karena aturan yang sudah diterapkan oleh Pemerintah Hindia
Belanda, sehingga sangat menguntungkan bagi pedagang China. Dalam struktur sosial masyarakat kolonial, masyarakat China menempati kelas dua sedangkan
muslim ditempatkan pada kelas tiga. Masyarakat China pun dijadikan sebagai pedagang perantara, sehingga mereka menguasai perekonomian Hindia Belanda.
Dengan kondisi seperti itu, KH. Abdul Halim tergerak hatinya untuk mengubah keadaan masyarakatnya. Tidak dengan cara memberikan kucuran dana
kepada para pedagang tetapi dengan cara membangun dan membina semangat saling membantu diantara para pedagang muslim. Untuk tujuan itu, enam bulan
sekembalinya dari Makkah atau sekitar awal tahun 1912 M, KH. Abdul Halim mendirikan Hayatul Qulub yang berarti Kehidupan Hati. Organisasi Hayatul Qulub
ini tidak jauh berbeda seperti koperasi simpan pinjam. Meskipun bidang garapan utamanya adalah ekonomi, namun Hayatul Qulub pun juga bergerak di bidang
pendidikan.
5
Kegiatan pengajian kecil-kecilan yang diselenggarakan oleh KH. Abdul Halim dijadikan sebagai bagian dari aktivitas Hayatul Qulub.
Awal mula Hayatul Qulub beranggota enam puluh orang yang terdiri dari pedagang dan petani. Mereka dibangun kesadarannya tentang betapa pentingnya
4
Mastuki at el, Intelektualisme Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren Jakarta: Diva Pustaka, 2003, 183.
5
Deliar Noer, Gerakan Modern Di Indonesia 1900-1942 Jakarta: LP3ES, 1980, 81.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✫ ✬
semangat saling membantu agar mereka mampu bersaing dengan para pedagang China. Oleh karena sifatnya seperti koperasi, Pemerintah Hindia Belanda tidak
melarang keberadaan Hayatul Qulub, sehingga dengan bebas KH. Abdul Halim mulai membangun dan membina semangat gotong royong di antara para pedagang muslim,
khususnya yang menjadi anggota Hayatul Qulub. Di antara barang perdagangan yang dikuasai oleh pedagang China adalah
kain. Para pedagang muslim tidak mampu bersaing dengan para pedagang China dalam memasarkan kain, khususnya batik. Kain batik yang diperoleh para pedagang
muslim sampai ke konsumen jauh lebih mahal daripada yang didagangkan oleh para pedagang China. Menurut pemikiran KH. Abdul Halim, agar harga kain tidak terlalu
mahal, mereka harus mampu memotong alur distribusi kain. Akan tetapi, hal tersebut sangat sulit untuk diwujudkan karena sistem ekonomi yang diciptakan oleh
Pemerintah Hindia Belanda tidak berpihak kepada pedagang muslim. Oleh karena itu, Hayatul Qulub kemudian merencanakan membangun sebuah
pabrik tenun yang nantinya akan memproduksi kain. Dengan memproduksi sendiri, kain bisa lansung dipasarkan ke konsumen sehingga harganya menjadi tidak lebih
mahal daripada harga kain yang dipasarkan oleh para pedagang China. Akan tetapi, rencana membangun pabrik tenun itu terhambat oleh ketiadaan dana. Kondisi tersebut
yang mendorong KH. Abdul Halim meminta kepada setiap anggota untuk membayar iuran masuk sebesar sepuluh sen dan iuran mingguan sebesar lima sen. Dengan dana
dari para anggota itulah, Hayatul Qulub berhasil mendirikan sebuah pabrik tenun di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
✭ ✮
Majalengka. Tidak ada data mengenai produksi kain yang dihasilkan oleh pabrik tenun itu, namun setidaknya melalui Hayatul Qulub kesadaran untuk saling
membantu telah mulai terbentuk diantara para pedagang muslim.
6
Pembinaan yang dilakukan oleh KH. Abdul Halim dianggap sebagai ancaman oleh para pedagang China. Pada saat itu persaingan ekonomi antara pedagang muslim
dan pedagang China kerap menimbulkan pertikaian.
7
Konflik itu memang tidak sampai mengakibatkan terjadinya kerusuhan anti China, yang pada masa itu kerap
terjadi di berbagai daerah di Hindia Belanda. Konflik itu sendiri sebenarnya lebih disebabkan oleh sikap superioritas etnis China terhadap penduduk muslim, sebagai
dampak dari keberhasilan Revolusi China tahun 1911. Melihat prestasi yang dicapai KH. Abdul Halim, pemerintah kolonial Belanda
mulai menaruh curiga. Secara diam-diam, mereka mengutus Politiek Inlichtingen Dienst Polisi Rahasia, untuk mengawasi gerak-gerik KH. Abdul Halim dan setiap
orang yang dicurigai. Akhirnya pada tahun 1915, pemerintah kolonial membubarkan Hayatul Qulub, sebab organisasi ini penyebab terjadinya beberapa kerusuhan,
utamanya kerusuhan yang terjadi antara pedagang muslim dan pedagang China.
8
Meskipun Hayatul Qulub telah dibubarkan, namun aktivitas perekonomian yang
6
Dartum Sukarsa, Potret KH. Abdul Halim Dalam Eksistensi Nasionalisme dan Perbaikan Umat 1887-1962 Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa, 2007, 58.
7
Deliar, Gerakan Modern, 81.
8
Mastuki at el, Intelektualisme Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Keemasan Pesantren Jakarta: DIVA PUSTAKA, 2003, 183.