13 meskipun para pelajar tersebut masih berusia muda Sewan Susanto,
1985:13. Untuk menyesuaikan dengan pertahanan Kelaskaran Rakyat
Pemerintah RI mengikutsertakan para pelajar dalam perjuangan perang kemerdekaan, maka Ikatan Pelajar Indonesia IPI, membentuk bagian
pertahanan yaitu IPI Pertahanan. Untuk menghadapi serangan Belanda, Pemerintah RI berusaha memperkuat pertahanannya dengan mengerahkan
segenap kelaskaran rakyat dan organisasi pelajar, termasuk yang tergabung dalam pasukan pelajar IPI-Pertahanan. Dengan persetujuan
Markas Besar Tentara Keamanan Rakyat MB-TKR, pasukan resimen pelajar dijadikan pasukan khusus pelajar dengan nama Tentara Pelajar.
Tentara Pelajar di Yogyakarta yang menjadi pusat dari Tentara Pelajar Jawa Tengah, yang diresmikan pada tanggal 17 Juli 1946 oleh Dr.
Mustopo dan Markas Pertahanan berada di Lapangan Pingit Yogyakarta Sewan Susanto, 1985:18-22.
B. Penelitian yang relevan
Dalam skripsi Djati Pratiwi tahun 2003 dengan judul Peran Tentara Pelajar dalam Pertempuran 4 Hari di Solo tanggal 7-10 Agustus 1949,
mengemukakan bahwa Jepang menduduki Indonesia dalam waktu yang relative singkat yaitu hanya tiga setengah tahun. Jepang menyerah kepada
Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Proklamasi
kemerdekaan yang dirasakan Bangsa Indonesia tidak semua seratus persen
14 dirasakan bangsa Indonesia karena kembali kedatangan Belanda yang
kedua kalinya yang harus dihadapi oleh seluruh rakyat Indonesia pada umumnya dan TNI dan Para Tentara Pelajar pada khususnya. Di Solo,
Tentara Pelajar harus menghadapi Tentara Belanda yang ingin menduduki kota dengan tujuan meluaskan daerah kekuasaan dan ingin menunjukkan
pada dunia bahwa TNI sudah musnah dan RI hancur. Akibat dari penyerangan Belanda di Kota Solo, maka masyarakat Solo membalas
serangan Belanda dengan Serangan umum pada tanggal 7-10 Agustus 1949.
Perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian yang relevan di atas yaitu dalam hal Metode Pendekatan. Jika
dalam penelitian
Djati Pratiwi
menggunakan pendekatan
Multidimensional, Sedangkan dalam penelitian yang berjudul Peran Masyarakat Kebonbimo Dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar
SACSA Pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948-1949 menggunakan pendekatan sosial-politik.
Penelitian yang dilakukan Ani Olivia tahun 2005 yang berjudul Peran Tentara Pelajar Batalyon 200 Salatiga dalam Perjuangan
Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Salatiga Tahun 1945-1949. Penelitian ini mengemukakan tentang rasa patriotisme dan
nasionalisme pemuda pelajar sudah mulai ditanamkan pada masa penjajahan Belanda khususnya di Salatiga. Dibuktikan dengan berdirinya
Angkatan Muda Republik Indonesia AMRI yang bermarkas di jalan Tentara Pelajar Salatiga. AMRI merupakan cikal bakal Tentara Pelajar
15 Batalyon 200 di Salatiga. Sebagai penghargaan terhadap perjuangan Ex
Tentara Pelajar pemerintah mendirikan Monumen di jalan Tentara Pelajar Salatiga. Dasarnya adalah di sepanjang jalan itulah para pejuang AMRI
yang menjadi cikal bakal Tentara Pelajar Batalyon 200 sebagai tempat asrama pasukan Yamadipa dan pasukan Pringgondani. Perbedaan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian yang relevan di atas yaitu dalam hal Metode Pendekatan. Jika dalam penelitian Ana Ovilia
menggunakan pendekatan militer dan politik. Sedangkan dalam penelitian yang berjudul Peran Masyarakat Kebonbimo Dalam Mendukung
Perjuangan Tentara Pelajar SACSA Pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948-1949 menggunakan pendekatan sosial-politik.
16
C. Kerangka berpikir