Akhir Hayat K.H.A Wahid Hasyim

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id kira pukul 7 pagi berangkat dari rumah berjalan perlahan dikawal oleh barisan polisi bersepeda motor, pandu Anshor serta barisan auto. Di lapangan terbang Kemayoran juga sudah banyak orang yang menanti. Setibanya auto jenazah dan barisan pengiring di lapangan terbang, maka peti jenazah di turunkan dari auto dengan perlahan, kemudian di naikkan kedalam pesawat GIA yang sengaja dicarter buat keperluan pengangkutan jenazah ke Surabaya. setelah peti Jenazah di tempatkan dan diatur dengan sempurna dalam pesawat, lalu Sekretaris Jenderal Mohd. Kafrawi memanggil orang-orang yang ikut satu persatu menaiki pesawat terbang. Setelah segala sesuatu berjalan dengan tertib dan suasana berkabung kira- kira pukul 8 pesawat mulai bergerak , berjalan sedikit demi sedikit naik meninggi meninggalkan lapangan terbang Kemayoran, dilepaskan orang-orang yang turut menghantarkan jenazah itu dengan rasa terharu. 41 Kira-kira pukul 10.30 pagi hari itu, pesawat GIA yang membawa jenazah, mendarat dilapangan terbang Perak Surabaya. jenazah diterima oleh Panitia Penyambutan Jenazah yang diketuai oleh K.H Abd, Cholik, adik dari almarhum. Dilapangan Perak sudah banyak orang yang datang menyambut, diantaranya tampak Gubernur Jawa Timur Samadikun, Panglima Divisi Brawijaya Let. Kol. Sudirman, alim ulama serta wakil-wakil pemerintah sipil dan militer. 41 Ibid., 197. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Setelah peti jenazah diturunkan dari pesawat, lalu di pindahkan kedalam ambulan kepunyaan Angkatan Darat Divisi Brawijaya. Penyambutan berjalan dengan tertib dan dalam suasana berkabung. Keamanan diatur oleh Barisan Mobile Brigade, tentara, polisi lalu lintas dan pandu anshor. Sejak dari lapangan terbang sampai memasuki kota Surabaya, disepanjang jalan banyak rakyat, terutama murid-murid madrasah berdiri dipinggir jalan untuk memberikan penghormatan yang terakhir serta rasa berduka cita. Ambulan yang mengangkut dihiasi dengan karangan bunga dikawal oleh barisan poilisi polisi lalu lintas, pandu anshor, barisan bersepeda serta auto orang- orang yang turut mengantar yang berjumlah tidak kurang dari 120 buah, dan panjangnya iring-iringan kurang lebih 2 km. Dibelakang ambulan yang membawa jenazah, tampak auto keluarga almarhum. 42 Karena sengaja desakan masyarakat Sepanjang, terpaksalah jenazah diberhentikan sebentar dan oleh berpuluh-puluh orang yang mengerumuni itu kemudian dibacakan tahlil dan beberapa ayat Suci al- Qur’an sebagai tanda ikut berkabung dan duka citanya. Begitu sepanjang jalan deretan masyarakat yang ikut menyambut, kemudian sampai di Kriyan memaksa minta supaya ambulan jenazah dihentikan, tepat didepan Masjid Kriyan jenazah diberhentikan sebentar dan dibacakan pula ayat-ayat suci al- Qur’an. 42 Ibid., 299. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Begitulah ditiap-tiap kota kecil masyarakat sama menununggu dan mencoba ingin menghentikan untuk menyatakan ikut berduka citanya, setelah didua tempat tersebut maka untuk tidak menghambat jalanya ambulan jangan sampai terlambat, maka oleh Kyai Abd. Cholik permintaan itu ditolak, berhubung waktu sudah sore takut kalau kemalaman sampai di Tebuireng. Kira-kira pukul 2 kurang seperempat ambulan serta iring-iringan yang mengantar tiba di Tebuireng, tempat kelahiran almarhum, dan dimana jenazah akan dimakamkan. Oleh karena sangat benyaknya manusia yang menunggu, maka rombongan pengantar tidak dapat bergerak hanya ambulan serta auto yang ditumpangi keluarga almarhum dapat berjalan langsung masuk halaman rumah. Jenazah almarhum setibanya dirumah terus disembahyangkan berganti- ganti oleh rakyat serta alim ulama yang datang dari berbagai daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah serta murid-murid Pesantren Tebuireng, berlangsung dari jam dua siang hingga jam empat sore baru selesai. 43 Perlu diterangkan, bahwa pemakaman belum dapat dilangsungkan karena masih menunggu kedatangan adik almarhum, yang nomor empat Letnan satu Mohd. Yusuf datang dengan dikawal oleh tentara. Setelah ia melihat wajah kakaknya yang terakhir, barulah pemakaman dilangsungkan. Selesai jenazah dikuburkan, maka oleh Ketua Panitia Penyambutan atas nama keluarga dan panitia menyatakan banyak terima kasih atas nama keluarga dan 43 Ibid., 299. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id panitia menyatakan banyak atas segala perhatian dan pertolongan yang telah diberikan pihak Pemerintah sipil dan militer serta organisasi, terutama alim ulama yang telah memimpin dan menyelenggarakan pemakaman yang telah berlangsung dengan sebaik-baiknya. Kemudian Menteri Agama K. Fakih Usman selaku wakil pemerintah berbicara, mengenangkan jasa almarhum K.H.A. Wahid Hasyim yang telah disumbangkan kepada bangsa dan negara serta agama. Akhirnya berbicara pula berturut-turut salah seorang kyai atas nama alim ulama dan K.H. Abd. Wahab Hasbullah atas nama PBNU. Beberapa hari setelah adanya peristiwa yang sangat menyedihkan tampak bahwa suasana berkabung dalam kota Jombang masih tampak, dengan adanya dari beberapa kawan dan bekas murid-murid Tebuireng dari jauh pada waktu itu tidak dapat ikut serta menghantarkan jenazah Alm. K.H.A. Wahid Hasyim, tampak berderet-deret mobil dan truk datang dari daerah-daerah yang jauh, terutama dari daerah Madura dan Bali. Demikianlah upacara pemakaman selesai kira-kira pukul 5 sore. Kembalilah semua orang yang turut dalam upacara pemakaman itu dengan rasa masghul dan terharu sambil berkata kepada diri masing-masing. K.H.A. Wahid Hasyim seorang yang berpengaruh, masih banyak cita-cita yang akan dikerjakannya, masih membumbung tinggi himmah dan azamnya untuk memperbaiki nasib umat, masih muda usianya, dan dalam keadaan sehat serta segar bugar, kini ia telah beralih ke alam baqa’ untuk menghadap Ilahi. 44 44 Ibid., 301. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III LATAR BELAKANG BERDIRINYA KEMENTERIAN AGAMA DI

INDONESIA

A. Periodesasi Berdirinya Kementerian Agama

1. Masa Jepang

Setelah Jepang dapat mengontrol wilayah Indonesia, Jepang mulai mencari cara agar mendapat bantuan dari bangsa Indonesia, terutama komunitas Muslim dan pemimpin nasional, agar memperkuat posisinya di Indonesia. Pada mulanya, penguasa Jepang menyatukan pemimpin bangsa Indonesia: Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan K.H. Mas Mansur, pemimpin yang berperan semasa penjajahan Belanda dengan diberikan kepercayaan kepada mereka dalam mengontrol urusan negara, terutama menyiapkan dasar berdirinya Negara Republik Indonesia pada tahun 1945. Di samping itu, untuk mendapatkan simpati dari kalangan Muslim, bangsa Jepang mulai mengadakan kontak dengan ulama’. Dengan demikian, ulama’ kemudian muncul sebagai salah satu elemen yang sangat penting dalam perpolitikan bangsa Indonesia. Bangsa Jepang menyadari pentingnya mempunyai sebuah federasi yang memayungi segala bentuk organisasi keagamaan Islam sehingga seluruh pemimpin umat Islam berkumpul dan dapat disatukan, yang dengan demikian umat Islam lebih mudah diberdayakan guna membantu keinginan bangsa Jepang. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Untuk itu bangsa Jepang memperbolehkan kembali berdirirnya MIAI pada tahun 1942, akan tetapi belum genap setahun, federasi ini dilarang dan kemudian diganti dengan Masyumi Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1943. Masyumi adalah federasi umat Islam yang bergerak di luar masalah perpolitikan. Sebagai figur utama pemimpinnya adalah K.H. Hasyim Asy’ari, akan tetapi kedudukan ini hanya sebatas penghormatan karena Hasyim Asy’ari tetap tinggal di pesantrennya, dan membiarkan anaknya K.H. Wahid Hasyim sebagai ketua pelaksanannya. Wahid Hasyim melaksanakan beberapa program yang di desain untuk memperkuat kapasitas umat Islam dan meningkatkan infrastrukturnya. Wahid Hasyim menyadari bahwa tujuan dibalik dibentuknya Masyumi oleh penguasa Jepang adalah untuk melayani segala bentuk propaganda bangsa Jepang, yang bertujuan memobilisasi segala bentuk bantuan untuk bangsa Jepang baik itu berupa tenaga kerja sukarela maupun makanan. Oleh karena itu, Wahid Hasyim mengundang pemuda Muslim, di antaranya M. Natsir, Harsono Tjokroaminoto, Prawoto Mangkusumo dan Zainul Arifin, untuk menggunakan kesempatan dalam menyiapkan bangsa Indonesia baik secara fisik dan mental guna melawan bangsa Jepang. 45 Wahid Hasyim juga mempublikasikan sebuah majalah Soeara Moeslimin Indonesia sebagai alat untuk menyebarkan semangat berjuang untuk mencapai kemerdekaan. Dia juga mengambil inisiatif untuk mendirikan BPI Badan 45 Aboebakar, Sedjarah Hidup, 332. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Propaganda Islam yang bertujuan melatih anggotanya agar mampu berpidato, menyebarkan ajaran Islam dan menumbuhkan rasa kebangsaan juga. Pada saat yang sama pula, Peta Pembela Tanah Air dan Heiho dibentuk di Jawa dan Madura dengan maksud memberikan bantuan pasukan perang kepada bangsa Jepang guna melawan serangan pasukan sekutu. Dibentuknya Heiho tersebut tidak hanya ada di Indonesia, di Burma dan negara-negara lainnya juga dibentuk. Organisasi ini, akhirnya, memberikan bekal latihan kemiliteran pada kader bangsa yang bermanfaat pada masa revolusi. Menangkap ide atau keinginan bangsa Jepang untuk mengerahkan masa, Wahid Hasyim, sebagai ganti atas permintaan Abdul Hamid Ono agar santri bergabung dengan Peta dan Heiho, meminta izin kepada penguasa Jepang untuk membentuk pasukan santri Muslim yang diberi nama Hizbullah. Wahid Hasyim juga menekankan bahwa santri Muslim tidak untuk dikirim ke luar negeri, akan tetapi mereka bersama- sama ulama, akan menerima latihan kemiliteran guna mempertahankan teritorial Indonesia dari serangan pasukan sekutu. Permintaan Wahid Hasyim untuk membentuk Hizbullah diizinkan oleh Jepang. Kesempatan ini sebenarnya akan digunakan untuk mempersiapkan santri Muslim melawan bangsa Jepang sendiri, sebagaimana dinyatakan Saifuddin Zuhri, Wahid Hasyim sudah memikirkan sebuah strategi bahwa ide adanya training kemiliteran bagi santri merupakan bagian dari persiapan untuk melawan bangsa Jepang. Salah satu bentuk strategi lainnya yang diharapkan bangsa Jepang untuk memperoleh simpati dari bangsa Indonesia, khususnya umat Islam, adalah digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pembentukan Shumubu, 46 atau Kantor Kementerian Agama yang bertugas mengamati semua urusan keagamaan dan umat Islam. Kantor ini dikepalai oleh Kolonel Horie Chozo, seorang arsitek yang membidangi usaha pemerintah penjajahan Jepang di Jawa. Dalam beberapa bulan, pegawai Shumubu semuanya berasal dari bangsa Jepang, sampai bangsa Indonesia dan komunitas orang Arab dan kantor Biro Urusan Indonesia Bureau for Indonesia Affairs di bawah kekuasaan Belanda diperkenankan untuk bekerja disana. Meskipun K.H. Hasyim Asy’ari diberi tanggung jawab sebagai kepala, dalam prakteknya, dia mendelegasikan tugas-tugasnya kepada anaknya K.H. Wahid Hasyim. 47 Wahid Hasyim-lah menurut Boland, yang meletakkan dasar-dasar bagi berdirinya Kementerian Agama, seperti mengambil tugas sebelumnya dikerjakan oleh Departemen Dalam Negeri, Kehakiman dan Pendidikan, dan membentuk kantor- kantor agama di wilayah-wilayah di setiap karesidenan, sebagaimana dinyatakan Wahid Hasyim: Hadlratus Sya ikh Hasyim Asy’ari dan saya diminta untuk membentuk kantor Jawatan Agama Pusat Shumubu Saya mengajukan pendapat kepada Saiko Shikikan the Supreme Commander bahwa pembentukan tidak mungkin bisa apabila kantor wilayah cabang tidak dibentuk diseluruh Jawa dan Madura. Pendapat saya ini diterima oleh pemerintah Jepang. 48 46 Untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang kantoor voor Inlandsche Zaken. Lihat Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda Jakarta: LP3ES, 1986. 47 Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia Pendekatan Fiqih dalam Politik Jakarta: Gramedia, 1994, 322. 48 Zuhri, Guruku Orang-orang Pesantren, 172.