menit, kemudian keris dibakar di atas api hingga kering lalu disikat kemudian keris kembali digosok kembali buah pace pada keris lalu ditaburi dengan bubuk
kayu cendana. Terakhir keris dibakar di atas api hingga keris dan diberi bubuk kayu jati kemudian disikat dengan bersih Khoesni, 1976:104-107.
Selain perlakuan biasa terhadap keris, ada beberapa perlakuan khusus yang dilakukan oleh para pecinta keris. Perlakuan tersebut berupa pemberian sesaji
pada malam-malam tertentu. Pemberian sesaji ini biasa dilakukan pada malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Sesaji biasanya berupa kembang setaman dan
dupa atau kemenyan yang dibakar. Ritual dilakukan pemilik keris menjelang magrib. Dupa atau kemenyan dibakar dan diletakkan di salah satu sudut ruangan
disertai dengan kembang setaman. Perlakuan khusus yang lain adalah pemberian tumbal pada keris. Tumbal
diberikan kepada keris-keris yang berjenis khusus. Keris seperti ini biasa disebut dengan keris Somyang. Keris ini biasanya digunakan untuk pesugihan. Sesaji-
sesaji yang diberikan merupakan wujud penghormatan kepada empu pembuat keris, penghormatan kepada leluhur yang dahulu memiliki keris tersebut, dan
penghormatan kepada si penunggu keris wawancara pribadi, 20 Maret 2012.
3.2 Makna Keris Saat Ini
3.2.1 Berdasarkan Cara Pembuatan Keris Proses pembuatan keris diungkapkan oleh Bambang Harsrinuksmo dalam
bukunya yang berjudul Ensiklopedi Keris. Proses pembuatan keris diawali dengan bersemadi. Sang empu akan berkonsentrasi dalam sebuah bilik tertutup,
membakar kemenyan sambil berdoa dan mengucapkan beberapa mantra yang berisi permohonan petunjuk dan bimbingan Tuhan.
Pada hari baik menurut perhitungan primbon, sang empu membuat selamatan dan mengundang beberapa orang untuk berdoa bersama agar keris
buatannya kelak tidak mencelakakan pemiliknya maupun orang lain. Ia juga memohon agar selama melaksanakan pekerjaan dapat berlangsung lancar dan
selamat. Selamatan diakhiri dengan makan bersama dan sang empu memberikan penjelasan kepada para panjak atau orang yang membantunya dalam membuat
keris. Ia juga menerangkan teknis pembuatan keris tersebut Harsrinuksmo, 2004: 35.
Bahan baku pembuatan keris adalah besi, baja, dan bahan pamor. Bahan pamor ini ada empat macam, yaitu batu meteorit atau batu bintang yang
mengandung unsur titanium, nikel, senyawa besi, dan senyawa besi dari daerah lain yang bila dicampurkan dengan bahan besi dari daerah tertentu
akan menimbulkan nuansa warna serta penampilan yang berbeda Harsrinuksmo, 2004: 11.
Besi pamor dipanaskan hingga membara, kemudian ditempa. Sang empu memegang palu kecil atau biasa disebut palu penimbal di tangan kanannya dan
memegang capit atau alat penjepit di tangan kirinya kemudian memukul besi berulang-ulang. Besi tersebut dibuat berlapis-lapis paling sedikit 64 lapisan.
Untuk keris berkualitas sederhana diperlukan lapisan sebanyak 128 buah. Sedangkan yang berkualitas baik harus lebih dari 200 lapisan. Setelah diperoleh
ketajaman yang baik, disisipkan lapisan baja di tengahnya. Selama bekerja, termasuk hari-hari kosong, sang empu biasanya jarang berbicara kecuali dirasa
perlu sekali.
Setelah pekerjaan mencapai sembilan puluh persen, keris kemudian disepuh
. Proses ini merupakan proses yang paling menegangkan karena riskan terhadap sebuah kegagalan. Jika penyepuhan gagal, berarti pekerjaan yang sudah
dilakukan menjadi sia-sia dan dia harus mengulang dari awal lagi mulai dari kenduri dan seterusnya. Kegagalan dalam penyepuhan akan membuat bentuk
sebilah keris yang hampir selesai menjadi meliuk dan agak berbentuk pilin. Karena besarnya risiko yang dihadapi, biasanya sang empu akan bersemadi untuk
memohon kepada Tuhan agar tahap penyepuhan keris dapat berlangsung dengan selamat Harsrinuksmo, 2004: 35-36.
Di Yogyakarta terdapat beberapa pengrajin keris. Baik keris yang bertuah, tiruan keris zaman dulu, maupun keris sebagai kerajinan. Salah satu pengrajin
keris yang ada di Yogyakarta adalah di Desa Banyu Sumurup Imogiri Bantul Yogyakarta. Di sini keris diproduksi sebagai kerajinan. Mereka membuat keris
untuk dijual sebagai hiasan, pelengkap busana, maupun cinderamata. Keris ini tidak bertuah atau tidak memiliki daya magis, sehingga dalam pembuatannya
tidak terdapat berbagai ritual ataupun mantra-mantra. Di Yogyakarta, juga terdapat pembuat keris bertuah. Proses pembuatan
keris bertuah ini membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pembuatan keris sebagai kerajinan. Seorang empu biasanya membuat sebilah keris
berdasarkan pesanan seorang kolektor atau pecinta keris. Bentuk keris disesuaikan dari kehendak si pemesan. Hal inilah yang menyebabkan jumlah luk pada keris
saat ini bermacam-macam bahkan bisa mencapai luk dua puluh sembilan. Jumlah
luk ini melebihi dari jumlah konvensional yang sudah ada yaitu tiga belas Tejo,
wawancara pribadi, 15 Januari 2012. Pembuatan keris didasari oleh perenungan-perenungan untuk menemukan
ilham dalam membuat keris. Perenungan ini biasa lakukan di rumah atau tempat yang tenang, namun bukan tempat-tempat keramat seperti yang dilakukan para
empu pada zaman dulu. Faktor usia juga diperhatikan dalam pembuatan keris. Seseorang yang
berusia kurang dari empat puluh tahun dilarang menggunakan keris diatas luk lima. Keris luk tujuh hingga tiga belas hanya boleh digunakan untuk orang yang
berusia lebih dari empat puluh tahun. Hal ini disebabkan karena luk lebih dari lima tidak akan kuat atau terlalu berat bagi orang yang belum berusia empat puluh
tahun. Ritual lain sebelum pembuatan keris adalah topo bisu atau puasa membisu
sebelum dan selama melaksanakan proses pembuatan keris. Selama menjalani puasa tidak boleh berhubungan badan dengan seorang wanita. Jika itu dilakukan,
maka hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi. Misalnya, nyala api yang tidak bisa pijar sehingga besi tidak dapat terbakar dengan bagus, atau keris yang
dihasilkan pecah. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan keris saat jauh berbeda dari
zaman dulu. Batu meteorit yang sering digunakan sebagai batu pamor, mulai susah ditemukan. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Hanya orang-orang
tertentu saja yang memesan keris menggunakan batu meteorit. Dengan mahalnya
harga batu meteorit tersebut, para pembuat keris kemudian menggantinya dengan menggunakan nikel.
Para pembuat keris mulai mencari besi yang memiliki kandungan nikel cukup banyak. Besi-besi tua atau knalpot sepeda motor zaman dulu biasanya
memiliki kandungan nikel yang bagus sehingga sering dicari sebagai bahan pembuat keris. Selain besi tua atau knalpot, pembuat keris juga sering
menggunakan besi bekas gergaji listrik. Penggunaan besi-besi tersebut disebabkan karena kualitas baja di dalamnya jauh lebih bagus dibandingkan dengan jenis besi
yang lain Tejo, wawancara pribadi, 15 Januari 2012. Pemakaian besi meteorit dalam pembuatan keris jarang dilakukan. Hanya
orang yang mampu saja yang menggunakannya. Saat ini bahan yang sering digunakan dalam pembuatan keris adalah bekas gergaji mesin, besi bekas knalpot
motor Honda zaman dulu, dan panci blirik zaman dulu. Bahan tersebut menurut pembuat keris memiliki kandungan nikel yang lumayan banyak. Penggunaan
bahan-bahan ini karena pembuat keris saat ini belum bisa memahami apa yang sering disebut sebagai besi Purosani dan jenis besi lainnya yang dipakai oleh para
empu zaman dulu dalam membuat keris. Setelah bahan terkumpul, dilakukan proses pembersihan dari karbon
dengan cara dibakar dan ditempa. Sebelum memulai membakar, biasanya dilakukan pembuat sesaji. Sesaji yang digunakan dalam ritual tanda akan
dimulainya pembuatan keris adalah nasi gurih, nasi golong, tumpeng robyong nasi tumpeng lengkap, jajanan pasar, ingkung ayam, jenang-jenangan seperti
bubur untuk memperingati hari kelahiran, pisang raja satu tangkep atau dua lirang
, dan campur sari berupa kembang setaman dan kemenyan. Proses pembakaran besi bertujuan untuk mensucikan besi dari hal-hal yang
negatif. Hal-hal negatif tersebut seperti darah yang menempel pada besi. Besi pamor
yang dibakar berupa plat besi ukuran satu milimeter sebesar kotak rokok dicampur nikel dan titanium. Pembakaran besi jangan terlalu panas. Kira-kira dari
bahan lima kilogram menjadi tiga kilogram. Setelah panas, besi pamor ditempa, kemudian plat dengan ukuran yang
sama, dibakar lalu ditempa. Kedua besi tersebut kemudian dijadikan satu dengan cara ditempa dan dilipat-lipat tergantung berapa lipatan yang diinginkan.
Jika sudah dirasa cukup, besi dipotong sama panjang dan tengah- tengahnya diberi aten-aten lalu dibentuk. Bentuk setengah jadi ini biasa disebut
kodokan atau bakal keris. Ujung kodokan kemudian dipotong untuk dijadikan
ganja. Setelah itu, baru kodokan dibentuk sesuai keinginan. Berbentuk lurus atau
berkelok-kelok yang sering disebut keris luk. Hal yang paling susah dilakukan adalah menentukan tingkat kemiringan keris.
Setelah bahan menjadi kodokan, ia juga melakukan sesaji. Sesaji biasanya berupa sanggan pisang raja satu tundun pisang raja, kembang setaman bunga
tujuh rupa, menyan kemenyan, dan tumpeng robyong atau nasi tumpeng lengkap. Pantangan yang selalu diingat adalah selama membakar besi untuk
dijadikan keris, tidak boleh berhubungan badan dengan seorang wanita. Selain itu, ada doa-doa atau mantra-mantra khusus yang diucapkan
sebelum, selama dan sesudah membuat keris. Inti dari doa dan mantera adalah
minta keselamatan, minta berkah, dan berdoa semoga keris yang dibuat nantinya menjadi barang yang berguna dan bisa dipergunakan secara turun-temurun.
Bahasa yang digunakan dalam mantra tersebut adalah bahasa Jawa. Proses terakhir yang dilakukan dalam membuat keris adalah penyepuhan.
Penyepuhan dilakukan menggunakan air sumur Jalatunda dari tiga sumber mata
air. Sebelum proses penyepuhan, pembuat keris juga selalu melakukan ritual dan sesaji agar proses penyepuhan dapat berjalan lancar dan berhasil.
Lama proses pembuatan keris antara dua sampai tiga bulan. Untuk hulu keris dan warangka keris tidak membuat sendiri. Pembuat keris biasanya hanya
memesan atau membelinya dari pengrajin hulu dan warangka.
Berikut ini mantra-mantra yang biasa digunakan dalam pembuatan keris saat ini sebagai berikut:
Penggunaan Mantra
Terjemahan
Pada saat selamatan
sebelum bekerja Bismillahir Rahmannir
Rakhim Assalamu’alaikum,
wa’alaikum salam
Asale wesi saka irenge mripat
Asale waja saka putihe mripat
Asale sepuh saka banyune mripat
Pangerane braja ngadeg ana satengahe mripat
Kang mengku sedaya wesi aji
Iya Guru Sejati Dengan menyebut nama Tuhan Yang
Maha Pengasih dan Penyayang Semoga keselamatan ada pada kita
semua Besi berasal dari hitamnya
mata Baja berasal dari putihnya
mata Tua berasal dari air
mata Pangerannya halilintar berdiri
di separoh mata Yang berkuasa atas segala besi
bertuah Yaitu Guru Sejati
Pada saat penempaan
pertama Salam ngalaikum salam
Niatingsun dadi pengulu Saka karsaning Allah
Jodone wesi bumi Lawan pamor akasa
Ket raket, ngalairake daya suci
Daya rahayu Saka karsa lan
penguwasaning Allah La illaha Illallah…
Semoga kedamaian selalu menyertai Niat saya menjadi penghulu
Atas izin Allah Jodohnya besi bumi
Melawan pamor angkasa Dirakit, melahirkan kekuatan
suci Kekuatan menentramkan
Atas izin dan kuasa Allah
Tiada Tuhan selain Allah…..
Tabel 3 Mantra Saat Ini
Harsrinuksmo, 1988:33-34
3.2.2 Berdasarkan Macam-Macam Keris Berdasarkan cara pembuatannya keris dibagi menjadi keris ageman dan
keris tayuhan. Keris ageman adalah keris yang mengutamakan segi keindahan saja. Keris ini tidak dibuat melalui ritual dengan berbagai mantra dan digunakan
sebagai aksesoris atau barang kerajinan. Pada saat
menyepuh keris Salam ngalaikum salam
Tuk pitu, sumur pitu, gumilir ilining warih
Saking kulon, saking wetan
Saking ngandap, saking nginggil
Saking lor, saking kidul, Saking kiwa, saking
tengen Kabeh-kabeh dadi
sambatan Aweh daya, urun jaya
Saka keparenge Guru Alip Raja ing Ngalampitu
Daya jaya kumpul manjing karomah
Saka kersaning Allah Semoga kedamaian selalu menyertai
Tujuh mata air, tujuh sumur, mengalir aliran air bening
Dari barat, dari timur
Dari bawah, dari atas
Dari utara, dari selatan Dari kiri, dari
kanan Semuanya diminta
membantu Memberi kekuatan, memberi
keunggulan Atas pemberian Guru Alip Allah
Raja di tujuh alam Kekuatan yang unggul menjadi satu
berkah Atas izin Allah
Berdasarkan bentuk dan kelengkapan bagian-bagiannya, keris dibagi menjadi dua ratus empat puluh dapur keris yang terbagi dalam keris lurus dan
keris yang berkelok-kelok atau luk. Jumlah kelokan atau luk secara konvensional atau berdasarkan pakem pembuatan keris ada tiga belas. Jumlah luk keris selalu
ganjil dimulai dari luk tiga, kemudian luk lima, luk tujuh, luk sembilan, luk sebelas, dan luk tiga belas. Masing-masing luk memiliki pemaknaan sendiri-
sendiriHarsrinuksmo, 2004:14. Luk
tiga mengandung arti permohonan kepada Gusti atau Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini mengingatkan sebagai manusia harus selalu menyatu dengan
Sang Penciptanya. Dalam filosofi Jawa, sering disebut dengan manunggaling kawulo lan Gusti
. Sedangkan jika didasarkan pada agama Islam bisa berarti alif, lam, mim
yang berarti manusia, Nabi Muhammad, dan Allah. Luk
lima berarti pancasila. Pancasila di sini adalah Pancasila berdasar sotasoma
, yaitu lima buah larangan atau sering disebut molimo. Molimo yaitu larangan untuk minum, maling, main, madat lan madon. Pengertian ini bisa
dipahami sebagai larangan untuk minum minuman keras, larangan untuk mencuri, larangan untuk bermain judi, larangan untuk mengkonsumsi narkoba, dan
larangan untuk bermain perempuan. Luk
tujuh berarti pitulungan atau pertolongan. Artinya, apapun permintaanmu, mintalah pada Tuhan. Segala hal arahnya tetap kepada Tuhan.
Luk sembilan merupakan dapur hanibal atau sabuk tampar. Hal ini berarti
manusia harus selalu menutup babanan howo songo atau sembilan lubang yang ada pada fisik manusia. Dan sebagai manusia harus selalu bersikap waspada.
Luk sebelas merupakan sabuk inten yang berarti memanjakan perut.
Memanjakan perut bukan berarti selalu makan, namun selalu menjaga agar apa yang di dapat selalu mendapatkan berkah dari Tuhan.
Luk tiga belas merupakan puncak bentuk luk keris. Luk ini berarti bahwa
sebagai manusia harus selalu menjaga kestabilan jiwa dan menjaga ketenangan hati Jiwo, wawancara pribadi, 15 Januari 2012.
Saat ini muncul keris yang memiliki luk lebih dari tiga belas dan pamor di luar pamor yang sudah ada. Keris ini disebut dengan keris kamardikan. Meskipun
bagian-bagian keris masih mengikuti pakem yang ada, namun pamornya lebih bervariasi. Pamor-pamornya baru seperti pamor gelombang cinta yang diciptakan
Empu Sukamdi, dosen di ISI Solo. Jumlah luk juga menjadi dasar penentuan usia pemegang keris. Jika
seseorang berusia kurang dari empat puluh tahun, maka dia hanya boleh menggunakan keris berluk kurang dari tujuh. Dia hanya boleh menggunakan keris
luk tiga, luk lima atau keris lurus. Jika seseorang telah berusia lebih dari empat
puluh tahun, maka dia sudah diperbolehkan memiliki keris berluk lebih dari lima. Berikut beberapa contoh jenis pamor dan tuahnya yang diyakini oleh para
pecinta keris.
Pamor Bentuk
Tuah
Kulbuntet Berbentuk seperti rumah siput, spiral
konsentrik yang terdapat pada sor- soran
Menangkis senjata dan untuk kesaktian
Batulapak Seperti huruf u terbalik berlapis-lapis
di basisi bilah, biasanya persis di pertemuan pesi dan bilah.
Pemiliknya tidak akan kekurangan rejeki,
dikasihi bawahan dan sesama
Kuthamesir Seperti segi empat atau lingkaran
empat sisi dengan sudut tumpul, berlapis-lapis konsentrik
Tidak terlihat musuh, pemilik bisa menyimpan
harta, dan dikasihi sesama.
Ujunggunung Seperti segitiga berlapis-lapis
terletak di sor-soran Menangkis bahaya
Udanmas Berupa pusar-pusar banyak
sepanjang bilah Kekayaan, didekati
banyak rejeki Kancingkulina
Berupa pusar-pusar di tengah-tengah sor-soran atau ujung bilah keris
Derajat dan banyak rejeki
Alif Berupa garis pamor tegak pendek
seperti huruf alif di dor-doran atau ujung keris
Wibawa dan kepemimpinan
Simbang Raja Tiga garis pamor membelit gandhik
atau kembang kacang Derajat, dikasihi atasan,
kuat memegang derajat tinggi
Buntel Mayit Berupa pita atau garis tebal, pamor
membelit kedua tepi bilah Panas, hendak
membunuh orang
Pegat Waja Pamor
di tepi retak-retak Cocok untuk orang yang
sedang bertengkar, menyebabkan sengsara
Kudhung Mayit Berupa pamor membelit ujung bilah
Senjata makan tuan Pedhot
Terputus-putus, pamor retak tak tersambung
Selalu gagal dalam usaha Tabel 4
Jenis-Jenis Pamor dan Tuah Keris Wawancara Pribadi, 5 Oktober 2011- 25 April 2012
3.2.3 Berdasarkan Perawatannya Perawatan keris saat ini dilakukan dengan menyimpan keris di sebuah
tempat khusus. Keris di simpan di sebuah almari yang memang khusus dibuat untuk menyimpan keris. Rata-rata almari tersebut adalah almari kuno atau almari
kuno yang dipermak sehingga menjadi almari khusus penyimpanan keris. Selain disimpan di almari, keris juga sering disimpan di sebuah rak yang
disebut ploncon. Rak ini hanya berupa bilahan kayu yang berlubang sebagai tempat keris. Ploncon biasanya diletakkan di satu ruangan yang memang di
khususkan untuk menyimpan keris Hedi, wawancara pribadi, 25 April 2012. Perawatan keris saat ini tidak hanya dilakukan setiap bulan Suro saja.
Pembersihan keris dilakukan setiap saat jika keris tersebut terlihat kotor. Hal ini disebabkan jika keris dibersihkan setiap bulan Suro saja maka akan berkarat dan
tidak lagi memiliki nilai jual tinggi. Tidak ada ritual khusus sebelum membersihkan keris. Ritual hanya berupa
permohonan izin atau permisi kepada penunggu atau leluhur dengan cara berdoa menurut kepercayaannya Suhadi, wawancara pribadi, 10 April 2012.
Pembersihan keris dilakukan dengan cara merendam keris dalam air kelapa yang diberi perasan jeruk nipis dan sabun colek selama tiga hari. Setelah itu keris
dibilas dengan air hingga bersih sambil disikat. Jika karat atau kotoran yang menempel pada keris belum bisa hilang, maka keris kembali direndam dalam air
kelapa tersebut. Setelah benar-benar bersih, keris kemudian dijemur. Hasilnya keris akan berwarna putih.
Selain dengan air jeruk nipis dan sabun colek, keris sering juga dibersihkan dengan minyak singer atau minyak yang biasa digunakan untuk
melumasi mesin jahit. Minyak ini bisa membantu menghilangkan karat. Caranya keris diolesi minyak, didiamkan beberap menit, kemudian digosok dengan sikat
dan dibersihkan dengan kain. Setelah bersih, keris kembali diolesi hingga rata lalu dibersihkan kembali. Tidak ada batasan waktu kapan dia harus membersihkan
kerisnya. Jika dirasa keris sudah kotor, maka dia akan membersihkannya Eko, wawancara pribadi, 20 Maret 2012.
Proses njamasi selalu diikuti dengan proses mewarangi. Proses ini dilakukan dengan cara merendam keris yang sudah bersih ke dalam warangan dan
direndam selama dua hari. Hal ini disebabkan jika keris hanya di jamasi saja, maka keris akan cepat keropos dan rusak.
Fungsi utama mewarangi adalah untuk menjaga keris agar tidak mudah berkarat dan kualitas besi akan terjaga. Saat ini mewarangi menggunakan
campuran minyak dan arsenik dalam kadar yang rendah. Jika kandaungan arsenik tinggi justru akan menyebabkan besi keris lunak dan mudah hancur.
Selain perlakuan di atas, ada beberapa perlakuan khusus yang dilakukan oleh para pecinta keris. Perlakuan tersebut berupa pemberian sesaji pada malam-
malam tertentu. Pemberian sesaji ini biasa dilakukan pada malam Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon. Sesaji biasanya berupa kembang setaman dan dupa atau
kemenyan yang dibakar. Ritual dilakukan pemilik keris menjelang magrib. Dupa atau kemenyan dibakar dan diletakkan di salah satu sudut ruangan disertai dengan
kembang setaman .
Perlakuan khusus yang lain adalah adanya tumbal buat keris. Tumbal diberikan kepada keris-keris yang berjenis khusus. Keris seperti ini biasa disebut
dengan keris Somyang, biasanya digunakan untuk pesugihan. Sesaji-sesaji yang diberikan merupakan wujud penghormatan kepada empu pembuat keris,
penghormatan kepada leluhur yang dahulu memiliki keris tersebut, dan penghormatan kepada si penunggu keris Sumitro, wawancara pribadi, 20 Maret
2012.
3.3 Pergeseran Makna Keris