Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Bagi Kehidupan Masyarakat Tionghoa Kota Medan

(1)

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN

MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN

印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究

(Yìnní mián lán

huáyì duì f

ēngshuǐ de lǐ jiě hé yìyì fēnxī yánjiū

)

SKRIPSI

YOAN GABY ANGELA SEMBIRING DEPARI

080710023

DEPARTEMEN SASTRA CHINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2012

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA

MEDAN印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní mián lán huáyì duì fēngshuǐ

de lǐ jiě hé yìyì fēnxī yánjiū) SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Cina

Oleh :

YOAN GABY ANGELA SEMBIRING NIM: 080710023

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dra. Nurcahaya Bangun, Msi Chen Shu Shu,MTCSOL

NIP:


(3)

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2012

Disetujui oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Cina Ketua,


(4)

Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. NIP: 19630109 198803 2 001

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang saya peroleh.

Medan, Juli 2012

Penulis,


(5)

ABSTRACT

The title of the paper is “Bentuk, Fungsi Dan Makna Feng Shui Bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan”. In this paper, the writer hope to reveal the form, function, and meaning of Feng Shui such as interior, exterior, and the rule for using Feng Shui thing. The methodology of this paper is Qualitative Descripitive, where it focusing to the function and meaning of Feng Shui for poeple who use it. The function is when Feng Shui give a positive situation and a better life for people when they using Feng Shui. The purpose of the research in this paper is refers to how a science of China still exist and meaningfull for humanity, especially in Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas Kasih Karunia Allah Bapa Yesus Kristus dan Bunda Maria penolong abadi, karena atas rencana-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul ”Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Bagi Kehidupan Masyarakat Tionghoa Kota Medan”, ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S–1 pada Departemen Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, baik drai segi isi, susunan, maupun tutur kata dan bahasanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat memperbaiki dan melengkapi isi dari skripsi ini dengan segala kerendahan hati. Dalam pengerjaannya mulai awal hingga skripsi ini selesai, penulis banyak mengalami hambatan. Tetapi berkat kegigihan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda A.D. Sembiring Depari dan Ibunda R.Y.M. Br Purba yang mendidik dan membesarkan dengan kesabaran, kasih sayang dan doa yang tidak terhingga, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, juga adik-adik yang baik dan manis Ruth Claudia Hayasha Sembiring serta


(7)

Christie Yudith Agatha Sembiring. Sepupu-sepupuku Grace Sembiring, Santa Sembiring, Yolanda Sembiring, Alfredo Sembiring yang menjadi motivasi karena kita akan menjadi sarjana pada kesempatan yang sama.

Penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada Ketua Program Studi Jurusan Sastra Cina Dr. T. Thyrahaya Zein, M.A., Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si selaku pembimbing I sekaligus Sekretaris Jurusan Program Studi dan pembimbing akademik, dan laoshi Chen Shu Shu, MTCSOL selaku pembimbing II, yang telah memberikan waktu, saran serta kritikan yang membangun. Semua dosen yang telah mendidik dari awal perkuliahan sampai dengan saat ini, terkhusus kepada Chen Kui Ik laoshi yang sudah meluangkan waktunya untuk dan bersedia menjadi informan bagi penelitian ini.

Rasa terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan atas segala dukungan dari sobat terhebat Ganda Putera Rajagukguk serta teman-teman kampus dari berbagai angkatan, jurusan dan organisasi, Sastra Cina angkatan 2008, CCB Etnomusikologi 2008, KMK St. Albertus Magnus , KMK St. Gregorius Agung, HUASHAN, Hoku, Mungil, terspesial untuk The Avangers Budiman, Dameria, Edy, Lasma dan Miyanty dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam bidang Kebudayaan khususnyaFeng Shui.


(8)

Medan, Juli 2012

Penulis,

Yoan Gaby Angela Sembiring 080710023


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Hanyu Pinyin Feng Shui dalam Bahasa Indonesia ... 25

Gambar 4.2 Diagram Lo Shu... 28

Gambar 4.2 Luo Ban ... 33

Gambar 4.3 Simbol Lima Unsur... 34

Gambar 3.5 Siklus Hubungan Antar Unsur... 35

Gambar 5.1.1 Rumah di Atas Bantaran Sungai... 41

Gambar 5.1.3 Posisi Rumah Tusuk Sate ... 43

Gambar 5.1.3 Pembenahan Rumah Pada Posisi Tusuk Sate ... 44

Gambar 5.1.4 Rumah pada PosisiHook... 46

Gambar 5.1.5 Rumah Berada di Jalan Buntu ... 47

Gambar 5.1.5 Rumah Menghadap Jalan Buntu ... 47

Gambar 5.1.6 Rumah Berhadapan dengan Pemakaman... 48

Gambar 5.1.7 Rumah Berhadapan dengan Rumah Ibadah... 50

Gambar 5.1.8 Rumah Berhaddapan dengan Gedung Tinggi... 52

Gambar 5.1.9 Dua Pintu saling Berhadapan dari Rumah yang Berseberangan ... 53

Gambar 5.1.10 Objek Berbentuk Seram di Depan Rumah ... 54

Gambar 5.1.11 Objek Tajam di Sekitar Rumah ... 55

Gambar 5.1.12 CerminBa Gua... 56

Gambar 5.2.1 Lantai Teras lebih Tinggi dari Ruang Tamu... 57

Gambar 5.2.1 Pintu Utama dan Pintu Belakang saling Tembus ... 58

Gambar 5.2.1 Pintu Utama dengan Berbentuk Kotak ... 59


(10)

Gambar 5.2.2 Pintu Kamar Terhubung Langsung ke Teras ... 61

Gambar 5.2.2 Dua Kamar Saling Berhubungan ... 62

Gambar 5.2.2 Cermin Berhadapan Langsung dengan Tempat Tidur... 63

Gambar 5.2.3 Lantai Dapur lebih Tinggi dari Ruangan Lainnya ... 64

Gambar 5.2.3 Dapur Terlihat Langsung dari Pintu Masuk ... 65

Gambar 5.2.4 Kloset Menghadap Jalan Raya ... 66

Gambar 5.2.4 WC lebih Maju dari Pintu Utama ... 67


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1...Latar Belakang Masalah... 1

1.2...Rumusan Masalah ... 5

1.3...Tujuan Penelitian ... 5

1.4...Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1...Manfaat Praktis... 6

1.4.2...Manfaat Teoritis ... 7

1.5...Pembatasan Masalah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI... 8


(12)

2.2 Konsep... 10

2.2.1 Bentuk... 10

2.2.2 Fungsi ... 11

... 2.2.3 Makna ... 12

... 2.2.4 Feng Shui ...13

... 2.2.4.1 Qi ...13

... 2.2.5 Masyarakat... 14

2.3 Landasan Teori ... 15

2.3.1 Teori Fungsional... 15

2.3.2 Teori Semiotik ... 16

BAB III METODE PENELITIAN... 17

3.1 Metode Penelitian ... 17

3.2 Data dan Sumber Data ... 18

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 19

3.3.1 Lokasi Penelitian ... 20

3.3.2 Observasi ... 20

3.3.3 Wawancara ... 20

3.3.4 Dokumentasi ... 21

3.3.5 Studi Kepustakaan ... 22

3.4 Teknik Analisis Data ... 22

BAB IV GAMBARAN UMUMFENG SHUI ...24


(13)

4.2 Sejarah dan PerkembanganFeng Shui... 26

4.3 Elemen-elemenFeng Shui... 32

4.4 Aspek Pengamatan dalamFeng Shui... 34

4.5 Arti dan Pengaruh Warna ... 36

BAB V PEMBAHASAN DAN HASIL ... 40

5.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna berdasarkan sektor Internal ... 40

5.1.1 Rumah di Atas Bantaran Sungai... 40

5.1.2 Air di Sekitar Rumah... 41

5.1.3 Rumah Berada pada Posisi Tusuk Sate ... 43

5.1.4 Rumah di Sudut atauHook...45

5.1.5 Rumah Berada di Jalan Buntu dan Rumah Menghadap jalan buntu ... 46

5.1.6 Rumah Berhadapan dengan Pemakaman ... 48

5.1.7 Rumah Berhadapan dengan Rumah Ibadah... 49

5.1.8 Rumah Berhadapan dengan Gedung Tinggi... 51

5.1.9 Dua Pintu Saling Berhadapan dari Rumah yang Berseberangan ... 52

5.1.10 Objek Berbentuk Seram atau Aneh di Depan Rumah ... 54

5.1.11 Objek Tajam di Depan Rumah ... 55

5.2 Bentuk, Fungsi, dan MaknaFeng ShuiBerdasarkan Sektor Internal ... 56

5.2.1 Pintu dan Lantai Teras ... 57

5.2.2 Kamar Tidur ... 59

5.2.3 Dapur ... 64

5.2.4 WC/Kamar Mandi ... 66

5.2.5 Arti dan Bentuk Atap... 68

BAB VI SIMPULAN ... 72


(14)

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 75

1....Data Diri Informan ... 76

2....Pertanyaan ... 77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Feng Shui adalah pengetahuan arsitektural yang berasal dari budaya Tiongkok, dan telah dikembangkan sejak 4.700 tahun lalu.Feng Shuiditulis pada periode kekaisaran Huang Di (Kaisar Kuning, abad ke-27 SM), saat kaisar pertama yang berkuasa di lembah Sungai Kuning/Huang Heini mulai mengembangkan budaya Tiongkok Purba.

Pada awalnya Feng Shui merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang

dikembangkan dari ilmu astronomi dan dijadikan rumus kalender/almanak untuk mengetahui pengaruh musim dan cuaca yang akan membantu para petani saat bercocok tanam dan nelayan saat mencari ikan. Rumusan kalender ini dihitung berdasarkan wahtu Ba Gua/Delapan Trigram atas raja Fu His, yang turun sekitar tahun 2953 SM. Pada zaman Raja Wen/Wen Wang, zaman Dinasti Chou, ilmu astronomi purba ini kemudian dikembangkan


(15)

ABSTRACT

The title of the paper is “Bentuk, Fungsi Dan Makna Feng Shui Bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan”. In this paper, the writer hope to reveal the form, function, and meaning of Feng Shui such as interior, exterior, and the rule for using Feng Shui thing. The methodology of this paper is Qualitative Descripitive, where it focusing to the function and meaning of Feng Shui for poeple who use it. The function is when Feng Shui give a positive situation and a better life for people when they using Feng Shui. The purpose of the research in this paper is refers to how a science of China still exist and meaningfull for humanity, especially in Medan.


(16)

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN ... 75

1....Data Diri Informan ... 76

2....Pertanyaan ... 77

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Feng Shui adalah pengetahuan arsitektural yang berasal dari budaya Tiongkok, dan telah dikembangkan sejak 4.700 tahun lalu.Feng Shuiditulis pada periode kekaisaran Huang Di (Kaisar Kuning, abad ke-27 SM), saat kaisar pertama yang berkuasa di lembah Sungai Kuning/Huang Heini mulai mengembangkan budaya Tiongkok Purba.

Pada awalnya Feng Shui merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang

dikembangkan dari ilmu astronomi dan dijadikan rumus kalender/almanak untuk mengetahui pengaruh musim dan cuaca yang akan membantu para petani saat bercocok tanam dan nelayan saat mencari ikan. Rumusan kalender ini dihitung berdasarkan wahtu Ba Gua/Delapan Trigram atas raja Fu His, yang turun sekitar tahun 2953 SM. Pada zaman Raja Wen/Wen Wang, zaman Dinasti Chou, ilmu astronomi purba ini kemudian dikembangkan


(17)

menjadi bermacam-macam ilmu pengetahuan seperti ilmu astrologi, kesenian, pengobatan termasukFeng Shui(Dian, 2008:2).

Feng Shuimerupakan pengetahuan geomantika bangsa Cina.Feng Shui telah diteliti secara mendalam, dikembangkan dan digunakan untuk perkembangan masyarakat luas dari generasi ke generasi sampai dengan saat ini. Ilmu ini merupakan penempatan sekaligus pengaturan benda di tempat dengan arah yang benar dan sesuai.Feng Shui bukan merupakan kepercayaan yang bersifat tahyul ataupun klenik. Feng Shui tidak bertentangan dengan kebudayaan dan tradisi karena memiliki tujuan yang baik (Wongsengtian, 2001:2)

Semua pengetahuan tersebut terus diteliti, dikembangkan dan diperbaharui dari generasi ke generasi ribuan tahun lamanya sehingga akhirnya berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang masih terawat dan bertahan.Feng Shui sebagai ilmu arsitektur purba pada mulanya hanya digunakan untuk menghitung ketetapan letak bangunan makam/kuburan. Budaya cina yang menganut konsep “Jing Tian Zun Zu” atau “Menyembah Tuhan dan Menghormati Leluhur”inilah yang menjadi alasan penggunaanFeng Shui dalam menetapkan letak bangunan makam atau kuburan. Konsep ini mengajarkan orang untuk selalu mengingat budi dan jasa orangtua sebagai perwalian dari Tuhan. Mereka percaya apabila merawat kuburan dengan baik, kehidupan dan keturunannya akan dilimpahi berkat dan kemakmuran (Dian, 2008:4).

Sampai zaman Dinasti Song (960-1279), Feng Shui masih menjadi ilmu yang dirahasiakan oleh kaum penguasa. Mereka takut jika ilmu itu beredar luas akan menimbulkan persaingan dalam kerajaan yang mereka bangun. Setelah Dinasti Song runtuh dan sebagian daratan Tiongkok dijajah bangsa Liao (916-1125) dan Jin (1125-1234) kemudian disusul oleh


(18)

bangsa Mongol, ada beberapa pejabat kerajaan Song yang kabur dan membawa ilmu ini keluar dari istana. Sejak itulah Feng Shuimulai dipelajari secara luas oleh masyarakat (Dian, 2008:6).

Feng Shui berkembang luas dan menjadi acuan dalam mendesain dan mendirikan kerajaan. Pada generasi raja ketiga pusat kerajaan dipindahkan ke Beijing, dan sejak itu pembangunan makam kerajaan menggunakan metode Feng Shui yang dinilai sangat sempurna. Peninggalannya kini dikenal dengan“Kota Terlarang” dan “Makam 13 Raja”,yang bisa dikunjungi sampai sekarang. Sejak itu kerajaan Ming berkembang dengan sangat maju, rakyatnya hidup dalam kemakmuran, kebudayaan dan pengetahuan juga berkembang sangat pesat sampai ke mancanegara. Semua bangunan yang monumental di atas adalah hasil rancangan para arsitek Tiongkok yakni para ahliFeng Shui(Dian,2008:7).

Secara harafiah arti kataFeng Shuidalam bahasa Indonesia adalah:

Feng ( 风 )= Angin, Shui ( 水 )= Air. Feng/Angin mewakili anasir Yang atau positif, sedangkan Shui/Air mewakili anasir Yin/Negatif. Anasir Yang dan Yin adalah dasar filosofi dari semua pengetahuan Tiongkok purba yang akhirnya juga diakui sebagai dasar dari logika yang ada di dunia. Gabungan kata Feng dan Shui dijadikan simbol pengetahuan tentang pengaruh alam lingkungan tehadap bangunan, bangunan terhadap kehidupan penghuninya.

Pada praktiknya pemahaman atas Feng Shui membutuhkan waktu dan ketekunan yang panjang. Pendidikan formal Feng Shui untuk menciptakan kader yang profesional belum ada. Hal ini menyebabkan banyak praktivisi Feng Shui yang berjalan secara individual dan sesuai selera, bahkan banyak yang bermodalkan pengalaman bukan pengetahuan. Ketika penjabaran Feng Shui hanya mengutamakan jalur budaya dan


(19)

pengalaman, tanpa bermodalkan pemahaman mendalam tentang teori dan konsep sebenarnya akan membuatFeng Shui menjadi diwarnai oleh hal-hal mistis (Wicaksono, 2011).

Feng Shui juga dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aliran yang masuk ke dalam sebuah bangunan. Angin dan air adalah aliran dan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pemilik bangunan jika menggunakan penerapan Feng Shui yang tidak sesuai. Seperti diketahui, air bersifat dingin dan lembab. Kesalahan pengaturan posisi air juga dapat menyebabkan penghuni rumah menjadi terganggu kesehatannya, terutama penyakit yang berkaitan dengan pernapasan. Air juga diatur dengan keseimbangan Yin dan Yang, jadi air yang mengalir dengan baik dalam sebuah bangunan menandakan aliran Qi yang baik. Demikian pula air yang menggenang dalam suatu bangunan berarti aliranQidalam bangunan tersebut kurang baik.

Feng Shuidapat memberi makna kenyamanan jika diukur dari tata nilai yang bersifat keberuntungan pada penghuni apabila mereka menempati bangunan. Nilai keberuntungan yang dimaksud adalah keberuntungan jiwa karena menemukan kesejahteraan, keberuntungan batin karena merasakan kedamaian, serta mendapatkan keberuntungan fisik karena tumbuh dalm kesehatan yang baik sehingga dapat menjalani seluruh aktivitas dengan lancar.

Feng Shui yang bersifat menyeimbangkan juga dapat dimanfaatkan untuk mengedepankan unsur bisnis. Dalam bidang bisnis, untung dan rugi selalu diutamakan. Hal ini menyebabkan banyak pedagang yang menerapkan Feng Shui pada tempat-tempat usaha mereka. Demikian pula halnya dengan penerapan Feng Shui yang bertujuan untuk memelihara interaksi sosial antar manusia. Dalam lingkungan masyarakat, Feng Shui


(20)

diterapkan dalam bentuk penyelarasan dan harmonisasi antara manusia dan lingkungan, misalnya untuk budaya kebershian (Wicaksono, 2011:17).

Berdasarkan penjabaran di atas maka dirumuskan penelitian dengan judul Bentuk, Fungsi Dan Makna Feng Shui Bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan .

1.2 Rumusan Masalah

Sebuah penelitian bisa dilakukan, apabila rumusan masalah dalam penelitian sudah didapat. Perumusan masalah diperlukan agar dalam penelitian di lapangan tidak terjadi penyimpangan dalam pengambilan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Hariwijaya dan Triton (2008:46) bahwa: “Rumusan masalah merupakan inti dari penelitian yang disajikan secara singkat dalam bentuk kalimat Tanya, yang isinya mencerminkan adanya permasalahan yang perlu dipecahkan”.

Sesuai dengan latar belakang masalah ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentukFeng Shui? 2. Bagaimana fungsiFeng Shui?

3. Bagaimanakah maknaFeng Shuibagi masyarakat Tionghoa di kita Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian selalu memiliki tujuan. Tujuan penelitian harus diorientasikan pada suatu titik permasalahan agar kegiatan yang akan dilakukan tidak melenceng dari sasaran utama yang hendak diteliti. Hariwijaya dan Triton (2008:50) mengemukakan bahwa :


(21)

“Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh peneliti sebelum melakukan penelitian dan mengacu kepada permasalahan”.

Setelah menganalisis masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:.

1. Untuk mengetahui bentuk dariFeng Shui. 2. Untuk mengetahui fungsiFeng Shui.

3. Untuk mengetahui maknaFeng Shuibagi masyarakat di kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian dilakukan untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi. Penelitian ini memiliki dua manfaat yakni manfaat praktis dan manfaat teoritis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Hariwijaya dan Triton (2008:50) : “Manfaat penelitian adalah apa yang diharapkan dari hasil penelitian tersebut, dan manfaat penelitian adalah mencakup dua hal yaitu kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat dibidang teoritis dan manfaat dibidang praktik. Setelah penelitian ini dirangkum maka manfaat yang dapat dirumuskan adalah:

1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Membuka wawasan masyarakat bahwaFeng Shuisebenarnya merupakan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan kebudayaan dan tidak berkaitan dengan hal-hal mistis.


(22)

Manfaat Teoritis yang di dapat diambil dari penelitian ini adalah :

Memberikan referensi penelitian bagi penelitian-penelitian berikutnya tentang kebudayaan pada umumnya dan tentangFeng Shuipada khususnya.

1.5 Pembatasan Masalah

Hariwijaya dan Triton (2008:47) mengemukakan “bahwasanya masalah mempunyai kaitan erat dengan perumuasan masalah dan belum tentu masalah-masalah yang diidentifikasi dapat diteliti”. Seperti yang dikemukakan pendapat di atas, banyak faktor yang harus digali dalam penelitian ini, oleh sebab itulah masalah pada penelitian harus dibatasi. Mengingat luasnya cakupan masalah yang diidentifikasi serta keterbatasan waktu, materi, dan kemampuan teroritis, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dianalisis hanya pada hal mendasar saja, yakni bentuk, fungsi dan makna dariFeng Shuipada masyarakat Tionghoa di kota Medan, yaitu di perumahan Jl. Bandar Baru Kelurahan Sidodadi.


(23)

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Dian Rhomadlonal Adzim mahasiswa jurusan Hukum Islam Universitas Islam Negeri Malang, dalam tulisannya yang berjudul ” dalam Tinjauan Hukum Islam” (2008). Dalam artikel ini Adzim menjelaskan tentang agama Islam yang melakukan atau menggunakan teori-teori Feng Shui haruslah orang yang berilmu pengetahuan. Sebab apabila Muslim tersebut tidak mengerti ilmu pengetahuan maka akan berangkat dari sebuah kepercayaan atau keyakinan sehingga menjadi bid'ah sayyiah. Apabila orang muslim tersebut menggunakan ilmuFeng Shuimaka dapat dikategorikan sebagai'urf fasid.

Dalam pembahasannya Dian mengatakan bahwa, Feng Shuidapat masuk ke dalam 3 macambid'ahyaitu:

1.Bid'ah Mubahah, karena Feng Shui mengajarkan untuk menjaga kelestarian alam dengan cara membatasi pembangunan yang memaksakan kondisi alam dan melakukan penataan ruang maupun bangunan selaras dengan alam.

2.Bid'ah Makruhah, karena Feng Shui menggunakan cara penghitungan dengan kompas dan ba guauntuk menentukan arah atau menghadap bangunan serta bentuk dan atapnya.

3. Bid'ah Muharromah, karena Feng Shui masih mempunyai kepercayaan atau keyakinan yang bertentangan dengan syari'at yaitu tentang kemakmuran ekonomi apabila orang tersebut meletakkan benda, lukisan atau tempat air pada lokasi yang ditentukan.

Raymond Santosa seorang mahasiswa Universitas Tarumanegara dalam skripsinya yang berjudul “Perancangan Program Aplikasi Tata Letak Rumah Berdasarkan Feng Shui”


(24)

komputer untuk digunakan dalam berbagai bidang, terutama membantu dalam bidang pendidikan, yaitu dalam menentukan tata letak rumah berdasarkan ilmu Feng Shui”. Pada tulisan ini, program aplikasi ini dirancang untukuseryang ingin menentukan tata letak rumah berdasarFeng Shui yang disesuaikan dengan angka KUA ataupun unsur dari pemilik rumah. Penentuan tata letak rumah dirancang digunakan untuk memberi kemudahan bagi user dalam mempelajariFeng Shui.

Solusi tata letak rumah yang baik berdasarFeng Shuidiperoleh dari perhitungan profil dan jawaban pertanyaan dari pemilik rumah. Perancangan modul yang ada pada program aplikasi tata letak rumah berdasar Feng Shui ini menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6, Macromedia Flash MX 2004, Microsoft Office Access. Sebelum program diimplementasikan, terlebih dahulu hasil rancangan diuji kebenaran dan fungsinya. Pengujian dilakukan dengan metode Black Box Testing, yaitu pengujian yang menitikberatkan pada pengujian fungsional program. Pengujian program aplikasi tata letak rumah berdasar Feng Shui ini menggunakan metode black-box testing. Berdasar hasil pengujian, program aplikasi tata letak rumah berdasarFeng Shuisudah sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Nanik Wiguna (2006) seorang mahasiswi Sastra Tionghoa Universitas Petra Indonesia dalam skripsinya mengatakan bahwaFeng Shui berfungsi sebagai sebuah pembanding untuk mengetahui pengaruh Feng Shui dalam pengorganisasian ruang rumah. Aturan-aturan berdasarkanFeng Shui yang umum dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa antara lain aturan Feng Shui dalam pengaturan pintu, tangga, kamar tidur, ruang makan dan dapur. Skripsi ini disusun dengan cara melakukan pengamatan dalam beberapa rumah. Dari hasil penelitiannya diketahui bahwa ternyata Feng Shui masih memegang peranan penting


(25)

dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di lokasi tersebut, karena sebagian besar rumah yang diamati oleh Nanik ternyata menerapkan aturan Feng Shui dalam pengorganisasian ruangan rumahnya karena dipercaya mendatangkan kemakmuran.

2.2 Konsep

Konsep dapat diartikan sebagai gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada diluar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Sesuai dengan judul, analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:58).

2.2.1 Bentuk

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999 : 135) “Bentuk adalah bangun, rupa, wujud, sistem, susunan kalimat atau acuan”. Bentuk yang dimaksud dalam Feng shui adalah aturan-aturan yang digunakan, baik secara umum maupun lebih spesifik dalam Feng Shui.Dalam penerapan bentuknya, Feng Shui memiliki beragam aturan yang berbeda sesuai dengan bagian-bagian dari bangunan tersebut, seperti kamar, ruang tamu, dapur, tangga, dll.


(26)

Menurut Budiono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:163) “Fungsi adalah manfaat, guna, faedah.” Setiap benda, pekerjaan, kesenian dalam kebudayaan memiliki fungsi masing-masing menurut kegunaannya. Menurut pendapat Soedarsono : “Fungsi adalah sarana ritual upacara, pengungkapan kegembiraan, pergaulan, sarana pertunjukkan yang timbul dari perasaan untuk memberikan hiburan, dan sarana pendidikan dalam bentuk pelestarian budaya atau kepuasaan batin manusia. Demikian hal dengan Feng Shui yang memiliki fungsi dalm kehidupan masyarakat yang menggunakannya.Feng Shuiberfungsi untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan kehidupan masyarakat. Setiap aturan-aturan dari Feng Shui memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penggunanya.

2.2.3 Makna

Menurut Boediono dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009 : 348), “Makna adalah arti atau maksud yang penting di dalamnya”. Nursyrid S (2002 : 109) mengemukakan : “Ada 6 pola makna esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan budaya manusia, yaitu : simbol, empirik, estetika, sinoetik (perasaan yang halus), etik dan sinoptik (hubungan agama dan filsafat). Makna Simbolik meliputi bahasa, matematika, termasuk juga isyarat-isyarat, upacara-upacara, tanda-tanda kebesaran dan sebagainya. Makna Empirik mengembangkan kemampuan teoritis, generalisasi berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan yang biasa diamati. Makna Estetik meliputi seni musik, tari, sastra, dan lain-lain, berkenaan dengan keindahan dan kehalusan serta keunikan berdasarkan persepsi subyektif berjiwa seni. Makna Sinoetik berkenaan dengan perasaan, kesan, penghayatan dan kesadaran yang


(27)

mendalam. Makna Etik berkenaan dengan aspek-aspek moral, akhlak, perilaku yang luhur, dan tanggung jawab. Makna Sinoptik berkenaan dengan pengertian-pengertian yang terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat, pengetahuan alam yang menuntut nalar masa lampau dan hal-hal yang bernuansa spiritual.

Feng Shui memiliki makna yang terkait dengan fungsi dan penggunaan Feng Shui. Makna ini timbul ketika Feng Shui diterapkan dalam kehidupan dan dapat memberikan ketentraman dan kenyamanan jiwa. Feng Shui memperhatikan makna dari setiap aturannya, seperti dalam pengaturan pintu rumah. Pintu depan rumah sebaiknya tidak sejajar dengan pintu belakang rumah karena bisa menyebabkan kurang lancarnya sirkulasi udara pada rumah. Peredaran udara yang tidak menyebar ini menyebabkan rumah berkurang kesejukannya dan membuat boros. Hal ini jika dimaknai dengan baik akan memberikan kenyamanan pada tempat tinggal, sirkulasi udara yang baik akan memberikan dampak yang baik pula.

2.2.4 Feng Shui

Feng Shui adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan cara menyelaraskan, menyeimbangkan, dan menata kehidupan sesuai pola alami. Feng Shui merupakan seni lingkungan yang berkaitan dengan percakapan, ekologi, politik, geografi, astronomi, arah, dan pengaturan khusus. Walaupun secara harafiah berarti “angin” dan “air”, namun Feng Shui benar-benar berkaitan dengan cara kerja kekuatan bumi yang misterius, yang dipercaya sangat berpengaruh atas kesehatan, kesejahteraan dan peruntungan. Feng Shui merupakan suatu seni dan pengetahuan untuk mengarahkan, menyeimbangkan dan menyelaraskan kekuatan-kekuatan guna mendapatkan manfaatnya bagi umat manusia. Dalam kehidupan bermasyarakat Feng Shui sudah diminati. Penyebarannya sangat pesat dan bukan hanya


(28)

masyarakat Tionghoa saja yang kini menggunakan seni tata ruang ini, tetapi juga seluruh masyarakat (Wongsengtian, 1998:3).

2.2.4.1 Qi

Dalam ajaranFeng Shui, hal yang paling diutamakan adalah memelihara siklusQitetap utuh dan mengalir dengan lancar. Qi adalah energi daya hidup yang membantu keberadaan manusia. Qi merupakan energi atau kekuatan yang menciptakan pegunungan dan gunung-gunung berapi, mengarahkan aliran-aliran air dan sungai-sungai, dan menentukan warna serta bentuk dari pohon-pohon dan tumbuhan-tumbuhan. Qi adalah energi elektromagnetik yang tidak terlihat yang menghubungkan semua hal di alam semesta. Qi adalah energi yang dimiliki oleh alam dan manusia dan keduanya harus seimbang dan harmonis agar tercipta kondisi saling menguntungkan (Brown, 2001:12).

2.2.5 Masyarakat

Masyarakat merupakan sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab yakni musyarak. Abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen, seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat (2002:146-147) : “bahwa


(29)

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat yang

bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.

Para ahli antropologi mendeskripsikan masyarakat sebagai wadah hidup bersama dari individu-individu yang terjalin dan terikat dalam hubungan interaksi serta interelasi sosial. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari berbagai manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaaruh kebatinan satu sama lain hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut. Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian (Hassan Shadily dan Auguste Comte dalam Abdul Syani, 1995: 46-47).

2.3 Landasan Teori

Teori merupakan pendapat yang didasarkan atas penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2008:1444). Sesuai dengan permasalahan yang akan dianalisis dalam skripsi ini, maka penulis akan menggunakan teori fungsional dan teori semiotik.


(30)

Bronislaw Malinowski (1884-1942) mengajukan suatu orientiasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi ahwa semua unsure kebudayaan bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain pandangan fungsionalme kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam beberapa fungsi yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1987:167).

Bagi Malinowski (T.O Ihromi 2006), mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu masih terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kata lain memperthanakan bahwa setiap pola kelakuan yang menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan.

Untuk menganalisis fungsi Feng Shui di dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di Medan, penulis menggunakan teori fungsional. Sesuai dengan yang diasumsikan di dalam teori fungsional, bagaimana masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian menggunakan Feng Shui dalam menata ruangan di dalam rumahnya. Penlis menganalisis Feng Shuitersebut di dalam kehidupan mereka.

2.3.2 Teori Semiotik

Dalam membahas makna Feng Shui bagi masyarakat digunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Jan Van Lexemburg. Teori semiotik adalah ilmu yang secara sistemik


(31)

mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem lambang-lambang dan proses-proses perlambangan. Ada juga bahasa-bahasa yang diciptakan manusia sendiri, jadi yang tidak berkembang dengan sendirinya, dan yang dinamakan dengan sistem lambang, seperti tanda-tanda lalu litas atau sistem lambang sekunder yang berfungsi didalam rangka sebuah sistem primer, misalnya dalam bahasa-bahasa alamiah. Dalam rangka sebuah sistem lambang kita mengartikan gejala-gejala tertentu berdasarkan sebuah kaidah atau sejumlah kaidah. Kaidah-kaidah itu merupakan kode, yaitu alasan atau dasar mengapa kita mengartikan suatu gejala-gejala yang menjadi suatu tanda (Dick Hartato, 1992:44).

Dalam penelitian ini teori semiotik digunakan untuk menganalisis bagaimana masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian memaknai Feng Shui di dalam kehidupannya, serta menerapkanFeng Shuitersebut di dalam menetapkan letak bangunan dan menata setiap ruangan di dalamnya.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran Mardalis (2003:24). Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Nawawi dan Martini (1995:209), ”penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring data ataupun informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada obyeknya”. Metode dapat juga diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan


(33)

suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan Djajasudarma (2006:1). Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan Narbuko dan Achmadi (1997:1). Jadi metode penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang teratur dan terpikir baik yang dilakukan guna mendapatkan pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif deskriptif.

Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan tulisan ini, penulisan menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dan pengamatan lapangan (field research).

3.2 Data dan Sumber Data

Data dan sumber data untuk penulisan skripsi ini diambil dari buku-buku, jurnal, majalah, dan sumber-sumber lainnya yang dapat memberikan informasi akurat yang berhubungan dengan topik penulis. Data yang didapatkan melalui pengamatan lapangan adalah hasil wawancara dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber primer dan sekunder.

Sumber data primer adalah:

1. Sumber : Effendi (Wu Chang Sung)

Profesi : Juru Tulis Vihara

Alamat : Jl. Binjai pasar V gg. Lapangan tua no. 14

kampung lalang

2. Sumber : Andie Arif Wicaksono

Profesi : Arsitek dan KonsultanFeng Shui


(34)

Sumber data sekunder adalah:

1. Sumber : SolusiFeng Shui

Halaman : 307 Halaman

Penerbit : PT Elex Media Koputindo

Tahun : 2008

Warna cover : Hitam

2. Sumber : Feng Shui Rumah

Halaman : 107 Halaman

Penerbit : Griya Kreasi

Tahun : 2011

Warna cover : Kuning

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan penting dalam proses penelitian karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai penelitian mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang diteliti.

Teknik pengumpulan data dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu dengan cara: studi kepustakaan (library research) dan pengamatan lapangan (field research). Library research yaitu pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari naskah, catatan, artikel, buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan Feng Shui. Langkah berikutnya adalah


(35)

melakukan pencatatan yang berhubungan dengan data yang mendukung analisis penulis; melakukan pengaturan data setelah mendapatkan data dari berbagai sumber data; menelaah data yang sudah didapat, mengklasifikasian data-data tersebut dan penganalisisan data, serta yang terakhir adalah menyimpulkan data. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan penggarapan masalah dan untuk mengetahui sejauh mana data yang sudah diperoleh dari peneliti terdahulu.

Teknik pengamatan lapangan (field research) dalam penelitian ini dimulai dengan wawancara. Sebelum wawancara dilakukan maka disusun pertanyaan yang berhubungan dengan topik penelitian. Pertanyaan ini yang nantinya akan diajukan kepada para narasumber.

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penlitian berada di Kota Medan, tepatnya Jl. Bandar Baru Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Medan Timur. Lokasi penelitian ini dihuni oleh masyarakat Tionghoa yang sebagian besar memiliki mata pencaharian dibidang perdagangan. Alasan pemilihan lokasi adalah karena banyaknya masyarakat Tionghoa yang bermukim disana dan mengerti dengan Hong Shui(Feng Shui). Penduduk di daerah ini juga mayoritas bersuku Tionghoa yang pada umumnya juga mengerti tentangFeng Shui.

3.3.2 Obervasi

Observasi berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indera penglihatan yang juga berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 1995:69). Dalam pengumpulannya pengamatan dilakukan secara langsung terhadap subyek


(36)

yang akan diteliti. Selama penelitian dilakukan tiga kali observasi ke tempat pemukiman masyarakat Tionghoa yang menggunakanFeng Shui.

3.3.3 Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data adalah wawancara. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi dengan bertanya secara langsung kepada narasumber. Sebagai langkah awal penulis berpedoman pada pendapat Koentjaraningrat (1981:13) yang mengatakan, ”...kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatat data hasil wawancara.”

Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat tersebut, maka penulis juga mengacu pada pendapat Soehartono (1995:67) yang mengatakan,”...wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung oleh si pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder)”. Koentjaraningrat (1981:139) juga mengemukakan bahwa wawancara terdiri dari beberapa bagian yaitu,

”...wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Wawancara terfokus diskusi berpusat pada pokok permasalahan. Dalam wawancara bebas diskusi langsung dari suatu masalah ke masalah lain tetapi tetap menyangkut pokok permasalahan. Wawancara sambil lalu adalah diskusi langsung yang dilakukan untuk menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul.”

Sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat dan Soeharto mengenai hal kegiatan wawancara, maka sebelum wawancara dilakukan penulis mempersiapkan hal-hal yang


(37)

berhubungan dengan kegiatan wawancara demi kelancaran, yaitu alat tulis dan daftar pertanyaan.

3.3.4 Dokumentasi

Setelah proses wawancara dengan informan, penulis melakukan pengambilan gambar. Gambar yang diambil adalah bentuk Feng Shui yang digunakan oleh masyarakat Tionghoa yang dilakukan di lokasi penelitian. Dokumentasi dilakukan dengan Canon digital camera bertipe IXUS 200 IS.

3.3.5 Studi Kepustakaan

Pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari naskah, catatan, artikel, buku-buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan Feng Shui dan penerapannya. Langkah berikutnya penulis akan melakukan pencatatan yang berhubungan dengan data yang mendukung analisis penulis; melakukan pengaturan data setelah mendapatkan data dari berbagai sumber data; menelaah data yang sudah didapat, mengklasifikasian data-data tersebut dan penganalisisan data, serta yang terakhir adalah menyimpulkan data. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan penggarapan masalah dan untuk mengetahui sejauh mana data yang sudah diperoleh dari peneliti terdahulu dan mendukung serta melengkapi hasil wawancara.


(38)

Data adalah informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Fakta adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empiris, antara lain melalui analisis data (Abdurahman, 2005:104).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan mencari teori-teori yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan. Landasan ini perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh. Untuk mendapatkan informasi mengenai beberapa hal yang disebutkan diatas, harus melakukan telaah kepustakaan. Pada umumnya lebih dari lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian adalah membaca. Karena itu, sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian (Abdurahman, 2005:17).

Setelah data diperoleh baik dari observasi, wawancara dan dokumentasi maupun informasi mengenaiFeng Shui maupun informasi mengenai yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel, dsb, maka penulis melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan data yang diperoleh antara bentuk, fungsi dan maknaFeng Shui. 2. Memutar ulang hasil wawancara yang didapatkan dari informan berupa rekaman dari

tape recorder, agar data yang dikumpulkan dapat digunakan dengan benar sesuai dengan penelitian.

3. Melakukan pencatatan atas hasil wawancara, kemudian hasil dari pencatatan dibaca berulang kali agar lebih dipahami.


(39)

BAB IV

GAMBARAN UMUMFENG SHUI

4.1 Gambaran UmumFeng Shui

Secara harafiah arti kataFeng Shuidalam bahasa mandarin adalah:

Feng ( 风 )= Angin, Shui ( 水 )= Air. Feng/Angin mewakili anasir Yang atau positif, sedangkan Shui/Air mewakili anasir Yin/Negatif. Anasir Yang dan Yin adalah dasar filosofi dari semua pengetahuan Tiongkok purba yang akhirnya juga diakui sebagai dasar dari logika yang ada di dunia. Gabungan kata Feng dan Shui dijadikan simbol pengetahuan tentang pengaruh alam lingkungan tehadap bangunan, bangunan terhadap kehidupan penghuninya.

Gambar 4.1 Hanyu PinyinFeng Shuidalam Bahasa Indonesia Sumber : Buku SolusiFeng Shui

Feng Shuiadalah hasil penelitian empirik bangsa Tiongkok kuno.Feng Shuiawalnya tidak jauh berbeda dengangeomancy pada negara-negara barat, Wetondi Jawa,Asta


(40)

Kosala-Kosali di Bali dan Vastu di India. Feng Shui berfokus pada penataan ruang/bangunan yang memerhatikan alam/logis, bukan sebagai ramalan nasib/mistis. Acap kali dalam Feng Shui terjadi penyimpangan ketika Feng Shui disalahgunakan untuk ramalan nasib manusia yang kesannya menjadi mistik/klenik. Penerapan Feng Shui yang benar dapat mendatangkan keberuntungan-keberuntungan fisik dan non-fisik dalam berbagi aspek dalam kehidupan (Junianto, 2009:3).

Feng Shui memiliki intisari, intisari Feng Shui diantaranya adalah Yin-Yang. Yin melambangkan pasif (hitam) dan Yang melambangkan aktif (putih). Yin-Yang digunakan sebagai simbol keseimbangan dan keselarasan. Dalam Feng Shui dikenal juga lima unsur. Lima unsur ini merupakan lima unsur utama dari alam yakni kayu, api, tanah, logam dan air. Jika lima unsur tersebut berada dalam urutan yang benar dan posisi yang tepat, maka kelima unsur ini akan saling mendukung dan menghasilkan dalam kehidupan manusia (Junianto, 2009:3)

Dalam praktiknya tidak lainFeng Shuiadalah suatu konsep yang dapat digunakan atau tidak digunakan dalam proses desain. Satu hal yang membedakan Feng Shui dengan konsep desain adalahFeng Shuiberporos pada pencapaian kualitas hidup yang lebih baik.Feng Shui memiliki filosofi dasar sebagai berikut: Tian Shi, Di Li, Ren He, yang artinya: sesuai takdir Sang Pencipta, tanah yang produktif dan didukung oleh manusia. Untuk menentukan tanah yang produktif inilah maka Feng Shui juga disebut sebagai geomancy (geo = tanah). Kegunaan Feng Shui bagi masyarakat kebanyakan diyakini hanya untuk kemakmuran. Padahal tujuan Feng Shui tidaklah demikian. Terutama kesehatan pengguna untuk dapat memperoleh kebahagiaan termasuk keharmonisan antar sesama (Mariana, 2008:6).


(41)

Dalam penyebarannya pada zaman dahulu, Feng Shui sering kali identik dengan mitos. Hal ini karena masyarakat zaman dahulu lebih cepat tunduk pada sesuatu yang berhubungan dengan supranatural. Namun dalam perkembangannya saat ini, mitos dewa-dewa ini tidak dipercaya begitu saja oleh orang-orang. Hal ini terkait dengan semakin rasionalnya cara berpikir manusia masa kini, walaupun pemahaman Feng Shui sebagai ilmu empiris belum dipahami oleh semua orang. Masih ada sebagian orang yang menganggap bahwaFeng Shuiadalah mitos belaka (Wicaksono, 2010:6)

4.2 Sejarah dan PerkembanganFeng Shui

Munculnya Feng Shui tidak serta merta terjadi secara instan, namun melewati berbagai proses yang panjang. Feng Shui merupakan sebuah metamorphosis yang telah ada sejak lebih dari 4700 tahun yang lalu. Ilmu telah mengalami perubahan yang begitu besar jika ditilik dari waktu ke waktu. Proses ini diawali dengan ditemukannya I Ching (kitab perubahan), yaitu sebuah kitab kuno Cina yang sangat termasyur berisi prinsip kebenaran yang dianggap sebagai perubahan alam dan segala isinya. Karya klasik Cina ini dimuliakan selama ribuan tahun sebagai tuntutan atas keberhasilan dan sumber kebijakan. Hampir semua falsafah Cina berakar dari kitab ini.

Konsep dasar I Ching berkembang dan bermula lebih dari 4900 tahun lalu oleh Kaisar Fu Xi (2953 SM – 2838 SM) yang oleh karena pengamatannya yang baik terhadap segala perubahan alam dan bentuk-bentuk kehidupan termasuk setiap gerakan tubuh. Kaisar Fu Xi menyimpulkan bahwa semua pergerakan di alam semesta dengan segala isinya berubah


(42)

mengikutu hukum kehidupan (Hukum alam/ Li). Kaisar Fu Xi berhasil menemukan perhitungan kotak ajaib, kala itu ia menemukan kura-kura raksasa hitam merayap keluar dari sungaiLo.Ia sangat terpukau pada pola titik-titik air yang terdapat pada punggung kura-kura tersebut. Dari punggung kura-kura itulah perhitungan akan kotak Lo Shu didapat. Lo Shu adalah perhitungan Feng Shui yang menggunakan pola angka 1 sampai 9. Setiap angka terdapat pada satu kotak kecil yang terdapat pada punggung kura-kura, terdiri dari 3 vertikal dan 3 horizontal. Jika semua vertikal maupun horizontal dijumlahkan, maka akan selalu menghasilkan angka 15.

Gambar 4.2 Diagram Lo Shu Sumber : Ambiente, 1994

Pada masa ini Feng Shui dikenal dengan nama Bu Zhai, yakni metode peramalan dengan menggunakan cangkang kura-kura untuk menilai sebuah lokasi yang menguntungkan atau tidak. Fungsi kotakLo Shudalam Feng Shui adalah untuk mendapatkan waktu dan arah yang tepat ketika renovasi rumah, pindah rumah, masuk kantor baru dan hari-hari penting lainnya. Kotak Lo Shu melambangkan Sembilan tipe energi Qi. Angka 9 menunjukkan arah Selatan, sebagaimana dikenal dalam kompasFeng Shui.


(43)

Peta Lo Shu berubah menjadi sumber inspirasi utama yang mempengaruhi konsep peta manusiawi dan dimualailah era dimana Ba Gua dipakai sebagai alat memperediksi perubahan tingkah pola kehidupan manusia. Ba Gua susunan langit awal ini sering disebut sebagai Xian Tian Ba Gua atau peta surgawi. Ba Gua cenderung dipakai sebagai alat memprediksi fenomena yang terjadi di alam untuk menghitung bangunan yang bersifat monumental, seperti rumah ibadah, istana kerajaan, formasi kota, makam, dan lain-lain. Metode utama yang digunakan pada era ini masih sederhana sekali, yaitu: mengevaluasi bentuk-bentuk tanah dataran tinggi dan dataran rendah, kecukupan air dan pola aliran air. Pakar Feng Shui pada masa itu disebut dengan istilah Fang Shi atau seseorang yang mempelajari ilmu metafisika.

Gambar 4.2 Ba Gua Susunan Langit Awal Sumber : www.taiji.net

Konsep Ba Gua/delapan trigram ini kemudian diterjemahkan dan disusun menjadi 64Hieragramoleh Raja Wen Wang (pendiri Dinasti Zhou, 1150-249 SM) dalam bentukHou Tian Ba Guaatau peta manusiawi (Ba Gualanjutan) yang pada masa itu merupakan periode


(44)

zaman yang lebih maju untuk memahami nama-nama benda beserta hukum alam yang harus diketahui. Perubahan Ba Gua menjadi 64 Hieragram akhirnya disimpulkan sebagai akar kebudayaan dan pengetahuan Cina kuno. Selanjutnya isi peta manusiawi ini disempurnakan oleh Khong Hu Cu (551-479 SM) dan dikenal dengan nama kitabI Ching. Ia menambahkan sepuluh sayap dalamI Chingsebagai tafsir penjelasan dan mengembangkannya secara khusus sebagai sumber penghayatan hidup dan pendalaman spiritualitas.

Kaisar Chin Shi Huang Ti (221-206 SM) adalah pendiri Dinasti Qin, yang berkuasa dengan masa jabatan yang singkat, tetapi merupakan kaisar lalim yang berkuasa dengan tangan besi dan telah berhasil menyatukan Cina kembali setelah porak-poranda akibat pertikaian dalam negeri, dimana hanya tersisa tujuh Negara yaitu : Qin, Qi, Chu, Yan, Han, Zhao dan We. Kaisar inilah yang meninggalkan karya sejarah spektakuler berupa dua keajaiban dunia yaitu Tembok Besar Cina dan Terracotta. Kaisar Chin juga mengharuskan pemusnahan terhadap kitab-kitab yang tidak sesuai dengan misi kekaisaran Qin. I Ching termasuk salah satu dari sebagian kecil kitab yang berhasil diselamatkan.

Kemunculan Dinasti Han setelah Dinasti Qin menghasilkan suatu pemerintahan yang rapi, tertib dan teratur. Di zaman ini I Ching berkembang dengan sangat pesat dan dikenal sebagai buku ramalan, etika dan metafisika. Ajaran Khong Hu Cu pun menjadi agama resmi Negara dengan lima kitab pegangan (Wu Ching) dimana salah satunya adalah I Ching. Pada masa ini ilmuFeng Shuidikenal dengan istilahKan Yu. Kan Yu adalah istilah bahwa manusia mengerti kehendak alam semesta, sehingga dimana saja dia tinggal dia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan.


(45)

Pada zaman kejayaan Dinasti Han dibangun perlintasan Jalur Sutra yang merupakan jalur lalu lintas darat. Jalur ini dipakai sebagai jalur perlintasan luar negeri, yang menghubungkan Cina, Turki, india bahkan sampai Afganistan. Jalur ini juga digunakan untuk penyebaran agama Budha di Cina oleh para Biksu dari India dan akhirnya agama ini membaur dengan agama pribumi di Cina yaitu agama Tao dan Khong Hu Cu, kemudian berkembang kembali sebagai agama Chinesse Buddhism yang di Indonesia dikenal sebagai agama Kelenteng.I Chingdikembangkan secara resmi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum pendidikan, bahkan dijadikan sebagai bahan pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh paraSia Cai (sarjana) saat mengikuti ujian tingkat nasional. Kemudian berkembang pula I Ching versi Buddhis dan Taoisme. Perpaduan inilah yang kemudian menghasilkan teks standarI Ching. I Chingperpaduan ini dijadikan oleh para ilmuan dunia dalam menelaah dan kemudian mempelajariI Ching yang kemudian disusun lagi pada zaman Dinasti Tang hingga akhirnya muncullahFeng Shui.

Perjalanan Feng Shui ini berlanjut pada zaman Dinasti Tang, dimana praktek Feng Shui mulai diperkenalkan secara luas di Cina oleh Yang Yun Sang seorang ahli Cina kuno (sekitar 840-888 M). Yang Yun Sang merupakan penasehat utama kaisar Hi Tsang (888 M). Ia diakui sebagai penemu Feng Shui, ia meninggalkan warisan klasiknya berupa 3 buku tentang Feng Shui. Ketiga buku ini bercerita tentang praktek Feng Shui yang menggunakan metode perhitungan dikembangkan melalui metafora keberadaan sosok naga, terdiri atas : Han Lung Ching(Seni Membangkitkan Naga), Ching Nang Ao Chih(Menentukan Letak Goa Naga),I Lung Ching(Prinsip Mendekati Naga).


(46)

Buku ini dikembangkan menjadi dasar-dasar Feng Shui dan dikenal sebagai Feng Shui aliran bntuk yang mengacu pada penentuan letak Naga Hijau dan Macan Putih sebagai faktor penentu kedudukan Nafas Kosmis (Qi/Energi Pembawa Keberuntungan). Wang Zhi seorang ahli perbintangan yang hidup di zaman Dinasti Sung (960 M), memperkenalkanFeng Shui aliran kompas yang berpengaruh pada planet terhadap kualitas baik buruknya suatu tempat/lahan/bangunan. Pada akhir abad ke 19 dengan awal abad ke 20 kedua aliran yang tadinya berjalan sendiri-sendiri ini, digabungkan menjadi prinsip perhitungan Feng Shuiyang saling mengisi dan berkaitan.

Gambar 4.2Luo Banyang biasa dipakai pakarFeng ShuiAliran Kompas

Sumber:www.google.id

4.3 Elemen-elemenFeng Shui

Lima unsur (Wu Xing) masing-masing merupakan elemen pokok dalam Feng Shui yakni kayu, api, tanah, logam dan air. Kelimanya merupakan elemen yang mutlak diatas bumi


(47)

setiap elemen saling berpengaruh dalam siklus produktif/menguntungkan dan destruktif/menghancurkan.

Gambar 4.3 Simbol Unsur Kayu, Api, Tanah, Logam dan Air (kiri ke kanan)

Sumber :www.google.id

Siklus produktif berjalan dengan urutan api, tanah, logam, air, kayu kembali ke api, dst. Secara teoritis dapat diartikan api menghasilkan tanah (hasil proses pembakaran), tanah melahirkan logam (lokasi barang tambang/logam-logam yang berada di perut bumi), logam mengandung air (tetesan air yang muncul pada logam), air menumbuhkan kayu (unsur hara), kayu menyalakan api (kayu sebagai mediator), dan seterusnya kembli ke awal. Sementara siklus destruktif berlangsung dalam urutan kayu, tanah, air, api, logam, dan seterusnya kembali ke awal. Artinya kayu merusak tanah (akar kayu merusak/menghancurkan batu), tanah menyerap air, air memadamkan api, api mencairkan logam dan logam memotong kayu (gergaji/kapak).


(48)

Gambar 4.3 Siklus Hubungan Antar Unsur

Sumber:www.google.id

4.4 Aspek Pengamatan dalamFeng Shui

Menurut Wicaksono (2004), aspek pengamatan dalamFeng Shuiterdiri dari:

1. Letak

Kestrategisan suatu lokasi merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tapak suatu bangunan. Di dalam Feng Shui, letak suatu bangunan dapat mempengaruhi kehidupan penghuninya. Faktor letak ini seringkali juga dikaitkan dengan arah mata angin. Salah satu aliran Feng Shui meninjau atau menilai kebaikan dan keburukan tentang posisi suatu bangunan. Ada beberapa bangunan yang tidak baik keberadaannya apabila bangunan tersebut terletak di depan suatu rumah tinggal, atau bila rumah tinggal didirikan di bekas kavling tanah bangunan-bangunan seperti rumah ibadah, kantor polisi, rumah duka, penjara, rumah jagal, dan bangunan bekas terbakar. Bangunan-bangunan tersebut dinilai akan menghisap Qi positif dari penghuni rumah yang ada di depannya yang menyebabkan menurunnya gairah hidup. Namun, sebenarnya hal ini pun dapat


(49)

dijelaskan secara logis dalam ilmu arsitektur. Bangunan yang dapat menimbulkan damapak negatif ini lebih pada tinjauan psikologis karena aktivitas yang ada di dalam bangunan tersebut.

1. Lokasi

Tiga karakteristik yang paling penting dalam hunian adalah: “lokasi, lokasi dan lokasi” (Kau dan Sirmans, 1985: 22-23). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa lokasi merupakan karakteristik yang paling penting dalam hunian.

Memilih lokasi yang tepat, baik untuk residensial maupun komersial sangatlah penting. Seorang pemilik rumah dengan memilih lokasi yang tepat, mengharapkan terjadinya kenaikan nilai. Pemilihan lokasi yang tidak tepat dapat mengarah pada penurunan nilai dan potensi untuk dijual kembali.

Pengertian lokasi menurut Dasso dan Ring (1992) adalah “Location is the result of fixity and concerns relationship to a property”. Bila diterjemahkan: “lokasi adalah suatu ketetapan dan menyangkut hubungan dengan suatu properti”.

Faktor lokasi yang berkaitan dengan sebuah properti antara lain:

a. Convenience or accessibility, yaitu kemudahan mencapai suatu lokasi dari lokasi tertentu dihitung berdasar biaya dan waktu.

b. Environment or exposure, yaitu kondisi lingkungan sekeliling yang melingkupi suatu daerah seperti pemandangan alam, udara bersih, dan jarak dengan fasilitas.

c. Protection from externalities,yaitu perlindungan dari aspek negatif yang berasala dari luar lokasi.


(50)

a. Bentuk

Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi yang sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu objek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh. Bentuk mempunyai dua makna yakni:

1. Bentuk luar atau umum

Empat macam tipe lahan rumah dengan bentuk oktagonal, persegi, persegi panjang, dan segitiga.

2. Bentuk rinci atau susunan bentuk yang lebih rinci dan spesifik b. Skala ukuran

Sedangkan ukuran merupakan bagian informasi kontkstual selain bentuk dan letak. Menurut Sutanto (1986), ukuran merupakan atribut objek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.

4.5 Arti dan Pengaruh Warna DalamFeng Shui

Pengaruh warna dalam ajaran Feng Shui sangat penting dan kompleks sebab perhitungannya selalu melibatkan unsur warna. Warna dalam ajaranFeng Shuidinilai sebagai berikut:

1. Mengandung energi kekuatan dan getaran.

2. Mencerminkan sifat dan karakter magnetik dan alam semesta. 3. Secara psikologis dapat dirasakan pengaruhnya.


(51)

5. Berinteraktif dalam kehidupan (Dian, 2002:2)

Warna berdasarkan pengaruh yang dibawanya meliputi: Too (2002:166)

1. Merah

Warna merah menurut ajaran Feng Shui dianggap sebagai warna yang member kekuatan berpengaruh dan kekuasaan.

2. Merah dan Emas

Paduan warna merah dan emas merupakan lambang kekayaan dan kemakmuran, penggunaannya dalam rumah tidak boleh terlalu dominan, disarankan hanya sebagai hiasan.

3. Ungu

Ungu merupakan lambang kemakmuran yang kuat. Penggunaan warna ini sebagai tema merupakan keputusanFeng Shuiyang tepat.

4. Ungu dan Perak

Kombinasi warna tersebut merupakan kombinasi warna yang mendekati kesanHi-Techdan warna ini adalah warna logam.

5. Hijau dan Biru

Warna-warna tersebut adalah warna yang harmonis dan seimbang, merupakan perpaduan warn yang baik bagi ruangan anak-anak yang sedang tumbuh, karenaQi pertumbuhan yang dibawa olehQikedua warna tersebut adalah pertumbuhanQiyang sehat.

6. Hijau dan Merah

Paduan warna tersebt merupakan paduan warna yang membawa kebahagiaan, warna ini sebaiknya digunakan dikamar tidur dan berhubungan dengan pemenuhan satu tahap kehidupan


(52)

7. Putih dan Kuning

Warna kuning menyebarkan kehangatan dan harapan baik, warna ini bisa merupakan warna kerajaan yang tidak sembarang orang bisa menggunakannya, karena seseorang yang tidak kuat meggunakan warna kerajaan ini maka orang tersebut bisa keberatan penyakit. Sedangkan warna putih merupakan warna penetralisir, maka apabila ruangan didominasi oleh warna kuning, gunakan warna putih sebagai penetralisir.

8. Merah dan Kuning

Kombinasi warna ini membawa keberuntungan dalam rumah, apabila penggunaannya mndominasi ruangan maka keberuntungan akan datang.

9. Hitam dan Putih

Paduan warna tersebut melambangkan keharmonisan, warna hitam tidak boleh mendominasi ruangan. Warna putih merupakan warna yang mengandung semua warna pelangi sehingga mempunyai keseimbangan semua warna, oleh sebab itu dalam penggunaannya warna putih boleh mendominasi.

10. Hitam dan Hijau

Warna-warna tersebut merupakan perpaduan yang menguntungkan bagi anak-anak karena kedua warna ini membawa pengaruh pada pertumbuhan, tetapi penggunaan warna hitam disarankan tidak terlalu berlebihan.

BAB V


(53)

5.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Berdasarkan Sektor Eksternal

Feng Shui memiliki bentuk, fungsi, dan makna. Bentuk pada Feng Shui merupakan aturan-aturan yang digunakan dalam penerapanFeng Shui pada suatu bangunan. Fungsi dan maknaFeng Shuimengacu pada fungsi dari setiap aturan dan bagaimana Feng shui memiliki makna dalam kehidupan penggunanya. Dalam penerapannya Feng Shui dibagi atas dua sektor, yaitu sektor eksternal dan sektor internal. sektor internal mencakup hal-hal yang berada di dalam bangunan. Sektor eksternal adalah keseluruhan yang berada di luar rumah seperti jalan raya, keadaan sekitar rumah, dan juga sungai.

5.1.1 Rumah di Atas Bantaran Sungai

Sungai dan jalan raya merupakan dua objek yang berbeda, tetapi sama-sama merupakan sarana transportasi. Sungai dikenal sebagai sarana transportasi masa lalu dan jalan raya sebagai transportasi yang lebih banyak digunakan pada masa kini.

Rumah yang dibangun dengan tonggak penyangga di bantaran sungai menyebabkan sebagian atau seluruh bangunan berdiri tepat di atas sungai. Formasi ini dalam Feng Shui memiliki makna yang tidak baik dalamFeng Shuijika bangunan tersebut dimaksudkan untuk rumah tinggal, sebab dapat menghasilkan kesejahteraan hidup yang tidak baik. Posisi ini dapat menyebabkan perasaan tidak tenang, karena dibayangi ketakutan akan jatuhnya rumah ke dalam air . Feng Shui yang paling baik adalah membangun sebuah rumah tinggal di atas tanah, bukan air (Dian, 2008:68).


(54)

Gambar 5.1.1 Rumah di atas bantaran sungai

Sumber: SolusiFeng Shui

Perumahan pada lokasi penelitian tidak dibangun di atas bantaran sungai. Perumahan pada penelitian ini dibangun di atas tanah kering, bukan timbunan dari perairan atau semacamnya, karena di perumahan tersebut tidak ditemukan aliran sungai. Dalam pembangunannya perumahan di kelurahan Sidodadi telah menerapkan Feng Shui secara benar.

5.1.2 Air di Sekitar Rumah

Rumah yang berdekatan dengan air terjun atau dapat melihat ke air terjun memiliki nilai tambah yang baik dalam Feng Shui. Gemericik dan aliran air terjun diyakini dapat mendatangkan Qi/hawa murni yang sangat berguna bagi kehidupan. Mencari lokasi yang mempunyai air terjun untukFeng Shuiyang baik ternyata sangat sulit. Oleh sebab itu, banyak orang yang membuat air terjun dalam bentuk miniatur dan meletakkan di sisi depan rumahnya.


(55)

Demikian juga lokasi rumah di jalan atau sungai yang meliuk merupakan pilihan yang baik untuk Feng Shui. Sebab gerakan meliuk akan memperlambat aliran sungai atau kendaraan yang lalu lalang. Dengan demikian, Qi dapat berhimpun dan tidak mudah buyar oleh gerakan yang keras. Akan tetapi, baik tidaknya lokasi bangunan di dekat jalan atau sungai yang meliuk, harus dilihat dari mana datang dan perginya air atau kendaraan. Air yang datang ke arah rumah nilainya baik, sebaliknya air yang menjauh pergi dinilai kurang baik (Dian, 2008).

Perumahan pada lokasi penelitian tidak memiliki air disekitar rumah baik air terjun, kolam ikan maupun aliran air yang mengalir ke arah rumah. Hal ini karena keterbatasan tanah yang dimiliki oleh setiap perumahan. Perumahan dalam penelitian memiliki bentuk yang rata-rata tidak memiliki ruang untuk penataan taman, karena keterbatasan ukuran tanah yang mereka miliki. Pada kasus ini, perumahan pada lokasi penelitian tidak memenuhi standar Feng Shui untuk masalah pengaliran air sebagai nilai tambah Feng Shui. Kasus Feng Shui seperti ini bukan merupakan kasus yang berat dan tidak memerlukan pembenaahan, karena air dalam kasus ini hanya merupakan nilai tambah, jika tidak ada tidak merupakan suatu masalah, dan jika ada akan memberivalueyang lebih baik.

5.1.3 Rumah Berada pada Posisi Tusuk Sate

Rumah di ujung pertigaan jalan dan bertatapan langsung dengan jalan dikatakan berada di posisi ujung jalan “T” atau sebutan populernya “Tusuk Sate”. Letak rumah ini dinilai jelek dalamFeng Shuisebab sering mendatangkan kendala. Banyak orang mengatakan


(56)

bahwa rumah “tusuk sate” sangat angker sebab sering dijadikan jalan tembus bagi makhluk halus. Akibatnya, penghuni sering sakit aneh yang berat dan harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatan sehingga mengorbankan seluruh tabungan.

Menurut logika, faktor setan dan roh halus dapat diartikan sebagai debu dan kuman penyakit yang dibawa oleh angin, yang bergerak lurus dan langsung masuk ke rumah yang berada di ujung jalan. Hal ini menyebabkan rumah di posisi ”Tusuk Sate” memang beresiko tinggi dimasuki debu dan kuman penyakit, bahkan tertabrak mobil yang ngebut.

Gambar 5.1.3 Posisi Rumah Tusuk Sate

Sumber: SolusiFeng Shui

Ada beberapa cara dan siasat untuk pembenahan rumah “tusuk sate”, di antaranya:

1. Pintu rumah dibuka menhadap ke arah samping sehingga angin dan debu tidak langsung masuk ke rumah.

2. Membuat dinding penghalang yang solid untuk benteng perlindungan, untuk menghindari msuknya mobil/motor secara tiba-tiba ke dalam rumah (rumah “tusuk sate” paling sering ditabrak mobil).


(57)

3. Membuat sebuah kolam dengan bentuk cembung ke luar. Kolam dimaksudkan sebagai filter atau penyaring udara kotor.

4. Memasang cermin di depan pintu yang digunakan ssebagai reflektor agar kendaraan yang lewat waspada dan hati-hati. Cermin mempunyai daya pantul yang baik dan dipercaya dapat mengusir hawa jahat/Sha Qi. Oleh sebab itu, banyak orang yang tinggal di rumah “tusuk sate” memasang cermin cembung sebagai penangkal (Dian, 2008).

Gambar 5.1.3 Pembenahan pada rumah tusuk sate

Sumber: SolusiFeng Shui

Perumahan pada lokasi penelitian ini ditemukan satu rumah yang berada pada posisi tusuk sate, yaitu rumah Pak Huang Da Tong, dimana rumah tersebut mengalami seperempat tusuk sate dari jalanan (digolongkan dalam tusuk sate sebagian). Pak Huang Da Tong telah berkonsultasi dengan ahliFeng Shui dan mendapatkan solusi dari permasalahan posisi rumah pada tusuk sate. Menurut konsultan Feng Shui rumah Pak Huang Ta Tung dapat menyebabkan rejeki yang dihasilkan dari rumah tersebut akan pindah ke seberang rumah Pak Huang Ta Tung. Konsultan Feng Shui menganjurkan agar Pak Huang Ta Tung menutup


(58)

setengah pintu rumah yang berada pada posisi tusuk sate. Pintu rumah ini dibuka ketika hendak melakukan pekerjaan yang mengharuskan pintu terbuka, seperti keluar masuk rumah dan mengeluarkan kendaraan.

5.1.4 Rumah di Sudut atauHook

Posisi rumah di tikungan atau di perempatan jalan disebut “rumah sudut atau Hook”. Posisi ini sering dikatakan jelek karena rumah dengan dua penampang dapat dikatakan mempunyai pertahanan yang buruk karena posisinya serba terbuka. Disampaikan oleh Bapak Huang Da Tong pada wawancara tanggal 8 Juli 2012 yang dilangsungkan di kediamannya. Feng Shui dengan rumah di posisi Hook memang memiliki makna yang kurang baik, namun rumah atau tanah yang berada pada posisi ini masih banyak dicari di lingkungan yang luas lahannya terbatas seperti cluster ataupun perumahan kecil. Posisi hook dapat memberikan ruang untuk memperluas tempat tinggal. Kasus pada posisi ini bukan termasuk kasus yang berat.


(59)

Sumber : Dokumen Pribadi

5.1.5 Rumah di Ujung Jalan Buntu dan Rumah Menghadap Jalan Buntu

Rumah di ujung jalan buntu dinilai kurang baik sebab Qi menjadi stagnan dan tidak bisa bertahan lama. Akibatnya, rezeki kehidupan juga semakin susah didapat. Rumah di ujung jalan buntu secara umum tidak memiliki sirkulasi angin yang baik sehingga Qi berubah menjadi Sha Qi yang jahat dan udara juga terasa lebih panas. Situasi ini sering mengundang musibah kebakaran bahkan pencurian.Qidapat tumbuh dan bersemai dengan baik jika dibuat sebuah kolam dengan air terjun di depan rumah. Dengan demikian, Qi dapat bersikulasi dengan pertumbuhan yang panjang.

Demikian juga dengan rumah yang menghadap jalan buntu, secara otomatis posisinya berada di formasi “tusuk sate”. Tipe rumah seperti ini tidak bisa mendatangkan hawa rezeki yang baik, usaha mudah kena tipu, dan banyak kasus sering bertemu jalan buntu. Cara pembenahannya tidak berbeda dengan cara menyiasati rumah “tusuk sate”. Hal yang paling baik apabila pintu tidak dihadapkan dengan jalan buntu (Dian, 2008).


(60)

Gambar 5.1.5 Rumah berada di jalan buntu (atas), Rumah menghadap ke jalan buntu (bawah).

Sumber: SolusiFeng Shui

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berada di jalan buntu atau rumah yang menghadap jalan buntu, karena kompek perumahan berada di pinggir jalan raya sehingga tidak terdapat jalan buntu. Ketika penelitian dilakukan ada subuah ruko pada komplek ini yang terletak di ujung lokasi, namun posisi ini tidak bisa dikatakan sebagai rumah yang berada pada posisi jalan buntu. Karena pada tembok yang berada di belakang ruko memiliki satu pintu kecil yang dapat dibuka tutup, untuk jalan tembus ke jalan raya.

5.1.6 Rumah Berhadapan dengan Pemakaman

Rumah yang berada di dekat kuburan (khususnya yang berhadapan langsung dengan area kuburan) atau rumah duka akan memberikan pengaruh buruk bagi orang yang tinggal di sana sebab kuburan adalah tempat berkumpulnya energiYin/negatif dalam kadar yang sangat besar. Dalam dunia metafisika, rumah tinggal ini disebut sebagai tempat berkumpulnya roh. Agar panas tubuh manusia stabil, manusia membutuhkan energiQi dari elemenYang/Positif.


(61)

Elemen Yin yang mendominasi kehidupan manusia mengakibatkan rasa lesu, frustasi, dan tidak memiliki semangat juang untuk menyongsong kehidupan sebab jiwa dan fisik sering mengalami gangguan dan tekanan berat.

Gambar 5.1.6 Rumah berhadapan dengan pemakaman

Sumber: SolusiFeng Shui

Aroma yang dikeluarkan dari lokasi pemakaman biasanya berbau khas, yaitu berau harum yang identik dengan hal-hal mistis (terutama yang keluar dari bunga kamboja). Bau harum dan penanaman bunga seperti melati dan kamboja di komplek pemakaman memang memiliki dampak positif yakni menetralisir bau busuk dihasilkan dari proses pembusukan bangkai yang terjadi di dalam tanah. Hal ini menyebabkan kamboja dianggap sebagai bunga kuburan dan ada pendapat dalamFeng Shui yang menganggap penanaman bunga kamboja di lingkungan rumah karena dapat menimbulkan efek sendu (Wicaksono, 2011:76).

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berhadapan dengan kuburan, karena di dalam atau di sekitar komplek perumahan tersebut tidak terdapat pemakaman.


(62)

Rumah ibadah dalam Feng Shuitermasuk elemen Yin besar karena bersifat spiritual untuk alam batin, pengaruhnya kurang baik untuk rumah tempat tinggal yang sangat membutuhkan energi Yang/positif. Dengan demikian, pengaruh elemen ini juga kurang baik untuk rumah yang berhadapan langsung dengan rumah ibadah atau yang tinggal dalam radius 50 atau 60 meter dari objek yang dipermasalahkan.

Getaran suara doa berjemaah, nyanyian dan lonceng yang mengiringi upacara dan seremonial lainnya sering merusak energi Sheng Qi/energi baik yang berkumpul dalam rumah. Akibatnya, hawa rezeki untuk dunia non spiritual tidak bisa terkumpul dengan baik dan mudah tersapu pergi. Terlalu dekat dengan alam batin yang bernuansa supranatural memang akan memenuhi kebahagiaan batin, tetapi kalau tidak bisa mengendalikannya, timbul penurunan konsentrasi kerja sehingga karier dan usahapun pada akhirnya akan mengalami penyusutan (Dian, 2008).

Gambar 5.1.7 Rumah berhadapan dengan rumah ibadah Sumber: SolusiFeng Shui

Menurut Bapak Effendi pada wawancara tanggal 12 Juli 2012, rumah yang terletak di depan rumah ibadah memiliki Feng Shui yang tidak baik. Rumah ibadah adalah tempat


(63)

memanjatkan doa, oleh karena itu harus dipelihara kesuciannya. Manusia yang berada di dalam rumah sering kali melakukan pelanggaran terhadap ajaran sang pencipta, seperti berkata kasar, atau bertindak kurang sopan. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang lebih rendah derajatnya dengan sang pencipta, sehingga sudah sepantasnya memelihara dan menjaga tingkah laku agar kesucian rumah Tuhan terjaga. Feng Shui ini dinilai tidak baik ditinjau dari hal kepantasan, sebaik-baiknya manusia pasti memiliki dosa walau sekecil apapun, sedangkan Tuhan adalah pemilik kesempurnaan.

Bapak Effendi juga mengatakan bahwa rumah ibadah juga merupakan tempat untuk melakukan penyembahan atau pemanjatan doa bagi orang yang meninggal dunia. Hal ini dapat menimbulkan hati menjadi cepat sedih oleh karena rasa empati manusia yang turut bersedih ketika melihat manusia lain bersedih ketika ditinggal oleh orang yang disayanginya. Sesuai dengan yang disampaikan

Wicaksono (2011:73) bahwa:

”Rumah di depan tempat ibadah tidak sepenuhnya baik. Perlu diingat bahwa ada beberapa ritual yang membawa jenazah ke tempat ibadah sebelum di makamkan ke tempat pemakaman. Hal ini sering membuat penghuni rumah di depan bangunan peribadatan sering melihat dan ikut merasakan kesedihan dari prosesi jenazah yang berlangsung”.

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berhadapan dengan rumah ibadah, karena komplek perumahan tidak terdapat rumah ibadah.

5.1.8 Rumah Berhadapan dengan Gedung Tinggi

Rumah yang berhadapan dengan gedung tinggi, diibaratkan menatap gunung tinggi, menyebabkan Qi/hawa rezki tidak dapat mengalir masuk karena terhalang rintangan besar.


(64)

Untuk jarak yang terlalu dekat, pengaruh tekanannya sangat terasa sehingga pembenahannya sulit dilakukan (Dian, 2008).

Demikian halnya jika tempat tinggal merupakan bangunan rendah di antara dua gedung tinggi diibaratkan terbelah pisau dari langit. Kasus ini sangat sulit dibetulkan sebab yang menjadi penyebab adalah faktor lingkungan. Akibatnya, Qi kehidupan mendapat tekanan yang sangat berat sehingga hawa rezeki tidak dapat masuk dan bersirkulasi dengan baik ke rumah. Dalam posisi tertentu, sinar matahari sulit menjangkau rumah. Oleh karena itu, rumah akan selalu tertutup oleh bayangan dari gedung di sebelahnya sehingga energi Yin lebih mendominas dari pada unsurYang/positif, dapat merusak sisi kesehatan.

Gambar 5.1.8 Rumah berhadapan dengan gedung tinggi Sumber: SolusiFeng Shui

Perumahan pada penelitian ini dibangun dari kawasan yang bebas dari gedung tinggi, sehingga tidak satu rumahpun berada diantara gedung tinggi. Baiknya penataan rumah juga tidak menyebabkan sinar matahari untuk masuk ke dalam rumah.


(65)

Bapak Huang Da Tong dalam wawancara pada tanggal 8 Juli 2012 mengatakan jika dua rumah berseberangan dengan dua pintu yang saling berhadapan mempunyai nilai Feng Shuiyang buruk sebab kedua pintu utama/pintu masuk rumah itu akan saling adu kuat dalam menarik energi Qi/hawa rezeki kehidupan dan saling ingin mengalahkan satu dan lain. Pemenangnya ditentukan oleh posisi rumah dan letak pintu siapa yang lebih benar serta sesuai dengan energi magnetik pemilik (dilihat dari unsur kelahiran) yang diyakini dapat mendatangkan lebih banyak hawa rezeki. Cara pembenahannya adalah letakkan cermin cembung di atas pintu rumah agar hawa negatif dapat ditolak.

Bapak Huang juga mengatakan bagi masyarakat Tionghoa kasus seperti ini banyak diperhatikan walaupun penghuni rumah tidak menggunakan penerapan Feng Shui. Posisi seperti ini memang sudah diperhatikan dalam tempat tinggal tanpa harus menggunakan jasa-jasa konsultanFeng Shui. Sebagian kecil rumah terkena kasus seperti ini dan membuat cermin di atas pintu untuk pembenahannya. Hal seperti ini ditemui karena ada beberapa rumah yang pintu utamanya berbentuk sliding door yang besar sehingga seluruh luas bangunan adalah pintu masuk utama. Meskipun begitu mereka tetap menggunakan cermin pada bagian atas rumahnya.


(66)

Sumber: SolusiFeng Shui

5.1.10 Objek berbentuk Seram atau Aneh di Depan Rumah

Di depan rumah sering ditemukan ornamen alam atau dekorasi yang sengaja dibuat dengan tujuan estetika. Dalam pengamatan Feng Shui, setiap benda memiliki arti yang harus diketahui maknanya, ada yang bersifat netral, artinya tidak membawa pengaruh baik dan jelek, dan ada juga yang bersifat menguntungkan atau merugikan.

Janganlah memasang patung yang mencerminkan pertarungan atau peperangan agar hawa pembunuh atau sifat kejam tidak tumbuh di sana, misalnya patung orang memanah, singa yang siap menerkam, atau senjata meriam yang semuanya mengarah pada objek rumah. Jangan membuat dekorasi taman dengan bebatuan aneh dan patung abstrak yang bentuknya mirip dengan makhluk aneh serta bentuk runcing lain yang terkesan mengerikan di depan rumah. Bentuk ini akan mengundang rasa tidak nyaman.

Gambar 5.1.10 Objek berbentuk seram di depan rumah Sumber: SolusiFeng Shui


(67)

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang memiliki objek berbentuk seram atau aneh di depan rumah.

5.1.11 Objek tajam di sekitar rumah

Objek tajam di sekitar rumah perlu diwaspadai, yang termasuk dengan objek tajam di antaranya (Dian, 2008):

1. Papan reklame yang melintang di jalan. Bentuknya seperti kampak yang memotong. 2. Bentuk runcing dari bangunan tetangga, seperti balkon atau dinding yang didesain

segitiga. Bentuk ini menyerupai panah yang dapat melukai bangunan di depannya. 3. Bentuk runcing dari atap tetangga yang mengarah langsung ke posisi rumah,

khususnya pintu dan jendela.

4. Jika ditarik garis lurus, perbatasan dua rumah di seberang akan berada tepat di tengah pintu utama.

Gambar 5.1.11 Objek tajam di sekitar rumah Sumber: SolusiFeng Shui


(68)

Bapak Cen Fang Chien dalam wawancara tanggal 5 Juli 2012 mengatakan bahwa rumah yang terkena objek tajam akan merugikan. Pada pembenahannya pasanglah Ba Gua yang terdapat cermin cembung di bagian tengahnya tepat di titik pukulan itu mengenai rumah. Hal ini bertujuan agar sudut tersebut terpantul, dan malapetaka terhindar dari rumah penghuninya.

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan objek tajam di sekitar rumah.

Gambar 5.1.11 CerminBa Gua Sumber: Dokumen Pribadi

5.1 Bentuk, Fungsi dan MaknaFeng ShuiBerdasarkan Sektor Internal

Feng Shui untuk tempat tinggal tidak hanya mengamati lahan dan faktor-faktor di sekitar rumah saja, melainkan secara keseluruhan. Bagian-bagian dalam rumah yang juga menjadi aspek pengamatanFeng Shuiseperti pintu, kamar mandi, kamar, dapur, teras dll.


(1)

风水则是在先天的基础上,通过对居住环境的气场、磁场的选择与改造 ,创造有利于自己发展的后天环境。虽不能改变人的生命轨迹,但却可以在 大的生命轨迹范围内趋吉避凶。在人的生命低潮期,虽不能大富大贵,但可 以平安顺利的度过,将凶险化减到最低。在人的生命高潮期,可以锦上添花 ,将人的运势发挥到极致。

5.2.2 风水是一种中国传统文化,有其必然的合理性

中国风水文化是中国传统文化的重要的组成部分之一,中国早在六千年 以前就在生活实践和生产实践中慢慢总结出来的一套人与自然和谐相处的经 验。

其实风水作为一种文化,存在必有其合理性,不一定非要向科学靠拢。 当然就其某一方面,是可以单独分离出来成为科学认识改造下的新理论。风 水是中国古代地理选址布局的一种艺术,直到今天依然被很多人认同,我们 不能将其简单称为迷信或科学。


(2)

第六章、结论

风水源于中国,是中国传统神秘文化的重要组成部分,博大精深,源 远流长。本书从现代科学的角度,对古代风水进行挖掘整理,去其糟粕,汲 取精华。通过对风水理论的介绍,使读者了解风水基本知识,如何运用罗盘 、飞星图进和房屋的选址、选购,如何选择最佳的外部环境,如何运用风水 对房屋的大门、玄关、卧室、厨房、卫生间、书房、客厅等,进行合理布局 。本书深入浅出,图文并茂,着重于实际操作。适合于建房、购房及进行装 饰装修的人群阅读,亦适合于房地产开发商及设计人员使用。不过信者有不 信者无,全看你的心态。


(3)

参考文献

[1]

王小龙.“风水”与地理环境[J].陕西师范大学旅游与环境学院,2011年.

[2] 李娜. 风水研究发展的刍议[J]. 陕西师范大学旅游与环境学院,2005年.

[3] 于云瀚.风水观念与古代城市形态[J].


(4)

[5] Dian, Mas MRE. 2011.Solusi Feng Shui. Jakarta:Gramedia.

[6] Pdt. Victoria Hua Wongsengtian. 1993.Eastern Dragon Books Authentic Feng

Shui.Filiphina: Kentindo Publisher.

附录

1. Andie Arif Wicaksono, S.T.,M.T.

32

Kantal Baru 5 Yogyakarta

2. Cen Fang Chien

50

Pasar 5 Komplek I Permai Lalang C3


(5)

50

Pasar 5 Komplek I Permai Lalang C3

4. Effendi (Wu Chang Sung) 67

Binjai Pasar V gg. Lapangan Tua Lalang 14 职业:书记

非常感谢陈舒舒老师、喻雪玲老师在我大学的最后学习阶段——

毕业设计阶段给自己的指导,从最初的定题,到资料收集,到写作、修改, 到论文定稿,她们给了我耐心的指导和无私的帮助。为了指导我们的毕业论 文,她们放弃了自己的休息时间,她们的这种无私奉献的敬业精神令人钦佩 ,在此我向她们表示我诚挚的谢意。同时,感谢我的家庭给我很大的鼓励和 所有同学在这四年来给自己的指导和帮助,是他们教会了我专业知识,教会


(6)

在论文即将完成之际,我的心情无法平静,从开始进入课题到论文的顺 利完

成,有多少可敬的师长、同学、朋友给了我无言的帮助,在这里请接受我诚 挚的谢意!


Dokumen yang terkait

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 1 14

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 0 1

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 0 7

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 0 9

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū) Chapter III VI

0 3 54

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 2 3

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū)

0 1 22

Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Bagi Kehidupan Masyarakat Tionghoa Kota Medan

0 1 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Bagi Kehidupan Masyarakat Tionghoa Kota Medan

1 1 7

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN

0 2 14