Teori Agensi Kerangka Konseptual

8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori Agensi

Menurut teori keagenan, adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelola perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan agency problem, yaitu ketidak sejajaran kepentingan antara principal pemilikpemegang saham dan agent manajer Avianti, 2006. Pada kondisi seperti itu maka pemilik dapat mengatasi masalah keagenan ini dengan memberikan insentif yang layak kepada manajer dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan yang disebut dengan biaya keagenan. Masalah yang timbul tersebut juga disebabkan karena adanya asimetris informasi. Apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih memiliki informasi dibandingkan pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi Scott, 2009. Asimetris informasi ini dapat menimbulkan adanya praktek manajemen laba. Sebagai pihak yang memiliki lebih banyak informasi, manajemen bisa melakukan tindakan yang cenderung menguntungkan bagi dirinya sendiri. Manajemen berpotensi melakukan manipulasi terhadap laba yang disajikan dalam laporan keuangan mengingat bahwa kinerja manajemen dapat diukur dari laporan keungan perusahaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Manajemen Laba 1. Pengertian Manajemen Laba

Menurut Scott 2009 manajemen laba adalah tindakan manajer untuk melaporkan laba yang dapat memaksimalkan kepentingan pribadi atau perusahaan dengan menggunakan kebijakan metode akuntansi. Schipper 1989 mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang memiliki tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal demi mendapatkan keuntungan pribadi. Berdasarkan beberapa pengertian mengenai manajemen laba di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan untuk kepentingan pribadi manajamen. Akibat yang ditimbulkan dari manajemen laba adalah kualitas laporan keuangan yang tidak baik karena laba yang dilaporkan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

1.1. Manajemen Laba Akrual

Manajemen laba akrual merupakan manajemen laba yang terjadi karena penyusunan laporan keuangan dengan dasar akrual. Akrual merupakan selisih antara kas masuk bersih dari hasil operasi perusahaan dengan laba yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi, yang bisa bersifat discretionary accruals dan non-discretionary accruals Sulistyanto, 2008. Manajer akan cenderunng memilih kebijakan akuntansi yang memberikan pengaruh terhadap laba yang dilaporkan. Jones Model mengasumsikan bahwa akrual nondiskresioner bersifat tetap dari suatu periode ke periode lainnya sehingga perubahan akrual perbedaan akrual yang terjadi tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ini dengan tahun lalu yang terjadi disebabkan karena adanya perubahan akrual diskresioner. Perubahan akrual dapat disebabkan karena adanya pertimbangan diskresi dari pihak manajemen, dalam hal ini permainan kebijakan akuntansi Sulistiawan, 2011. Pengestimasian tingkat manajemen laba akrual dilakukan dengan menghitung nilai dari discretionary accruals.

1.2. Manajemen Laba Riil

Manajemen laba melalui aktivitas riil didefinisikan sebagai penyimpangan dari aktivitas operasi normal perusahaan yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman yang salah kepada pemangku kepentingan bahwa tujuan pelaporan keuangan tertentu telah dicapai melalui aktivitas operasi normal perusahaan Roychowdhurry, 2006. Praktek manajemen laba riil dapat berpengaruh langsung terhadap kas perusahaan dan memberikan gambaran mengenai kinerja jangka pendek manajemen. Manajemen laba riil dapat dilakukan dengan cara peningkatan produksi overproduction, pengurangan biaya diskresioner, dan pengelolaan penjualan. Overproduction dilakukan dengan cara meningkatkan produksi agar cost of goods sold COGS yang dilaporkan lebih rendah. Dengan melakukan produksi dalam skala besar, biaya overhead tetap akan menjadi lebih rendah dikarenakan jumlah produksi semakin banyak. Akibatnya rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan menurun. Hal ini menyebabkan perusahaan dapat melaporkan margin operasi yang lebih baik. Dampak lain yang ditimbulkan adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah daripada tingkat penjualan normal. Selain itu produksi secara besar-besaran akan mengakibatkan kelebihan persediaan dan menimbulkan penambahan biaya penyimpanan. Semakin tinggi nilai biaya produksi abnormal maka laba yang dilaporkan akan semakin tinggi Iranto, 2014. Metode manajemen laba riil selanjutnya adalah biaya dikresioner. Biaya diskresioner merupakan biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang aktual dengan output antara lain biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, serta biaya penjualan, dan administrasi umum seperti biaya pelatihan karyawan, biaya perbaikan dan perjalanan. Penurunan pengeluaran diskresioner dapat mengurangi beban yang dilaporkan sehingga meningkatkan laba dan membuat arus kas pada periode berjalan lebih besar Iranto, 2014. Pengelolaan penjualan merupakan metode terakhir yang sering digunakan dalam praktek manajemen laba riil. Manipulasi penjualan ini dilakukan dengan manajemen menaikkan penjualan untuk memunuhi target laba dalam suatu periode akuntansi. Agar peningkatan penjualan ini dapat tercapai biasanya dilakukan diskon besar-besaran terhadap barang yang dijual untuk menarik minat konsumen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Bentuk Manajemen Laba

Ada beberapa bentuk manajemen laba yang bisa dilakukan oleh manajemen Scott, 2009, yaitu: 1. Taking a bath Taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang, akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi. 2. Income minimization Income minimization dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3. Income maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. 4. Income smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.

3. Motivasi Manajemen Laba

Praktek manajemen laba ini dilandasi oleh berbagai macam motivasi Healy dan Wahlen, 1998, antara lain: 1. Capital Market Motivations Tersebar luasnya penggunaan informasi akuntansi di kalangan investor dan analis keuangan untuk menilai saham dapat menciptakan dorongan bagi manajer melakukan manipulasi laba sebagai usaha untuk mempengaruhi harga saham jangka pendek. Misalnya saja, beberapa penelitian mengindikasikan bahwa perusahaan akan melakukan income-decreasing ketika akan melakukan management buyout, namun perusahaan akan melakukan income-increasing tepat sebelum penawaran saham perdana IPO dan penawaran saham tambahan SEO. Ada juga perusahaan yang mengelola laba untuk menyamakan laba perusahaan dengan ramalan laba analis keuangan, investor, atau manajemen. 2. Contracting Motivations Contracting motivations dibagi menjadi dua, yaitu lending contracts dan management compensation contracts. Lending contracts dibuat untuk meyakinkan bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang menguntungkan pemegang saham perusahaan tetapi merugikan kreditor. Sedangkan management compensation contracts digunakan untuk mensejajarkan atau menyelaraskan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham eksternal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. CEO Beberapa motivasi manajemen laba juga dijelaskan sebagai berikut, terdapat berbagai motivasi mengapa perusahaan, dalam hal ini manajer, melakukan earnings management atau manajemen laba yaitu: a. Bonus Plan b. Contracting Incentives c. Stock Price Effects d. Political Motivations e. Taxation Motivation f. Changes of Chief Executive Officer g. Regulatory Motivations h. Industry Regulation Motivations C. International Financial Reporting Standard IFRS 1. Pengertian International Financial Reporting Standard IFRS IFRS International Financial Reporting Standard merupakan standar pelaporan keuangan yang berlaku secara internasional dan dikeluarkan oleh IASB International Accounting Standard Board. Berbeda dengan standar sebelumnya, pelaporan keuangan yang menganut IFRS menggunakan prinsip nilai wajar dan bukan biaya historis. Penggunaan prinsip nilai wajar mengharuskan pencatatan mengenai penilaian kembali yang sesuai dengan nilai yang berlaku saat ini. Tujuan dari penilaian kembali tersebut agar isi dari laporan keuangan yang disajikan benar-benar sesuai dengan kondisi ekonomi pada saat laporan diterbitkan.

2. Tahapan Konvergensi IFRS

Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategydan gradual strategy. Big bang strategyadalah dengan mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap.Indonesia dalam mengadopsi IFRS melakukan beberapa tahapandimulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Tahapan- tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap Adopsi 2008-2010 a Adopsi seluruh IFRS ke PSAK b Persiapan infrastruktur yang diperlukan c Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku 2. Tahap Persiapan Akhir 2011 a Penyelesaian infrastruktur yang diperlukan b Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS 3. Tahap Implementasi 2012 a Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap b Evaluasi dampak penerapan IFRS secara komprehensif Alasan penerapan secara bertahap yang dilakukan di Indonesia ini karena PSAK dan IFRS sendiri memiliki beberapa perbedaan, sehingga dibutuhkan proses yang cukup panjang untuk dapat menerapkan IFRS secara penuh. Perbedaan antara IFRS dan PSAK tersebut antara lain: Tabel 2.1: Perbedaan PSAK dengan IFRS Selain perbedaan di atas, sebagai sebuah standar IFRS juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1. IFRS menggunakan “Principles Base” sehingga lebih menekankan pada interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada semangat penerapan prinsip tersebut. 2. Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. 3. Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi. 4. Menggunakan fair value dalam penilaian. 5. Mengharuskan pengungkapan disclosure yang lebih banyak. PSAK IFRS 43 standar 37 standar 8 IFRS dan 29 IAS 8 standar syariah 27 interpretasi 16 IFRIC dan 11 SIC 11interpretasi ISAK 4 technical bulletins 1 SAK ETAP PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Manfaat Konvergensi IFRS

Penerapan IFRS ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagipara penggunanya. Secara umum manfaat dari konvergensi IFRS ini adalah: 1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional enhance comparability. 2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. 3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. 4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. 5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi kesempatan untuk melakukan earning management. Sedangkan Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS – Ikatan Akuntan Indonesia IAI Dudi M kurniawan, dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus Ayu, 2015, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan SAK 2. Mengurangi biaya SAK 3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan 4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan 5. Meningkatkan transparansi keuangan 6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal 7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

D. Kerangka Konseptual

Konvergensi IFRS Berbeda Gambar 2.1: Kerangka Konseptual Gambar di atas merupakan kerangka konseptual pemikiran pada penelitian ini. Penelitian ini akan melihat perbedaan dari praktik manajemen laba akrual maupun manajemen laba riil melalui arus kas operasi sebelum dan sesudah adanya konvergensi IFRS. Perbedaan yang diharapkan adalah berupa semakin kecilnya tingkat manajemen laba akrual maupun riil sesudah konvergensi IFRS. Dasar pemikirannya adalah penerapan IFRS memberikan batasan-batasan kepada manajemen dalam memilih alternatif kebijakan akuntansi yang diterapkan. Selain itu, IFRS juga mensyaratkan pengungkapan yang lebih terperinci sehingga informasi pada laporan keuangan lebih mudah dipahami oleh pembacanya. Adanya pembatasan alternatif dan persyaratan Sebelum IFRS Sesudah IFRS 1. Manajemen Laba Akrual 2. Manajemen Laba Riil Melalui Arus Kas Operasi 1. Manajemen Laba Akrual

2. Manajemen Laba Riil Melalui Arus Kas Operasi

pengungkapan yang lebih rinci ini diharapkan dapat menekan tingkat praktik manajemen laba.

E. Perumusan Hipotesis

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Rasio Keuangan Sebelum dan Sesudah Konvergensi Penuh International Financial Reporting Standard (IFRS) Di Indonesia (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

3 46 9

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 14

ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

2 10 14

PENDAHULUAN ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 8

PENUTUP ANALISIS PERBEDAAN KUALITAS LABA SEBELUM DAN SESUDAH ADOPSI IFRS KEDALAM PSAK PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 3 39

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Sebelum Dan Sesudah Adopsi Ifrs Tahun 2010-2013.

1 5 17

PENDAHULUAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Sebelum Dan Sesudah Adopsi Ifrs Tahun 2010-2013.

0 3 6

BAB 1 PENDAHULUAN Analisis Perbedaan Manajemen Laba Sebelum Dan Sesudah Pengadopsian International Financial Reporting Standard (Ifrs) Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesi

0 2 12

ANALISIS PERBEDAAN MANAJEMEN LABA AKRUAL DENGAN PENGUKURAN MODEL KOTHARI SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI IFRS (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2011 - 2013) - Perbanas Institutional Repository

0 0 18

ANALISIS MANAJEMEN LABA SEBELUM DAN SESUDAH PENGADOPSIAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS) Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013 SKRIPSI

0 0 15