PPKn | 75 proses pembelajaran baik secara formal di sekolah, informal pendidikan di
keluarga maupun dalam bentuk nonformal diskusi-diskusi kelompok, organisasi dan sebagainya. Sedangkan motivasi, merupakan mekanisme proses sosialisasi
yang dikaitkan dengan pengalaman individu pada umumnya yang secara langsung mendorong dirinya untuk belajar dari pengalaman-pengalamannya mengenai
tindakan-tindakan yang sesuai dengan sikap-sikap dan pendapatnya sendiri.
Ketiga mekanisme di atas tidak bisa berjalan tanpa dibantu oleh agen-agen atau lembaga-lembaga yang bertugas menjalankan sosialisasi politik. Apa saja
agen-agen sosialisasi politik itu? Berikut ini dipaparkan beberapa agen sosialisasi politik, yaitu:
a. Keluarga
Keluarga merupakan agen pertama yang sangat menentukan pola pembentukan nilai-nilai politik bagi seorang individu. Di dalam keluarga ditanamkan bagaimana
menghargai kewenangan ayah dan ibu serta orang yang lebih tua. Selain itu pula ditanamkan nilai-nilai atau keyakinan politik dari orang tua baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Anak dapat mendengarkan pembicaraan orang tua mengenai partai politik atau organisasi tempat kedua orang tuanya menjalankan
aktiitas politiknya, serta partai politik yang dipilih oleh orang tuanya dalam pemilihan umum terakhir. Anak juga dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa
politik yang diminati kedua orang tuanya. Misalnya, kalau orang tuanya menyukai partai politik tertentu, tentu saja atribut parpol tersebut seperti logo, simbol,
seragam, bendera atau pamlet akan terpasang di rumah. Dari sinilah nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak dan sikap serta orientasi politik anak sudah mulai
terbentuk.
Sumber: greenvation.blogspot.com Gambar 9.3 Suasana komunikasi antara orang tua dan anak.
Sebuah keluarga yang selalu menekankan kepatuhan dan hormat kepada orang tua secara kental bahkan berlebihan, bisa jadi di dalam keluarga tersebut akan
Di unduh dari : Bukupaket.com
76 | Kelas XI Semester 2
SMASMKMAMAK
terbentuk budaya politik parokial atau subjek. Sedangkan bila sebuah keluarga terbuka dan memberikan peluang kepada anak untuk ikut terlibat dalam diskusi
keluarga dan orang tua membuka dirinya untuk dikritisi anaknya, maka bisa jadi di dalam keluarga tersebut akan terbentuk budaya politik partisipan atau budaya
politik demokratik.
b. Sekolah
Ketika waktunya masuk sekolah, disadari atau tidak, anak pun belajar tentang nilai-nilai, norma dan atribut negaranya. Proses pengetahuan politik siswa mulai
terbentuk semenjak Taman Kanak-Kanak. Di sekolah ada gambar presiden, wakil presiden dan tidak jarang dipasang juga gambar tokoh-tokoh yang lain. Ketika
memasuki sekolah dasar sampai ke jenjang sekolah menengah SMPMTs dan SMASMKMAK bahkan perguruan tinggi, pemahaman nilai-nilai politik siswa
terus ditingkatkan terutama melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Dengan demikian siswa telah memperoleh pengetahuan wal
tentang kehidupan politik secara dini dan nilai-nilai politik yang benar dari sudut pandang akademis.
Sumber: agmasu.wordpress.com Gambar 9.4 Kerja kelompok sebagai salah satu pengembangan
budaya politik di sekolah.
c. Partai Politik