a. Bpk. Pedro Laranjeira Direktur teknik untuk Direksi Perbatasan pada Kementerian
Luar Negeri RDTL: Adanya kesamaan budaya, adat dan keturunan suku yang sama di
beberapa kawasan perbatasan Timor Leste dan Indonesia, menyebabkan adanya kegiatan pelintas batas tradisional yang ilegal dan sulit dicegah.
Persamaan budaya dan adat masyarakat dan kegiatan pelintas batas tradisional ini merupakan isu sekaligus masalah perbatasan antarnegara
yang telah ada sejak lama dan kini muncul kembali seiring dengan penanganan kawasan perbatasan darat di Timor Leste.
b. Bpk. Fidelis Magalhaes Staf Ahli Presiden Timor Leste yang membawahi bidang
kerja sama dan Bilateral: Di beberapa kawasan perbatasan terdapat tanah adatulayat yang berada
di dua wilayah negara. Tanah ulayat ini sebagian menjadi ladang penghidupan yang diolah sehari-hari oleh masyarakat perbatasan, sehingga
pelintasan batas antarnegara menjadi hal yang biasa dilakukan setiap hari. Keberadaan tanah ulayat yang terbagi dua oleh garis perbatasan, secara
astronomis memerlukan pengaturan tersendiri serta dapat menjadi permasalahan di kemudian hari jika tidak ditangani secara serius.
c. Bapak Duarte Nunes Komisi B Parlemen Nasional Timor Leste yang Menangani
Urusan Keamanan dan Kerja sama: Setidaknya terdapat 10 hal dari kajian yang dilakukan Komisi B Parlemen
Nasional Timor Leste dalam melihat permasalahan yang ada di daerah perbatasan. Pertama, adanya keterbatasan permodalan. Pada akhirnya
membuat daerah terbatas tidak memiliki modal cukup untuk mengembangkan ekonomi domestiknya. Kedua, keterbatasan akses ke lembaga keuangan.
Ketiga, keterbatasan akan uang rupiah yang banyak beredar. Keempat, keterbayasan infrastruktur. Kelima, keterbatasan jangkauan pembayaean.
Keenam, keterbatasan pasokan energi. Ketujuh, keterbatasan penggunaan teknologi. Kedelapan, mimimnya ketersediaan energi terampil. Kesembilan,
keterbatasan pengetahuan. Kesepuluh, minimnya ketersediaan bahan baku. Kesemua masalah saling kait terkait sehingga dalam penangannya perlu
secara serentak dan sebenarnya masalah pembangunan di wilayah perbatasan lah yang paling sulit dilaksanakan.
3. Faktor apakah yang menyebabkan masih tingginya persoalan pengelolaan
perbatasan Timor Leste dan Indonesia?
a. Bpk. Pedro Laranjeira Direktur teknik untuk Direksi Perbatasan pada Kementerian
Luar Negeri RDTL: Salah satu faktor penyebabnya adalah belum adanya peraturan perundang-
undangan yang berifat komprehensif yang berfungsi sebagai payung hukum dalam pengelolaan perbatasan secara nasional maupun yang secara spesifik
mengatur pengelolaan perbatasan Timor Leste dan Indonesia.
b. Bpk. Fidelis Magalhaes Staf Ahli Presiden Timor Leste yang membawahi bidang
kerja sama dan Bilateral: Mungkin disebabkan tingginya tingkat pelintas batas di wilayah perbatasan
kedua negara sementara kedua negara belum mencapai kesapakatan tentang kebijakan bersama yang harus diambil untuk mengurangi potensi
persoalan lebih lanjut akibat tingginya tingkat pelintas batas. Selain itu,
belum adanya lembaga yang secara khusus menangani pengelolaan perbatasan kedua negara.
c. Bapak Duarte Nunes Komisi B Parlemen Nasional Timor Leste yang Menangani
Urusan Keamanan dan Kerja sama: Kemiskinan masyarakat di wilayah perbatasan menjadi sebagian bukti
ketidak-seriusan pemerintah Indonesia dalam melakukan pembangunan di wilayah perbatasan pada saat negara kita termasuk wilayah Negara
Republik Indonesia. Terisolirnya masyarakat daerah perbatasan membuat mereka bagaikan anak tiri yang tidak mendapat perhatian pemerintah. Jika
ditelaah lebih lanjut kemiskinan yang terjadi pada masyarakat perbatasan disebabkan oleh akumulasi berbagai hal, seperti rendahnya mutu
sumberdaya manusia, minimnya infrastruktur pendukung, rendahnya produktifitas masyarakat dan belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya
alam di kawasan perbatasan.
DIMENSI PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKAN 1.
Berdasarkan beberapa isu permasalahan yang muncul di wilayah perbatasan, apakah perlu dilanjutkan pembahasannya di tingkat pemerintah pusat?
a. Bapak Pedro Laranjeira Direktur Teknik untuk Direksi Perbatasan pada
Kementerian Luar Negeri RDTL: Perbatasan diibaratkan sebagai agen dari kedaulatan dan keamanan
nasional, dan sebuah rekaman fisik dari relasi negara dengan negara tetanga sejak dahulu kala dan hingga saat ini.
b. Bapak Fidelis Magalhaes Staf Ahli Presiden Timor Leste yang membawahi
bidang kerja sama dan Bilateral: Ya tentu saja, masalah-masalah tersebut harus dibicarakan di tingkat pusat.
Masalah-masalah yang muncul di wilayah perbatasan harus segera dicarikan solusinya. Karena hal ini berkaitan dengan negara tetangga kita, maka jelas
pembahasannya harus dilakukan di pusat.
c. Bapak Duarte Nunes Komisi B Parlemen Nasional Timor Leste yang Menangani
Urusan Keamanan dan Kerjasama: Hal itu sangat penting dilakukan karena pada saatnya nanti kita juga
melaksanakan pembahasan masalah ini dengan pihak Indonesia.
2. Bagaimanakah proses yang dilakukan pihak-pihak terkait dalam merumuskan