DIFFERENSIAL DIAGNOSA PENATALAKSANAAN Perawatan sebelum di rumah sakit

Fraktur Collum Femoris Fendy Setiawan, S.Ked 406080028 Gambar 5. Foto x-ray fraktur collum femoris sinistra, tampak pemendekan collum bagian superior dan impaksi kaput kebagian atas collum. Gambar 6. Foto x-ray, fraktur collum femoris garden IV  MRI dan bone scan Jika dengan foto x-ray didapatkan hasil negatif dan pasien diduga kuat mengalami fraktur panggul, MRI dan bone scan memiliki sensitifitas tinggi dalam mengidentifikasi trauma tersembunyi. MRI 100 sensitif pada pasien dengan hasil x-ray yang tidak jelas. Dulu, bone scan tidak akurat sebelum 48-72 jam setelah fraktur, tetapi ada satu penelitian yang menemukan sensitifitas 93 tanpa memperhatikan waktu trauma, termasuk fraktur yang kurang dari 24 jam. Gambar 7. MRI potongan coronal T1, tampak fraktur collum femoris sinistra tanpa dislokasi.

VI. DIFFERENSIAL DIAGNOSA

Diferensial diagnosis dibuat berdasarkan keluhan nyeri pada pasien. Differential Diagnosis of Hip or Leg Pain Source of pain Diagnosis Bone Fracture, avascular necrosis of the femoral head, primary Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 188 Fraktur Collum Femoris Fendy Setiawan, S.Ked 406080028 neoplasm, metastatic disease Joint Osteoarthritis, inflammatory arthritis, septic arthritis, crystalloid arthritis, osteoid osteoma, osteitis pubis, acetabular tear Muscle, tendon, bursa Contusion, iliotibial band syndrome, muscle strain, tendonitis, trochanteric bursitis, iliopsoas bursitis, pyriformis syndrome, myositis ossificans Spine, neuropathicsource Disorders of the lumbar disc, lumbar spinal stenosis, sciatica, coccygodynia, meralgia paresthetica Others Hernia, abdominal pathology, pelvic pathology, referredpain from knee, ankle, or foot

VII. PENATALAKSANAAN Perawatan sebelum di rumah sakit

:  Perawatan sebelum di rumah sakit pada pasien dengan keluhan nyeri panggul harus berupa imobilisasi ditempat tidur.  Pada pasien dengan multiple fraktur, lakukan Basic Life Support ABC dan imobilisasi vertebra servikal jika diperlukan.  Jika terdapat fraktur atau deformitas yang nyata pada femur, lakukan belat tarik traction splint dan pasang jalur intravena untuk hidrasi.  Jika pasien mengalami takikardi dan hipotensi, berikan bolus cairan kristaloid dan berikan oksigen secara adekuat. Penatalaksanaan impacted fraktur Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum femoris dibanding fraktur tulang ditempat lain. Pada collum femoris, periosteumnya sangat tipis sehingga daya osteogenesisnya sangat kecil, sehingga seluruh penyambungan tulang fraktur collum femoris boleh dikatakan tergantung pada pembentukan kalus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati collum femoris pada fraktur collum femoris dapat mengalami kerusakan. Lebih-lebih lagi terjadinya hemarthrosis akan menyebabkan aliran darah sekitar fraktur tertekan alirannya. Maka mudah dimengerti apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan dislokasi akan memungkinkan terjadinya avaskuler nekrosis. Pada fraktur yang benar-benar impacted dan stabil, maka penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat atau stabil penderita dirawat 3-4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada foto x-ray impactednya kurang kuat atau tidak stabil ditakutkan terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik percutaneus. Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 189 Fraktur Collum Femoris Fendy Setiawan, S.Ked 406080028 Gambar 8. Multi pin teknik percutaneus Penanggulangan fraktur collum femoris dengan dislokasi Penderita segera dirawat di rumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan tarikan kulit skin traction dengan Buck-extension. Dalam waktu 24- 48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan fiksasi interna. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu : menurut Leadbetter. Penderita terlentang dimeja operasi. Asisten memfiksasi pelvis. Lutut dan coxae dibuat flexi 90˚ untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi, paha ditarik keatas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45˚. Kemudian pada sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan adduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test yaitu Palm heel test : tumit kaki yang cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan fiksasi internal dengan teknik multi pin perkutaneus. Kalau reposisi pertama gagal, diulangi sampai tiga kali, dilakukan open reduksi. Setelah dilakukan reposisi terbuka dan setelah tereposisi dengan baik selanjutnya dilakukan fiksasi internal diantaranya dengan :  Knowless pin  Cancellous screw  Plate Pada lanjut usia, penanggulangan fraktur collum femoris agak berlainan. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan do nothing, dalam arti tidak dilakukan tindakan fiksasi interna, caranya penderita dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat atau cruth. Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan digunakan prinsip pengobatan do something yaitu dilakukan tindakan operasi arthroplasty untuk mengurangi komplikasi luka. Arthroplasty atau Hemiarthroplasty dibagi menjadi dua yaitu : unipolar misalnya Thompson dan Austin Moore dan bipolar misalnya Hastings. Pada kebanyakan pasien, protese bipolar hampir seluruhnya bergerak diluar artikulasio dan efeknya hampir sama dengan protese unilateral yang lebih mahal. Secara teori keuntungan dari protese bipolar adalah mengurangi penggunaan asetabulum, mengurangi nyeri, Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 190 Fraktur Collum Femoris Fendy Setiawan, S.Ked 406080028 kerusakan sendi dan masalah mobilitas. Jalur pembedahan hemiarthroplasty adalah anterolateral atau posterior dan yang dianjurkan adalah jalur anterolateral. Pada jalur posterior sering terjadi dislokasi dan trombosis. Sedangkan pada jalur anterior, waktu operasi yang dibutuhkan lebih lama, kehilangan darahnya lebih banyak dan mudah terjadi infeksi. Pembagian lain yaitu digunakannya semen atau tidak pada femur. Penggunaan semen tulang berhubungan dengan morbiditas intraoperatif. Hal ini dapat dikurangi dengan intramedullary lavage den teknik penyemenan moderen. Tidak digunakannya semen berhubungan dengan bertambahnya nyeri dan penurunan fungsional. Semen harus digunakan pada hemiarthroplasty kecuali jika ada komplikasi cardiorespirasi. Selain hemiarthroplasty dapat dilakukan total hip replacement THR atau dibuat mangkuk untuk Austine Moore sebagai pengganti asetabulum. Pada pasien dengan penyakit sendi dan pasien dengan aktivitas tinggi THR merupakan terapi pilihan utama. Gambar 9. Austine Moore Protese Gambar 10. Total Hip Replacement Medikasi Pemberian analgetik parenteral sangat dianjurkan untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien. Pemberian obat relaksasi otot juga kadang-kadang diperlukan. Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 191 Fraktur Collum Femoris Fendy Setiawan, S.Ked 406080028 Pemberian antibiotik untuk area kulit yang terbuka seperti sefazolin sodium dan imunisasi tetanus juga diperlukan pada fraktur terbuka. Analgetik Mengontrol nyeri adalah penting untuk kenyamanan pasien. Analgetik yang dapat diberikan :  Morfin sulfat Merupakan drug of choice dari golongan analgetik narkotik karena efek yang jelas, aman dan dapat reversibel dengan nalokson dengan mudah. Morfin sulfat yang diberikan secara intra vena dibagi dalam beberapa dosis dan biasanya diberikan secara titrasi sampai efek yang diinginkan tercapai. Untuk dewasa, dosis awal 0,1 mgkg IVIMSC, dosis maintenance 5-20 mg70 kg IVIMSC q4h. Pada pasien dengan hipovolemik relative, mulai dengan 2 mg IVIMSC. Kontraindikasinya yaitu riwayat hipersensitif dan hipotensi. Fenotiazin berantagonis dengan efek analgesiknya, sedangkan antidepresan trisiklik, MAOIs dan depresan sistem saraf pusat lainnya dapat memberikan efek yang berlawanan.  Fentanil sitrat Merupakan analgetik narkotik yang lebih poten dibandingkan dengan morfin sulfat karena waktu paruh yang lebih pendek. Merupakan drug of choice sebagai analgetik sedatif. Dengan durasinya yang pendek 30-60 menit, mudah untuk dititrasi. Mudah dan cepat efek reversibelnya terhadap nalokson. Dosis untuk dewasa 0,5-1 mcgkgBBdose IVIM q30-60 menit. Transdermal 25 mcgh sistem q48-72 jam. Kontraindikasi sama dengan morfin sulfat. Juga berinteraksi dengan fenotiazin dan antidepresan trisiklik. Antibiotik  Sefazolin Merupakan semisintetik sefalosporin generasi pertama. Efektif melawan flora kulit termasuk stafilkokus aureus. Dosis untuk dewasa 2 g IVIM q6-12h tidak melebihi 12 gday. Kontraindikasinya adalah riwayat hipersensitif. Probenesid memperpanjang efeknya, penggunaan bersama aminoglikosid dapat meningkatkan toksisitas terhadap ginjal. Dapat menyebabkan hasil pemeriksaan glukosa urin menjadi positif palsu.  Gentamisin Merupakan golongan aminoglikosid untuk mengeradikasi bakteri gram negatif. Biasanya digunakan sebagai kombinasi dengan antibiotik untuk bakteri gram positif. Digunakan bersama ampisilin atau vankomisin untuk pencegahan pada pasien dengan fraktur terbuka. Dosis untuk dewasa 1,5 mgkgBB IV tidak melebihi 80 mg. Kontraindikasinya riwayat hipersensitif dan gangguan fungsi ginjal. Golongan aminoglikosid lain, sefalosporin, penisilin dan amfoterisin B dapat meningkatkan efek nefrotoksisitasnya. Aminoglikosid dosis tinggi dapat mendepresi neuromuskular dan mendepresi nafas. Diuretik dapat meningkatkan efek toksisitas pendengaran dari aminoglikosid. Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 06 April 2009 – 09 Mei 2009 192 Fraktur Collum Femoris Fendy Setiawan, S.Ked 406080028  Ampisilin Digunakan bersama dengan aminoglikosid sebagai profilaksis pada pasien dengan fraktur terbuka. Dosis untuk dewasa 2 g IVIM. Kontraindikasinya adalah riwayat hipersensitifitas. Probenesid dan disulfiram meningkatkan kadarnya, sedangkan allopurinol menurukan kadarnya serta menambah efek rash akibat ampisilin. Ampisilin dapat menurunkan efek oral kontrasepsi.  Vankomisin Antibiotik poten untuk bakteri gram positif dan enterokokus. Juga berguna untuk menangani septikemia. Digunakan bersama dengan gentamisin untuk pencegahan pada fraktur terbuka pada pasien yang alergi penisilin. Dosis untuk dewasa 1 g IV.

VIII. NUTRISI DAN REHABILITASI

Dokumen yang terkait

Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Dengan Fraktur Collum Femur Sinistra.

0 11 25

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI ARTHROPLASTY FRAKTUR COLLUM FEMUR Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Post Operasi Arthroplasty Fraktur Collum Femur Dextra Di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

1 7 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FRAKTUR COLLUM Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Fraktur Collum Humeri Sinistra Dengan Pemasangan Plate And Screw Di RS Al Dr. Ramelan Surabaya.

0 2 20

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROSTHESIS DI RSO PROF DR SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTIN MOORE PROSTHESIS DI RSO PROF DR SOEHARSO SURAKARTA.

0 0 5

PENATALAKSANAN FISIOTERAPI PADA KASUS PASCA OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN TENSION BAND WIRING DI RS. ORTHOPEDI SURAKARTA.

0 0 6

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS DEXTRA DENGAN PEMASANGAN AUSTION MOORE PROTHESIS DI RS ORTHOPEDI SURAKARTA.

0 0 6

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASCA OPERASI FRAKTUR COLLUM FEMORIS SINISTRA DENGAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pasca Operasi Fraktur Collum Femoris Sinistra dengan Pemasangan Austin Moore Prothese di RS. Orthopedi Surakarta.

0 1 16

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pasca Operasi Fraktur Collum Femoris Sinistra dengan Pemasangan Austin Moore Prothese di RS. Orthopedi Surakarta.

0 1 5

FRAKTUR COLLUM FEMORIS

0 1 8