Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

(1)

SELF ASSESSMENT SYSTEM ON TAX COMPLIENCE (Survey On Pratama Tax Office Bandung Karees)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Jenjang S1 Program Strata I Program Studi Akuntansi

Oleh :

STELLA MARIA PAYUNG 21110176

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGARI]H PELAKSA}IAAI\I PENAGIHAN PAJAK DAI\T SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KEPATT]EAN PERPAJAKAN

(Survei Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees) THE INFLUENCE OF IMPLEMENTANON TAX COLLECTION AND

SELF ASSESSMENT SWEM ON TAX COMPLANCE

(Suney On PratamaTax Office Bandung Karees)

STELI,A MARIA PAYUNG rYrM.21110176

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Skripsi pada tanggal: Juli 2014

Menyetujui,

Pembimbing

NrP.4127.34.03.015

Fakultas Ekonomi


(3)

Bahwa yang bertandatangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat

penelitian, menyetujui :

'1mtuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Rovaltv Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan".

Bandung, Agustus 2014

Penulis Kepala Subbagian Umum

KPP Pratama Bandung Karees

Stella Maria Pavuns

NIM.2l

tt0t76

7231985$rA02

Mengetahui,

Pembimbing

Catatan:

Bab I.IV dan V tidak boleh di online-kan karna berisi d,ata-datayang berhubungan

dengan tempat penelitian dan bersifat rahasia. NrP.4t27.34.0


(4)

DATA PRIBADI

NAMA LENGKAP : STELLA MARIA PAYUNG

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : MAKASSAR, 5 SEPTEMBER 1992

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

AGAMA : KATOLIK

NAMA AYAH : CYRILLUS PAYUNG

NAMA IBU : MARIANA L

ALAMAT : JL. PASIR PANJANG NO. 94

DATA PENDIDIKAN Pendidikan Formal:

1. TK SANTA ANNA [1997-1998]

2. SD HATI KUDUS RAJAWALI [1998-2007]

3. SMA CENDRAWASIH [2007-2010]

4. UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA [2010-2014]

Pendidikan Informal


(5)

viii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah... 8

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 9


(6)

ix

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 10

1.5.2 Waktu Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 12

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Penagihan Pajak ... 12

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 12

2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak ... 13

2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak ... 16

2.1.2 Self Assessment System ... 17

2.1.2.1 Pengertian Self Assessment System ... 17

2.1.2.2 Ciri-ciri Self Assessment System ... 18

2.1.2.3 Indikator Self Assessment System ... 19

2.1.3 Kepatuhan Perpajakan ... 20

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan ... 20

2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Perpajakan ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran ... 22

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan ... 23 2.2.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan


(7)

x

3.1 Objek Penelitian ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.2.1 Desain Penelitian ... 30

3.3 Operasional Variabel ... 34

3.4 Sumber Data ... 38

3.5 Alat Ukur Penelitian ... 38

3.5.1 Uji Validitas ... 38

3.5.2 Uji Realibilitas ... 40

3.5.3 Uji MSI (Methode of Successive Interval) ... 41

3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ... 42

3.6.1 Populasi ... 42

3.6.2 Sampel ... 42

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.8 Metode Pengujian Data ... 46

3.8.1 Metode Analisis ... 46

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Hasil Penelitian ... 65


(8)

xi

4.1.1.2 Struktur Organisasi KPP Karees ... 67

4.1.1.3 Aspek Kegiatan KPP Pratama Karees... 69

4.1.1.4 Karakteristik Responden ... 70

4.1.2 Hasil Pengujian Alat Ukur ... 74

4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas ... 74

4.1.2.2 Hasil Pengujian Reabilitas ... 76

4.1.3 Analisis Hasil Tanggapan Responden ... 77

4.1.3.1 Hasil Analisis Deskriptif Pelaksanaan Penagihan Pajak ... 77

4.1.3.2 Hasil Analisis Deskriptif Self Assessment System ... 83

4.1.3.3 Hasil Analisis Deskriptif Kepatuhan Perpajakan ... 89

4.1.4 Hasil Analisis Verifikatif ... 94

4.1.4.1 Hasil Model Pengaruh ... 95

4.1.4.2 Pengujian Model Pengukuran ... 96

4.1.4.3 Pengujian Model Struktural ... 105

4.1.4.4 Pengujian Hipotesis ... 106

4.2 Pembahasan ... 112

4.2.1 Analisis Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan ... 112


(9)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Saran ... 122

5.2.1 Saran Operasional ... 122

5.2.2 Saran Akademis ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124


(10)

xiii

Gambar 1.1 Paradigma Pemikiran ... 25

Gambar 3.1 Struktur Analisis Variabel Penelitian Secara Keseluruhan ... 54

Gambar 3.2 Struktur Analisis Pengaruh ξ1 terhadap η ... 62

Gambar 3.3 Struktur Analisis Pengaruh ξ2 terhadap η ... 63

Gambar 4.1 Diagram Jalur Model Keseluruhan ... 95

Gambar 4.2 Diagram Jalur Pengujian Hipotesis I... 107


(11)

xiv

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 36

Tabel 3.3 Standar Penelitian Realibilitas ... 41

Table 3.4 Bobot Nilai Kuesioner... 45

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Response Rate ... 45

Tabel 3.6 Kriteria Kategori Kualitas Tanggapan Responden ... 47

Tabel 3.7 Kriteria Persentase Tanggapan Responden ... 48

Tabel 3.8 Lambang Statistik untuk Indikator dan Variabel Yang Diteliti ... 55

Tabel 3.9 Keterangan Simbol ... 56

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Koefisien Korelasi ... 60

Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Koefisien Determinasi ... 61

Tabel 3.12 Persamaan Struktural Hipotesis I ... 62

Tabel 3.13 Persamaan Struktural Hipotesis II ... 64

Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Response Rate ... 70

Tabel 4.2 Pengembalian Kuesioner ... 71

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 73


(12)

xv

Penagihan Pajak ... 75 Tabel 4.7 Tabel Uji Validitas Kuesioner Pelaksanaan Self Assesssment

System ... 75 Tabel 4.8 Tabel Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Perpajakan... 76 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Realibilitas ... 77 Tabel 4.10 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan

Penagihan Pajak ... 78 Tabel 4.11 Gambaran Tanggapan Responden Pada Indikator

Keadilan ... 79 Tabel 4.12 Gambaran Tanggapan Responden Pada Indikator

Convenience ... 81 Tabel 4.13 Gambaran Tanggapan Responden Pada Indikator

Kepastian ... 82 Tabel 4.14 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Self

Assessment System ... 83 Tabel 4.15 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator

Menentukan Sendiri Pajak Terutang ... 85 Tabel 4.16 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator

Membayar Sendiri Pajak Terutang... 87 Tabel 4.17 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator


(13)

xvi

Waktu Dalam Penyampaian (SPT) ... 91

Tabel 4.20 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator Membayar Pajak Terutang Tepat Waktu ... 92

Tabel 4.21 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Dalam Pembayaran Tunggakan ... 93

Tabel 4.22 Model Pengukuran Variabel Pelaksanaan Penagihan Pajak ... 96

Tabel 4.23 Model Pengukuran Variabel Self Assessment System ... 98

Tabel 4.24 Model Pengukuran Variabel Kepatuhan Perpajakan ... 100

Tabel 4.25 Nilai Convergent Validity ... 102

Tabel 4.26 Nilai Composite Reliability Variable Laten ... 103

Tabel 4.27 Perbandingan Akar AVE Dengan Korelasi Variabel Laten ... 104

Tabel 4.28 Nilai Koefisien Korelasi ... 105

Tabel 4.29 Persamaan Struktural Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan... 107

Tabel 4.30 Uji Signifikansi Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan... 108

Tabel 4.31 Persamaan Struktural Pengaruh Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan... 109 Tabel 4.32 Uji Signifikansi Pengaruh Self Assessment System


(14)

xvii

Tabel 4.33 Besar Pengaruh penagihan Pajak dan Self Assessment System


(15)

xviii

Lampiran 2 : Persetujuan Penelitian ... 129

Lampiran 3 : Kuisoner ... 133

Lampiran 4 : Output Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 134

Lampiran 5 : Output SmartPLS ... 135

Lampiran 6 : Lembar Revisi Sidang Usulan Penelitian Penguji I dan II... 139

Lampiran 7 : Berita Acara Bimbingan Skripsi ... 140

Lampiran 8 : Keterangan Bebas Pinjam Perpustakaan ... 141

Lampiran 9 : Kartu Sidang Seminar Usulan Penelitian ... 142

Lampiran 10 : Lembar Revisi Sidang Skripsi Penguji I ... 143

Lampiran 11 : Lembar Revisi Sidang Skripsi Penguji II ... 144


(16)

124

Abdul Asri Harahap. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia: Perspektif Ekonomi Politik. Jakarta: Integritas Dinamika Press

Agus Purwoto, 2007, Panduan Laboratorium Statistik Inferensial, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Aryati. 2013. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment Terhadap Persepsi Wajib Pajak Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi bisnis ISSN 1693-8852 Barker et al. 2002. Research Methods In Clinical psychology. John Wiley & Sons

Ltd England.

Cooper. W. W, Seiford, L.M. & Tone, K 2006. Data Envelompment Analysis. Boston. MA : Kluwer Academic Publishers.

Dahlan Zainuddin. 2002. Efektifitas Pelaksanaan System Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Kendari Sulawesi Tenggara

Derlina Sutria Tunas. 2013. Efektivitas Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Menggunakan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado ISSN2303-1174.

Djoko Mulyono. 2010. Panduan Brevet Pajak-Akuntansi pajak dan Ketentuan Umum Perpajakan. CV Andi Offset.

Dilla. 2012. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System Pengetahuan Pajak Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan

Erwin Harinurdin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi ISSN 0854-3844

Fajar dan Nia Anggrie Pratiwi. 2010.

79 Masalah Pajak Pribadi dan

Solusinya

. Jakarta: Raih Asa Sukses

Gatot S.M. Faisal. 2009. How To Be A Smarter Taxpayer Cara Lebih Pinter Membayar Pajak. Jakarta: Grasindo.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw Hall.


(17)

125

PT. Gramedia Pustaka Utama

Ikhsan Budi R. 2007. Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik ISSN 1829-9857

Imam Ghozali. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan Partial Least Squares (PLS). Semarang: Universitas Diponegoro.

Jerry. 2011. Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat paksa Terhadap Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan. Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi ISSN 2085-9945

John Hutagaol. 2007. Perpajakan Isu-isu Kontemporer.Yogyakarta: Graha Ilmu John Hutagaol. 2007. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal

Akuntabilitas: Maret 2007 ISSN 1412-0240. Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi

Marihot P Siahaan. 2004. Utang Pajak Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan dengan Surat Paksa. Jakarta: PT Raja Grahindo Persada.

Nih Luh.2010. Analisis Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi Orang Pribadi Pada Pelaksanaan Self Assessment System Dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan

Nur Indrianto. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Nurfiati S. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo.

Pandapotan Ritonga. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Jurnal Ilmiah Sains dan Komputer Vol. 11 No.3 September 2012 ISSN 1978-6603.

Riskon Ginting. 2006. Pengaruh Pemberian Surat Penagihan Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan Di Tiga Kantor Pelayanan Pajak. Jurnal Ekonomi dan bisnis Vol. 5 No. 1 Maret


(18)

126

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2010. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Siti Resmi. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso S.R. 2007. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat

Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supriyati dan Nur. 2008. Pengaruh Pengetahuan pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi Vol.7 No. 1 Maret 2008.

Tryana A.M. Tiraada. 2013. Kesadaran Perpajakan . Sanksi Pajak, SIkap Fiskus terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 ISSN 2303-1174.

Uce Indahyanti. 2013. PPS-PLS. Diakses pada 4 April 2014.

Umar Sekaran. 2006. Metodologi Peneltian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Umi Narimawati. 2010. Penulisan karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi

dan Tugas akhir. Jakarta: Genesis.

UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Wahyu Santoso. 2008. Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai

Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Keuangan Publik Vo. 5 No.1 Oktober 2008.


(19)

127

Yuniasih. 2011. Pengaruh Penerapan Sistem Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak

Yulianto. 2009. Pengaruh Implementasi Kebijakan Self Assessment pada Kepatuhan wajib Pajak Orang Pribadi di Propinsi Lampung. Jurnal Ilmu Administrasi Negara Vol. 9 No. 1 Januari 2009.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/30/11543120/Tingkat.Kepatuhan .Pajak.Masyarakat.Rendah.

http://finance.detik.com/read/2012/08/17/102342/1993894/4/kejar-setoran-rp-1178-triliun-agus-marto-seret-wajib-pajak--bandel-.

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/06/090388297/Pembayar-Pajak-di-Jawa-Barat-Hanya-45-Persen

http://www.tribunnews.com/regional/2012/10/14/masyarakat-kesulitan-menghitung-pajak

http://finance.detik.com/read/2012/09/10/181628/2014020/4/tunggakan-pajak-rp-48-triliun-yang-bisa-ditagih-rp-29-triliun

http://news.okezone.com/read/2008/02/27/20/87141/self-assesment-potensial-sembunyikan-informasi-pajak.


(20)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System terhadap

Kepatuhan Perpajakan”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik secara teknis maupun materi. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusulan usulan penelitian ini.

Penyusunan usulan penelitian ini tidak lepas pula dari bantuan dan dukungan semua pihak yang telah memberi dukungan dan masukan. Dengan segala ketulusan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi akuntansi. 5. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak, CA selaku Dosen Wali Ak-4


(21)

vii

membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

7. Pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Kepada keluargaku tercinta kakek, nenek, tante, papa dan om yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

9. Laura, Irna, Debora, Eva, Rahma, Ati, Ulfi dan Tammy partner in crime ku yang selalu ada memberikan dukungan, sayang kalian semua.

10.Dua sahabatku Nasti dan Fifianti yang selalu memberikan semangat, sayang kalian berdua.

11.Teman-teman seperjuangan kelas Ak4, terima kasih untuk kebersamaanya selama ini.

12.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi rekan-rekan yang membaca skripsi ini. Terima kasih.

Bandung, Agustus 2014 Penulis

Stella Maria Payung Nim. 21110176


(22)

12

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penagihan Pajak

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak

Pengertian penagihan pajak menurut Mardiasmo (2009:119) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan melaksanakan penagihan seketika sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan dan melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”.

Pengertian penagihan menurut Djoko Mulyono (2010:158) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan dan penyanderaan”.

Menurut Moeljohadi yang dikutip dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:197) pengertian penagihan adalah sebagai berikut:

“Serangkaian tindakan dari aparatur jenderal, berhubungan wajib pajak tidak melunasi baik sebagian/seluruh kewajiban perpajakan yang menurut undang-undang perpajakan berlaku”.


(23)

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa penagihan pajak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada wajib pajak yang untuk melunasi baik sebagian/seluruh kewajibannya.

2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut:

“ 1. Surat Tagihan

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) 3. Surat Ketapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 4. Surat Keputusan Pembetulan

5. Surat Keputusan Keberatan 6. Putusan Banding”.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini: 1. Surat Tagihan

a. Pengertian

Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

b. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila:

1. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

2. Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. 3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau


(24)

4. Pengusaha yang memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat faktur pajak atau pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat atau faktur pajak tidak lengkap.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) a. Pengertian

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak uang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

b. Penerbitan SKPKB

Diterbitkan Surat Keteapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) apabila :

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

2. SPT tidak disampaikan pada waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis tidak juga disampaikan dalam waktu menurut saran teguran. 3. Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPn dan PPnBM ternyata tidak

harus dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 persen.

4. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak terpenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.


(25)

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) a. Pengertian

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan. b. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

apabila:

1. Berdasarkan data baru atau data yang semula belum lengkap menyebutkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya.

2. Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan SKPKBT dengan demikian SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari satu kali.

4. Surat Keputusan Pembetulan

Surat keputusan pembetulan adalah surat putusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang terdapat Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pengurangan atau Pembetulan Ketetapan Pajak yang tidak benar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

5. Surat Keputusan Keberatan

Surat Putusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang dianjurkan oleh wajib pajak.


(26)

6. Putusan Banding

Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh wajib pajak.

2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak

Menurut Adam smith dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:63) indikator penagihan pajak adalah sebagai berikut:

“ 1. Certain

Penagihan pajak harus jelas dalam waktu dan ketentuan pembayaran 2. Keadilan

Dalam prinsip ini penagihan pajak tidak boleh mengadakan diskriminasi di antara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama para wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama pula

3. Convenience

Penagihan hendaknya dilaksanakan pada saat yang paling tepat (pada saat terlambat membayar pajak)

4. Penagihan pajak dilakukan sehemat-hematnya jangan sekali-kali melebihi pajak terutang”.

Adapun menurut Soemarso S.R (2007:5) indikator penagihan pajak adalah sebagai berikut:

“ 1. Keadilan

Penagihan pajak harus dibebankan kepada masing-masing subjek pajak sesuai dengan kemampuannya. Negara tidak boleh mengadakan diskriminasi terhadap sesama wajib pajak

2. Kepastian

Penagihan pajak harus pasti. Kepastian dibutuhkan untuk mencegah sikap-sikap kompromistis dan kekaburan

3. Tepat Waktu

Penagihan pajak harus dilakukan pada saat yang tepat, terutama bagi pembayarnya (pada saat terlambat membayar pajak)

4. Asas Efisiensi

Penagihan pajak harus dilakukan seefisien mungkin. Artinya jangan sampai biaya untuk penagihan pajak terlampau besar”.

Sedangkan menurut E.R.A Seligman dalam Siti Kurnia Rahayu (2010: 71) indikator penagihan pajak adalah sebagai berikut:


(27)

“ 1. Beban pajak yang dipikul oleh wajib pajak jangan sampai menghalang-halangi perekonomian bangsa, menghambat produksi atau mencegah investasi

2. Efisien

Pelaksanaan penagihan pajak harus praktis dan mudah dilaksanakan, sehingga penerimaan dapat tercapai”.

Berdasarkan refrensi di atas maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Keadilan (Soemarso S.R:2007)

Dalam prinsip ini penagihan pajak tidak boleh diskriminasi antara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama para wajib pajak harus ditagih pajak yang sama pula.

2. Convenience (Adam Smith dalam Siti Kurnia Rahayu:2010)

Penagihan hendaknya dilaksanakan pada saat yang paling tepat (pada saat terlambat membayar pajak.

3. Kepastian (Soemarso S.R:2007)

Penagihan pajak harus pasti. Kepastian dibutuhkan untuk mencegah sikap-sikap kompromistis dan kekaburan.

2.1.2 Self Assessment System

2.1.2.1 Pengertian Self Assessment System

Pengertian Mardiasmo (2009 :7) mendefinisikan self assessment system adalah sebagai berikut:

Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajb pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang”.


(28)

Pengertian self assessment system menurut Siti Resmi (2011:11) adalah sebagai berikut:

Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku”.

Adapun pengertian self assessment system menurut Waluyo (2011:17) adalah sebagai berikut:

Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang”.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa self assessmentsystem adalah sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.2.2 Ciri-ciri Self Assessment System

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:102) ciri-ciri self assessment system adalah sebagai berikut:

“ 1. Wajib pajak dapat dibantu oleh konsultan pajak melakukan peran aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kewajiban perpajakannya sendiri.

3. Pemerintah dalam hal ini instansi perpajakan melakukan pembinaan, penelitian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan bagi wajib pajak”.


(29)

2.1.2.3 Indikator Self Assessment System

Indikator self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:103) adalah sebagai berikut:

“ 1. Menghitung pajak oleh wajib pajak

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalihkan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).

2. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak A. Membayar Pajak

a) Membayar sendiri pajak yang terutang angsuran PPh pasal 25 tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.

b) Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4(2), PPh pasal 15, 21, 22, 23 dan 26). Pihak lain di sini berupa : pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

c) Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah

d) Pembayaran pajak-pajak lainnya : PBB, BPHTB, bea materai B. Pelaksanaan Pembayaran Pajak

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).

3. Pelaporan dilakukan oleh Wajib Pajak

Surat pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungkan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan”.

Sedangkan menurut Siti Resmi (2011:11) indikator self assessment system adalah sebagai berikut:

“ 1. Menghitung sendiri pajak terutang 2. Membayar sendiri pajak terutang 3. Melaporkan sendiri pajak terutang


(30)

4. Mempertanggungjawabkan pajak terutang”.

Adapun menurut Mardiasmo (2009:7) indikator self assessment system adalah sebagai berikut:

“ 1. Wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

2. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutang”.

Berdasarkan refrensi di atas maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sendiri besarnya pajak terutang (Mardiasmo:2009). 2. Membayar sendiri pajak terutang (Siti Kurnia Rahayu:2010). 3. Melaporkan sendiri pajak terutang (Siti Resmi:2011).

2.1.3 Kepatuhan Perpajakan

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan

Pengertian Kepatuhan Perpajakan menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

“Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan di mana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.

Menurut Safri Nurmantu dalam Kamus Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

“Kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta melaksanakan peraturan perpajakan”.


(31)

Adapun menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perpajakan adalah kondisi dimana wajib pajak melaksanakan semua kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Perpajakan

Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia rahayu (2010:139), kepatuhan perpajakan dapat diidentifikasi dari:

“ 1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan (SPT) 3. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang 4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 kriteria kepatuhan perpajakan adalah:

“ a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

d. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak terutang paling banyak 5 %

e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk 2 tahun diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal”.


(32)

Menurut Norman D. Nowak dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) kepatuhan perpajakan dapat tercermin dalam situasi:

“ 1. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas 2. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar 3. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya”.

Berdasarkan refrensi di atas maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tepat waktu dalam penyampaian SPT 2. Membayar pajak terutang tepat waktu 3. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pemerintah sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai wajib pajak memiliki kepentingan yang berbeda (Jerry:2011). Pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan membutuhkan dana yang sebagian besar berasal dari pendapatan dalam negeri yaitu pajak (Jerry:2011). Masyarakat berusaha untuk meminimalkan bahkan menghindari pembayaran pajak karena menganggap pajak tersebut sebagai beban yang dapat mengurangi kemampuan ekonomis. (Jerry:2011). Oleh karena itu masyarakat melakukan berbagai cara untuk menghindari dan mengurangi jumlah pembayaran pajak (Jerry:2011). Wajib pajak cenderung tidak atau menunda pelunasan utang pajaknya (Jerry:2011).

Untuk menindaklanjuti kecurangan dan kelalaian dari wajib pajak dibutuhkan tindakan penagihan pajak (Nurfiati:2012). Penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak


(33)

memenuhi ketentuan Undang-Undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak (Padapatan Ritonga:2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah self assessment system (Sri Rustiyaningsih:2011). Self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri pajak terutang (Tarjo:2006).

2.2.1 Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan

Pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan menurut Marihot P Siahaan (2004:139) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak merupakan tindakan yang sangat penting dalam proses pemungutan pajak. Hal ini dimaksudkan agar semua wajib pajak patuh membayar pajak”.

Menurut Gatot Faizal (2009:225) pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut:

“Tindakan penagihan pajak dengan surat paksa merupakan wujud law enforcementuntuk meningkatkan kepatuhan perpajakan”.

Adapun menurut Rohmat Soemitro dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:189) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak merupakan salah satu elemen dari law enforcement (penegakan hukum) di bidang perpajakan yang dimana tujuan penagihan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak”.

Hal yang sama diungkapkan oleh Pandapotan Ritonga (2012) yang dalam penelitiannya mengemukakan bahwa:


(34)

“Penagihan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan perpajakan”.

Riskon Ginting (2006) dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa: “Kepatuhan wajib pajak meningkat setelah dilakukannya penagihan pajak”.

Maka berdasarkan dari refrensi tersebut dapat dikatakan bahwa penagihan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan.

2.2.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Perpajakan Menurut John Hutagaol (2007:5) pengaruh self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan adalah:

“Dalam system self assessment, peran serta masyarakat wajib pajak di dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sangat penting dan bahkan menjadi faktor penentu keberhasilan pengumpulan pajak. Dan jika sistem tersebut dilaksanakan dengan baik, maka diyakini akan meningkatkan kepatuhan sukarela secara otomatis”.

Menurut Fajar Budiman dan Nia Anggrie Pertiwi (2010:11) adalah sebagai berikut:

Self assessment system bertujuan mendorong individu ke arah yang positif dalam pelaksanaan administrasi perpajakan dan dapat dilaksanakan dengan mudah, tertib, efektif, efisien, dan terkendali sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak”.

Selain itu Harahap (2004:43) menyatakan sebagai berikut:

“Dianutnya self assessment system membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak secara sukarela”.


(35)

Pernyataan di atas didukung oleh Yulianto (2009) yang dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa:

“Kebijakan self assessment berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak orang pribadi, dimana peningkatan efektivitas kebijakan self assessment akan mempengaruhi peningkatan kepatuhan wajib pajak orang pribadi”. Penelitian Yuniasih (2011) juga mengemukakan bahwa:

Self Assessment System mempunyai hubungan yang kuat dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan”.

Dilla Novita Sari (2012) dalam hasil penelitiannya juga mengemukakan bahwa:

“Pelaksanaan self assessment system berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak”.

Maka berdasarkan dari refrensi tersebut dapat dikatakan bahwa self assessment sytem berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran atas pengaruh pelaksanaan penagihan pajak dan penerapan self assessmentsystem terhadap kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut:


(36)

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan pendekatan kuantitatif”.

Pelaksanaan Penagihan

Pajak

(X1)

Mardiasmo (2009) Moeljohadi dan Rohmat dalam Siti

Kurnia rahayu (2010)

Penerapan Self Assessmet

System (X2)

Siti resmi (2010) Mardiasmo (2009)

Waluyo (2011)

Marihot P Siahaan (2004) Padapotan Ritonga (2011)

John Hutagaol (2007) Yulianto (2009)

Kepatuhan Perpajakan (Y)

Safri Nurmantu, Kamus Bahasa Indonesia , Siti Kurnia Rahayu


(37)

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Penagihan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

2. Self Assessment System berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.


(38)

28

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Adapun pengertian objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain yang dianggap perlu”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penagihan pajak,penerapan self assessment system dan kepatuhan perpajakan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu.


(39)

“εetode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) metode deskriptif adalah sebagai berikut:

“εetode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Selanjutnya menurut Mashuri (2008) dalam Umi Narimawati (2010:29) pengertian metode verikatif adalah sebagai berikut:

“εetode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan metode penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan para ahli mengenai pengaruh pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan.


(40)

Metode verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu model persamaan struktural (structural equation model – SEM) berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan partial least square (PLS). Pertimbangan menggunakan model ini, karena kemampuannya untuk mengukur konstruk melalui indikator-indikatornya serta menganalisis variabel indikator, variabel laten, dan kekeliruan pengukurannya. 3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Desain penelitian menurut Nur Indrianto (2002:49) adalah sebagai berikut:

“Desain penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan dan analisis data”.

Demikian halnya Umi Narimawati (2010:30) menyatakan bahwa:

“Desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dan pelaksanaan penelitian”.

Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode dan prosedur yang digunakan peneliti dari pencanaan sampai pelaksanaan penelitian.

Menurut Sugiyono (2011:50) menjelaskan proses penelitian disampaikan dengan teori sebagai berikut:


(41)

“ 1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan tori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”.

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini deijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian. Identifikasi masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan judul yang diteliti.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jaawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan maslah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Seberapa besar pengaruh pelaksanaan penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan.

b. Seberapa besar pengaruh self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis), maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis).


(42)

Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system berpengaruh pada kepatuhan perpajakan.

5. Metodologi Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus lebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran itu dapat dipercaya. Setelah data


(43)

terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Unit analisis/elemen yang digunakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Time horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi one shot atau cross sectional. Menurut Uma Sekaran (2006:177) studi one shoot atau cross sectional didefinisikan sebagai berikut:

“Studi one shot atau cross sectional adalah sebuah studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitan Desain Penelitian Jenis Penelitian

Metode yang Digunakan

Unit Analisis

Time Horizon

T-1 Deskriptif &

Verifikatif Survey

Wajib Pajak Orang

pribadi

Cross Sectional

T-2 Deskriptif &

Verifikatif Survey

Wajib Pajak Orang

Pribadi

Cross Sectional Keterangan:


(44)

T-1 : Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan

T-2 : Untuk mengetahui pengaruh self assessment system terhadap kepatuhan perpajakaan

3.3 Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002) dalam Umi Narimawati (2010:31) adalah sebagai berikut:

“Penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Defenisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengujuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian. Variabel dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2010:38) adalah:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas atau Independent


(45)

“Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Variabel independen pada penelitian ini adalah Pelaksanaan Penagihan Pajak (X1) dan Self Asssessment System (X2).

2. Variabel terikat atau dependent

Menurut Sugiyono (2010:40) menjelaskan bahwa:

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

Variabel dependent dalam hal ini adalah Kepatuhan Perpajakan. Selengkapnya mengenai operasional variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(46)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Nomor

Kuesioner Pelaksanaan

Penagihan Pajak (X1)

Penagihan pajak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada wajib pajak yang untuk melunasi baik sebagian/seluruh kewajibannya

Mardiasmo (2009)

Moeljohadi dan Rohmat dalam Siti Kurnia rahayu (2010)

1. Keadilan Ordinal 1,2

2. Convenience 3

3. Kepastian AdamSmith, Semarso S.R (2007) 4 Self Assessment System

(X2)

Self Assessment System

adalah system perpajakan yang memberikan

kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk

menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang

Siti resmi (2010) Mardiasmo (2009) Waluyo (2011)

1. Menentukan sendiri besarnya pajak terutang

Ordinal 5,6

2. Membayar sendiri pajak terutang 7,8 3. Melaporkan sendiri pajak terutang Mardiasmo (2009) Siti Kurnia Rahayu(2010) Siti resmi(2011) 9 Kepatuhan Perpajakan (Y)

Kepatuhan perpajakan adalah kondisi dimana wajib pajak melaksanakan semua kewajibannya perpajakannya seperti mendaftarkan diri, membayar pajak terutang dan melaporkan SPT

Safri Nurmantu, Kamus Bahasa Indonesia , Siti Kurnia Rahayu (2010)

1. Tepat waktu dalam penyampaian (SPT)

Ordinal 10,11

2. Membayar pajak terutang tepat waktu

12

3. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan

Siti Kurnia Rahayu (2010)

13

Jenis skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Nur Indrianto dan Bambang (2002:98) adalah:


(47)

“Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat constructyang di luar ukur”. Dalam operasional variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pertanyan-pertanyaan tipe skala rating skale.

Menurut Sugiyono (2009:97) rating scale didefinisikan sebagai berikut: “Skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas pengukuran sikap saja tetapi bisa juga mengukur persepsi responden terhadap fenomena”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) rating scale didefinisikan sebagai berikut:

Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh jawab-jawaban yang menunjukkan tingkatan-tingkatan”.

Masih menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) rating scale didefinisikan sebagai berikut:

Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh jawab-jawaban yang menunjukkan tingkatan-tingkatan”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat dikatakan bahwa rating scale adalah alat pengumpul data dari jawaban responden yang dicatat secara bertingkat.


(48)

3.4 Sumber data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai pengaruh pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan adalah data primer.

Pengertian data primer menurut Umi Narimawati (2008:98) adalah sebagai berikut:

“Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file.Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data”. Menurut Sugiyono (2010:137) mendefinisikan data primer adalah sebagai berikut:

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.

Data primer dalam penelitian ini adalah variabel pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system dan kepatuhan perpajakan yang diperoleh langsung dari wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha di KPP Pratama Bandung Karees.

3.5 Alat Ukur Penelitian 3.5.1 Uji Validitas

Menurut Cooper yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:42) validitas didefinisikan sebagai berikut:


(49)

that a test measures what the researcher actually wishes to measure”. Berdasarkan defenisi di atas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Uji validitas dilakukan untuk memenuhi taraf kesesuaian dan kecepatan alat ukur (instrumen) dalam menilai suatu objek. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan diinginkan dengan tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:42)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson product moment X = Skor item pertanyaan

Y = Skor total item pertanyaan

n = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrumen

Pengujian validitas menggunakan korelasi product moment (indeks validitas) dinyatakan Barker et al. (2002:70) sebagai berikut:

“Butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi butir pernyataan ≥ 0,γ0. Kemudian pengujian reliabilitas menggunakan

= −


(50)

metode alpha-cronbach dan dinyatakan reliabel jika koefisien reliabilitas > 0,70”.

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji coba dengan t (taraf signifikasi) adalah 10%.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43) realibitas adalah sebagai berikut:

Reliability is a characteristic of measurement concerned with accuracy, precision, and concistency”.

Uji realibilitas dilakukan untuk menguji kehandalan dan kepercayaan alat pengungkapan dari data. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) atau Teknik Belah Dua, dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2011 : 42)

Keterangan: R = Realibility

r1 = Reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas yang dikemukakan oleh Barker et al. (2002:70) dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:


(51)

Tabel 3.3

Standar Penilaian Reliabilitas

Reliability

Good 0,80

Acceptable 0,70

Marginal 0,60

Poor 0,50

Sumber: Barker et al. (2002:70)

3.5.3 Uji MSI (Methode of Successive Interval)

Menurut Hays yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:47) data ordinal ke interval dijelaskan sebagai berikut:

“Data yang didapatkan dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui method of successive interval”.

Mengolah data ordinal menjadi interval dengan interval berurutan untuk variabel bebas terikat. Menurut Umi Narimawati (2010:47) langkah-langkah untuk melakukan transformasi data adalah sebagai berikut:

a. Ambil data ordinal hasil kuesioner.

b. Untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.

c. Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif. Untuk data >30 dianggap mendekati luas daerah di bawah kurva normal. d. Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan

memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e. Menghitung nilai skala dengan rumus Method of Successive Interval sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati (2010:47)

Keterangan:

Means of Interval : Rata-rata interval


(52)

Density at Lower Limit : Kepadatan batas bawah Density at Upper Limit : Kepadatan batas atas Area Under Upper Limit : Daerah di bawah batas atas Area Under Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah

f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus:

Sumber: Umi Nawimawati (2010:47)

Dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows.

3.6 Populasi dan Penarikan Sampel 3.6.1 Populasi (sasaran populasi)

Pengertian populasi menurut Umi Narimawati (2008:161) adalah sebagai berikut :

“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi KPP Pratama Bandung Karees yang berjumlah 90.126.

3.6.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2010:38) adalah sebagai berikut:

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.


(53)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel merupakan bagian dari populasi dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Umi narimawati (2010:38)

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%,10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sample yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut ini:

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang mepunyai usaha pada KPP Pratama Bandung Karees sebanyak 100 wajib pajak. Diambil tingkat kepercayaan 10% karena hasil dari jumlah tersebut sudah dapat mewakili wajib pajak yang ada di KPP Pratama Bandung Karees, karena datanya pun diambil secara random. Selain itu apabila mengambil tingkat kepercayaan 1% atau 5% akan memakan waktu dan biaya yang lebih lama dan banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134), yang menyatakan bahwa:

= + N N

= + . 6 × ,. 6 = , ≈


(54)

“Jika jumlah populasi penelitian dibawah 100 maka sebaiknya diambil semua, tetapi jika jumlah populasinya diatas 100 maka jumlah sampelnya dapat diambil 10-15% atau 20 – 25 % atau lebih tergantung dari ketersediaan waktu, tenaga, dan dana serta kemampuan peneliti termasuk sempit luasnya wilayah penelitian”.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library reserach). Pengumpulan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan (Field Research): a. Wawancara (Interview)

Menurut Umi Narimawati (2010:40) wawancara sebagai berikut :

“Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas”.

b. Kuesioner

Menurut Umi Narimawati (2010:40) sebagai berikut:

“Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistic. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dalam penelitian”.


(55)

Tabel 3.4 Bobot Nilai Kuesioner

Bobot Nilai Kuesioner Pernyataan Kuesioner

5 Sangat Sesuai

4 Sesuai

3 Netral

2 Tidak Sesuai

1 Sangat Tidak Sesuai

Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:40)

Hasil dari kuesioner yang disebarkan dilihat dari tingkat kuesioner yang kembali dan dapat dipakai. Persentase dari pengisian kuesioner yang diisi dibandingkan dengan yang disebarkan dikatakan sebagai response rate (tingkat tanggapan responden). Menurut Yang dan Miller (2008:231) menjelaskan response rate sebagai berikut:

Response rate is also known as completion rate or return rate. Response rate in survey research refers to the number of people who answered the survey divided the number of people in the sample. It usually expressed in the form of a percentage. So, response rate is particularly important for anyone doing research, because sometimes sample size normally is not the same as number of units actually studied”.

Berdasarkan pengertian di atas, rumus dari response rate adalah sebagai berikut:

Sumber: Yang dan Miller (2008:231)

Kriteria penilaian dari response rate adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Response Rate

No. Response Rate Kriteria

1. ≥ 8ε% Excellent

2. 70% - 85% Very Good

3. 60% - 69% Acceptable

4. 51% - 59% Questionable

5. ≤ ε0% Not Scientifically Acceptable


(1)

Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Perpajakan

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa secara bersama-sama pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system memberikan pengaruh tehadap Kepatuhan perpajakan sebesar 23,86% dan sisanya sebesar 76,14% dipengaruhi faktor lain yang tidak masuk ke dalam penelitian.

Self Assessment System mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap Kepatuhan perpajakan dibadingkan pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Kepatuhan perpajakan lebih dominan dipengaruhi oleh Self Assessment System.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan Dalam pengujian hipotesis dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 2,100 lebih besar dari tkritis (1,645) yang menunjukkan bahwa model yang dibentuk oleh hipotesis 1 signifikan. Artinya pelaksanaan penagihan berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan perpajakan pada Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

Fenomena yang terjadi di Kepatuhan perpajakan saat ini adalah baru beberapa wajib pajak pribadi dan hanya sedikit wajib pajak badan yang membayar pajak (Chandra Budi:2013) serta fenomena pelaksanaan penagihan pajak dimana masih banyak wajib pajak yang keberatan pada saat penagihan pajak karena merasa tidak adil pajak terutang mereka cukup tinggi (Rahmat:2014). Hal ini sesuai dengan apa yang peneliti temukan dilapangan yaitu:

a. indikator penagihan pajak yang berasal dari tanggapan responden paling rendah adalah keadilan dengan persentase total skor aktual sebesar 65,7% dengan gap sebesar 34,3% yang berarti sebesar 34,3% respoden memang berpendapat merasa tidak adil karena pajak terutang mereka yang terlalu tinggi. Hal ini juga dibuktikan melalui kuesioner, dimana sebesar 42 orang responden menjawab pelaksanaan penagihan pajak cukup adil dan jumlah pajak terutang yang ditagihkan kepada mereka cukup tidak tinggi dan cukup memberatkan, 17 responden menjawab pelaksanaan penagihan pajak kurang adil dan jumlah pajak terutang yang ditagihkan kepada mereka tinggi dan memberatkan dan sebanyak 1 responden menjawab pelaksanaan penagihan pajak tidak adil dan jumlah pajak terutang yang ditagihkan kepada mereka sangat tinggi dan memberatkan.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, Pelaksanaan Penagihan Pajak berpengaruh sebesar 9,8% terhadap Kepatuhan Perpajakan dengan nilai korelasi sebesar 0,392 yang berarti Pelaksanaan Penagihan Pajak memberikan pengaruh positif walaupun rendah terhadap Kepatuhan Perpajakan di KPP Pratama Bandung Karees. Arah hubungan positif pelaksanaan penagihan pajak dengan kepatuhan perpajakan menunjukan bahwa pelaksanaan penagihan pajak yang optimal akan diikuti dengan kepatuhan perpajakan baik pula. Jadi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pelaksanaan penagihan pajak memberikan pengaruh sebesar 9,8% (rendah) terhadap kepatuhan perpajakan.

Selanjutnya 9,8% tersebut dapat dijelaskan dari analisis deskriptif yang telah dilakukan. Hasil deskriptif membuktikan bahwa Pelaksanaan Penagihan Pajak mempunyai skor tanggapan responden sebesar 70,60% dan termasuk dalam kategori cukup baik yang artinya pelaksanaan penagihan pajak cukup mempengaruhi kepatuhan perpajakan. Hal itu dibuktikan bahwa indicator yang paling tinggi tanggapan respondennya adalah indikator convenience dengan persentase skor aktual sebesar 69,40%, selanjutnya indikator kepastian dengan persentase skor aktual sebesar 71,60% dan indikator yang paling rendah tanggapan respondennya adalan indikator keadilan dengan persentase skor aktual sebesar 65,70%. Terdapat gap dari analisis deskriptif sebesar 34,3% dan itulah yang merupakan masalah yang ada pada pelaksanaan penagihan pajak. Selanjutnya kepatuhan perpajakan mempunyai skor tanggapan responden sebesar 64,50% dan masuk dalam kategori cukup baik, yang artinya kepatuhan perpajakan wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha tertentu sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan indikator yang paling tinggi tanggapan respondennya adalah indikator kepatuhan dalam membayar tunggakan pajak dengan persentase skor aktual sebesar 74,60%, selanjutnya


(2)

indikator tepat waktu dalam penyampaian SPT dengan persentase skor aktual sebesar 61,70% kemudian indikator paling rendah tanggapan respondennya adalah indikator membayar pajak terutang sebesar 60,00%. Sehingga untuk memperbaiki masalah pada pelaksanaan penagihan pajak dapat dilakukan dengan meningkatkan dan memperhatikan faktor kepastian (0,862) dengan cara memberikan sanksi yang lebih berat agar wajib pajak tidak menunda-nunda membayar tunggakan pajak mereka, kemudian faktor convenience (0,829) dengan cara lebih memperhatikan ketepatan dalam mengiriman surat teguran dan surat paksa dan yang terakhir adalah memperbaiki faktor keadilan (0,721) dalam pelaksanaan penagihan pajak dengan cara lebih memberikan pemahaman yang lebih rinci kepada wajib pajak mengenai jumlah pajak terutang mereka yang tinggi.

Selain mendukung konsep yang telah diangkat pada kerangka pemikiran, hasil penelitian ini juga dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada kepatuhan perpajakan. Dengan memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada pelaksanaan penagihan pajak, maka masalah pada kepatuhan perpajakan dapat diselesaikan. Semakin baik pelaksanaan penagihan pajak, maka semakin baik kepatuhan perpajakan. Akan tetapi masih ada faktor-faktor lain diluar penagihan pajak yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti tarif pajak, kondisi sistem administrasi perpajakan dan pemeriksaaan pajak (Siti Kurnia Rahayu,2010:110).

4.2.2 Analisis Pengaruh Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan

Fenomena yang terjadi di Kepatuhan perpajakan saat ini adalah sedikitnya wajib pajak yang melaporkan SPT di Jawa Barat (Adjat Djatnika:2012) serta masih banyak wajib pajak yang sering melakukan kesalahan dalam perhitungan pajaknya karena masih banyak wajib pajak yang merasa kesulitan dalam menghitung pajak sendiri (Yunan:2014). Hal ini sesuai dengan apa yang peneliti temukan dilapangan yaitu:

a. indikator self assessment system yang berasal dari tanggapan responden paling rendah adalah indikator menentukan sendiri pajak terutang dengan persentase total skor aktual sebesar 64,10% dengan gap sebesar 35,9% yang berarti sebesar 35,9% responden memang berpendapat kesulitan dalam menentukan pajak terutang sendiri. Hal ini juga dibuktikan melalui kuesioner, dimana sebanyak 51 responden menjawab menentukan pajak terutang sendiri cukup mudah. 26 responden menjawab menentukan pajak terutang sendiri tidak mudah.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, Self Assessment System berpengaruh sebesar 14,1% terhadap Kepatuhan Perpajakan dengan nilai korelasi sebesar 0,435 yang berarti Self Assessment System memberikan pengaruh positif walaupun sedang terhadap Kepatuhan Perpajakan di KPP Pratama Bandung Karees. Arah hubungan positif self assessment system dengan kepatuhan perpajakan menunjukan bahwa self assessment system yang optimal akan diikuti dengan kepatuhan perpajakan baik pula. Jadi dari hasil penelitian ini diketahui bahwa self assessment system memberikan pengaruh sebesar 14,1% (rendah) terhadap kepatuhan perpajakan.

Selanjutnya 14,1% tersebut dapat dijelaskan dari analisis deskriptif yang telah dilakukan. Hasil deskriptif membuktikan bahwa self assessment system mempunyai skor tanggapan responden sebesar 71,88% dan termasuk dalam kategori cukup baik yang artinya self assessment system cukup mempengaruhi kepatuhan perpajakan. Hal itu dibuktikan bahwa indikator yang paling tinggi tanggapan respondennya adalah indikator melaporkan sendiri pajak terutang dengan persentase skor aktual sebesar 78,80%, selanjutnya indikator membayar sendiri pajak terutang dengan persentase skor aktual sebesar 76,20% kemudian yang paling rendah tanggapan respondennya adalah indikator menentukan sendiri pajak terutang sebesar 64,10%. Selanjutnya kepatuhan perpajakan mempunyai skor tanggapan responden sebesar 64,50% dan masuk dalam kategori cukup baik, yang artinya kepatuhan perpajakan wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha tertentu sudah cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan indikator yang paling tinggi tanggapan respondennya adalah indikator kepatuhan dalam membayar tunggakan pajak dengan persentase skor aktual sebesar 74,60%, selanjutnya indikator tepat waktu dalam penyampaian SPT dengan persentase skor aktual sebesar 61,70% kemudian indikator paling rendah tanggapan respondennya adalah indikator membayar pajak terutang sebesar 60,00%.


(3)

Sehingga untuk memperbaiki masalah pada Self Assessment System dapat dilakukan dengan seperti memberitahukan wajib pajak agar membayar pajak sendiri (0,863) dengan cara memberikan sosialisai pajak agar wajib pajak menjadi lebih paham dengan ketentuan pembayaran pajak, memberikan sosialisasidan menyiapkan fasilitas buku panduan agar wajib pajak dapat dengan mudah menentukan pajak mereka (0,863), serta menghimbau wajib pajak untuk melaporkan sendiri pajak mereka (0,778) dengan cara terus melakukan sosialisasi pajak secara rutin untuk menghimbau wajjib pajak untuk melaporkan SPT .

Selain mendukung konsep yang telah diangkat pada kerangka pemikiran, hasil penelitian ini juga dapat memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada kepatuhan perpajakan. Dengan memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada self assessment system, maka masalah pada kepatuhan perpajakan dapat diselesaikan. Semakin baik pelaksanaan self assessment system, maka semakin baik kepatuhan perpajakan. Akan tetapi masih ada faktor-faktor lain diluar penagihan pajak yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti tarif pajak, kondisi sistem administrasi perpajakan dan pemeriksaaan pajak (Siti Kurnia Rahayu,2010:110).

V. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil fenomena, kerangka pemikiran, operasional variabel dan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Penagihan Pajak memiliki berpengaruh signifikan namun memberikan pengaruh yang rendah terhadap kepatuhan perpajakan. Semakin meningkatnya pelaksanaan penagihan perpajakan cenderung akan diikuti dengan peningkatan kepatuhan perpajakan. Namun dalam pelaksanaannya masih belum optimal karena memiliki beberapa masalah seperti:

a. Keadilan dalam penagihan pajak belum dirasakan oleh semua wajib pajak

b. Ada beberapa wajib pajak yang masih belum membayar tunggakan pajak mereka walaupun telah ditagih

c. Pemberian surat teguran kepada wajib pajak belum tepat waktu

2. Self Assessment System memberikan pengaruh rendah terhadap kepatuhan perpajakan. Semakin meningkatnya self assessment system cenderung akan diikuti dengan peningkatan kepatuhan perpajakan. Namun dalam pelaksanaannya masih belum optimal karena memiliki beberapa masalah seperti:

a. Wajib pajak masih kesulitan dalam menghitung pajak terutangnya b. Wajib pajak masih belum membayar pajak terutangnya sendiri c. wajib pajak masih belum menyetorkan kembali SPT mereka sendiri 5.2 Saran

5.2.1 Saran Operasional

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, maka penulis akan memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan maka perlu memberi perhatian terhadap pelaksanaan penagihan pajak seperti lebih memperhatikan aspek convenience (ketepatan) dalam melakukan penagihan pajak, mempertegas pelaksanaannya dengan memberikan sanksi yang lebih berat agar wajib pajak tidak menunda-menunda dalam membayar tunggakan pajaknya dan memberikan pemahaman lebih kepada wajib pajak mengenai jumlah pajak terutang mereka yang tinggi. Solusi yang lain adalah dengan menambah jumlah aparat penagihan dalam pelaksanaan penagihan pajak. Aparat penagihan dapat membanru menambah persentase jumlah penetahuan mengenai pelaksanaan penagihan pajak.

2. Untuk meningkatkan self assessment system perlu memberikan perhatian terhadap self assessment system dengan cara lebih mensosialisasikan cara pengisian SPT, mensosialisasikan ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam membayar pajak dan


(4)

menyediakan fasilitas yang dapat mempermudah wajib pajak dalam menghitung pajak ataupun sosialisasi langsung kepada wajib pajak.

5.2.2 Saran Akademis

Disarankan agar peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian yang sama, dengan menambah indikator, metode yang sama tetapi unit analisis, populasi dan sampel yang berbeda agar dipeoleh kesimpulan yang mendukukng dan memperkuat teori dan konsep yang telah dibangun sebelumnya, baik oleh peneliti maupun peneliti-peneliti terdahulu.

Daftar Pustaka

Abdul Asri Harahap. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia: Perspektif Ekonomi Politik. Jakarta: Integritas Dinamika Press

Agus Purwoto, 2007, Panduan Laboratorium Statistik Inferensial, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Aryati. 2013. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment Terhadap Persepsi Wajib Pajak Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi bisnis ISSN 1693-8852

Barker et al. 2002. Research Methods In Clinical psychology. John Wiley & Sons Ltd England. Cooper. W. W, Seiford, L.M. & Tone, K 2006. Data Envelompment Analysis. Boston. MA : Kluwer

Academic Publishers.

Dahlan Zainuddin. 2002. Efektifitas Pelaksanaan System Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Kendari Sulawesi Tenggara

Derlina Sutria Tunas. 2013. Efektivitas Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Menggunakan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado ISSN2303-1174.

Djoko Mulyono. 2010. Panduan Brevet Pajak-Akuntansi pajak dan Ketentuan Umum Perpajakan. CV Andi Offset.

Dilla. 2012. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System Pengetahuan Pajak Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan

Erwin Harinurdin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi ISSN 0854-3844

Fajar dan Nia Anggrie Pratiwi. 2010. 79 Masalah Pajak Pribadi dan Solusinya. Jakarta: Raih Asa Sukses

Gatot S.M. Faisal. 2009. How To Be A Smarter Taxpayer Cara Lebih Pinter Membayar Pajak. Jakarta: Grasindo.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw Hall.

Hair et al. 1995. Multivariate Data Analysis, (5th Edition). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall. Husein Umar. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama

Ikhsan Budi R. 2007. Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik ISSN 1829-9857

Imam Ghozali. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan Partial Least Squares (PLS). Semarang: Universitas Diponegoro.

Jerry. 2011. Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat paksa Terhadap Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan. Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi ISSN 2085-9945

John Hutagaol. 2007. Perpajakan Isu-isu Kontemporer.Yogyakarta: Graha Ilmu

John Hutagaol. 2007. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntabilitas: Maret 2007 ISSN 1412-0240.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi

Marihot P Siahaan. 2004. Utang Pajak Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan dengan Surat Paksa. Jakarta: PT Raja Grahindo Persada.


(5)

Nih Luh.2010. Analisis Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi Orang Pribadi Pada Pelaksanaan Self Assessment System Dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan Nur Indrianto. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Nurfiati S. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo.

Pandapotan Ritonga. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Jurnal Ilmiah Sains dan Komputer Vol. 11 No.3 September 2012 ISSN 1978-6603.

Riskon Ginting. 2006. Pengaruh Pemberian Surat Penagihan Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak Penghasilan Di Tiga Kantor Pelayanan Pajak. Jurnal Ekonomi dan bisnis Vol. 5 No. 1 Maret

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2010. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Siti Resmi. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso S.R. 2007. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat

Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supriyati dan Nur. 2008. Pengaruh Pengetahuan pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi Vol.7 No. 1 Maret 2008.

Tryana A.M. Tiraada. 2013. Kesadaran Perpajakan . Sanksi Pajak, SIkap Fiskus terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 ISSN 2303-1174.

Uce Indahyanti. 2013. PPS-PLS. Diakses pada 4 April 2014.

Umar Sekaran. 2006. Metodologi Peneltian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Umi Narimawati. 2010. Penulisan karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas akhir. Jakarta: Genesis.

UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Wahyu Santoso. 2008. Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Keuangan Publik Vo. 5 No.1 Oktober 2008.

Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

Yang. Keifeng & Miller, Gerald J. 2008. Handbook of Research Methods in Public Administration Taylor & Francis Group: CRC Press U.S

Yuniasih. 2011. Pengaruh Penerapan Sistem Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak

Yulianto. 2009. Pengaruh Implementasi Kebijakan Self Assessment pada Kepatuhan wajib Pajak Orang Pribadi di Propinsi Lampung. Jurnal Ilmu Administrasi Negara Vol. 9 No. 1 Januari 2009.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/30/11543120/Tingkat.Kepatuhan.Pajak.Masyar akat.Rendah.

http://finance.detik.com/read/2012/08/17/102342/1993894/4/kejar-setoran-rp-1178-triliun-agus-marto-seret-wajib-pajak--bandel-.

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/06/090388297/Pembayar-Pajak-di-Jawa-Barat-Hanya-45-Persen

http://www.tribunnews.com/regional/2012/10/14/masyarakat-kesulitan-menghitung-pajak


(6)

http://news.okezone.com/read/2008/02/27/20/87141/self-assesment-potensial-sembunyikan-informasi-pajak.

LAMPIRAN

Koefisien Jalur Struktural

PLS BOOTSRAPING


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Karees)

0 9 7

Pengaruh sistem administrasi perpajakan modern dan penagihan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey pada kantor pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 3 1

Self Assessment System Dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada KPP Pratama Bandung Karees)

1 15 74

Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 6 1

Pengaruh penegakan hukum pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan :(survey wajib pajak orang pribadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees)

8 68 51

Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Pelaksanaan Self Assessment System (Survei pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegalega)

0 2 1

Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1 2 19

Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

0 2 23

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan terhadap Kualitas Pelayanan Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak (Survei terhadap Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

0 1 18

Pengaruh Sistem Administrasi Perpajakan Modern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei terhadap Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

1 1 21