Omset Usaha Jenis Usaha

c. Cara Mulai Usaha

Dari 120 responden, sebanyak 77 responden atau 64,2 memulai usahanya dengan mendirikan sendiri. Sebanyak 42 responden atau 35 merupakan lanjutan bisnis warisan dari orang tua dan hanya satu 1 responden yang memulai usaha dengan cara membeli. Komposisi ini memperlihatkan bahwa perusahaan responden merupakan perusahaan yang didirikan oleh para entrepreuner. Dari tabel 3.menunjukkan bahwa cenderung tidak terlihat perbedaan antara mereka yang memulai usaha sendiri dengan mereka yang memulai usahanya dari warisan orang tua terhadap tingkat pengembalian kredit. Hal ini memberikan arti bahwa tingkat pengembalian kredit tidak dipengaruhi oleh bagaimana cara memulai usaha.

d. Omset Usaha

Tersedianya kredit yang memadai diharapkan dapat menciptakan pembentukan modal bagi usaha mikro kecil sehingga diharapkan dapat meningkatkan omset usaha dan pendapatan yang pada akhirnya akan menciptakan surplus yang dapat digunakan untuk membayar kembali kreditnya dan melakukan pemupukan modal. Gambaran antara tingkat pengembalian kredit dengan omset usaha yang dihasilkan responden 3 tiga bulan terakhir diperlihatkan pada tabel 5.12. Rata-rata omset yang dihasilkan responden selama tiga bulan terakhir pada kategori lancar sebesar Rp. 23,97 juta, jumlah ini lebih besar dibanding rata-rata omset yang dihasilkan responden yang masuk kategori kurang lancar, diragukan dan macet yang masing-masing hanya sebesar Rp. 12,06 juta untuk kategori kuranglancar, Rp. 3,39 juta untuk kategori diragukan dan Rp. 2,95 juta untuk responden yang masuk kategori macet. Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi omset yang dihasilkan oleh pelaku usaha mikro kecil cenderung semakin besar pula kemampuannya dalam membayar pinjamannya ke PD BPR BKK. 11

e. Jenis Usaha

Sebagian besar pengusahapelaku usaha mikro kecil yang menjadi sampel adalah pengusaha yang melakukan jenis kegiatan usaha pengolahan yaitu usaha yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. Dari 120 sampel yang diambil, 70,8 bergerak diusaha pengolahan atau sebanyak 85 responden. Sisanya 29,2 atau 35 responden berusaha di bidang perdagangan dan jasa. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa 30,6 atau 26 responden yang memiliki usaha pengolahan, masuk pada kategori lancar, dan 59 responden lainnya tersebar hampir merata masuk pada kategori kurang lancar, diragukan dan macet yaitu masing-masing sebanyak 24,7, 21,2 dan 23,5. Untuk pelaku usaha mikro kecil yang bergerak pada jenis usaha pengolahan memang agak sulit memprediksi tingkat kelancaran arus kasnya karena usahanya sangat tergantung pada kondisi eksternal seperti situasi pasar, kondisi makro ekonomi, ketersediaan bahan baku dan lain sebagainya.

f. Jumlah Tenaga Kerja