DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif 9
dan Kelompok Belajar Konvensinal. Tabel 2.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
10 Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian
31 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Tes
33 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest
40 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Postest
41 Tabel 4.3. Perbedaan Nilai Rata-rata Mean dari Data Pretest dan Postest 42
Tabel 4.4. Persentase Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Struktur Reproduksi Pria
19 Gambar 2.2. Saluran Reproduksi Pria
20 Gambar 2.3. Struktur Reproduksi Wanita
21 Gambar 2.4. Saluran Reproduksi Wanita
22 Gambar 2.5. Skema Proses Spermatogenesis
23 Gambar 2.6. Skema Proses Oogenesis
24 Gambar 2.7. Siklus Menstruasi
26 Gambar 2.8. Perkembangan Janin dalam Rahim
27 Gambar 2.9. Virus HIV
30
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus 48
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 50
Lampiran 3. Instrumen Tes 64
Lampiran 4. Kunci Jawaban Instrumen Tes 72
Lampiran 5. Lembar Jawaban Instrumen Tes 73
Lampiran 6. Perhitungan Validitas Soal 75
Lampiran 7. Perhitungan Reliabilitas 79
Lampiran 8. Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 83
Lampiran 9. Perhitungan Daya Beda Soal 84
Lampiran 10. Ketuntasan Belajar Siswa 86
Lampiran 11. Perhitungan Tingkat Penguasaan Siswa dan Ketuntasan 88
Belajar Klasikal Lampiran 12. Perhitungan Nilai Rata-rata Pretest dan Postest
89 Lampiran 13. Tabel Nilai Product Moment
90 Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
91
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki arti penting dalam kehidupan, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan terbelakang. Pendidikan
adalah sebuah kunci utama terbentuk sumber daya manusia yang kompeten dalam membangun bangsa dimana pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam
membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang manusia yang dewasa yang akan berinteraksi dan
melakukan banyak hal terhadap lingkungannya baik secara individu maupun sebagai makhluk sosial.
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya
merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto 2010 : 5 bahwa pendidikan yang baik adalah
pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya
dalam kehidupan sehari-hari. Gejala yang terlihat pada kenyataannya, proses pendidikan tidak memberi
jawaban bagi kebutuhan peserta didik dan tidak membentuk siswa menjadi seperti yang diharapkan. Hal ini diakibatkan karena pendidik hanya menerapkan proses
belajar yang hanya berorientasi pada penambahan ilmu pengetahuan saja. Guru hanya menuang informasi yang mengakibatkan peserta didik seringkali tidak
memahami apa yang telah dipelajarinya dan tidak mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperolehnya.
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata-rata
hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional
dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Masalah ini banyak
dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Namun pada kenyataannya kegiatan belajar mengajar tidak
seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya metode yang digunakan guru tidak bervariasi, sarana prasarana yang
tidak mendukung, kurangnya minat belajar siswa dan sebagainya. Salah satu faktor utama adalah metode yang digunakan guru tidak bervariasi atau hanya
menggunakan metode konvensional seperti ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan dan lain sebagainya.