3. Staphylococcus aureus
Klasifikasi dari bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut: Kingdom :
Prokariot Divisio
: Protophyta Kelas
: Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus Jawetz, et al., 2005
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk bulat, termasuk bakteri Gram positif, biasanya tersusun dalam rangkaian yang tidak beraturan seperti
buah anggur. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, yang menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi piogen
dan bahkan septikemia yang fatal. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai antigen dan merupakan substansi
penting didalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel Jawetz, et al., 2005. Uji reaksi gula yang dilakukan Supartono
2006 membuktikan bahwa Staphylococcus aureus dapat memfermentasi glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa, dan manitol. Penelitian tentang pola kepekaan
di ruang rawat intensif Rumah sakit Fatmawati Jakarta pada tahun 2001-2002 Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik penisilin G, ampisilin,
sulbenisilin, dan amoksilin Refdanita dkk, 2004.
4. Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan serta membunuh bakteri, terutama bakteri yang merugikan Setiabudy, 2008. Idealnya,
antibakteri memiliki mekanisme kerja yang selektif, yaitu hanya membunuh parasit saja sehingga tidak membahayakan sel inang Jawetz, et al., 2001.
Antibakteri yang mekanismenya hanya menghambat pertumbuhan disebut bakteriostatik, sedangkan yang mampu membunuh bakteri disebut bakterisidal,
tetapi jika dosis antibakteri yang bersifat bakteriostatik dinaikkan, maka sifatnya
akan berubah menjadi bakterisidal Setiabudy, 2008. Mekanisme kerja obat antibakteri tidak sepenuhnya dipahami. Tetapi, mekanisme aksi ini dapat
diklasifikasikan dalam empat hal utama yaitu : a.
Menghambat sintesis dinding sel b.
Menghambat fungsi membran sel c.
Menghambat sintesis protein d.
Menghambat sintesis asam nukleat Jawetz, et al., 2001.
5. Resistensi
Resistensi adalah kemampuan bakteri atau kuman untuk menjadi kebal terhadap antibiotik Jawetz, et al., 2005. Resistensi mikroorganisme dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa tipe yaitu : a.
Resistensi bawaan primer adalah resistensi yang menjadi sifat alami mikroorganisme disebabkan adanya enzim pengurai antibiotik pada
mikroorganisme, sehingga secara alami dapat menguraikan antibiotik. b.
Resistensi dapatan sekunder merupakan resistensi yang didapat karena kontak dengan agen antimikroba dalam waktu yang cukup lama, dan terbentuk mutan
yang dapat terjadi secara cepat dapat pula dalam kurun waktu lama memperbanyak diri dan menjadi mutan jenis baru.
c. Resistensi episomal adalah resistensi yang disebabkan pembawa faktor genetik
berada di luar kromosom. d.
Resistensi silang adalah keadaan dimana mikroorganisme yang semula sensitif menjadi resisten terhadap suatu antibiotik serta semua derivatnya Pratiwi,
2008.
6. Uji Antibakteri
Uji antibakteri dilakukan untuk mengukur potensi senyawa guna mengetahui kekuatan antibakterinya dengan mengamati diameter zona hambat.
Uji antibakteri dapat dikerjakan dengan beberapa cara antara lain dilusi dan difusi. Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair dan dilusi padat.
Metode dilusi cair ini dilakukan dengan cara mengukur MIC Minimum Inhibitory
Concentration atau Kadar Hambat Minimum, KHM dan MBC Minimum Bactericidal Concentration atau Kadar Bunuh Minimum, KBM. Cara yang
dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikrobiologi pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba
pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut
selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat
jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM. Metode dilusi padat ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat. Keuntungan metode
ini adalah satu konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji Pratiwi, 2008.
Difusi adalah proses pergerakan molekul dalam suatu media secara acak dan merata Campbell Reece, 2008. Metode difusi memiliki tiga cara yakni
Kirby Bauer, sumuran, dan pour plate Prescot Klein, 2002. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika dan kimia, selain faktor antara obat dan
organisme misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat. Meskipun demikian standarisasi faktor-faktor tersebut
memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik Jawetz, et al., 2005.
7. Kromatografi Lapis Tipis KLT