1
ANALISIS BUKU TEKS BAHASA INDONESIA TINGKATAN SMP KELAS VIII, ERLANGGA: KETERBACAAN DAN TINGKAT
KETERBACAAN
Devi Sulistyaningsih, A 310080339, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2012, 52 halaman. Abstrak tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi aspek keterbacaan
serta mendeskripsikan tingkat keterbacaan buku teks bahasa Indonesia tingkatan SMP kelas VIII Erlangga, pada KD Membaca Cepat. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis.Teknik dan instrumen pengumpulan data menggunakan teknik
kepustakaan, observasi dan teknik angket. Kepustakaan untuk menambah sumber- sumber tertulis yang berupa buku, catatan dan hal-hal lain. Observasi terhadap
objek yang dijadikan sumber penilaian tingkat keterbacaan terhadap buku tersebut. Angket digunakan untuk mengetahui hasil keterbacaan buku ini. Siswa
membaca wacana yang disediakan kemudian menghitung kecepatan membaca dengan rumus yang sudah ditentukan.Teknik analisis data pada penelitian ini
menggunakan metode agih. Metode agih yang alat penentunya berada pada bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri.
Dari uji keterbacaan yang dilakukan dapat diketahui tingkat keterbacaan dari buku ini. Hasil uji buku teks bahasa Indonesia tingkatan SMP kelas VIII
Erlangga, pada KD Membaca Cepat untuk uji keterbacaan dalam kategori baik. Rincian untuk tiap kelas yaitu: kelas VIII E tuntas= 24 siswa, tidak tuntas= 8
siswa, kelas VIII F tuntas= 24 siswa, tidak tuntas= 7 siswa, kelas VIII G tuntas= 22 siswa, tidak tuntas= 8 siswa, kelas VIII H tuntas= 20 siswa, tidak tuntas= 10
siswa. Nilai yang dicapai dapat memenuhi batas tuntas 60 dengan prosentase rata-rata tiap kelas VIII E 75, VIII F 77,41 , kelas VIII G 73,33, dan kelas
VIII H 66,66 . Rata-rata keempat kelas untuk tingkat keterbacaan yaitu 73,99 sebagai hasil keterbacaan pada buku teks tersebut.
Kata kunci :buku teks bahasa Indonesia, keterbacaan
A. Pendahuluan
Pembelajaran dikatakan sebagai proses transmisi dari guru kepada siswa. Guru memfasilitasi siswa dalam memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan.
Proses pembelajaran yang berlangsung dapat memberi pengalaman yang bermanfaat bagi siswa. Kemampuan siswa dapat dikembangkan dengan
pembelajaran dengan kualitas yang baik. Siswa belajar mengemukakan pendapat, gagasan dan ide, berpartisipasi dalam diskusi di kelas.
Peran guru dalam hal ini sangat dibutuhkan. Sufanti 2010:5 menyebutkan
peran guru dalam PBM meliputi Informatori, Organisator, Konduktor, Katalisator, Pengarah, Inisiator, Moderator, Transmitter, Fasilitator, dan Evaluator. Inovasi
pembelajaran senantiasa dilakukan oleh guru agar siswa tertarik untuk mengikuti
2 pembelajaran sampai selesai. Di sinilah peran guru terlihat dengan jelas,
bagaimana mereka menjalankan tugas-tugasnya. Secara tidak langsung siswa melakukan penilaian terhadap cara guru mengajar di depan kelas.
Guru tidak selamanya dapat memberikan informasi secara lengkap dan langsung, maka guru mempergunakan buku teks sebagai panduan dalam
menyampaikan informasi. Buku teks dapat mewakili guru dalam menyediakan sumber belajar yang dapat dipelajari siswa kapan saja. Buku teks yang dipakai
oleh guru tersebut salah satu contoh dari sekian banyak buku teks yang tersedia. Namun, Perlu disadari tentang keberadaan buku teks atau buku pelajaran
merupakan sarana atau instrumen yang paling baik atau ampuh. Manfaat adanya buku teks tidak lain dapat memberikan kesempatan kepada pemilik buku untuk
mengulang materi yang dirasanya kurang. Buku teks juga memberikan kesempatan kepada pemilik untuk menyegarkan ingatannya mengenai materi yang
sudah diajarkan, dengan begitu dia tidak mudah lupa.
Diantara perangkat pengajaran yang ada, buku teks memiliki peran sebagai salah satu perangkat pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
Buku teks menyediakan sumber informasi bagi siswa yang berbentuk tulis. Informasi tersebut meliputi informasi tentang lingkungan, kesehatan, teknologi,
kondisi politik, sosial, budaya dan bidang-bidang lain. Selain informasi tersurat dalam buku teks juga terdapat informasi tersirat. Buku teks yang dibuat memiliki
kriteria penyusunan yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan isinya.
Tarigan 2009:13 buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun oleh para pakar dalam
bidang itu buat tujuan intruksional yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-
sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Mahfudz dan Solehan dalam Nugraheni, 2011 menyatakan bahwa
buku teks adalah buku yang berisi bahan atau materi pengajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Buku teks mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan intruksional yang akan dicapai, memotivasi siswa untuk belajar, mengantisipasi
kesukaran belajar siswa sehingga menyediakan bimbingan bagi rangkuman, dan secara umum berorientasi pada siswa secara mandiri karena sistematis dan
lengkap.
Masalahnya, apakah semua bahan bacaan yang tersedia serta mudah didapat tersebut layak untuk konsumsi bacaan siswa kita atau tidak. Banyak hal yang
dapat dilakukan untuk menguji kelayakan buku yang digunakan oleh siswa dan guru saat ini. Salah satunya dengan keterbacaan wacana yang ada dalam buku
tersebut. Tingkat keterbacaan akan sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana wacana dalam buku ini dimengerti oleh siswa. Berdasarkan latar belakang
tersebut peneliti akan menganalisis buku teks bahasa Indonesia tingkatan SMP kelas VIII, terbitan Erlangga dikaji berdasarkan keterbacaan dan tingkat
keterbacaan terhadap siswa. Uji keterbacaan dilakukan di SMP N 3 Colomadu. Peneliti memilih sekolah ini karena pembelajaran membaca cepat dirasakan
kurang.
3 Keterbacaan mempersoalkan tingkat kemudahan suatu bahan bacaan tertentu,
atau dengan kata lain keterbacaan readability adalah ukuran tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari segi tingkat
kesukarankemudahan wacananya. Hal ini berkaitan dengan teknik membaca cepat buku tersebut.
Soedarso 2000:5-9 memaparkan beberapa hal yang menghambat kecepatan membaca dan cara mengatasinya:
“ a. Vokalisasi Membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca,
karena itu berarti mengucapkan kata demi kata dengan lengkap. Cara menghilangkan kebiasaan itu yaitu dengan meletekkan
tangan di leher sementara membaca dan letakkan tangan di leher tidak boleh terasa getaran.
b. Gerakan Bibir Menggerakkan bibir atau komat-kamit sewaktu membaca
sekalipun tidak bersuara ataupun dengan gerakan bibir hanya seperempat dari kecepatan membaca secara diam.
Cara menghilangkan kebiasaan ini :
1 Rapatkan bibir kuat-kuat, tekankan lidah ke langit-langit
mulut. 2
Mengunyah permen karet. c. Gerakan Kepala
Semasa kanak-kanak penglihatan kita memang masih sulit menguasai seluruh penempang bacaan. Akibatnya adalah kita
menggerakkan kepala dari kiri ke kanan untuk dapat membaca baris- baris bacaan secara lengkap.
Cara untuk menghilangkan kebiasaan itu lakukanlah salah satu cara ini:
1 Letakkan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan
ke meja selama membaca. 2
Tangan memegang dagu seperti memegang jenggot dan bila kepala bergerak, Anda akan tersadar lalu hentikan
gerakan itu.
d. Menunjuk Dengan Jari Semasa baru belajar membaca kita harus mengucapkan kata
demi kata apa yang kita baca, maka dilakukan dengan bantuan jari atau pensil yang menunjuk kata demi kata.
Kebiasaan itu dapat dihilangkan dengan cara yang mudah seperti berikut ini :
1 Kedua tangan memegang buku yang dibaca.
2 Memasukkan tangan ke saku selama membaca.
e. Regresi Kebiasaan selalu kembali regresi ke belakang untuk melihat
kata atau beberapa kata yang baru dibaca. Cara untuk mengurangi regresi itu dapat dilaksanakan hal berikut:
1 Tanamkan kepercayaan diri.
4 2
Hadapi bahan bacaan. 3
Terus saja baca sampai kalimat selesai. f. Subvokalisasi
Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin atau pikiran kata- kata yang dibaca juga dilakukan oleh pembaca yang kecepatannya
tinggi. Cara untuk menanggulanginya yaitu dengan melebarkan
jangkauan mata sehingga satu fiksasi pandangan mata dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya
daripada melafalkannya”.
Penelitian yang berhubungan dengan telaah buku teks adalah penelitian milik Herry Yuliyanto 2006 berjudul “Analisis Soal Cerita pada Buku Bahasa
Indonesia Kontekstual kelas VII Semester II SMP Muhammadiyah I Surakarta Tahun Pelajaran 20052006”. Penelitian Herry menghasilkan perbandingan
jumlah soal yang mudah, sedang, sukar pada buku Bahasa Indonesia Kontekstual kelas VII Semester II sudah memenuhi kriteria tingkat kesukaran dengan
perbandingan 4:12:3. Perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan yaitu pada sumber data penelitiannya. Herry meneliti soal cerita pada buku bahasa Indonesia
dan perbedaannya pada objek dan tingkatan kelasnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, ada dua masalah yang perlu dibahas dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana aspek keterbacaan buku
teks bahasa Indonesia tingkatan SMP kelas VIII Erlangga, pada KD membaca cepat?; kedua, Bagaimana tingkat keterbacaan buku teks bahasa Indonesia
tingkatan SMP kelas VIII Erlangga, pada KD membaca cepat?. Penelitian ini memiliki tujuan, pertama, Mengidentifikasi aspek keterbacaan buku teks bahasa
Indonesia tingkatan SMP kelas VIII Erlangga, pada KD membaca cepat. Kedua, mendeskripsikan tingkat keterbacaan buku teks bahasa Indonesia tingkatan SMP
kelas VIII Erlangga, pada KD membaca cepat. Manfaat diadakannya penelitian ini yakni 1 menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis buku teks melalui
aspek keterbacaan dan tingkat keterbacaan siswa, 2 membantu guru agar lebih selektif dalam memilih buku panduan, dan 3 dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan referen bagi peneliti yang lain berkaitan dengan evaluasi terhadap buku teks bahasa Indonesia berdasarkan tingkat keterbacaan dan
ketercapaiannya. B.
Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Colomadu dan dilakukan di 4
empat kelas yaitu kelas VIII E, F, G, dan VIII H dan dilakukan pada bulan februari hingga maret. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Subjek penelitian ini yaitu buku teks bahasa Indonesia tingkatan SMP kelas VIII terbitan Erlangga beserta objek penelitian yang ada
yakni kalimat atau wacana yang diujikan kepada siswa kemudian rumus yang disediakan untuk menghitung tingkat keterbacaan siswa. Sumber data yang ada
berupa buku bahasa Indonesia tingkatan SMP kelas VIII, Erlangga. Peneliti
5 mengkaji buku tersebut berdasarkan keterbacaan dan tingkat keterbacaan
pemahaman terhadap siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan, teknik observasi
dan teknik angket. Teknik kepustakaan yaitu teknik yang menggunakan sumber- sumber tertulis untuk memperoleh studi tentang sumber-sumber yang digunakan
antara lain sejenis dokumen yang digunakan untuk mencari data-data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, dan hal-hal lain
yang menunjang penelitian Arikunto, 1993:43. Teknik kepustakaan pada penelitian ini berupa buku bahasa Indonesia tingkatan SMP kelas VIII, Erlangga.
Teknik selanjutnya yaitu observasi terhadap objek yang akan dijadikan sumber ketercapaian pemahaman terhadap buku tersebut. Tahap terakhir yang akan
peneliti lakukan yaitu teknik angket.
Uji validitas data yang akan dilakukan yakni bertanya kepada yang lebih mengetahui tentang keterbacaan tersebut, salah satunya yaitu kepada guru mata
pelejaran bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang berupa metode agih. Sudaryanto 1993:15 menyatakan bahwa metode agih
adalah metode analisis data yang alat penentunya berada pada bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Penelitian ini alat penentunya merupakan bahasa
itu sendiri. Data yang teranalisis itu berupa kalimat-kalimat yang dikaji keterbacaannya.
C. Hasil dan Pembahasan