Strategi Komunikasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Komunikasi Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal
(Studi Deskriptif Mengenai Strategi Komunikasi Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan Dalam Mensosialisasikan Program Keluarga
Berencana Di Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung) SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh,
Mochamad Rif’ad Hasibuan NIM. 41808032
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
SURAT PERNYATAAN………...ii
LEMBAR PERSEMBAHAN………....iii
ABSTRACT……….………..……….…..iv
KATA PENGANTAR……….…...v
DAFTAR ISI………...vi
DAFTAR TABEL………..………ix
DAFTAR GAMBAR………..…………x
DAFTAR LAMPIRAN……….……….xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah……….…..1
1.2 Rumusan Masalah………..…...9
1.2.1 Pertanyaan Makro ………...10
1.2.2 Pertanyaan Mikro ………..……...10
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian………11 1.4Kegunaan Penelitian………...…………...12
1.4.1 Kegunaan Teoritis………..12
1.4.2 Kegunaan Praktis………...12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi……….…...14
(3)
2.1.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi……….……….17
2.1.1.4 Sifat Komunikasi……….………..18
2.1.1.5 Tujuan Komunikasi……….………...….…...19
2.1.2.6 Tinjauan Mengenai komunikasi Organisasi…..………..….20
2.1.2.6 Pengertian Komunikasi Organisasi………....20
2.1.2.7 Ruang Lingkup Komunikasi Organisasi………....21
2.1.2.8 Jaringan komunikasi Organisasi……….…………...27
2.1.2.9 Tinjauan Mengenai Strategi Komunikasi………..28
2.1.2.9 Pengertian Strategi komunikasi………...…….…...28
2.1.2.10 Tinjauan Mengenai Sosialisasi……….………...29
2.1.2.10 Pengertian Sosialisasi………...29
2.2 Kerangka Pemikiran………..………...30
2.2.1 Kerangka Teoritis………...30
2.2.2 Kerangka Konseptual………...32
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1Sejarah Keluarga Berencana………...…………..……….……..35
(4)
3.1.3 Sejarah Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Kabupaten Bandung……….………...44
3.1.4 Visi dan Misi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung……….….………....49
3.1.5 Visi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung……….…...49
3.1.6 Misi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung………...50
3.1.7 Struktur Organisasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung……….51
3.1.8 Tugas dan Fungsi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung……..…...53
3.1.9 Sejarah Tentara Nasioan Indonesia………58
3.2 Metode Penelitian………..……...…...65
3.2.1 Desain Penelitian……….………...65
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data……….….….…..…....67
3.2.2.1 Studi Pustaka………..…….….…..…...68
3.2.2.2 Studi Lapangan……….……..…...68
(5)
3.2.5 Uji Keabsahan Data………....72
3.2.6 Lokasi Dan Waktu Penelitian……….……...…..……...73
3.2.6.1Lokasi penelitian………...73
3.2.6.2 Waktu Penelitian……….……….73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Identitas Informan Pendukung dan KeyInforman………77
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian………..………82
4.2.1 Pertanyaan Informan Pendukung………...82
4.2.1.1 Khalayak sudah benar-benar tahu akan program KB………...83
4.2.1.2 Kegiatan TNI Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan sudah dapat diterima oleh masyarakat…………...83
4.2.1.3 Hambatan dalam proses pengenalan khalayak, khususnya pada kegiatan TMKK ini, yang bertujuan untuk mensosialisasikan program KB……….………..83
4.2.1.4 Pesan apa yang dilakukan oleh BKBPP melalui kegiatan TMKK ini………..………...85
4.2.1.5 Pesan yang seperti apa yang disampaikan dalam kegiatan TMKK ini………..……....85
(6)
khususnya calon pengguna KB, agar ingin menggunakan
KB………....86
4.2.1.8 Metode apa saja yang dilakukan melalui kegiatan TMKK ini, untuk mempengaruhi calon pengguna KB untuk berpartisipan terhadap program KB………87
4.2.1.9 Kunci untuk keberhasilan suatu metode pelaksanaan dalam sosialisai program KB melalui Kegiatan TMKK ini……...88
4.2.1.10 Media apa saja yang sering digunakan oleh BKBPP dalam mensosialisasikan program KB………88
4.2.1.11 Seberapa sering media tersebut digunakan oleh BKBPP dalam mensosialisasikan program KB………..89
4.2.1.12 Penggunaan media tersebut sudah dirasa tepat dalam upaya mensosialisasikan program KB………90
4.2.1.13 Media yang harus dioptimalkan dalam pelaksanaan sosialisasi program KB melalui kegiatan TMKK………...…91
4.2.2 Pertanyaan Untuk Key Informan………...91
4.2.2.1 Sejak Kapan Menggunakan KB………..………91
4.2.2.2 Jenis KB apa yang anda gunakan……….……...91
(7)
4.2.2.6 Pesan yang seperti apa yang membuat tertarik dari kegiatan TMKK ini sehingga khalayak mau menggunakan
KB...93
4.3 Pembahasan……….………...93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………...99
5.2 Saran……….…...100
5.2.1 Saran Bagi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan……….……….101
5.2.2 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya………..………...102
DAFTAR PUSTAKA………..………...103
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN………...127
(8)
Tabel 3.2 Informan Kunci Penelitian……….……..63 Tabel 3.3 Rencana Penelitian……….………..67
(9)
Gambar 1.2Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana
Kesehatan……….………..6
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual………...33
Gambar 3.1 Keluarga Berencana………...…………..40
Gambar 3.2 Logo Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional………..49
Gambar 3.3 Gambar Struktur Organisasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung……….……...52
Gambar 3.4 Komponen-Komponen Di Dalam Analisis Data Kualitatif……….65
Gambar 3.5 Logo Tentara Nasional Indonesia………58
Gambar 4.1 Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan………..88
(10)
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian………...100
Lampiran 3 Surat Balasan dari Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan………101
Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan………..102
Lampiran 5 Lembar Revisi Usulan Penelitian………103
Lampiran 6 Pedoman Wawancara………..104
Lampiran 7 Foto Wawancara……….121
Lampiran 8 Foto Wawancara……….121
Lampiran 9 Foto Wawancara……….122
Lampiran 10 Foto Wawancara………...122
Lampiran 11 Gambar Kegiatan TMKK……….123
Lampiran 12 Gambar Kegiatan TMKK Pelayanan MOW……….123
Lampiran 13 Gambar Kegiatan TMKK Pelayanan MOP………..124
Lampiran 14 Gambar Kegiatan TMKK Pelayanan MOP………..124
Lampiran 15 Gambar Kendaraan Untuk Pelayanan KB………125
(11)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi. Bandung : Armindo.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Handayani, sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Pace. R. Wayne & Faules. Don f. 2005. Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Terjemahan. Deddy Mulyana,MA.,Ph. D) Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
(12)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung Rosdakarya.
Sumber Lain :
http://pengertian-kb.html 6 april 2012 13.30
http://Pengertian Sosialisasi.htm 6 april 2012 13.30
http://sejarah-kb.htm 6 april 2012 13.40
http:// Pengertian Sosialisasi.htm 6 april 2012 13.40
http://tni.mil.id/index2.php?page=sejarah.html 17 juni 2012 14.30
Mukhlisin Ibnu. 2010 Strategi Komunikasi Badan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Bekasi Dalam Mensosialisasikan Program Keluarga Berencana Di Kota Bekasi Universitas Komputer Indonesia.
Satria, Yudi. 2011. Strategi Humas PT. Dirgantara Indonesia (Persero) melalui kegiatan Plant Tour Dalam Membentuk Citra Perusahaan. Universitas Komputer Indonesia.
Wijawa Wendy. 2011. Peranan Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Bandung melalui program Car free day dalam mensosialisasikan kesadaran lingkungan kepada masyarakat Bandung Universitas Komputer Indonesia.
(13)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(curriculum Vitae)
DATA PRIBADI
Nama : Mochamad Rif’ad Hasibuan
Nama Panggilan : Rifad/Ivan
Tempat ,Tanggal Lahir : Bandung, 17 Juli 1989
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Telepon : 087822989091
Status : Belum Menikah
(14)
Pekerjaan : Swasta
Nama Ibu : Imas Masdinarsyah
Pekerjaan : Bidan
Alamat : Komplek Griya Jagabaya Indah Blok D 4 No.2
RT06/13 Desa. Jagabaya Cimenteng Kabupaten Bandung.
Hobby : Bermain Musik, Membaca, Olahraga, Menonton
film
Alamat E-mail/FB/Twitter : [email protected]
2. PENDIDIKAN FORMAL
2008 – Sekarang Jurusan Ilmu Komunikasi (Humas) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Lulus
2004 – 2007 Sekolah Menengah Atas Negri 1 Soreang
(15)
2001 – 2004 Pesantren Persatuan Islam No. 99 Rancabango
Tarogong Garut
Lulus
1995 – 2001 Sekolah Dasar Negri 1 Banjaran
Lulus
1994 – 1995 Taman Kanak – Kanak Baitussalam Ciherang
Lulus
3. PENDIDIKAN NON FORMAL
2008 Lembaga Pendidikan
Komputer Informatika Indonesia (LPKII)
Bersertifikat
2008 English Course At LIA Tidak Bersertifikat
2007 Music Course At Manson
(bass Guitar)
Tidak Bersertifikat
4. PENGALAMAN ORGANISASI
2008 Anggota Panitia 17 Agustus
(16)
Giya Jagabaya)
2005 – 2006 Anggota PMI SMAN 1 Soreang
5.SEMINAR/PELATIHAN/WORKSHOP
2012
2011
Peserta Seminar “Fun With Office 2010” di UNIKOM
Peserta Seminar “Road to Success Of a
Movie Maker” di UNIKOM
2010 Panitia Study Tour Ke Media Massa Trans
TV di UNIKOM
2010 Table Manner Course BANANA– INN
Hotel & Spa
2010 Peserta “ Seminar Fotografi, Lomba Foto
Essay dan Apresiasi Seni (Tema : Teknik dan Bahasa Foto) di UNIKOM
2009 Peserta “Pelatihan Melejitkan Potensi dan Pengembangan Diri” Personal
Development and Self Empowerment di UNIKOM
(17)
2009 Peserta Mentoring Agama Islam di UNIKOM
2009 Kuliah Umum “ Kebudayaan Film &
Sensor Film (Ilustrasi Tentang Perfilman)” di UNIKOM
2009 Workshop “Pembuatan Program TV” di
UNIKOM
6. PRESTASI
2010 Menjadi Opening Artis Pada Launching
Album Elven Di Gaurt
2006 Juara 3 Festival Band Pada Fruit Tea
Festival Band
Penulis
(18)
memberikan kenikmatan yang teramat banyak, karena Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini, dan tak lupa shalawat serta salam limpah curah kepada nabi Muhammad s.a.w. kenikmatan itu dapat dirasakan dengan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STRATEGI KOMUNIKASI BADAN KELUARGA
BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI
KEGIATAN TENTARA NASIONAL MANUNGGAL KELUARGA
BERENCANA KESEHATAN (Studi Deskriptif Mengenai Strategi Komunikasi Melalui Kegiatan Tentara Nasional Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan Dalam Mensosialisasikan Program Keluarga Berencana Di Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung)”. Sebagai tugas akhir dalam
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua tercinta karna berkat mereka saya merasa di beri kenikmatan yang sangat luar biasa, sehingga saya dapat mengenyam pendidikan hingga saat ini.
Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran dan memberikan dukungan serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis. Tanpa mereka mungkin karya
(19)
1. Bapak Prof. DR. Samugyo IR,Drs., M.A selaku dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia yang telah mengeluarkan surat pengantar pelaksanaan penelitian.
2. Bapak Drs. Manap Solihat. M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations FISIP Unikom yang telah memberikan pengesahan dan aspek legalitas lainnya kepada peneliti.
3. Rismawaty, S.Sos. M.Si, selaku dosen Pembimbing dan selaku dosen wali yang memberikan semangat serta motivasi kepada peneliti agar peneliti bersemangat dalam menyusun skripsi.
4. Bapak dan Ibu Dosen tetap dan Dosen luar biasa Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Unikom, yang telah memberikan dorongan serta dorongan kepada penulis serta pengajaran yang baik. 5. Sekertariat Program Studi Ilmu komunikasi yang telah mengurus data–
data, informasi, dan memberikan kemudahan dalam menjalani perkuliahan ataupun keperluan lainnya.
6. Bpk Asep Soma, Staf Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung yang telah membantu dalam penelitian ini tanpa kebaikan beliau mungkin usulan penelitian dirasa sulit dalam penyelesaiannya.
(20)
8. Yth, Bpk Nopi selaku staf UPTD dan bapak Dedi selaku pihak TNI yang telah membantu dan memberikan informasi yang dapat membantu penelitian ini.
9. Kepada Teman–teman program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Unikom Konsentrasi Ilmu Humas dan Jurnalistik, serta sahabat-sahabatku tercinta Ofik, Firman, Imam, Andi, Stefany, Azis.
10.Kepada Teman–teman Humas 2008 yang selalu menjadikan kampus semakin berwarna dan memberikan makna.
Bandung , Juli 2012
Penulis
Mochamad Rifad Hasibuan
(21)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jika kita berbicara mengenai strategi, tentu saja menjadi aspek penting di dalam suatu badan atau organisasi, terlebih setiap badan atau organisasi pasti sudah memiliki strategi yang sudah disiapkan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan pengertian strategi komunikasi menurut Anwar Arifin (1984 : 59).
Strategi komunikasi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.
Maka dari itu, langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak atau sasaran. Kemudian berdasarkan pengenalan serta komunikator dipilih, sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Hal ini dimaksudkan selain agar kekuatan penangkal yang dimiliki khalayak dapat “diijinkan”, juga untuk mengalahkan kekuatan pengaruh dari pesan-pesan lain yang berasal dari sumber (komunikator) lain.
Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bagaimana, untuk mencapai suatu tujuan atau (goal), dibutuhkan suatu kesinambungan antara strategi yang diterapkan dan komunikasi yang diterapkan. Strategi bukan hanya suatu peta yang menunjukan arah saja, tetapi strategi juga semestinya diimbangi dengan taktik dalam proses pengapliasikan strategi tersebut.
(22)
Begitu pula yang dilakukan oleh BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) Kabupaten Bandung, BKBPP selaku badan yang ditunjuk oleh pemerintah, memiliki strategi yang harus dilakukan dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai, dalam mensosialisasikan program KB tersebut.
Jika kita berbicara realita yang ada. Faktanya masih banyak masyarakat di Kabupaten Bandung, khususnya di Kecamtan Cimaung yang belum menggunakan KB sebagai alat kontrasepsi dan peduli akan pentingnya menggunakan KB. Hal itu diperkuat dengan data yang dimiliki oleh BKBPP itu sendiri, bahwa penduduk bertambah hingga 136.499 jiwa, dengan kurun waktu 3 tahun saja. Yaitu terhitung dari tahun 2007 hingga 2010. Hal itu mencerminkan laju pertumbuhan penduduk yang masih sangat tinggi dengan tercatat saat ini jumlah penduduk Kabupaten Bandung sebanyak 3.174.499 jiwa. Jika hal itu dibiarkan dan tidak ditanggulangi secara serius dan keadaan ini tidak berubah, maka tahun 2015 penduduk Kabupaten Bandung bisa bertambah hingga 3.580.834, dengan peningkatan 81.267 jiwa pertahun, potensi permasalahan pun diperkirakan akan berpengaruh terhadap aspek-aspek sosial lainnya. Seperti kemiskinan, pengangguran, kesehatan, pendidikan, hingga daya beli masyarakat.
Keberhasilan program KB berpengaruh besar pada penghematan anggaran sektor kesehatan dan pendidikan. Dengan melihat peserta KB pada tahun 2010, peserta KB mencapai 97.149 akseptor maka dapat terkendali sebanyak 97.149 kelahiran. Bila diasumsikan satu kelahiran memerlukan biaya sebesar Rp.
(23)
10.000.000, (untuk biaya perawatan kehamilan, perssalinan dan perawatan anak dalam satu tahun), maka telah menghemat anggaran sebesar Rp. 970 miliar per tahun, dimana penghematan itu dapat dipergunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan.
Gambar 1.1
Arsip Kependudukan Nasional
(Sumber: Arsip BKBPP 2012)
Fenomena yang terjadi dimasyarakat Kabupaten Bandung mengenani KB, beragam responnya. Mulai dari yang pro akan pentingnya KB, ataupun yang kontra akan KB itu sendiri. bagi masyarakat yang pro akan pentingnya program KB sendiri, tentu mereka sudah berfikir bahwa jika mereka mempunyai banyak anak untuk sekarang ini sangatlah merepotkan mulai dari beban hidup yang berat hingga tidak terkontrolnya anak menjadi permasalahan tersendiri untuk orang tua.
(24)
Berbeda dengan zaman dahulu, yang menganggap bahwa mempunyai banyak anak banyak rezeki, jika dibandingkan dengan zaman sekarang, hal itu sangat bertolak belakang untuk kehidupan saat ini. Selain itu masyarakat sudah mulai menyadari akan kesehatan reproduksi serta kesehatan dari si ibu. Bahwa melahirkan harus dengan batasan usia yang layak untuk melahirkan dengan waktu yang sesuai. Hal itu membantu keselamatan si ibu dan kesehatan bayi yang akan lahir, dan mengurangi resiko angka kematian ibu dan anak pada saat melahirkan. Mengingat angka kematian ibu dan anak pada saat persalinan masih sangat tinggi, dan itu semua menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi BKBPP.
Lain halnya bagi masyarakat yang masih beranggapan kontra akan program KB itu sendiri, berbagai macam pendapat muncul dari pihak yang kontra terhadap program KB ini. Mulai dari KB tidak dianjurkan oleh agama, dan dipercaya sama saja dengan membunuh anak yang akan dikandung. Serta ketakutan masyarakat akan penggunaan KB, mulai dari ketakutan tidak ingin di pasang dan menggangap penggunaan KB sangatlah mengganggu dan beralasan merasa tidak cocok akan produk–produk KB tertentu, hingga akhirnya urung untuk menggunakan KB.
Beberapa penyebab lain yang menjadikan masyarakat, tidak menggunakan KB, ialah kurangnya pendidikan akan kesehatan reproduksi dan pemahaman akan KB tersebut. Faktor ekonomi menjadi alasan selanjutnya penyebab masyarakat tidak menggunakan KB. Bagi masyarakat yang khususnya tinggal di wilayah perkampungan dan memiliki pendapatan rendah, penggunaan KB dianggap hanya
(25)
menambah biaya hidup mereka, untuk biaya hidup mereka saja merasa tidak tercukupi, sehingga tidak terfikir oleh mereka untuk menggunakan KB.
Hal ini yang menjadi tugas BKBPP Kabupaten Bandung dalam hal ini, membantu masyarakat yang tidak mampu untuk menggunakan KB. Hal itu dapat dibantu oleh adanya bantuan kerja sama antara BKBPP Kabupaten Bandung dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. BKBPP mendata dan melayani pelayanan. Dinas Kesehatan mengeluarkan surat jaminan kesehatan untuk masyarakat yang tidak mampu.
Berdasarkan salah satu misi pemerintah Kabupaten Bandung, yaitu menjadikan masyarakat Kabupaten Bandung yang sejahtera. Dalam hal ini BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) selaku badan yang ditunjuk oleh pemerintah dan dipercayai oleh pemerintah untuk menjalakan program nya.
TMKK ialah kepanjangan dari (TNI menunggal Keluarga Berencana Kesehatan) merupakan suatu bentuk , sosialisai dan pelayanan KB, baik itu berupa sosialisasi dengan bekerja sama dengan institusi TNI, TNI sebagai abdi negara yang berkewajiban untuk melayani dan membantu menjaga ketahanan dan keamanan bangsa, dan menuangkan kewajibannya dengan bekerja sama bersama BKBPP untuk menanggulangi masalah kependudukan yang ada di Negara ini.
(26)
Gambar 1.2
Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan
(Sumber Penulis 2012)
Kegiatan TMKK, merupakan suatu bentuk kegiatan kerjasama dengan pihak kedua yaitu TNI, pada dasarnya kegiatan TMKK ini memang merupakan kegiatan yang sudah menjadi agenda dari BKBPP sendiri. Pihak kedua yaitu TNI yang ikut berperan dalam membantu keaktifan dalam kegiatan sosialisasi tersebut.
Kegiatan keluarga berencana menjadi suatu kegiatan kerjasama yang dilakukan dan diperhatikan oleh pihak TNI dengan BKBPP. Dikarenakan kepedulian TNI kepada masyarakat sekitar dan BKBPP sebagai badan yang ditunjuk dan dipercayai oleh pemerintah untuk menjadi suatu badan yang dapat memberikan dampak positif pada perkembangan penduduk dan Keluarga Berencana, agar terciptanya masyarakat yang sejahtera dan mempunyai keluarga yang terencana dan sejahtera.
(27)
Manfaat dari TMKK ialah, adanya pelayanan dan sosialisasi yang ditujukan kepada masyarakat. Khususnya yang belum menggunakan KB, sehingga dapat mengoptimalkan sarana pemerintah yang memang dibutuhkan oleh masyarakat bagi yang belum menggunakan KB. Layanan tersebut juga membantu masyarakat yang kurang mampu untuk menggunakan KB.
TMKK, merupakan suatu agenda kegiatan rutin dalam program sosialisasi KB. Dimana kegiatan TMKK ini, terlebih dahulu dilakukan pendataan siapa saja yang belum menggunakan KB disuatu daerah tertentu. Lalu jika sudah mencapai target yang diinginkan maka akan dikomulatifkan untuk dilakukan pelayanan berupa pemasangan alat KB.
Pelaksanaan kegiatan pelayanan setelah sosialisasi dan pendataan, maka yang harus dipahami oleh masyarakat yang akan mempergunakan KB. Yaitu akceptor
calon pengguna KB. Terlebih dahulu didata dan akan disesuaikan dengan alat KB apa yang dirasa cocok dan tidak mengganggu kesehatan, maka akan digunakan untuk keperluan dari calon pengguna KB tersebut. Umumnya pada pelayanan KB ini, pihak dari BKBPP menawarkan penggunaan KB jangka panjang dalam hal ini seperti pemasangan MOP, MOW, IUD ataupun pemasangan KB lainnya.
Namun khusus untuk penggunaan alat KB yang bersifat selamanya atau permanen haruslah mempunyai pemikiran dan keputusan yang matang mengingat hal ini bersifat permanen dan tidak dapat diulang kembali. Lain halnya dengan
(28)
pemasangan alat KB untuk jangka waktu tertentu saja. acceptor atau calon pengguna KB, dapat membuka kembali alat KB nya, dan masih dapat untuk mengalami kehamilan kembali terjadi, umumnya alat kontrasepsi yang bersifat permanen dan tidak dapat kembali melakukan pembuahan yaitu MOP, yaitu program KB yang dikhususkan untuk pria untuk tidak dapat melakukan pembuahan kembali.
Kegiatan TMKK ini juga terselengara secara periodik, yakni setiap ada kegiatan pencanangan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak baik itu TNI dan BKBPP. TNI sendiri mengambil peranannya sebagai abdi masyarakat untuk ikut serta dalam kerja sama yang digagas oleh BKBPP selaku badan pemerintah yang menangani masalah kependudukan serta program Keluarga Berencana, untuk itu TNI sebagai abdi negara. Dalam hal ini memang menjadi sudah sewajarnya untuk memenuhi kegiatan yang bersifat memasyarakat dan penting bagi kelangsungan kependudukan nasional. Keterlibatan TNI dalam kegiatan BKBPP melalui TMKK memang tidak luput akan adanya kesepakatan kerjasama antar kedua belah pihak dan adanya BKBPP disini memainkan peranannya secara struktural.
Memang jika berbicara BKBPP, disini bermain birokrasi yakni dari atasan ke bawahan, yakni bawahan menjalankan perintah atasan serta BKBPP banyak melakukan kerjasama dengan badan–badan sosial lainnya, yang memang strategis dalam membantu sosialisasi Keluarga Berencana dan pentingnya Keluarga Berencana bagi masyarakat.
(29)
Langkah demi langkah dalam pengkomunikasian secara struktural atau organisasi memang menjadi gaya dari BKBPP itu sendiri yang memang sudah jelas mengikuti alur atau SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah BKBPP tentukan. Berbeda pada waktu terdahulu pengkomunikasian mengenai sosialisai KB terasa sulit dan kurangnya fasilitator dalam membantu sosialisasi KB para petugas lapangan BKBPP pada waktu itu harus terjun langsung kemasyarakat secara door to door, atau rumah ke rumah dan itu tidak jarang mendapat respon yang negatif atau antipati akan program keluarga berencana tetapi ada juga yang memang menyambut baik akan program KB tersebut dan memikirkan pentingnya KB.
Dan dari kesimpulan di atas, berdasarkan fakta yang terjadi di masyarakat, peneliti bermaksud untuk dapat memahami, mengenai apa itu kegiatan TMKK (TNI Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan), dan bagaimana realita yang terjadi di lapangannya, serta peneliti mencoba untuk mengetahui bagaimana sebuah organisasi atau badan khususnya disini, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Mengkomunikasikan tujuan dari salah satu misinya, yaitu sosialisasi mengenai KB. Terlebih peneliti ingin mencoba meneliti, mengenai bagaimana langkah–langkah yang dilakukan oleh BKBPP, mulai itu langkah awal pengkomunikasian mengenai program KB. Hingga akhirnya nanti pelayanan akan program KB tersebut.
(30)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari hasil uraian latar belakang penulis dapat menyimpulkan bahwa tertarik untuk meneliti permasalahan yang telah diuraikan tersebut, sehingga peneliti merumuskan secara khusus permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Pertanyaan Makro
Bagaimana Strategi Komunikasi Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ?
1.2.2 Pertanyaan Mikro
1. Bagaimana Pengenalan Khalayak yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ?
2. Bagaimana Penyusunan Pesan yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ?
(31)
3. Bagaimana Menetapkan Metode Pelaksanaan yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ?
4. Bagaimana Media yang digunakan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengkaji secara mendalam mengenai Strategi Komunikasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang peneliti harapkan di dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengenalan Khalayak yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan.
(32)
2. Untuk mengetahui Penyusunan Pesan yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan.
3. Untuk mengetahui Menetapkan Metode Pelaksanaan yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan.
4. Untuk mengetahui Media yang digunakan Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi ilmu komunikasi umumnya dan pengembangan komunikasi organisasi khususnya.
1.4.2 Kegunaan Praktis
(33)
Penelitian ini dapat memberikan suatu bentuk ilmu pengetahuan serta pengalaman bagi peneliti, mengenai strategi komunikasi khususnya dalam suatu bentuk pemberian pemahaman kepada komunikan akan apa yang menjadi tercapainya suatu tujuan dari komunikator yang diinginkan.
2. Kegunaan Bagi Akademik
Penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa yang ingin mengkaji penelitian yang sama dan dapat dijadikan suatu bahan referensi yang berguna bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya, umumnya mahasiswa lainnya untuk dijadikan sebuah litelatur.
3. Kegunaan Bagi Organisasi
Penelitian ini juga berguna sebagai bahan masukan, referensi, informasi serta bahan evaluasi bagi BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) Kabupaten Bandung mengenai strategi komunikasi melalui kegiatan Tentara Nasinoal Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan Dalam Mensosialisasikan Program Keluarga Berencana Di Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung itu sendiri, khususnya evaluasi atau referensi tentang strategi komunikasi.
(34)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi
2.1.1 Pengertian komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2005:42).
Jika kita berbicara mengenai definisi komunikasi, diantara banyaknya definisi komunikasi yang lainnya, tidak ada yang benar ataupun yang salah. Dari masing– masing definisi mempunyai prespektif yang tujuannya sama yaitu bagaimana konteks yang dibicarakan mengenai apa yang dikomunikasikan, dan adanya si pengirim dan si penerima untuk mencapai suatu bentuk kepahaman dari pesan–pesan tertentu.
Jadi di dalam kegiatan berkomunikasi bukan hanya sekedar untuk memberitahu, tetapi juga berupaya untuk mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain,
(35)
hal itu bisa terjadi apabila komunikasi yang disampaikanya bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar dimengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.
Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya “Communication Research In The United States”. Menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of expreiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.
Menurut Willbur Schramm dalam definisinya mengatakan bahwa,” Istilah komunikasi berasal dari perkataan latin communis yang artinya common atau sama. Jadi apabila manusia mengadakan komunikasi dengan orang lain, maka ia mengoperkan (gagasan) untuk memperoleh commones atau kesamaan dengan pihak lain itu mengenai sesuatu objek tertentu”. (Palapah & Syamsudin, 1983;2) Sedangkan Carl I Hovland mendefinisikan komunikasi, ”sebagai suatu proses dimana seorang insan (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku insan-insan lainnya (komunikate)”. (Effendy, 1986:12) Dari dua definisi yang disampaikan para ahli dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyatakan pesan yang dapat berupa gagasan untuk memperoleh “commones” dengan orang lain (komunikate) mengenai objek tertentu dimana komunikate merubah tingkah lakunya
(36)
sesuai dengan yang diharapkan komunikator. Jika diantara dua orang yang berkomunikasi itu terdapat persamaan pengertian, artinya tidak ada perbedaan terhadap pengertian tentang sesuatu maka terjadilah situasi yang disebut “in tune”.
Dengan demikian jelaslah bahwa komunikasi memungkinkan manusia untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan, perasaan dan sikap. Selain itu manusia dapat pula mengetahui ide-ide perasaan dan sikap individu lainnya yang akhirnya terdapat pengertian diantara individu-individu.
2.1.2 Bentuk–Bentuk Komunikasi
Di dalam bukunya Dimensi-dimensi komunikasi, Onong Uchjana Effendy menyatakan bahwa dalam pelaksanaanya, komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu :
a. Komunikasi antar pribadi ( Diadic Communication) yaitu komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini bisa berlangsung berhadapan muka (face to face), bisa melalui medium seperti telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi ini sifatnya dua arah timbal balik (two way communication).
b. Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi antar seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok.
(37)
c. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas seperti siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum. (Effendy, 1986;48)
Ketiga macam komunikasi tersebut dapat digunakan dalam suatu kegiatan komunikasi yang lebih dulu telah disesuaikan dengan tujuan komunikasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini menyangkut materi yang akan disampaikan, media yang akan digunakan dan kondisi khalayak yang dihadapi.
2.1.3 Unsur–Unsur komunikasi
Di dalam melakukan kegiatan komunikasi, setiap pelaku komunikasi mempunyai harapannya mengenai tujuan komunikasi tersebut. Di dalam pencapaian tujuan komunikasi tersebut tentunya harus adanya unsur–unsur yang semestinya dipahami, menurut Onong Uchjana Effendy di dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang Komunikan : Orang yang menerima pesan
(38)
Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila Komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002 : 6)
2.1.4 Sifat Komunikasi
Onong Uchjana Effendy di dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan bahwa berkomunikasi memiliki sifat-sifat. Adapun beberapa sifat komunikasi tersebut, yaitu:
1. Tatap muka (face-to-face)
2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal) - Lisan (Oral)
- Tulisan
4. Non verbal (Non-verbal)
- Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial)
(39)
Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (fedd back) dari si komunikan itu sendiri, dalam penyampain pesan komunikator bisa secara langsung (face-to-face) tanpa menggunakan media apapun. Komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, fungsi media tersebut sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesannya. Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal dibagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/ printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata, dan sebagainya, ataupun menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya,.
2.1.5 Tujuan Komunikasi
Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan oleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengemukakan beberapa tujuan berkomunikasi, yaitu:
(40)
a. Supaya gagasan kita dapat diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
b. Memahami orang lain, kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya, jangan mereka menginginkan arah ke barat tapi kita memberi jalur ke timur.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam mungkin berupa kegiatan yang dimaksudkan ini adalah kegiatan yang banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang terbaik melakukannya.
2.1.2.6 Tinjauan Mengenai Komunikasi Organisasi
2.1.2.6 Pengertian Komunikasi Organisasi
Mempelajari organisasi adalah mempelajari perilaku pengorganisasian dan inti perilaku tersebut adalah komunikasi setelah mengetahui hakikat organisasi dan komunikasi, maka kita dapat melihat arah dan pendekatan yang ada pada komunikasi organisasi. ”Komunikasi organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang -orang, komunikasi organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang dapat mengambil sejumlah arah yang sah dan bermanfaat”. (Pace dan Faules, 2002:25) Analisis komunikasi organisasi menyangkut penekanan atas banyak transaksi yang terjadi secara stimuli. Sistem tersebut menyangkut pertunjukan dan penafsiran pesan diantara puluhan bahkan ratusan individu pada saat yang sama, yang memiliki
(41)
jenis-jenis hubungan berlainan yang menghubungkan mereka dimana pikiran, keputusan dan perilakunya diatur oleh kebijakan-kebijakan, regulasi, dan aturan-aturan, yang mempunyai gaya berlainan dalam berkomunikasi.
Mengelola dan memimpin yang dimotivasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang berada pada tahan perkembangan berlainan dalam berbagai kelompok yang memiliki iklim komunikasi berbeda yang mempunyai tingkat kepuasan berbeda dan tingkat kecukupan informasi yang berbeda pula yang lebih menyukai dan menggunkan jenis, bentuk, dan metode komunikasi yang berbeda dalam jaringan yang berbeda, yang mempunyai tingkat ketelitian pesan berlainan dan yang membutuhkan penggunaan tingkat materi dan energi yang berbeda untuk berkomunikasi efektif. ”Interaksi diantara semua faktor tersebut, dan mungkin lebih banyak lagi disebut sistem komunikasi organisasi”. (Pace dan Faules, 2002:33)
2.1.2.7 Ruang Lingkup Komunikasi Organisasi
Bahwa berdasarkan pembagiannya komunikasi organisasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Dua macam komunikasi organisasi maka diuraikan sebagai berikut :
A. Komunikasi internal
Komunikasi internal menunjukkan pertukaran informasi antar manajemen organisasi dengan publik internalnya yaitu para karyawan. “Komunikasi
(42)
dengan karyawan merupakan kunci utama dari programhubungan masyarakat yang modern.” (Moore, 1987: 79).
Apabila karyawan di dalam suatu perusahaan tidak diberi penjelasan yang lengkap maka parakaryawan tidak mengetahui apa yang akan dilakukannya. Dari efek ketidaktahuan karyawan akan menimbulkan rasa tidak puas dari perusahaan atas kinerja yang dilakukan oleh karyawan. Serta karyawan yang tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh atasannya maka karyawan tersebut akan terancam kehilangan pekerjaannya.
Dari berbagai pendapat yang diuraikan tadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi internal memang dirasa penting mengingat sebelum melakukan komunikasi eksternal terlebih dahulu harus memiliki kesolidan dalam komunikasi internal. Hal itu menegaskan bahwa melalui kegiatan komunikasi internal semua bentuk kesepakatan dan pengorganisasian dalam perusahaan membuahkan suatu keuntungan yang berimbas pada kemajuan perusahaan.
Komunikasi internal sendiri terdiri dari downward communication atau disebut komunikasi dari atasan kepada bawahan. Dan upward communication
yaitu komunikasi yang dilakukan dari bawah kepada atasan, serta komunikasi
horizontal communication atau disebut komunikasi horizontal maka untuk lebih jelas dalam penjelasannya maka dapat diuraikan sebagai berikut :
(43)
Downward commnucation atau komunikasi ke bawah menunjukan suatu alur komunikasi yang dikomunikasikan oleh atasan di sini ialah pimpinan menginstruksikan kepada bawahannya akan suatu hal. Pada umumnya komunikasi ke bawah ini bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijakan umum. Menurut Lewis (1987) yang dikutip oleh muhammad mengungkapkan tentang tujuan komunikasi ke bawah, sebagai berikut:
“Tujuan komunikasi ke bawah yakni untuk menyampaikan tujuan organisasi, merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.” (Muhammad, 2001:108).
Secara umum komunikasi ke bawah diklasifikasikan atas lima tipe sebagaimana yang diungkapkan Muhammad, yaitu:
a. Instruksi atau tugas, yaitu pesan yang disampaikan kepada kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan yang disampaikan bervariasi bisa berupa perintah langsung,deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat-alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan-pesan tugas dan sebagainya.
b. Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan kepada bawahan. Bila pimpinan mengganggap karyawannya pemalas,
(44)
maka pimpinan memberikan hanya sedikit pesan yang bersifat rasional ataupun sebaliknya.
c. Ideologi, yaitu pesan mengenai ideologi dan merupakan perluasan dari pesan rasional. Pada pesan rasional penekannya pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideology mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.
d. Informasi, yaitu pesan informasi yang berisi pemberitahuan kepada bawahan mengenai praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Misalnya adanya pembagian buku handbook.
e. Balikan, yaitu pesan yang berisi mengenai informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya.Contohnya pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya berarti pekerjaannya memuaskan.
(Muhammad, 2001: 108).
Arus komunikasi dari atasan ke bawahan tidak selalu berjalan lancar, akan tetapi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut:
a) Keterbukaan
Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tidak disampaikannya, misalnya pesan yang disamakan untuk memotivasi karyawan tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan untuk mengatasi masalah organisasi.
b) Kepercayaan pada pesan tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya kepada pesan tulisan dan menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan- pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka.
(45)
Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Dahle (1981) pesan akan lebih efektif jika disampaikan dalam bentuk lisan dan tulisan.
c) Pesan yang berlebihan Apabila pesan-pesan yang disampaikan kepada bawahan terlalu banyak maka para karyawan cenderung tidak membaca semuanya dan hanya membaca pesan-pesan yang berhubungan dengan dirinya. Sehingga informasi yang disampaikan tidak mengenai sasaran yang diinginkan.
d) Timing Pimpinan hendaknya mempertimbangkan saat yang tepat untuk mengirimkan pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.Pesan seharusnya dikirimkan pada saat menguntungkan pimpinan dan karyawan.
e) Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada karyawan tidak semuanya diterima mereka tetapi mereka saring yang mana yang mereka perlukan. (Muhammad, 2001: 112).
2. Komunikasi ke Atas atau Upward Communication
Pemahaman secara mendalam mengenai komunikasi ke atas atau upward communication di tunjukan Muhammad dalam kutipan berikut ini, yaitu:
“Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyampaian moral dan sikap karyawan. Tipe pesan yang digunakan dalam komunikasi ke atas adalah integrasi dan pembaruan.” (Muhammad, 2001: 112)
Menurut Pace (1989) yang kemudian dikutip Muhammad, komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu yakni sebagai berikut:
(46)
a. Supervisor dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima informasi dari karyawan.
b. Arus komuniksai ke atas memberi informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.
c. Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.
d. Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan supervisor mengetahuinya.
e. Komunikasi ke atas menjadikan supervisor mengetahui apakah karyawan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah.
f. Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah-masalah organisasi. (Muhammad, 2001: 115)
3. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal secara pengertian ialah pertukaran pesan yang dilakukan pada kesamaan tingkat otoritasnya di dalam organisasi tersebut. Pesan yang mengalir menurut fungsi organisasi diarahkan secara horizontal pesan ini biasanya bersangkutan dengan tugas-tugas atau tujuan kemanusiaan seperti koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.
Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya sebagai berikut:
(47)
a. Mengkoordinasi tugas-tugas.
b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas.
c. Memecahkan masala-masalah yang timbul diantara orang- orang yang berada dalam tingkatan yang sama.
d. Menyelesaikan konflik diantara orang-orang yang berada dalam organisasi dan juga antara bagian dengan bagian.
e. Menjamin pemahaman yang sama. f. Mengembangkan sokongan interpersonal. (Muhammad, 2001 : 122).
Metode komunikasi horizontal yang digunakan dalam suatu organisasi adalah rapat-rapat komite, interaksi formal pada waktu istirahat, percakapan telepon, memo dan nota, dan aktivitas sosial. Seperti bentuk komunikasi yang lainnya, komunikasi horizontal juga mempunyai berbagai hambatan dalam pelaksaanaannya yaitu Kahn dan Katz dalam mengenai kontrol dalam komunikasi horizontal, seperti yang dikutip oleh Muhammad, bahwa:
“Organisasi yang agak otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal karena makin tinggi tingkat pimpinan makin banyak informasi tentang bagian-bagian yang dibawah kontrolnya dan makin rendah tingkat pimpinan maka sedikitnya informasi yang dikenalnya. Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa karena karyawan menjadi tergantung kepada informasi dari pimpinan.” (Muhammad, 2001: 124)
` Apabila komunikasi horizontal diterapkan penuh maka komunikasi menjadi tidak terkontrol karena struktur organisasi mempunyai banyak
(48)
bagian-bagian dan setiap individu mempunyai spesialisasi tertentu, kekuasaan dan sentralisasi menjadi berkurang.
B. Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal menurut Zelko dan Dance sebagaimana dikutip Muhammad, yaitu “Komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produksi, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum.” (Muhammad, 2001: 66).
2.1.2.8 Jaringan Komunikasi Organisasi
Jaringan komunikasi dijelaskan sejara jelas oleh Muhammad sebagai berikut, bahwa “jaringan komunikasi adalah pertukaran pesan melalui jalan tertentu.” (Muhammad, 2001:102). Jaringan komunikasi organisasi dapat dikatakan sebagai pertukaran pesan melalui jalan tertentu dalam suatu organisasi. Adapun pembagian dari jaringan komunikasi organisasi itu sendiri dapat dibagi dua:
1. Jaringan komunikasi Formal
Bila pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan maka pesan itu menurut jaringan komunikasi formal. Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yang mengikuti garis komunikasi yaitu komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesame karyawan yang sama tingkatnya.
(49)
2. Jaringan komunikasi Informal
Bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi. Informasi mengalir tanpa memperhatikan hubungan posisi. Jaringan komunikasi lebih dikenal dengan desas-desus atau kabar angin. Informasi yang diperoleh dari desas desus adalah yang berkenaan dengan apa yang didengar atau apa yang dikatakan orang dan bukan apa yang diumumkan oleh yang berkuasa. (Muhammad, 2001: 124).
2.1.9 Tinjauan Mengenai Strategi Komunikasi
2.1.9 Pengertian Strategi Komunikasi
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Arti dari strategi komunikasi Menurut Anwar Arifin dalam buku yang berjudul “Strategi Komunikasi” menyatakan bahwa :
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.” (Arifin, 1984 : 59)
Arti dari strategi komunikasi Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku yang berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa :
“Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications
(50)
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach)
bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung dari situasi dan kondisi.” (Effendy, 1981 : 84)
Strategi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, yaitu :
“Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukan arah saja, melainkan harus menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. (Effendy, 2003 : 32)”.
Pearce dan Robin mendefinisikan strategi sebagai berikut:
“Kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan
(formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi atau perusahaan” (1997:20).
2.1.10 Tinjauan Mengenai Sosialisasi
2.1.10 Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma sosial yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya. Sosialisasi
(51)
dapat terjadi melalui interaksi sosial secara langsung ataupun tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok sosial, seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah, lingkungan kerja, maupun media massa. Adapun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah keluarga, sekolah, teman bermain media massa dan lingkungan kerja.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Kerangka Teoritis
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana Strategi Komunikasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manuggal Keluarga Berencana Kesehatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pada dasarnya seorang peneliti yang melakukan penelitian kualitatif adalah mencari bentuk dan perilaku manusia untuk dianalisis secara kualitatif.
Definisi penelitian kualitatif menurut Moleong adalah :
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah serta dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2000)”
(52)
Metode deskriptif, yaitu menggambarkan dan menganalisa data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan keadaan yang nyata. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya, Metode Penelitian Komunikasi, bahwa :
“Metode deskriptif, yaitu dengan cara mempelajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam komunikan, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat”. (Rakhmat, 2002:22).
Dalam metode kualitatif, realitas dipandang sebagai sesuatu yang berdimensi banyak, sesuatu kesatuan yang utuh, serta berubah-ubah. Sehingga biasanya, rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitannya dimulai. Untuk alasan itu pula, pengertian kualitatif sering diasosiasikan dengan teknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.
Jika kita berbicara mengenai kegiatan komunikasi, ada yang perlu kita perhatikan bersama yaitu, hasil dari pengkomunikasian yang baik akan berimbas pada pengaruh yang baik, dan sebaliknya apabila pengkomunikasiaan yang dilandasi tidak baik maka akan berpengaruh buruk. Hal ini yang akan menjadi pencermatan bersama. Bagaimana kita harus memperhatikan cara pengkomunikasian yang baik agar hasil atau tujuan (goal) yang kita inginkan menghasilkan dampak yang positif.
Strategi komunikasi, merupakan suatu bentuk proses yang berjalan secara terus menerus di dalam kegiatan komunikasi. Strategi menjadi suatu buah alat untuk menentukan arah dari bentuk komunikasi yang akan dilakukan. Bahwa tidak dapat
(53)
dipungkiri berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan komunikasi ditentukan dari strategi komunikasi. Menurut Anwar Arifin strategi komunikasi yaitu :
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. (1984 : 59).
Sondang P. Siagian berpendapat bahwa:
“Strategi adalah cara-cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungannya yang pasti akan dihadapi.(1985 : 21)”
Pearce dan Robin mendefinisikan strategi sebagai berikut:
“Kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi) rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi/perusahaan” (1997:20).
2.2.2 Kerangka Konseptual
Di dalam penelitian ini, peneliti mencoba menggambarkan bagaimana kerangka konseptual yang peneliti aktualisasikan ke dalam sebuah gambar, dimana gambar tersebut memiliki kerangka konseptual dari peneliti, maka dari itu peneliti akan menggambarkan kerangka tersebut seperti yang ada di bawah ini :
(54)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Peneliti 2012
Pada penjelasannya peneliti mencoba menjelaskan kerangka konseptual tersebut dengan diawali oleh strategi komunikasi dari badan keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan, dimana strategi komunikasi Menurut Anwar Arifin dalam bukunya, Strategi Komunikasi yaitu :
Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.
(Arifin, 1984 : 59)”
Strategi komunikasi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Kabupaten Bandung.
TMKK(Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana
Kesehatan)
Sosialisasi Kepada Masyarakat Sosialisasi Program
(55)
lalu adanya kegiatan TMKK yaitu (Tentara Nasional Keluarga Berencana Kesehatan) dimana TMKK merupakan sebuah kegiatan kerjasama dengan pihak kedua yaitu TNI (Tentara Negara Indonesia), pada dasarnya kegiatan TMKK ini memang merupakan kegiatan yang sudah menjadi agenda dari BKBPP sendiri. pihak kedua yaitu TNI yang ikut berperan dalam membantu keaktifan dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Namun tidak hanya TNI saja, yang memberikan suatu bentuk fasilitas dalam hal ini sosialisasi dan pelayanan KB. Tetapi masih banyak lagi organisasi maupun badan yang membantu dalam sosialisasi KB. Dan berlanjut pada adanya pembagian dari indikator strategi komunikasi yaitu adanya tujuan, rencana, media, pesan, kegiatan, dimana kegiatan TMKK tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan yaitu sosialisasi Keluarga Berencana dengan sebagai penghantar jalan untuk sampai kepada tujuan Keluarga Berencana tersebut.
(56)
BAB III
OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Sejarah Keluarga Berencana
Indonesia adalah satu dari berbagai Negara yang mempunyai penduduk dengan jumlah yang relatif banyak. Pertumbuhan penduduk yang tinggi disiasati dengan beberapa upaya, salah satunya ialah KB atau Keluarga Berencana. Sejarah pun mau tidak mau menjadi sebuah cerita yang menarik untuk diikuti dan di cermati. Sejarah KB menjadi pelajaran yang cukup berharga bagi pemerintah maupun pasangan keluarga suami istri yang hendak ber-KB.
Memiliki keturunan ialah keinginan bagi setiap pasangan yang sudah terikat secara sah dalam ikatan pernikahan. Tapi apabila jumlah anak yang dimiliki terlalu banyak, maka hal ini akan menimbulkan permasalahan tersendiri. Sejarah KB akhirnya menjadi sebuah informasi yang pasti akan berguna.
KB atau masyarakat Indonesia mengenalnya dengan sebutan Keluarga Berencana adalah upaya pemerintah untuk mengatur angka pertumbuhan masyarakat indonesia. Secara tidak langsung, kehamilan pada setiap wanita indonesia sebisa mungkin bisa diminimalisir dengan alasan tertentu.
Sejarah mengenai apa itu KB atau Keluarga Berencana sebenarnya sudah terjadi sudah sejak lama sejarah KB juga secara tidak langsung memiliki hubungan
(57)
cerita dengan pencegahan kehamilan yang sudah dilakukan bangsa lain sudah sejak lama. Cara pencegahan dari kehamilan zaman dahulu sepertinya juga ikut melatarbelakangi sejarah KB di Indonesia.
Sejak dahulu manusia, memiliki naluri. Naluri ini terutama dalam hal keinginan untuk melakukan perkawinan dengan lawan jenisnya. Tentu saja Karena manusia mempunyai hormon seksual yang mendorong dirinya untuk melakukan perkawinan guna mendapatkan keturunan yang bisa melestarikan jenisnya, akan tetapi dibalik keinginan manusia untuk melakukan perkawinan, ternyata tidak selalu diimbangi dengan kesiapan untuk memiliki anak hal ini mendesak manusia untuk mencari cara agar pada saat melakukan perkawinan, tidak berpotensi untuk terjadi kehamilan dan melahirkan.
Cara ini kemudian disebut dengan kontrasepsi. Kebutuhan manusia akan sebuah alat yang menahan laju pertumbuhan penduduk, menjadi awal mula terciptanya mengenai sejarah KB. Sejarah KB dimulai sejak zaman dahulu berbagai cara untuk mencegah kehamilan sudah banyak dilakukan. Konon, salah satu cara tersebut dengan menggunakan teknik coitus interuptus (melakukan ejakulasi di luar alat kelamin wanita.
Cerita mengenai KB tidak lepas dari carita-cerita tentang kesuburan wanita itu sendiri. Prinsip kesuburan wanita selama masa ovulasi (pelepasan sel telur) sudah ada sejak zaman yunani kuno pada abab ke-2 Masehi. Saat itu, seorang ahli medis
(58)
soranus, menyebutkan bahwa kehamilan akan terjadi pada saat wanita mengalami masa subur.
Masa subur tersebut terjadi pada saat ovulasi, namun soranus keliru dengan pendapatnya tentang masa ovulasi yang terjadi pada saat wanita menstruasi. Jadi pada saat itu wanita menghindari kehamilan disaat menstruasi saja. Dan tentu saja kehamilan tetap akan terjadi. Karena ketidaktahuan terhadap pengetahuan, pendapat soranus tentang masa ovulasi yang terjadi pada saat wanita sedang menstruasi tetap ada sampai 1930. Pendapat para ahli ini mengiringi cerita perjalan sejarah mengenai KB.
Kemudian perjalanan panjang sejarah KB tersebut menggiring kepada metoda-metoda kontrasepsi secara tradisional khususnya Indonesia pada zaman dahulu mempercayai dengan penggunaan minyak zaitun, bubuk delima, jahe bahkan hingga jus tembakau yang dilumurkan disekitar alat kelamin banyak dipercaya sebagai alat ampuh dalam mencegah terjadinya kehamilan. Cerita yang salah mengenai pencegahan kehamilan, atau sebut saja KB juga terdiri dari berbagai minyak, biji, hingga sayur–sayuran dianggap sebuah alat kontrasepsi.
Program Keluarga Berencana atau KB ini, memang menjadi suatu aspek yang selalu diperhatikan oleh pemerintah dalam pembangunan nasional, mengingat laju angka pertumbuhan penduduk di Indonesia tergolong signifikan pesat dalam pertumbuhannya, hal ini yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan munculnya
(59)
kemunduran dari handalnya SDM (Sumber Daya Manusia), serta kehilangan ketahanan keluarga yang unggul, hingga laju kependudukan yang tidak terkontrol.
Keluarga Berencana sendiri merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk mengontrol laju pertumbuhan yang semakin hari semakin bertambah dan tidak terkontrol secara baik, hal ini yang memicu terjadinya hal– hal yang tidak diinginkan oleh negara. Luas negara yang tidak bertambah sedangkan pertumbuhan penduduk yang terus menerus bertambah, hal ini dapat memicu ketidakidealan dari segi fluktuasi pertumbuhan penduduk, hingga permasalahan ketidakmerataan penduduk di Indonesia, dan munculnya permasalahan–permasalahan kesejahteraan kependudukan, mulai dari masalah sosial ekonomi, pendidikan, hingga permasalahan lapangan pekerjaan yang semakin sulit untuk didapat.
Sedangkan pengertian KB itu sendiri, antara lain, KB yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainnya. Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara.
Melihat dari konteksnya bahwa KB sendiri, untuk sekarang ini bukan saja dianggap suatu hal yang sifatnya tidak memberikan suatu manfaat yang lebih, seperti orang tua pada waktu terdahulu yang menganggap bahwa mempunyai anak banyak, banyak rezeki tetapi lain halnya untuk sekarang ini, bahwa mempunyai banyak anak
(60)
tanpa ada persiapan dari para orangtua tanpa memperhatikan segi ekonomi dan pendidikan, menjadi suatu beban yang memungkinkan untuk terjadinya kesenjangan sosial dan memberikan dampak pada ketahanan dan keutuhan keluarga.
Hal ini tentu saja memang dipengaruhi dari makin meningkatnya persaingan yang terjadi yang diakibatkan oleh adanya laju penduduk yang menanjak tanpa ada suatu bentuk tindak yang real (nyata) dari yang mengemban dalam penekanan angka jumlah penduduk, serta tentunya kesadaran dari pengguna KB itu sendiri bahwa pentingnya menggunakan KB.
Berdasarkan sumber kependudukan Kabupaten Bandung bahwa, daearah Kabupaten Bandung merupakan wilayah yang mempunyai luas yang besarnya hingga 1.762,39 km. Dengan jumlah penduduk sebanyak 3.174.499 jiwa dan mempunyai kepadatan penduduk hingga 1.723,82 jiwa/km. Hal ini cukup signifikan sekali bahwa jika melihat angka tersebut, pertumbuhan penduduk yang terus menerus bertambah dan akhirnya terjadi jumlah lonjakan penduduk yang tidak terelakan dengan tidak dibarengi kebijakan system yang baik, hal ini akan sangat berdampak pada kurangnya pemerataan penduduk secara ideal, dan munculnya permasalahan–permasalahan sosial yang angkanya terus menerus bertambah.
(61)
3.1.1 Pengertian Keluarga Berencana
Gambar 3.1
Keluarga Berencana
Sumber: http//www.bkkbn.go.id
Pengertian program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera ) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP) pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi,
(62)
spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes,1999).
Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi gerakan KB nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. (Sarwono,1999).
A. Tujuan Program KB
Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
Sedangkan tujuan program KB secara filosofis adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.
2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
(63)
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS), yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera.
3.1.2 Metoda –Metoda Dan Jenis kontarsepsi
A. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormone progesterone dan estrogen sinetik dan yang hanya berisi progesterone saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan atau injeksi. Sedangkan kontrasepsi
hormone yang berisi progestron terdapat pada pil, suntik dan implant.
B. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormone (sintetik progestoren) dan yang tidak mengandung hormone.
(64)
C. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba atau tuba falopil sehingga mencegah pertemuan antara
ovum dan sperma sedangkan MOP sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
D. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : metode amenorhoe laktasi (MAL), coitus interuptus, metode kalender, metode lender srviks (MOB), Metode suhu basal badan, dan simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lender servik.
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma,cup riveks dan spermisida.
E. IUD (spiral)
(65)
rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis
copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat. IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi.
F. Metode Ritmik
Metode ritmik adalah metode dimana pasangan suami istri menghindari berhubungan seksual pada siklus subur seorang wanita. Ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur) terjadi 14 hari sebelum menstruasi. Sel telur yang telah dilepaskan hanya bertahan hidup selama 24 jam, tetapi
(66)
sperma bisa bertahan selama 3-4 hari setelah melakukan hubungan seksual. Karena itu pembuahan bisa terjadi akibat hubungan seksual yang dilakukan 4 hari sebelum ovulasi.
3.1.3 Sejarah Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung
Pada perkembangannya, Keluarga Berencana di Indonesia mengalami beberapa tahapan perkembangan. Diawali dengan periode perintisan dan pelaporan. pada tahun 1957 yaitu dengan Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan, pijet, absistensi atau wisuh atau bilas liang senggama setelah coitus). Perkembangan berlanjut dengan birth control di daerah Berdiri klinik YKK (Yayasan Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta. Sedangkan untuk Semarang berdiri klinik BKIA dan mulai terbentuklah PKBI tahun 1963. Sedangkan untuk di Jakarta seorang yang bernama mempunyai andil dalam perjalanan badan kelarga berencana yaitu Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).
Terbentuknya LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat. Bermunculan proyek KB sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga Berencana). Ada 2 induk organisasi atau badan keluarga berencana yang mempelopori kemunculan organisasi keluarga berencana ini yaitu
(67)
PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) dan BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Terbentuk tanggal 23 Desember 1957, di jalan Sam Ratulangi No. 29 Jakarta. Atas prakarsa dari dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati Subandrio. Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami-istri, pemeriksaan dan pengobatan kemandulan dalam perkawinan dan pengaturan kehamilan.
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu dewan pembimbing Keluarga Berencana.
Dasar pertimbangan pembentukan BKKBN yaitu :
1) Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
2) Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun pemerintah secara maksimal.
(68)
3) Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
A. Tugas pokokBKKBN
1) Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional yang dilakukan oleh unit-unit pelaksana.
2) Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.
3) Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
4) Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5) Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
(69)
Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN. Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family Planning) dan gagasan tentang fase program pencapaian akseptor aktif. Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas hanya KB tetapi juga program kependudukan. Perkembangan BBKBN dimasa sekarang
Sebelum adanya BKBPP (Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan), lembaga pemerintah ini terlebih dahulu bernama BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). Diberlakukannya sistem otonomi daerah pada saat itu turut mempengaruhi perubahan nama tersebut. Adanya pada sebelum diberlakukannya otonomi daerah BKKBN bertugas untuk menjadi sebuah badan yang ditunjuk oleh pemerintah dalam mengkampanyekan program KB dan memonitoring, laju kependudukan yang ada di Indonesia demi terciptanya keluarga yang sejahtera dan menjadikan SDM (Sumber Daya Manusia ) yang unggul. Pada perkembangannya badan pemerintah yang menanggulangi mengenai keluarga berencana tersebut, mengalami perubahan regulasi sitem yang dibedakan pada dahulu bersifat vertical, dimana BKKBN terpacu oleh pusat, pusat sendiri yang menjadi
controlling BKBPP bertugas seperti demikian namun, tidak menghilangkan fungsi dari BKKBN itu sendiri. artinya disini BKBPP ialah anak dari induk yang bernama BKKBN.
(70)
Program KB yaitu Keluarga Berencana, memang sudah ada lama sejak tahun 1970-an, KB (Keluarga Berencana) Merupakan, membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan lainnya. Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara.
Gambar 3.2
Logo Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Sumber : http//www.bkkbn.go.id
3.1.4 Visi dan Misi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dari identifikasi yang telah ditentukan sebelumnya dari BAB IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengenalan Khalayak yang dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ini adalah masyarakat yang belum mengguakan KB, dilihat dari segi usia serta jumlah anak yang melebihi dari pencanangan program KB atau lebih dari 2 serta yang menjadi target terutamanya masyarakat yang belum menggunakan KB.
2. Penyusunan Pesan yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan berupa informasi yang bersifat edukasi, untuk memberikan suatu bentuk pemahaman kepada masyarkat dalam menggunakan KB, dan menjelaskan kepada masyarakat bagaimana pentingnya KB, kegunaan, serta manfaat KB, agar masyarakat tersebut tergugah untuk memakai KB sebagai alat kontrasepsinya.
3. Menetapkan Metode Pelaksanaan yang dilakukan yang dilakukan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan melalui Kegiatan Tentara
(2)
104
Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan berupa KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) dimana metode tersebut dirasa mampu untuk mempengaruhi calon pengguna KB dalam mengapresiasi program KB. 4. Media yang digunakan Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Melalui Kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ini. Yaitu media yang biasa digunakan tersebut dapat berbentuk audio ataupun visual serta cetak, seperti adanya media radio, televisi, iklan, baliho, plang dan brosur-brosur yang digunakan sebagai alat sosialisasi program KB.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung
Sejauh ini peneliti merasa Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan sudah baik dalam menjalankan tugasnya secara prosedural mengingat Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Bandung adalah badan yang ditunjuk oleh pemerintah daerah untuk mengatasi dan menjalankan penyelenggaraan kewenangan Badan dibidang Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan, tetapi dalam prakteknya masih terdapat beberapa yang harus ditingkatkan dan diberikan perhatian agar dapat lebih meningkatkan kinerja dari Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan ini, diantaranya :
(3)
1. jika melihat realita yang ada tenaga dilapangan dirasa masih memiliki kekurangan dalam jumlah personil, hal itu dapat dibuktikan dengan terbatasnya TPD (Tenaga Penggerak Desa) yang ada di Kecamatan Cimaung hal itu dapat berimbas dari penurunan angka partisipan KB, khususnya jika kita berbicara daerah pedalaman masih harus banyak sentuhan dan perhatian lebih dalam untuk meningkatkan partisipan KB. Maka dari itu masukan dari peneliti ialah perbanyak lagi TPD pada setiap daerah atau desa.
2. Selanjutnya ialah, memberikan suatu bentuk perhatian yang lebih kepada TNI, meningat TNI pada prakteknya sangat membantu dalam kelangsungan sosialisasi program KB ini, dengan cara memberikan fasilitas dengan dibantu oleh BKBPP baik berupa transportasi, materi dan yang lainnya.
3. Bagusnya kegiatan Tentara Nasional Indonesia Manunggal Keluarga Berencana Kesehatan ini, diberikan waktu yang sering dalam kegiatannya mengingat kegiatan ini sangat membantu dalam mensosialisasikan program KB.
5.2.2 Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
1. Sebaiknya kepada calon peneliti yang akan meneliti suatu permasalahan tertentu, alangkah baiknya mempunyai ketertarikan dan keinginan terhadap masalah tersebut untuk diteliti, mengingat penelitian merupakan suatu karya ilmiah yang tidak sembarangan untuk diteliti begitu saja tanpa ada rasa ketertarikan.
(4)
106
2. Alangkah baiknya kepada calon peneliti mempersiapkan waktu dengan baik dan terencana untuk kegiatan penelitian dan penulisan penelitian agar terkonsep secara baik dan terarah demi menghasilkan suatu karya ilmiah yang maksimal.
3. Jadilah diri sendiri dan jangan mudah untuk terbawa arus orang lain dalam penulisan karya ilmiah, serta jagalah hubungan baik dengan dosen pembimbing mengingat dosen pembingbinglah yang membantu kita dalam segala bentuk penulisan dan arahan untuk sebuah karya ilmiah menjadi terarah dan lebih baik.
(5)
(6)