Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo Dalam Pelaksanaan Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk Di Kabupaten Karo.

(1)

STRATEGI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KARO DALAM

PELAKSANAAN PENGENDALIAN LAJU PERTUMBUHAN

PENDUDUK DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik

Disusun oleh:

050903009

ANDY SOFIAN SINUHAJI

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

STRATEGI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KARO DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KABUPATEN

KARO Skripsi ini disusun oleh :

NAMA : Andy Sofian Sinuhaji NIM : 050903009

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Kariono, M.si

Bangsa Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbayak di Dunia. Penduduk memiliki peran yang penting dalam suatu bangsa, penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan namun sebaliknya penduduk yang besar tapi kualitasnya rendah justru akan menjadi beban yang berat bagi pembangunan itu sendiri. Bangsa Indonesia pada saat ini sedang melaksanakan pembangunan, agar pembangunan tersebut dapat tercapai dengan sebaik-baiknya maka dibutuhkan penduduk yang besar dan berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan strategi untuk mengatur laju pertumbuhan penduduk, sebab tanpa adanya setrategi yang baik akan hanya menciptakan penduduk yang besar tanpa memiliki kualitas. Berkenaan dengan hal itu strategi dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk sangat menentukan sekali dalam pencapaian pembangunan dalam suwatu bangsa.

Dari uraian tersebut jelas sekali diketahui bahwa strategi pengendalian laju pertumbuhan penduduk menempati kedudukan yang sangat vital dalam menentukan keberhasilan pembangunan dalam suwatu bangsa. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo Dalam Pelaksanaan Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo dan untuk mengetahui ke efektifan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo Dalam Pelaksanaan Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo selama ini.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo sudah cukup berhasil. Adapun strategi yang dilakukan adalah koordinasi, keterpaduan dan kemitraan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan kualitas pelayanan, pendayagunaan berbagai potensi sumber daya, peningkatan dan pendayagunaan sarana program.


(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

ABSTRAK ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Kerangka Teori ... 10

Strategi ... 11

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana... 17

Penduduk dan Pengendalian Kependudukan... 19

Pertumbuhan Penduduk... 21

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk ... 22

F. Defenisi Konsep ... .. 26

G. Defenisi Oprasional... ... 27

H. Sistematika Penulisan... ... 29

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ... 31

B. Lokasi Penelitian ... 32

C. Informan Penelitian ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Kabupaten Karo ... 35

B. Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencan ... 37


(4)

b. Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana... 40

c. Struktur Organisasi dan Pejabat Struktural ... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Data Hasil Wawancara ... 43

1. Koordinasi.keterpaduan dan kemitraan ... 44

2. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ... 46

3. Peningkatan Kualitas Pelayanan ... 46

4. Pendayagunaan Berbagai Potensi Sumber Daya ... 48

5. Peningkatan dan Pendayagunaan Sarana Program ... 50

B. Studi Kepustakaan ... 52

1. Program dan Kegiatan ... 52

2. Analisis Pencapaian Sasaran Tahun 2009 ... 56

C. Studi dokumenter ... 62

1. Analisis Internal ... 62

2. Analisis Eksternal ... 63

3. Strategi Pemecahan Masalah ... 62

BAB V PEMBAHASAN A. Koordinasi, Keterpaduan dan Kemitraan ... 66

B. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia ... 68

C. Peningkatan Kualitas Pelayanan ... 69

D. Pendayagunaan Berbagai Potensi Sumber Daya ... 70

E. Peningkatan dan Pendayagunaan Sarana Program ... 71

F. Program dan Kegiatan ... 71

G. Masalah Pelaksanaan Strategi ... 72

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 74


(5)

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(6)

ABSTRAKSI

STRATEGI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KARO DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DI KABUPATEN

KARO Skripsi ini disusun oleh :

NAMA : Andy Sofian Sinuhaji NIM : 050903009

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Pembimbing : Drs. Kariono, M.si

Bangsa Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbayak di Dunia. Penduduk memiliki peran yang penting dalam suatu bangsa, penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan namun sebaliknya penduduk yang besar tapi kualitasnya rendah justru akan menjadi beban yang berat bagi pembangunan itu sendiri. Bangsa Indonesia pada saat ini sedang melaksanakan pembangunan, agar pembangunan tersebut dapat tercapai dengan sebaik-baiknya maka dibutuhkan penduduk yang besar dan berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan strategi untuk mengatur laju pertumbuhan penduduk, sebab tanpa adanya setrategi yang baik akan hanya menciptakan penduduk yang besar tanpa memiliki kualitas. Berkenaan dengan hal itu strategi dalam pengendalian laju pertumbuhan penduduk sangat menentukan sekali dalam pencapaian pembangunan dalam suwatu bangsa.

Dari uraian tersebut jelas sekali diketahui bahwa strategi pengendalian laju pertumbuhan penduduk menempati kedudukan yang sangat vital dalam menentukan keberhasilan pembangunan dalam suwatu bangsa. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo Dalam Pelaksanaan Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo dan untuk mengetahui ke efektifan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo Dalam Pelaksanaan Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo selama ini.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian.

Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo sudah cukup berhasil. Adapun strategi yang dilakukan adalah koordinasi, keterpaduan dan kemitraan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan kualitas pelayanan, pendayagunaan berbagai potensi sumber daya, peningkatan dan pendayagunaan sarana program.


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada awal kepemimpinan Presiden Soeharto, Puskesmas dan Posyandu menjadi ujung tombak sekaligus implementasi program di bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan dan Posyandu yang tersebar sampai ke desa terpencil berhasil menekan angka kematian bayi, mengendalikan penyebaran penyakit menular dan memperbaiki kondisi masyarakat secara fisik. Gebrakan lain adalah pengadaan bidan ketika akseptor dan calon akseptor Keluarga Berencana (KB) semakin merebak diberbagai pelosok desa dan tidak bisa lagi dilayani dokter, karena tempat tinggal mereka jauh dari Puskesmas. Memperhatikan kondisi demikian pemerintah menggelar Inpres Bidan dengan membuka sekolah bidan di mana-mana dan dalam 3 tahun kebutuhan akan bidan terpenuhi.

Untuk menekan pertumbuhan penduduk sekaligus meningkatkan kesejahteraan keluarga, pemerintah mengadakan program Keluarga Berencana. Tahun l968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN), dengan status lembaga semi pemerintah dan awal Pembangunan Lima Tahun (PELITA) pertama, tepatnya tahun 1970 melalui Keppres Nomor 8 pemerintah mengumumkan pembentukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pada akhir pelita V tahun 1993 pertumbuhan penduduk berhasil ditekan menjadi 1,66 persen dan angka kematian kasar menurun menjadi 7,9 per 1000 penduduk. Keberhasilan program KB di Indonesia diakui oleh dunia internasional sehingga tahun 1989 Soeharto mendapat penghargaan dari UNFPA, PBB.


(8)

Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sebaliknya pembangunan kualitas sumber daya manusia tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, Program Keluarga Berencana (KB) yang telah berjalan dan berkembang selama lebih dari tiga dasawarsa akan semakin memberikan andil cukup besar, apabila para penguasa, para pejabat pemerintahan dan wakil-wakil rakyat konsisten memprioritaskan kepeduliannya terhadap masalah kependudukan sebagai indikator serta tolak ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan. Dengan demikian setiap insan pembangunan khususnya para pengambil keputusan dalam penetapan kebijaksanaan pembangunan diberbagai tingkatan wilayah akan senantiasa berorientasi demografis.

Di era reformasi dan otoda para pembuat kebijakan diberbagai tingkatan wilayah nampaknya terbius pemikiran bernuansa atau paling tidak bermuatan politis ketimbang demografis. Akibatnya berbagai kegiatan yang berorientasi kependudukan dalam upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui program keluarga berencana nyaris tak terdengar lagi gemingnya.

Di masa lalu para pejabat merasa bangga bila KB sukses di daerahnya. Bangga bila mendapat penghargaan Manggala Karya Kencana. Para pimpinan TNI bangga bila TNI Manunggal KB-Kesehatan (TMKK)-nya sukses. Para pemimpin POLRI disemua tingkatan mempunyai kepuasan tersendiri bila KB Kesehatan Bhayangkara berhasil mencapai target yang ditetapkan. Begitu pula Dharrma Wanita dan PKK bersukacita manakala Bhakti Kencana dan Kesatuan Gerak PKK-nya berjalan lancar.


(9)

Tak kalah menarik keluarga yang menjadi peserta KB pun mempunyai gengsi tersendiri bila dirinya terpilih menjadi wakil dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi untuk tampil di tingkat nasional. Mereka bangga bahkan menjadi pengalaman tersendiri yang akan tercatat selama hidupnya, karena sebagai pasangan suami isteri tampil di istana bersalaman dengan presiden dan ibu negara. Relawan KB bangga jadi kader, jadi anggota atau ketua kelompok Paguyuban KB, kader Posyandu. Lebih bangga lagi bila terpilih sebagai anggota kontingen dari daerahnya untuk mengikuti Jambore Institusi Masyarakat di tingkat propinsi atau tingkat nasional.

Proyeksi penduduk Indonesia 2005–2025 yang diluncurkan secara resmi oleh Presiden RI pada 2 Agustus 2005 memperkirakan jumlah penduduk Indonesia tahun 2007 sekitar 225 juta jiwa. Jumlah ini akan meningkat 1,29 persen per tahun hingga menjadi sekitar 231 juta jiwa pada tahun 2009 dan 250 juta jiwa pada tahun 2015. Jumlah penduduk yang besar tersebut, akan berimplikasi sangat luas terhadap program pembangunan di Indonesia. Penduduk besar dengan kualitas rendah, sangat berpotensi menjadi beban pembangunan seperti tercermin dari beratnya beban pemerintah pusat dan daerah untuk menyediakan berbagai pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, lapangan kerja, lingkungan hidup dan lain-lain. Meskipun pemerintah pusat telah memberikan perhatian dan komitmen yang memadai, program KB nasional di era desentralisasi menghadapi tantangan cukup berat. Setelah desentralisasi program KB Nasional berjalan empat tahun, belum semua pemerintah Kabupaten/Kota memiliki persepsi dan pemahaman yang sama tentang penting dan strategisnya program KB bagi pembangunan berkelanjutan.


(10)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan daerah kabupaten/kota, pada pasal 7 ayat 2 diyatakan bahwa ada 26 urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, satu diantaranya urusan wajib tersebut adalah “Pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil”. Penduduk pada hakekat nya dapat di ibaratkan sebagai pisau bermata dua, disatu sisi penduduk yang besar dan berkualitas akan menjadi aset yang sangat bermanfaat bagi pembangunan namun sebaliknya penduduk yang besar tapi kualitasnya rendah justru akan menjadi beban yang berat bagi pembangunan itu sendiri, oleh karna itu maka Program Keluarga Berencana perlu segera digalakan kembali.

Berbagai peraturan perundang-undangan yang ada seperti Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkambangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, secara umum mengamanatkan bahwa hakikat pembangunan nasional ditujukan untuk semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Oleh karna itu kebijakan dan program kependudukan, termasuk program KB tidak semata-mata hanya upaya mempengaruhi pola dan arah demografi tetapi juga untuk mencapai kesejahteraan masyarakat lahir dan batin bagi generasi sekarang dan generasi mendatang. Agar pembangunan dapat berkelanjutan, pembangunan ekonomi – pembangunan kualitas SDM – pengelolaan kuantitas penduduk harus diintervensi secara bersama sama dan terintegerasi.


(11)

Pada tanggal 3 Oktober 2005 di Kabupaten Karo telah diadakan pemilihan Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah serta dimenangkan oleh pasangan Drs. D.D. Sinulingga dan Ir. Nelson Sitepu dan visi nya adalah “Terwujutnya masyarakat Kabupaten Karo yang maju, Demokratis, Beriman dan Sejahtera dalam suasana Kekerabatan Karo”. Berasarkan Visi dan Misi serta Program Kepala Daerah tersebut disusunlah rencana pembangunan jangka menengah ( RPJM ) yang berisi kebijakan, program dan Kegiatan Pemerintah Kabupaten selanjutnya RPJM ini dijabarkan menjadi Renstra SKPD dan ini merupakan awal Perencanaan Program dan Kegiatan 5 (lima) tahun kedepan SKPD Badan Kependudukan Catatan Sipil KB dan KS Kabupaten Karo.

Rencana strategis SKPD Badan Kependudukan Catatan Sipil KB dan KS Kabupaten Karo merupakan arah perencanaan Program dan Kegiatan 2006-2010 yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta terhindar dari overlapping sehingga kegiatan dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif. Sejalan dengan visi sebagai tersebut diatas maka ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam kurun 5 tahun kedepan. Pertama untuk terbangunya sistem informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) serta terwujudnya masyarakat yang sadar dan mengerti tentang pentingnya akan Catatan Sipil sehingga apabila terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran, Perkawinan, Perceraian dan Kematian masyarakat, segera mencatatkannya. Dan yang kedua adalah terbangunnya kembali jaringan pengelola KB sampai di Tingkat Desa secara Aktif dan berkesinambungan sehingga dengan demikian program KB dapat berjalan untuk membentuk keluarga kecil berkualitas.


(12)

Berbagai bukti empiris menunjukan bahwa kemajuan suatu bangsa 80 persen ditentukan oleh kualitas SDM dan hanya 20 persen dihasilkan dari melimpahnya sumber daya alam (SDM). Negara-negara maju saat ini pada umumnya tidak mempunyai SDM yang memadai tapi mempunyai SDM yang tangguh. Sebaliknya banyak negara berkembang mempunyai jumlah SDM yang baik, semakin tertinggal dengan negara-negara yang sudah maju. Pemerintahan dengan jumlah penduduk tetapi berkualitas rendah menghadapi kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya karena hasil pembangunan harus dibagi kepada banyak penduduk, sehingga masing-masing penduduk memperoleh bagian yang tidak memadai.

Dengan jumlah yang sangat besar, yaitu sekitar 225 juta jiwa pada tahun 2007 atau nomor empat terbesar di dunia, penduduk Indonesia kualitasnya masih sangat rendah. Berdasarkan penilaian UNDP, kualitas SDM yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (human development indez = HDI) Indonesia menempati peringkat yang sangat memperihatinkan , yaitu 110 dari 173 negara di dunia pada tahun 2002 dan peringkat 108 dari 177 negara pada tahun 2006. Di lingkungan negara-negara Asia Tenggara, pada tahun 2006 HDI Indonesia berada pada peringkat ke 6 dari 10 negara. HDI Indonesia masih di bawah Singapura,Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Berdasarkan data Kantor Statistik Kabupaten Karo mulai tahun 2005-2009, jumlah penduduk Kabupaten Karo diketahui sebagai berikut:


(13)

Tabel: Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin Kabupaten Karo Tahun 2005-2009

TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

2005 157438 158769 316207

2006 170574 171981 342555

2007 172862 178506 351368

2008 177637 183243 360880

2009 182506 188113 370619

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Karo.

Sedangkan untuk jumlah perempuan dalam usia ideal untuk melahirkan (usia subur) pada tahun 2008 sebesar 30713, untuk tahun 2009 sebesar 31979. Usia ideal untuk melahirkan (usia subur) yang dimaksud sesuai dengan kriteria BKKBN dimana usia yang ideal adalah 20-30 tahun, lebih atau kurang dari usia itu adalah berisiko.

Kesiapan untuk hamil dan melahirkan pada usia ini ditentukan oleh kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/psikologis, dan kesiapan sosial ekonomi.

Indonesia juga masih menghadapi persoalan yang serius dengan kemiskinan. Satu tahun sebelum krisis ekonomi tahun 1997, jumlah penduduk miskin di Indonesia 34,01 juta jiwa atau 17,47 persen. Pada bulan Maret 2006, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan secara nasional sekitar 39,05 juta jiwa atau 17,75 persen. Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis.

Penduduk sebagai modal dasar pembangunan adalah titik sentral dalam mewujutkan pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi motor penggerak pembangunan jika penduduk tersebut memiliki kualitas


(14)

rendah justru akan menjadi beban pembangunan. Sekaitan dengan itu, upaya mengendalikan dengan berhasil agar pelaksanaan pembangunan dapat dipercepat dan masyarakat yang sejahtera dapat segera terwujud.

Berdasarkan pemaparan di atas, pembangunan harus didukung sepenuhnya oleh kualitas sumber daya manusia yang ada dan demikian sebaliknya, peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan itu sendiri. Hal ini berlaku juga diseluruh wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Karo. Proses pembangunan di Kabupaten Karo dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Karo harus berjalan seimbang dan saling mendukung. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Karo adalah dengan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan harapan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Hal ini sesuai dengan motto KB yang sering kita dengar bahwa dengan program KB maka keluarga akan lebih baik dan lebih terurus. Dengan kondisi yang demikian maka peluang untuk mendapatkan sumber daya manusia yang lebih berkualtas akan semakin besar.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pemerintah Kabupaten Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo? Atau langkah-langkah apakah yang telah dilakukan pemerintah Kabupaten Karo dalam mengatasi pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo? Dengan demikian, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

”Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo”.


(15)

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimanakah Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan Pengendalian Pertumbuhan

Penduduk di Kabupaten Karo?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis

karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan dilapangan. Dan juga menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis tentang strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan


(16)

Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo

3. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan

ataupun informasi tentang pelayanan jasa yang dapat meningkatkan kepuasaan pelanggan khususnya pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga berencana Kabupaten Karo

4. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini sebagai

bahan masukan bagi Fakultas dan menjadi Referensi tambahan bagi mahasiswa dan mahasiswi di masa mendatang.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori-teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Teori merupakan serangkaian konsep, definisi, dan proposisi yang saling berkaitan untuk memberikan gambaran yang sistematis tentang suatu fenomena, dimana gambaran yang sistematis ini dijabarkan dengan menghubungkan antara variabel yang satu dengan yang lainnya yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena tersebut (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989 : 48).

1. Strategi

Pada awalnya kata strategi dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi


(17)

bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dll.

Strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Chandler, 1962: dalam Kucoro, 2005:1-2).

Strategi dapat juga diartikan sebagai pola sasaran, tujuan, dan kebijakan/rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan, yang dinyatakan dengan mendefenisikan apa bisnis yang dijalankan oleh perusahaan, atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan (Andrews, 1971: dalam Kucoro, 2005:1-2).

Strategi merupakan penentuan kerangka kerja dari aktifitas bisnis perusahaan dan memberikan pedoman untuk mengkordinasikan aktifitas, sehingga perusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi apa yang hendak dijalankan (itami, 1987: dalam Kucoro, 2005:1-2).

Manajemen strategis (strartegic management) dapat didefenisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tahapan dalam Manajemen Strategis ini terdiri dari tiga tahapan penting yaitu Proses manajemen strategis, Implementasi strategi, dan Evaluasi strategi.

Proses manajemen strategis (strategic management process) terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.


(18)

Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternative strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

Implementasi strategi (strategy implementation) mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan system informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. Implementasi strategi sering kali disebut tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Melaksanakan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan.

Evaluasi strategi (strategy evaluation) adalah tahap final dalam manajemen strategis. Manajer sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti diharapkan; evaluasi strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa datang karma factor internal dan eksternal secara konstan berubah. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah:

1. Meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar

strategi saat ini,


(19)

3. Mengambil tindakan korektif. Evaluasi dibutuhkan karena kesuksesan hari ini tidak menjamin kesuksesan di hari esok. Sukses selalu membawa masalah baru yang berbeda; perusahaan yang puas diri akan mengalami kegagalan.

Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah "kemenangan". Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata tersebut.

Terdapat empat unsur penting dalam pengertian strategi yaitu kemampuan, sumber daya, lingkungan, dan tujuan. Empat unsur tersebut, sedemikian rupa disatukan secara rasional dan indah sehingga muncul beberapa alternatif pilihan yang kemudian dievaluasi dan diambil yang terbaik. Lantas hasilnya dirumuskan secara tersurat sebagai pedoman taktik yang selanjutnya turun pada tindakan operasional. Rumusan strategi paling tidak mesti memberikan informasi apa yang akan dilakukan, mengapa dilakukan demikian, siapa yang bertanggung jawab dan mengoperasionalkan, berapa besar biaya dan lama waktu pelaksanaan, hasil apa yang akan diperoleh. Akhirnya tidak terlupa keberadaan strategi pun harus konsisten dengan lingkungan, mempunyai alternatif strategi, fokus keunggulan dan menyeluruh, mempertimbangkan kehadiran risiko, serta dilengkapi tanggung jawab sosial. Singkatnya strategi yang ditetapkan tidak boleh mengabaikan tujuan, kemampuan, sumber daya, dan lingkungan.

Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan


(20)

digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya. Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah kemampuan berorganisasi, kemampuan managemen dan kemampuan teknis (Karsidi, 2001).

Sumber daya adalah seluruh kemampuan atau potensi yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik, sosial maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk suatu keperluan. Jadi membahas sumber daya berarti menyangkut dua aspek yaitu aspek kuantitas dan kualitas.

Lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota atau kelompok masyarakat beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma yang sudah mapan, serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan buatan. Berbagai persoalan lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap masalah pertumbuhan penduduk saat ini, antara lain :

a. Ketidakmerataan akses sosial dan ekonomi

b. Ketimpangan dan kesenjangan akses pengelolaan sumber daya.

c. Meningkatnya gaya hidup

d. Kebudayaan penduduk.

e. Lemahnya kontrol sosial.

Pengertian tujuan dalam hal ini disesuaikan dengan tujuan pemerintah sacara umum. Dengan demikian, tujuan dari pembuatan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah dan Negara, melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan profesional, menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan,


(21)

pengawasan, evaluasi, koordinasi, sinkronisasi, represif, prepentif, antisipatif, resolusi, dll.

Beberapa abad yang lalu, Malthus telah meramalkan bahwa nantinya umat manusia akan hidup sengsara, disebabkan karena penyediaan bahan makanan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga manusia selalu dalam keadaan kekurangan makan dengan anekaragam akses. Pertumbuhan penduduk seperti yang kita alami sekarang menimbulkan banyak masalah kependudukan, tidak hanya kekurangan makanan pada sebagian besar penduduk, tetapi kekurangan kesempatan kerja, bersekolah, kekurangan tempat tinggal, kekurangan air, dan berbagai macam akses yang tidak teratasi (Widiyanti, 1987:2-3). Dengan demikian, tujuan dari pengendalian pertumbuhan penduduk adalah mengendalikan kuantitas penduduk maupun untuk meningkatkan kualitas insani dan sumbe rdaya manusia. Pengendalian pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor penting dalam peningkatan keluarga kecil yang berkualitas. Demikian pula, aspek penataan administrasi kependudukan merupakan hal yang penting dalam mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah.

Dalam hal pembuatan strategi pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo secara teoritik harus melakukan analisis SWOT untuk menentukan strategi yang tepat. Analisis SWOT ini harus memperhatikan seluruh aspek yang berkaitan dengan pelaksanaan strategi.

David (2006:285-286) menjelaskan beberapa hal penting dalam mempersiapkan sebuah strategi yang baik melalui analisis SWOT. David membagi penentun strategi berdasarkan analisis SWOT dalam dua bagian penting


(22)

yaitu strategi SO dan strategi WT. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Semua manajer akan lebih suka bila organisasi mereka berada pada posisi dimana kekuatan internal dapat memanfaatkan trend an kejadian eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan menjadikanya kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang terdapat peluang eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut.

Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara langsung.

Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. SEbuah organisasi menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman.

2. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dibentuk berdasarkan Peraturan daerah kabupaten karo Nomor 19


(23)

tahun 2008 Tentang Organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah kabupaten karo. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Badan Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Pemerdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang bersifat spesifik.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan daerah

sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana sesuai dengan lingkup tugas nya.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan

bidang dan fungsinya.

Keluarga Berencana menurut Undang-Undang nomor 10 tahun 1992 adalah: Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui:

a. Pendewasaan usia perkawinan.

b. Pengaturan kelahiran.

c. Pembinaan ketahanan keluarga.

d. Peningkatan kesejahteraan Keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil

bahagia sejahtera.

Oleh karena itu Program KB Nasional ini berkaitan langsung dengan upaya pengaturan perkembangan jumlah penduduk yang seharusnya merupakan


(24)

satu kesatuan sistem dalam kerangka negara Kesatuan Republik Indonesia, maka dengan menghormati kewenangan pemerintah kabupaten/kota sebagai daerah otonom, panduan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam mengimplementasikan kewenanganya melaksanakan urusan pemerintah bidang KB & KS, khususnya pengembangan kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah KB kabupaten/kota yang akan menjadi pelaksananya.

Kata Keluarga Berencana dalam masyarakat Indonesia belum mempunyai satu arti, melainkan bermacam-macam. Ada yang mengartikan Keluarga Berencana dengan arti pencegahan kehamilan. Selain itu ada pula orang yang mengidentikkan Keluarga berencana dengan pembatasan kelahiran, ada pula yang menghubungkan dengan alat kontrasepsi seperti spiral, kondom dan sebagainya.

Arti yang sebenarnya dari Keluarga Berencana ialah lebih luas. Arti yang luas dari keluarga berencana ialah merencanakan keluarga atau perencanaan keluarga, sehingga persoalannya bukannya sekedar mengatur besarnya atau jumlah anak atau menjarangkan anak, akan tetapi lebih luas dari semua, yaitu merencanakan dan mengatur segala aspek kehidupan keluarga supaya tercapai suatu keluarga yang bahagia.

Menurut Widiyanti (1987:156), tujuan pokok dari Usaha Keluarga Berencana ialah:

1 Meningkatkan derajat kesehatan serta kesejahteraan ibu dan anak,


(25)

2 Meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sedemikian rupa, sehingga pertunbuhan penduduk tidak melebihi kemampuan kita untuk menaikkan produksi.

Untuk mencapai kedua tujuan tersebut diatas kita perlu mengetahui serta meneliti aspek-aspek sosial yang mempunyai hubungan erat dengan usaha keluarga berencana serta mengetahui juga aspek-aspek mana yang dapat membantu ataupun menghambat terciptanya tujuan pokok tersebut. Dengan demikian program keluarga berencana dapat dilaksanakan sesuai dengan keadaan setempat.

3. Penduduk dan Pengendalian Kependudukan

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992, yang dimaksud dengan penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.

Membicarakan kependudukan tidak terlepas dengan pengkajian angka-angka; dalam bentuk tabel, daftar, grafik, atau gambar. Pengkajian tersebut sangat berguna dalam perencanaan nasional suatu negara, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang. Bahkan diluar itu setiap negara perlu mengkaji kependudukan ini, bukan hanya dalam ruang lingkup nasional namun juga harus mengkajinya secara global.

Pengendalian kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya


(26)

ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan. Secara umum masalah berat yang diperkirakan para pengkaji masalah kependudukan dan lingkup dewasa ini adalah terjadinya ledakan penduduk yang dimulai dalam tahun 1950, dimana jumlah penduduk dunia baru diperkirakan 2,5 miliar orang, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 6,5 miliar orang (Ritonga, 2001:149).

Pada tahun 1798, Malthus menggambarkan dua kategori pengendalian penduduk, yaitu pengendalian positif yang ada hubungannya dengan sebab-sebab kematian dan naiknya kematian dalam hitungan tahun. Ini meliputi kemiskinan, penyakit, kelaparan dan perang. Kedua adalah pengendalian preventif terhadap tingkat kelahiran (http://fikom-unpi.blogspot.com/2009/02/kependudukan.html).

Pengendalian penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari Yunani Kuno telah membuktikan adanya upaya pengendalian jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di Republik Rakyat Cina yang terkenal dengan kebijakannya “satu anak cukup” kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib.

Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB), meski program ini cenderung bersifat persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia.

4. Pertumbuhan Penduduk

Seperti diketahui setiap perubahan jumlah pernduduk (baik pertambahan atau pengurangan) disebut “pertumbuhan”, dapat positif atau negative. Pada


(27)

hakikatnya suatu pertumbuhan penduduk hanya berpangkal pada tiga sumber, yaitu : Kelahiran, Kematian dan Migrasi. Pertumbuhan tersebut sama sekali bukan merupakan aspek yang terpisah daripada eksistensi penduduk, tetapi justru merupakan akibat berbagai faktor khusus.

Sampai sebegitu jauh pertumbuhan penduduk telah menarik perhatian para ahli, sering kali di kaitkan dengan “kelangsungan hidup” sesuatu bangsa. Mengenai masalah ini sudah banyak dikemukakan teori dan hampir semuanya mengaitkan pertumbuhan penduduk dengan perkembangan sosial dan ekonomi. Walaupun demikian apabila ditinjau dari segi pengukuran, permasalahannya ternyata menyangkut beberapa sasaran yang pada hakikatnya lebih sederhana.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000 (Fachry, 2009). Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi.


(28)

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.

5. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk

Sebelum membicarakan masalah ini lebih lanjut, terlebih dahulu perlu dijelaskan beberapa ciri pertumbuhan penduduk. Pertama, keseimbangan antara faktor kelahiran, kematian dan migrasi yang merupakan suatu keadaan yang unik. Segala sesuatunya ternyata tidak hanya ditentukan oleh salah satu diantara ketiga faktor tersebut. Dalam keadaan tertentu dapat kemungkinan adanya perbedaan yang cukup besar antara kombinasi faktor-faktor tersebut, sehingga keseimbangannya dari waktu ke waktu bisa berubah. Dalam sejarahnya jumlah penduduk senantiasa mengalami fluktuasi antara pertambahan dan pengurangan.

Kecenderungan yang tampak pada zaman modern adalah jumlah penduduk yang selalu bertambah. Hal ini terjadi dimana-mana sehingga seolah-olah sudah dirasakan sebagai keadaan yang biasa, dilain pihak stabilitas atau pengurangan jumlah penduduk malah dianggap tidak normal. Tahap modern ini pada hakikatnya secara relative boleh dikatakan terjadi belum begitu lama. Pertumbuhan sejak tahun 1600 yang barangkali sudah lima kali lipat merupakan peristiwa yang belum pernah terjadi selama ini. Ciri umum pertumbuhan tersebut tidak sesuai dengan konsep umum yang menyangkut masalah tesebut.


(29)

Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dan masalah penduduk pada khususnya. Karena di samping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara maupun dunia. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.

Pengendalian pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor penting dalam peningkatan keluarga kecil yang berkualitas. Demikian pula, aspek penataan administrasi kependudukan merupakan hal yang penting dalam mendukung perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah. Sedangkan, pemuda sebagai bagian dari penduduk merupakan aset pembangunan dan mempunyai kontribusi dalam pembangunan perekonomian bangsa.

Pengendalian pertumbuhan penduduk adalah kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Dokumen dari jumlah penduduk sejak zaman dahulu kala. Salah satu contoh pengendalian penduduk yang dipaksakan terjadi di kebijakannya ’satu anak cukup’; kebijakan ini diduga banyak menyebabkan terjadinya aksi pembunuhan bayi, pengguguran kandungan yang dipaksakan, serta sterilisasi wajib. Indonesia juga menerapkan pengendalian penduduk, yang dikenal dengan program bersifat persuasif ketimbang dipaksakan. Program ini dinilai berhasil menekan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia (Roedy, 2009).


(30)

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009

tentang Perkembangan Kependuduk an Dan Pembangunan Keluarga,

Pengendalian pertumbuhan penduduk bertujuan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara jumlah penduduk dengan lingkungan hidup baik yang berupa daya dukung alam maupun daya tamping lingkungan serta kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya.

Berkaitan dengan pengendalian pertumbuhan penduduk, pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas pada tahun 2004-2009, disusun tiga sasaran pokok sebagai berikut. Sasaran pertama adalah terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas yang ditandai dengan:

a. Menurunnya rata-rata pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen

per tahun (2005-2010); tingkat fertilitas total menjadi sekitar 2,2 per perempuan (2005-2010); presentase pasangan usia subur yang tidak terlayani (unmetneed) menjadi 7 persen;

b. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5 persen; pemakaian alat

kontrasepsi non-hormonal menjadi 25 persen; usia perkawinan pertama menjadi 21 tahun;

c. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh-kembang anak;

d. Meningkatnya jumlah Keluarga Pra-Sejahtera dan Keluarga Sejahtera-I yang

aktif dalam usaha ekonomi produktif; dan

e. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan


(31)

Sasaran kedua adalah:

a. Meningkatnya keserasian kebijakan kependudukan dalam rangka peningkatan

kualitas, pengendalian pertumbuhan dan kuantitas, pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan, baik di tingkat nasional maupun daerah; dan

b. Meningkatnya cakupan jumlah kabupaten dan kota dalam pelaksanaan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan.

Sasaran ketiga adalah:

a. Meningkatnya keserasian berbagai kebijakan pemuda di tingkat nasional dan

daerah;

b. Meningkatnya kualitas dan partisipasi pemuda di berbagai bidang

pembangunan;

c. Meningkatnya keserasian berbagai kebijakan olahraga di tingkat nasional dan daerah;

d. Meningkatnya kesehatan jasmani masyarakat dan prestasi olahraga; dan

e. Tersedianya sarana dan prasarana olahraga bagi masyarakat sesuai dengan

olahraga unggulan daerah.

Masalah pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Ia mencakup lima masalah pokok yang kait mengait satu sama lainnya, yakni:

1. Jumlah penduduk yang besar

2. Tingkat pertumbuhan yang tinggi


(32)

4. Komposisi umur penduduk yang timpang

5. Dan masalah mobilitas penduduk (Widiyanti, 1987:66)

F. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995 :37). Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Adapun defenisi yang dipergunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai Strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo ini adalah:

1. Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dengan memperhatikan empat unsur penting yaitu, kemampuan, sumber daya, lingkungan, tujuan.

2. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah unsur

pendukung tugas Kepala Daerah. Badan Pemberdayaan perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Pemerdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang bersifat spesifik.

3. Penduduk adalah orang-orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu.


(33)

4. Pengendalian Kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, biasanya ditempuh melalui suatu kebijakan pemerintah di bidang kependudukan.

5. Pertumbuhan Penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu

wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya.

6. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk adalah kegiatan membatasi

pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah unsur-unsur yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja untuk mendukung analisa dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1995 :46). Adapun unsur-unsur yang dipergunakan untuk mengukur strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam Pelaksanaan Pengendalian Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Karo adalah:

1. Strategi, yaitu meliput i:

a. Kemampuan merupakan apa yang akan dilakukan, mengapa

dilakukan demikian, berapa besar biaya dan lama waktu pelaksanaan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo.


(34)

b. Sumber daya merupakan siapa yang bertanggung jawab dan mengoperasionalkan strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo.

c. Lingkungan merupakan berlangsungnya bermacam-macam

interaksi sosial yang berkaitan dengan ketidakmerataan akses sosial dan ekonomi, ketimpangan dan kesenjangan akses pengelolaan sumber daya, meningkatnya gaya hidup, kebudayaan penduduk, dan lemahnya kontrol sosial.

d. Tujuan merupakan hasil apa yang akan diperoleh dari pelaksanaan

strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo.

2. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah unsur

pendukung tugas Kepala Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan strategi dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pengendalian jumlah penduduk di Kabupaten Karo.

3. Pengendalian Kependudukan adalah usaha mempengaruhi pola kembang

biak penduduk ke arah angka pertumbuhan penduduk yang diinginkan, yang dilakukan melalui suatu kebijakan atau strategi pemerintah di bidang kependudukan.

4. Pertumbuhan Penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu atau


(35)

perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” di Kabupaten Karo.

5. Pengendalian Pertumbuhan Penduduk adalah kegiatan membatasi

pertumbuhan penduduk yang dilakukan dengan mengurangi jumlah kelahiran dengan tujuan untuk mengatasi jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan yang tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, komposisi umur penduduk yang timpang, dan masalah mobilitas penduduk.

H. Sistematika Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Defenisi Konsep, Defenisi Operasional, dan Sistematika Penulisan. BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa Data yang diterapkan dalam penelitian ini.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum dan karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat maupun keadaan wilayah kota Medan.


(36)

Bab ini berisikan penyajian data-data yang diperoleh selama penelitian dan menganalisanya berdasarkan metode yang penulis gunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini memuat pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab IV

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan.


(37)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Kualitatif. Narbuko dan Achmadi (2004:44) memberikan pengertian penelitian deskriptif sebagai penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi; ia juga bisa bersifat komperatif dan korelatif. Danim (2002:41) memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu:

1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual. Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis, atau membuat ramalan.

2. Dilakukan secara survei. Oleh karena itu penelitian deskriptif sering

disebut juga sebagai penelitian survei. Dalam arti luas, penelitian deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat historis dan eksperimental.

3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.

4. Mengidentifikasi masalah-masalah untuk mendapatkan keadaan dan

praktek-praktek yang sedang berlangsung; dan

5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang


(38)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo.

C. Informan

Menurut burhan Bungin, informan merupakan orang yang menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin. 2007:108).

Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah:

1. Informan Kunci

a. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Kabupaten Karo,

b. Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera.

c. Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo

2. Informan Biasa

Informan biasa adalah Pegawai/staff Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo ditambah dengan masyarakat Kabupaten Karo yang penentuannya dilakukan dengan menggunakan teknik sampling accident, yaitu teknik pengambilan informan secara kebetulan. Informan tersebut adalah orang-orang yang ditemui peneliti dan dianggap mengetahui permasalahan penelitian sehingga didapatkan informasi yang mendukung hasil penelitian.


(39)

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan, peneliti menggunakn teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan kepada orang-orang yang berhubungan dengan objek penelitian dalam bentuk tanya jawab.

b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

c. Studi dokumenter, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan

menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik kualitatif, yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan melakukan suatu penggolongan ataupun suatu pengklasifikasian data dan menganalisa data yang diperoleh, sehingga dapat digambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

Dalam studi ini baik dalam pengumpulan data melalui studi lapangan maupun pustaka, penulis berdasarkan pada kemampuan nalar dari peneliti dalam menghubungkan fakta, data dan informasi yang diperoleh dari lapangan selanjutnya diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap permasalahan yang diteliti.


(40)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Wilayah Kabupaten Karo

Kabupaten Karo merupakan dataran tinggi karo dgn ibukota Kabanjahe yang terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo secara administratif terdiri dari 13 Kecamatan, 14 Kelurahan dan 248 desa. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 600 sampai 1400 meter diatas permukaan laut. Karena berada diketinggian tersebut tanah Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celcius.

Didataran tinggi Karo inilah bisa kita temukan indahnya nuansa alam pegunungan dgn udara yg sejuk dgn ciri khas daerah buah dan sayur. Di Daerah ini juga bisa kita nikmati keindahan Gunung berapi Sibayak dalam keadaan aktif berlokasi di atas ketinggian 2.172 meter dari permukaan laut. Arti Kata Sibayak adalah Raja. Berarti Gunung Sibayak adalah Gunung Raja menurut pengertian nenek moyang suku Karo.

Dilihat dari Geografi Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah Hulu Sungai. Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah TIngkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2 derajat 50 menit Lintang Utara sampai 3 derajat 19 menit Lintang Utara dan 97 derakat 55 menit Bujur Timur sampai dengan 98 derajat 38 menit Bujur Timur.


(41)

Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:

o Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang

o Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara

o Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun

o Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Daerah

Istimewa Aceh).

Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 140 sampai dengan 1400 meter diatas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut:

o Daerah ketinggian 140 sampai dengan 200 meter diatas permukaan laut

seluas 9.550 Ha (4.49 %)

o Daerah ketinggian 200 sampai dengan 500 meter diatas permukaan laut

seluas 11.373 Ha (5.35 %)

o Daerah ketinggian 500 sampai dengan 1000 meter diatas pemukaan laut

seluas 79.215 Ha (37,24%)

o Daerah ketinggian 1000 sampai dengan 1400 meter dari permukaan laut

seluar 112.587 Ha (52,92%).

Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo. Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta taqwa kepada Tuhan Yang Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan.Dalam


(42)

kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah, Sangap, dan Mejuah-juah.

Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang. Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang. Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta keseimbangan dan keselarasan antara manusia dan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.

B. Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang bersifat spesifik. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dipimpin oleh Kepala Badan. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kab. Karo berada di Jl. Djamin Ginting No. 108 Kaban Jahe, Telp. (0628)-20484.


(43)

Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana terdiri dari :

a. Kepala Badan b. Sekretariat c. Bidang d. Sub.Bagian e. Sub.Bidang f. UPT Badan

g. Jabatan Fungsional pada UPT Sekretariat membawahi :

a. Sub. Bagian Keuangan.

b. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera membawahi:

a. Sub. Bidang Keluarga Berencana

b. Sub. Bidang Keluarga Sejahtera

c. Sub. Bidang Advokasi KIE.

Bidang Pemberdayaan Perempuan membawahi :

a. Sub. Bidang Pemberdayaan Perempuan.

b. Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Peranan

Perempuan. Bidang Perencanaan membawahi :

a. Sub.Bidang Perencanaan Program dan Pengendalian.

b. Sub. Bidang Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pelaporan. Pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa Kecamatan dan Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional pada UPT terdiri dari sejumlah tenaga terampil


(44)

dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

a. Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang bersifat spesifik. Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah Sesuai

dengan lingkup tugas nya.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana sesuai dengan lingkup tugasnya.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan bidang tugas dan fungsi.

b. Visi dan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

Adapun visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana adalah: “TERWUJUDNYA KESETARAAN GENDER DAN KELUARGA KECIL BERKUALITAS”

Untuk mencapai visi dimaksud, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo mempunyai misi sebagai berikut:

1. Mewujutkan kesetaraan dan keadilan gender

2. Meningkatkan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


(45)

4. Meningkatkan Sarana dan Prasarana KB

5. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur dan

Masyarakat

6. Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga

7. Meningkatkan Peran serta masyarakat dalam program KB

c. Struktur Organisasi dan Pejabat Struktural

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo No 19 tahun 2008. Susunan organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana terdiri dari:

1. Kepala Badan

2. Sekretaris Badan

3. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

4. Bidang Pemberdayaan Perempuan

5. Bidang data dan Perencanaan

6. Sub. Bagian Keuangan

7. Sub. Bagian Umum dan Kepegawaian

8. Sub. Bidang Keluarga Berencana

9. Sub. Bidang Keluarga sejahtera

10.Sub. Bidang Advokasi KIE

11.Sub. Bidang Pemberdayaan Perempuan

12.Sub. Bidang Pengembangan Partisipasi Peranan Perempuan

13.Sub. Bidang Perencanaan Program dan Pengendalian


(46)

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

KEPALA BADAN Dr. Serimawati Sembiring

Sekretariat DR.Hartawaty Tarigan

Sub Bagian Keuangan Drs.R.Ebeneser Ginting

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Drs. Pilemon Barus

Bid. KB dan Keluarga Sejahtera Drs.B.A.Tarigan

Bidang Data dan Perencanaan Dra.Pestaria

Bid. KB dan Kel. Sejahtera Erlina Surbakti, SH

Sub Bidang Keluarga Berencana Serta Mulia

Sub Bidang Keluarga Sejahtera Tambak Karo karo Sub Bidang Advokasi

KIE Jago Ginting

Sub Bidang Paerisipasi Perempuan Mariani Harolo, SH

Sub Bidang Pemberdayaan

Perempuan Mola Malem

Sub Bidang Perencanaan Drs. Abdul Hamid

Nasution

Sub Bidang Pengumpulan Data, Pengalihan dan

Pelaporan

Elprida Astuti Purba, S.Sos

Unit Pelaksana Teknis

Kelompok Jabatan Fungsional


(47)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data diperoleh dari hasil wawancara dengan para key informan, sedangkan data sekunder ialah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang memperkuat data primer. Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan dalam bab ini yaitu strategi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo.

A. Data Hasil Wawancara

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis tentang kondisi umum Kabupaten Karo seperti profil dan data-data lainya yang berkaitan dengan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih konprehensif menyangkut permasalahan penelitian.

Sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan beberapa key informan. Adapun key informan tersebut adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tertentu karena dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi


(48)

permasalahan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo.

Dalam wawancara ini ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada key informan yang menyangkut masalah pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo, penulis hanya memilih beberapa orang key informan dan diberikan pertanyaan sesuai dengan bidang dan kedudukan mereka masing. Data hasil wawancara tidak akan disajikan berdasarkan jawaban masing-masing informan melainkan berdasarkan kelompok jawaban seperti berikut ini.

1. Koordinasi, Keterpaduan dan Kemitraan

Argumen pertama yang penulis dapat dari informan yaitu Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo yaitu Dr. Srimawati Sembiring, dan pertanyaan yang diajukan adalah: apa strategi pertama yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di wilayah Kabupaten Karo? Dan Beliau menjawab:

“strategi pertama adalah Koordinasi, Keterpaduan dan Kemitraan” Strategi ini dilakukan dengan meningkatkan kordinasi, keterpaduan dan kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, LSM, dan swasta sejak tahap perencanaan sampai dengan evaluasi hasil. Koordinasi dan keterpaduan ini dimaksudkan untuk mengatur keseimbangan dan keselarasan bersama agar mempunyai sifat sinergetik dan daya ungkit yang luas kepada pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional. Dalam rangka reposisioning program, maka fungsi koordinasi dan keterpaduan ini akan semakin penting.


(49)

Koordinasi dan keterpaduan bersama dilakukan antara lain melalui forum rapat koordinasi pada setiap wilayah secara teratur, sehingga dapat saling tukar informasi bagi keterpaduan program yang dilakukan bersama.

Ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mensukseskan strategi ini diantaranya dengan meningkatkan partisipasi aktif organisasi profesi Ikatan Badan Indonesia dalam pengelolaan Pelayanan KB dan kesehatan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu, bayi, anak serta angka kelahiran. Selain itu ada juga gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga (PKK) dalam program KB dan kesehatan dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam mencapai kesejahteraan keluarga.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo yang menyatakan bahwa:

“Koordinasi tersebut antara lain dengan Dinas Kesehatan dan PUSKESMAS dalam menyiapkan tenaga pelayanan denga Rumah Sakit Umum Kabanjahe dalam pelayanan medis operasi wanita. Dengan Departemen Agama dalam penyuluhan terhadap tokoh agama dengan BPMD ( Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa) dalam desa percontohan. Dengan Dinas Sosial dalam memberikan pelayana KB pada keluarga miskin. Dengan KODIM 0205 Tanah Karo dalam pelaksanaan TNI Manunggal KB Kes. Dengan POLRES dalam hal KB Bhayangkara. Dengan PKK dalam Bulan Bakti PKK KB Kes. Dengan IBI (Ikatan Bidan Indonesia) dalam Bulan Bakti Sosial IBI KB Kes.”

Dan beliau juga menekankan bahwa Koordinasi dengan lembaga lain wajib dilaksanakan dan selama ini koordinasi tersebut telah berjalan dengan baik. Hal ini merupakan modal penting dalam menjalankan setiap program pengendalian penduduk di Kabupaten Karo.


(50)

Mengenai permasalahan yang sama pertanyaan selanjutnya yang penulis tanyakan adalah mengenai masalah strategi yang kedua yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Tanggapan yang diberikan adalah:

“Peningkatan kualitas SDM dilakukan melaui kegiatan orientasi, konsultasi, refreshing, rapat-rapat dan pelatihan yang dilaksanakan oleh BKKBN Propinsi Sumatera Utara. Dalam kegiatan ini Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo selalu mengupayakan agar pegawai yang berkompeten dapat mengikuti kegiatan ini dengan demikian hasil dari pelatihan atau orientasi yang telah diberikan dapat diteruskan kepada pegawai lainnya. ”

Strategi ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan latihan, kursus, pendidikan berjenjang atau kesempatan lainya baik di dalam maupun luar negeri. Dalam hubungan ini, berbagai kegiatan perlu diarahkan agar dapat memberikan peluang yang sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Demikian pula perlu diperhitungkan pula beban kerja para pengelola program khususnya tenaga di lini lapangan agar semua misi yang diemban dapat dikerjakan dengan penuh semangat, efektif dan efisien.

3. Peningkatan Kualitas Pelayanan

Strategi ini dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar mutu yang baku oleh tenaga profesional. Dinamika Gerakan Keluarga Berencana Nasional ( GKBN ) yang semakin berkembang menuntut adanya peningkatan mutu dan profesionalisme dalam pengelolaannya sejalan dengan kemajuan iptek yang ada. Salah satu tujuan meningkatkan profesionalisme tenaga ini adalah dalam upaya mengembangkan desentralisasi manajemen yang menghendaki pengelolaan yang lebih mampu dan mandiri. Disisi lain tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keluarga berencana yang lebih bermutu


(51)

diupayakan melalui pemanfaatan kemajuan iptek untuk pemenuhan kebutuhan sarana yang memadai dengan standar mutu yang lebih baik.

Hal ini sesuai dengan pernyataan informan yang mengatakan bahwa: “Peningkatan kualitas pelayanan melalui pelatihan bagi bidan-bidan dan dokter yang dilaksanakan oleh BKKBN Propinsi Sumatera Utara. Selain itu, perangkat-perangkat yang lain juga mendapatkan pelatihan yang sama seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Namun, bidan dan dokter lebih diutamakan terutama dalam bidang pelayanan karena mereka merupakan ujung tombak yang akan bertemu langsung dengan masyarakat.”

Ada beberapa langkah yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam meningkatkan kualitas pelayanan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo.

1. Penyediaan pelayanan KB melalui :

a. Pelayanan KB keliling

b. Pelayanan KB TNI manunggal KB kesehatan

c. Pelayanan KB bhakti sosial IBI KB-kes

d. Pelayanan KB kesatuan gerak PKK KB-kes

2. Pelayanan KIE melalui:

a. Penyuluhan/sosialisasi KB kepada tokoh agama, adat dan masyarakat b. Advokasi dan KIE tentang kesehatan reproduksi remaja

c. Melalui penerangan

3. Pembinaan KB:

a. Bimbingan dan pembinaan kelestarian ber-KB Kecamatan Desa

b. Pemberian penghargaan kepada peserta KB Lestari


(52)

e. Pelayanaan KB melalui medis operasi wanita

f. Pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan tumbuh kembang

anak

g. Pengadaan APE

h. Pengadaan materi BKB

i. Orientasi BKB

4. Pendayagunaan Berbagai Potensi Sumber Daya

Strategi ini dilakukan dengan menggali dan mendayagunakan berbagai sumber daya termasuk sumber pendanaan dengan meningkatkan kerjasama dan kemitraan yang saling menguntungkan. Dalam situasi perekonomian yang semakin sulit. Strategi ini semakin penting yang dimaksudkan untuk mengatur keseimbangan dan keselarasan bersama antar berbagai sumber dana agar mempunyai sifat sinergetik dan daya ungkit yang luas kepada pelaksanaan program. Hal ini dilakukan dengan mengelola dan memantau pendanaan program serta mengupayakan peningkatan sumber dana dari anggaran pembangunan ( DN dan LN), anggaran rutin, maupun sumber dana dari masyarakat. Di samping itu diperlukan pula peningkatan dukungan pengelola pendanaan yang lebih proprosional dan profesional dalam mencapai tujuan program secara menyeluruh.

Pertanyaan yang penulis tanyakan mengenai masalah pendayagunaan berbagai potensi sumber daya adalah bagaimana Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo mengelola setiap potensi yang dimiliki Pemda ataupun masyarakat di wilayah Karo? Jawaban informan adalah:

“Untuk pemanfaatan anggaran, penggunaannya diserahkan kepada bidang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing serta


(53)

penggunaan anggaran sesuai dengan alokasi dana atau DPA (Daftar Penggunaan Anggaran). Sedangkan untuk potensi yang lainnya diupayakan dengan cara melihat kebutuhan dan kondisi lingkungan masyarakat seperti pemanfaatan pengaruh tokoh adat dan agama dalam melakukan pendekatan penyelenggaraan anggota KB serta pendekatan adat mengenai satu putra dan satu putri yang dalam adat Karo disebut Jumpa Bulan Ras Matawari.”

Selain itu, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo juga memanfaatkan kondisi lingkungan masyarakat yang masih kuat menganut adat istiadat. Kondisi sosial budaya yang menjadi pendukung pelaksanaan strategi pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo antara lain:

a. Didalam kehidupan masyarakat Karo, bagi mereka yang baru menikah, ada

perasaan malu bila baru satu tahun berumah tangga sudah ada anak lahir.

b. Didalam peresmian suatu perkawinan dalam masyarakat karo, kepada

pengantin selalu disampaikan petuah-petuah, nasehat dan harapan-harapan untuk kebahagiaan rumah tangga mereka antara lain yang terutama agar mereka mendapat “Matahari dan Bulan” yaitu anak laki-laki dan Perempuan, karena matahari cuma satu demikian juga bulan. Maka yang diharapkan satu anak laki-laki dan satu anak perempuan

c. Sektor sosial budaya yaitu faktor penyebab dari dalam diri memperkenalkan program pemerintah seperti: perilaku dan nilai sesuatu budaya yang ada seperti tokoh adat dan agama masih kurang mendukung KB, kurangnya peran tokoh adat, nilai sosial, anak dan istri merupakan subordinasi dari pemerintah.

Namun ada juga kondisi sosial budaya yang menjadi penghambat pelaksanaan strategi pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo.


(54)

Salah satu yang paling menonjol adalah dalam kehidupan masyarakat Batak Karo ada satu istilah yang amat ditakuti oleh suatu keluarga yaitu tidak mendapat anak laki-laki. Penerus adalah anak laki-laki, begitu anak laki-laki lahir kedunia ini, begitu pula ia mendapatkan warisan dari ayah yakni marga ayahnya. Dari itu jika satu rumah tangga Suku Batak Karo tidak dikaruniai anak laki-laki maka ia akan terus berusaha agar ia memperoleh anak laki-laki.

5. Peningkatan dan Pendayagunaan Sarana Program

Strategi ini menekankan pentingnya upaya meningkatkan pemanfaatan sarana program secara efektif dan efisien untuk mendukung kelancaran oprasional. Strategi ini akan terus dimantapkan sebagai upaya untuk menjamin persediaan sarana pendukung khususnya di lapangan dengan baik, cukup dan tepat waktu dan berkesinambungan. Disamping itu, strategi ini diarahkan untuk dapat memberikan sarana pendukung yang lebih berkualitas sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang semakin baik dan nyaman bagi para akseptor, serta upaya peningkatan desentralisasi pengelolaan sarana, agar dapat menghitung/ menganalisa jumlah jenis, kualitas yang dibutuhkan secara proporsional sesuai dengan rencana program yang telah ditetapkan secara nasional.

Pertanyaan terakhir yang penulis tanyakan menganai strategi pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo adalah mengenai langkah konkrit yang dilakukan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo terkait sarana dan prasarana program pengendalian penduduk? Informan memberikan tanggapan bahwa:


(55)

“Langkah konkritnya Memanfaatkan sarana dan prasarana serta dana secara maksimal. Selain itu dilakukan tahapan-tahapan seperti

a. Pencanangan

1. TNI Manunggal KB Kes. 2. KB Bhayangkara

3. Bulan Bakti PKK KB Kes. 4. Bulan Bakti Sosial IBI KB Kes. b. Lomba-lomba

1. Lomba Pidato pemuda dan remaja tentang penyiapan kehidupan berkeluarga.

2. Lomba PIK (Pusat Informasi dan Konsultasi Remaja).

3. Lomba –BKB (Bina Keluarga Balita, BKR (Bina Keluarga Remaja, BKL (Bina Keluarga Lansia)

c. Sosialisasi

Program kegiatan dilaksanakan sesuai dengan alokasi dana.” Dari jawaban informan di atas dapat dilihat bahwa Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo sangat serius.

B. Studi Kepustakaan

1. Program dan Kegiatan

Pencapaian Visi dan misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo adalah untuk mendukung visi Kepala Daerah Bupati Karo yakni “ Terwujutnya masyarakat Kabupaten Karo yang maju, demokratis, beriman, dan sejahtera.” Guna mencapai visi dan misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang mengacu kepada keputusan Mentri Dalam Negri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang disusun berdasarkan program dan kegiatan menurut urusan pemerintahan. Untuk memenuhi amanat permendagri 13 Tahun 2006 berikut ini diuraikan rumusan


(56)

program dan kegiatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo Tahun 2010 sebagai berikut:

1. Program Pelayanan administrasi Perkantoran a. Penyediaan jasa surat menyurat

b. Penyediaan jasa komunikasi sumber daya air dan listrik

c. Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kenderaan

dinas/oprasional

d. Penyediaan jasa administrasi keuangan e. Penyediaan jasa kebersihan kantor f. Penyediaan alat alat tulis kantor

g. Penyediaan barang cetakan dan penggadaan

h. Penyediaan komponen istalasi listrik/penerangan bangunan kantor i. Penyediaan jasa perbaikan peralatan dan perlengkapan kantor

j. Pengadaan meubeler kantor

k. Pemeliharaan rutin/berkala komputer dan alat kantor

l. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

m. Penyediaan makanan dan minuman

n. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah o. Rakerda (rapat kerja daerah)

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

a. Pengadaan perlengkapan gedung kantor

b. Pemeliharaan rutin/ berkala peralatan gedung kantor

c. Pengadaan pakaian dinas beserta kelengkapanya


(57)

a. Penyusunan laporan keuangan semesteran b. Penyusunan laporan prognosis realisasi anggaran

c. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun

d. Penyusunan rencana strategis dan rencana kerja SKPD

e. Penyusunan laporan akuntabilitas kerja istalasi pemerintah

(LAKIP)

f. Analisa dan laporan KB trieulan/smester/tahunan

g. Review

4. Program standarisasi pelayanan

a. Penyusunan data dasar indikator kerja

b. Penyusunan standart minimal pelayanan

5. Program keluarga berencana

a. Penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga miskin

b. Pelayanan KIE

c. Promosi pelayanan KHIBA

d. Pembinaan keluarga berencana

6. Program kesehatan reproduksi remaja dengan program dan kegiatan advokasi

dan KIE tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR) 7. Program pelayanan kontrasepsi

a. Pelayanan pemasangan kontrasepsi KB

b. Pelayanan pencabutan alat kontrasepsi AKDR dan Implant

c. Pengadaan alat kontrasepsi

d. Pelayanan KB medis operasi


(58)

f. Penanganan komplikasi dan kegagalan pemakaian alat kontrasepsi

8. Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR

a. Operasional kelompok masyarakat peduli KB

b. Koordinasi pengelola program

c. Pengelolaan data dan informasi program KB

9. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR dengan

program dan kegiatan dengan program dan kegiatan pendirian pusat pelayanan informasi dan konseling KRR

10. Program pengembangan bahan tentang pengasuhan dan pembinaan tumbuh

kembang anak

a. Pengembangan bahan informasi tentang pengasuhan dan pembinaan

tumbuh kembang anak

b. Pengadaan alat permainan edukatif

c. Pendataan keluarga dan sarasehan pendataan

d. Pembentukan kelompok pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang

anak

11. Program pengembangan model operasional BKB-posyandu

a. Pengembangan model operasional BKB posyandu

b. BKB (Bina Keluarga Balita)

c. BKR (Bina Keluarga Remaja)


(1)

Masalah lain adalah masalah kebudayaan di masyarakat Kabupaten Karo. Dalam adat istiadat orang Karo, anak laki-laki adalah penerus garis keturunan dan mendapatkan hak ahli waris yang lebih banyak. Hal ini mengakibatkan program dalam strategi pelaksanaan pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo terhambat. Bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-laki akan terus mencoba mendapatkan anak laki-laki sehingga keluarga ini tidak akan mengikuti program KB jika belum memiliki anak laki-laki. Dengan demikian pertumbuhan penduduk terutama kelahiran wanita akan terus meningkat dan kelahiran anak laki-laki tidak dapt dikendalikan.


(2)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk adalah salah satu fungsi dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan keluarga Berencana, pengendalian ini sangat penting untuk dilakukan. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo yang melaksanakan fungsi pengendalian laju pertumbuhan penduduk adalah Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo yang secara teknis oprasional bertanggung jawab Kepada Bupati Kepala Daerah Karo.

2. Strategi yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karo adalah:

a. Koordinasi, keterpaduan, dan kemitraan, b. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, c. Peningkatan kualitas pelayanan

d. Pendayagunaan berbagai potensi sumberdaya e. Peningkatan dan pendayagunaan sarana program.

3. Dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya manusia dewasa ini serta peningkatan taraf hidup masyarakat untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur maka pengendalian laju pertumbuhan penduduk sangat penting sekali, karena tanpa adanya laju pertumbuhan penduduk yang terkendali sangat sulit untuk mengontrol perkembangan dan kebutuhan


(3)

4. Bahaya ledakan penduduk, kemiskinan dan pengangguran yang sangat dahsyat mengancam keluarga dan anak bangsa di seluruh Indonesia.

5. Dalam rangka upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana mempunyai keterbatasan-keterbatasan seperti kurangnya jumlah personalia, kurangnya sumberdaya personalia/pegawai, dan kurangnya fasilitas sehingga upaya dalam melaksanakan pengendalian laju pertumbuhan penduduk sering terjadi kelambatan.

6. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo adalah yang mendukung pembangunan kependudukan dan pelaksanaan program keluarga sejahtera. Ini merupakan dukungan terhadap pelaksanaan Program Kependudukan dan KB di Kabupaten Karo yang telah mampu menguatkan peranan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dalam bidang kelembagaan, managemen, SDM, sumber daya lainnya seperti dana, sarana dan prasarana.

B. Saran

1. Hendaknya biaya rutin Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dapat dicairkan pada setiap permulaan tahun anggaran sehingga pelaksanaan perogram kerja pendukung pengendalian laju pertumbuhan penduduk pada khususnya yang telah dijadwalkan pada Program Kerja dapat dilaksanakan tepat pada waktunya.


(4)

2. Perlunya ditambah sarana dan prasarana pendukung baik itu personalia/pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang dapat mendukung terlaksananya kinerja yang lebih baik dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo.

3. Perlu ditingkatkan kualitas personalia/pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo dengan cara:

a. Pendidikan dan latihan. b. Penataran-penataran .

c. Bimbingan dan pengarahan . d. Rapat-rapat kerja yang Intensif.

e. Mengikutsertakan pegawai baru dalam kegiatan-kegiatan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Karo. 4. Laporan Hasil Kerja hendaknya dibuat dengan jelas, singkat tepat dan

objektif sehingga Bupati Kepala daerah Kabupaten Karo dapat mengambil kebijaksanaan secara tepat.

5. Penulis mengharapkan kritikan dan saran yang dapat memperbaiki kualitas penelitian ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Barclay, George W, 1984. Teknik Analisa Data Kependudukan. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Kuncoro, Mudrajad, 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif?. Jakarta: Erlangga.

Mantra, Ida Bagoes, 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Ritonga, Abdurrahman dkk, 2001. Kependudukan dan Lingkungan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Tim Gemari, Edition 85/IX/2008. Dunia Akui Keberhasilan KB Indonesia. Copyright © 2003 gemari.or.id

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

Widiyanti S, Ninik, 1987. Ledakan Penduduk Menjelang Tahun 2000. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga.

Pengendalian

Pertumbuhan Penduduk, Pembangunan Kependudukan dan Keluarga

Kecil Berkualitas.

(http://fikom-unpi.blogspot.com/2009/02/kependudukan.html).

Fachry, 7 Desember 2009,

Karsidi, Ravik, 2 Juli 2001. Membangun Institusi Masyarakat Pedesaan Yang Mandiri. http://www.uns.ac.id/data/0014.pdf

Mulyana,


(6)

Roedy, 15 Desember 2009. Pertumbuhan Penduduk. http://rud1.ngeblogs.com/2009/12/15/pertumbuhan-penduduk/