STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau yang dikenal pembesaran prostat

jinak sering ditemukan pada pria dengan usia lanjut. BPH adalah kondisi dimana
terjadinya ketidakseimbangan antara proliferasi sel dan apoptosis dalam prostat.
BPH terjadi pada saat nodul mikroskopis yang semakin berkembang biak
sehingga dapat memperbesar dua jaringan yaitu jaringan kelenjar prostat dan
stroma (Ventura et al, 2011). Benign Prostatic Hyperplasia ini dialami oleh
sekitar 25% pria pada usia 40-49 tahun dan angka ini meningkat hingga 80% pria
pada usia 70-79 tahun (Sarma and Wei, 2012).
Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang
mengganggu aktivitas sehari-hari bagi para pria. Keadaan ini akibat dari
pembesaran kelenjar prostat atau Benign Prostate Enlargement (BPE) yang
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal
sebagai Bladder Outlet Obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan
oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai Benign Prostate Obstruction

(BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur bulibuli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas
maupun bawah (Emberton et al, 2008).
Histologi BPH tidak dapat ditemukan pada pria dibawah usia 30 tahun
namun insiden ini dapat meningkat dengan meningkatnya usia. Pada usia lanjut
BPH dapat ditemukan hingga 88% sampel histologis dimana pembesaran prostat
teraba dan ditemukan lebih dari 20% laki-laki berusia 60 tahun dan 43% pada usia
80 tahun. Di Amerika Serikat hasil dari Omstead Country Survey menjelaskan
bahwa penderita dengan gejala sedang sampai berat terjadi antara 13% pria
berusia 40-49 tahun dan 28% diantara berusia lebih dari 70 tahun. Sedangkan
prevalensi di Eropa dapat dikatakan sama dengan Amerika Serikat. Sebuah studi
juga dilakukan di Asia yang menunjukkan bahwa persentase dengan penderita

1

2

gejala sedang sampai berat lebih tinggi dibanding Amerika yaitu dengan
persentase 18% pada pria 40 tahun dan 56% terjadi pada pria berusia 70 tahun
(Rosette et al, 2006). Di Indonesia BPH merupakan kelainan urologi kedua
setelah batu saluran kemih yang dijumpai di klinik urologi dan diperkirakan 50%

pada pria berusia diatas 50 tahun. Di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM)
Jakarta ditemukan rata-rata 150 sampai 200 penderita pembesaran prostat yang
setiap tahunnya memerlukan tindakan operasi dan kecenderungan angka tersebut
akan meningkat (Pakasi, 2009).
Gejala yang dikeluhkan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (Lower
Urinary Tract Symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms)
maupun gejala iritasi (storage symptoms). Pada gejala obstruksi meliputi: aliran
urin melemah, rasa tidak puas setelah miksi, menunggu lama ketika miksi dan
harus mengedan ketika miksi. Sedangkan pada gejala iritasi dapat meliputi:
frekuensi miksi meningkat, urgensi, nocturia, dan sering terputus-putus sehabis
miksi dan tahap selanjutnya adalah terjadinya retensi urine (Kapoor, 2012).
Keparahan BPH dapat menyebabkan masalah serius dari waktu ke waktu. Retensi
urin dan ketegangan pada kandung kemih dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih, kandung kemih, atau kerusakan ginjal, batu kandung kemih, dan
inkontinensia (ketidakmampuan untuk mengontrol buang air kecil). Jika kandung
kemih rusak secara permanen, maka pengobatan untuk BPH mungkin tidak
efektif. Ketika BPH ditemukan pada tahap awal, ada resiko lebih rendah
menderita komplikasi (Anonim, 2006).
Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan
pasien dan komplikasi yang terjadi. Pada penderita tanpa komplikasi dengan

tingkat tidak ada gejala atau gejala ringan maka terapi yang diterapkan adalah
pemantauan penyakit (watchfull waiting) artinya pasien tidak mendapatkan terapi
apapun namun perkembangan penyakitnya tetap diawasi oleh dokter, sedangkan
pada tingkat sedang atau juga dapat digunakan pada tingkat berat maka terapi
yang akan diterapkan adalah terapi farmakologi. Pada terapi farmakologi BPH ini
diklasifikasikan menjadi 2 golongan, golongan obat pertama adalah golongan
penyekat reseptor

-adrenergic, misalnya alfuzosin, doxazosin, tamsulosin,

3

terazosin dan silodosin serta golongan obat yang kedua adalah 5α-reductase
inhibitor misalnya finasteride dan dutasteride (Pedoman BPH di Indonesia, 2003).
Terapi dengan pembedahan invasif minimal akan dilakukan apabila
penerapan terapi farmakologi tidak dapat berjalan dengan lancar. Terapi ini
dilakukan pada penderita BPH dengan tingkat sedang dan tingkat berat. Prosedur
bedah yang paling umum adalah Transurethral resection of the prostate (TURP).
Pada prosedur TURP dilakukan pemotongan uretra prostat dengan cara bedah
elektro (elektrosurginal). Risiko pada prosedur TURP ini adalah terjadinya

pendarahan, efek samping seksual, infeksi saluran kemih dan jarang terjadi
inkontinensia urin (Kapoor, 2012).
Infeksi saluran kemih dapat terjadi apabila ditemukannya bakteri didalam
urin dan mikroorganisme yang paling menyebabkan infeksi adalah bakteri aerob.
Sedangkan pada saluran kemih yang normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau
mikroba yang lainnya, karena itu urin dapat dikatakan steril. Salah satu cara untuk
menurunkan kejadian penyakit ini adalah penggunaan antibiotik untuk membunuh
dan menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotika yang digunakan pada
pengobatan ini yang sebagian besar disebabkan oleh Escherichia coli ini adalah
floroquinolones dan nitrofurontoin, sedangkan alternatifnya yaitu trimetoprimsulfametoksazol, sefalosporin, dan fosfomisin (Kumala et al, 2009).
Berdasarkan sifat luka yang timbul dan infeksi yang terjadi, prosedur bedah
pada BPH digolongkan ke dalam bedah bersih terkontaminasi, salah satu
guideline

mengatakan

bahwa

pada


bedah

bersih

terkontaminasi

merekomendasikan pemberian antibiotik profilaksis. Antibiotik profilaksis
menjadi intervensi yang efektif dalam mencegah infeksi saluran kemih dan setelah
bedah urologi (Wolf et al, 2007). Antibiotik profilaksis secara luas digunakan
dalam prosedur pembedahan dan menjelaskan penggunaan antibiotik substansial
didalam rumah sakit. Tujuan profilaksis antibiotik bedah adalah untuk
mengurangi prevalensi infeksi luka pasca operasi (sekitar 5% dari kasus bedah
keseluruhan) pada atau di sekitar lokasi pembedahan (Thirion and Guglielmo,
2009).
Kelompok sefalosporin merupakan antibiotik yang paling umum digunakan
untuk profilaksis bedah karena spektrumnya luas dan toksisitasnya yang rendah

4

(Coyle and Prince, 2009). Turunan sefalosporin adalah senyawa bakterisid dengan

indeks terapetik tinggi, efektif untuk pengobatan infeksi Staphylococcus sp dan
Streptococcus sp yang telah tahan terhadap penisilin, E. coli dan P. mirabilis dan
digunakan secara luas untuk pencegahan infeksi selama dan sesudah pembedahan
(Siswandono dan Soekardjo, 2008). Terapi antibiotika yang digunakan pada kasus
BPH yang dianjurkan pada pasien perioperatif terdiri dari cotrimoxazole, generasi
kedua dan ketiga golongan sefalosporin, ampisilin, inhibitor laktamase atau
fluoroquinolon (Rosette et al, 2006). Sefazolin, merupakan sefalosporin generasi
pertama yang digunakan pada kasus bedah urologi (Coyle and Prince, 2008).
Infeksi pada bedah adalah salah satu penyebab umum terjadinya infeksi
nosokomial (Yamamoto et al, 2008). Sekitar 40% dari semua infeksi nosokomial
adalah Infeksi Saluran Kemih, sekitar 10-20% dari yang disebabkan oleh prosedur
operasi urogenital, dan sekitar 80% berasal dari kateter urin. Sehingga
managemen dalam kateter urin sangat penting untuk mengendalikan infeksi pada
urologi (Hamasuna et al, 2011).
Atas dasar yang terkait tentang antibiotika sefalosporin pada kasus BPH,
maka perlu dilakukan penelitian tentang pola penggunaan antibiotika golongan
sefalosporin dengan kasus infeksi pada pasien BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit umum di Kota
Malang.


1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pola terapi penggunaan obat antibiotik golongan sefalosporin
dengan kasus infeksi pada pasien BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) di Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pola terapi penggunaan obat antibiotik golongan sefalosporin
dengan kasus infeksi pada pasien BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) untuk
mendapatkan profil pengobatan yang rasional.

5

1.3.2 Tujuan Khusus
1.

Mengetahui pola penggunaan obat antibiotik golongan sefalosporin
dengan kasus infeksi pada pasien BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)
di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.


2.

Mengkaji hubungan terapi antibiotik golongan sefalosporin terkait
dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian, interval
pemberian, dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik di
Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien BPH
(Benign Prostatic Hyperplasia) sehingga farmasis dapat memberikan
asuhan kefarmasian dan bekerjasama dengan profesi kesehatan lain.
2. Melalui penelitian ini, hasilnya dapat menjadi sumber informasi
kepada para praktisi kesehatan dan masyarakat umum serta dapat
digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan
variabel yang berbeda.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam
menentukan kebijakan baik bagi klinisi maupun farmasis terutama

pada pelayanan farmasi klinik.
2. Sebagai bahan masukan dan meningkatkan kualitas bagi Komite

Medik Farmasi dan Terapi dalam merekomendasikan penggunaan obat
di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang.

SKRIPSI

NAVILA AZRA

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014


i

Lembar Pengesahan

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

SKRIPSI

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang
2014

Oleh:

NAVILA AZRA
201010410311116


Disetujui oleh:

Pembimbing I

Drs. Didik Hasmono.,M.S.,Apt.

Pembimbing II

Hidajah rachmawati,S.Si, Apt.,Sp.FRS

NIP 195809111986011001

NIDN 0713127102

ii

Lembar Pengujian

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA
(Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

SKRIPSI

Telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji
pada tanggal 18 Juli 2014

Oleh:

NAVILA AZRA
201010410311116

Tim Penguji

Penguji I

Drs. Didik Hasmono.,M.S.,Apt.

Penguji II

Hidajah rachmawati,S.Si, Apt.,Sp.FRS

NIP 195809111986011001

NIDN 0713127102

Penguji III

Penguji IV

Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt.
NIDN 0727118602

Dra. Lilik Yusetyani.,Apt.,Sp.FRS
NIP.UMM 114.0704.0450

iii

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur tercurahkan kepada ALLAh SWT, Tuhan semesta alam karena
berkat rahmad dan ridhonya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN
PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian di Rumah
Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang).
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari
peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.

ALLAH SWT, Tuhan semesta alam yang memberikan rahmat, nikmat dan
hidayahNYA kepada umatnya, Rosulullah SAW, yang sudah menuntun
kita menuju jalan yang lurus.

2.

Bapak Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas
ilmu

kesehatan

Universitas

Muhammadiyah

Malang

yang

telah

memberikan kesempatan penulis belajar di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
3.

Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi dan
kesempatan penulis belajar di Program Studi Farmasi Universitas
Muhammadiyah Malang.

4.

dr. Budi Rahayu MPH selaku Direktur RSU Dr. Saiful Anwar Malang
beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
melakukan penelitian di RSU Dr. Saiful Anwar Malang.

5.

Staf pengawai RMK RSSA Malang yang banyak membantu dalam proses
pengambilan data skripsi.

iv

6.

Bapak

Drs.

Didik

Hasmono.,M.S.,Apt.

dan

ibu

Hidajah

Rachmawati.,S.Si.,Apt.,Sp.,FRS selaku Dosen Pembimbing I dan II,
karena Bapak dan Ibu masih bisa meluangkan waktu untuk membimbing,
memberi nasehat dan dorongannya sehingga dapat terselesaikannya skripsi
ini.
7.

Dra. Lilik Yusetyani.,Apt.,Sp.FRS dan Ibu Nailis Syifa’, S.Farm.,
M.Sc.,Apt. selaku Dosen Penguji I dan II, yang telah banyak memberikan
saran dan waktunya untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

8.

Siti Rofida, S.Si.Apt.M.Farm selaku Dosen wali. Terima kasih banyak atas
arahan, nasehat, motivasi dan bimbingannya selama ini.

9.

Untuk semua Dosen Farmasi Universitas Muhamadiyah Malang yang
sudah memberikan waktunya untuk memberikan ilmu-ilmu yang sangat
berguna dan kepada Ibu Sendy selaku Dosen penanggung jawab skripsi
yang telah susah payah membantu jalanya ujian skripsi sehingga kami
dapat melaksanakan ujian skripsi dengan baik.

10. Untuk semua angggota tata usaha Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu
kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah banyak
membantu untuk kebutuhan administrasi kelengkapan skripsi.
11. Orang Tuaku tercinta, Ayah Chafid Hakim dan Mama Suhaiba, yang
dengan sabar mendoakan dan yang selalu memotivasi dalam segala hal,
memberikan segala hal yang terbaik untuk anaknya. Terima kasih atas
semua yang beliau lakukan dan kerja kerasnya sehingga anaknya
mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi semua orang.
12. Kepada kakek Yusuf dan nenekku Luluk Annisa yang tiada hentinya
memberikan saya motivasi dan semangat yang luar biasa, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
13. Saudaraku Fahmi Riza, terima kasih atas segala kebaikanya, motivasinya,
dan nasehatnnya sehingga dapat melaksanakan amanahnya dengan baik
dan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
14. Sahabat dan kakak perempuanku tercinta Luluk Fauziah dan Ika Aries
Sandy, terima kasih juga kepada temen seperjuangan Faradina Zulaili Ifa

v

Efendi dan Karyna Alviyah Malinda atas kebersamaan, bantuan, semangat
serta kerja samanya sehingga skripsi ini dapat terwujud.
15. Bebeb tercinta Bagus Odia Wijaya yang selalu ada disaat sedih dan
senang, yang selalu mengantarkan kemana saja, memberi masukan,
nasehat dan semangatnya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan tepat
waktu.
16. Sahabat-sahabatku tersayang Nicky Nawa Aldina dan Mufidatul
Khusnaini terima kasih atas keceriaan, semangat, masukan, motivasi,
nasehat dan perhatiannya selama ini.
17. Teman-teman Farmasi UMM 2010, terima kasih atas kebersamaan dan
kenangan indah dan buruk selama ini, terima kasih atas pelajaran hidup
yang diberikan.
18. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf
dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semua keberhasilan ini tak luput
dari bantuan, doa yang telah kalian semua berikan.
Jasa dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, penulis
tidak mampu membalas dengan apapun. Semoga amal baik semua pihak
mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan kritik yang

membangun dari pembaca demi kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat
berguna bagi penelitian berikutnya, amiin.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang, 18 Juli 2014
Penyusun

(Navila Azra)

vi

RINGKASAN
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan suatu kondisi dimana
terjadinya ketidakseimbangan antara proliferasi sel dan apoptosis dalam prostat
sehingga dapat memperbesar dua jaringan yaitu jaringan kelenjar prostat dan
stroma. Menurut Amerika Serikat hasil dari Omstead Country Survey menjelaskan
bahwa penderita dengan gejala sedang sampai berat terjadi antara 13% pria
dengan usia 40-49 tahun dan 28% diantaranya berusia lebih dari 70 tahun. Gejala
yang dikeluhkan oleh pasien BPH adalah seringkali berupa LUTS (Lower Urinary
Tract Symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun
gejala iritasi (storage symptoms). Keparahan BPH menyebabkan masalah serius
dari waktu ke waktu. Retensi urin dan ketengangan pada kandung kemih atau
kerusakan ginjal, batu kandung kemih, dan incontinensia.
Terapi yang diberikan pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien dan
komplikasi yang terjadi yaitu watchfull waiting, terapi farmakologi dan terapi
pembedahan. Berdasarkan sifat luka yang timbul dan infeksi yang timbul,
prosedur bedah pada BPH digolongkan ke dalam bedah bersih terkontaminasi
merekomendasikan pemberian antibiotik profilaksis. Tujuan diberikannya
antibiotik untuk mengurangi prevalensi infeksi luka pasca pembedahan dan
menghambat pertumbuhan bakteri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan
antibiotika golongan sefalosporin pada pasien BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia) terkait dosis yang diberikan, rute pemberian, frekuensi pemberian,
interval pemberian, dan lama pemberian yang dikaitkan dengan data klinik di
RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional karena
peneliti tidak memberikan perlakuan terhadap pasien. Rancangan penelitian ini
bersifat deskriptif yaitu berupa studi retrospektif (penelitian yang dilakukan
dengan meninjau kebelakang) dengan metode consecutive sampling (pengambilan
sampel berdasarkan waktu). Kriteria inklusi meliputi pasien dengan diagnosis
BPH di Rumah Sakit Umum Dr.Saiful Anwar Malang, dengan data Rekam Medik
Kesehatan (RMK) meliputi data terapi antibiotika golongan sefalosporin dan obat
lain yang menyertai periode 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2013.
Hasil Penelitian ini didapatkan 34 data RMK sebagai kriteria inklusi dan
pada demografi berdasarkan umur meningkat pada umur 60-69 tahun sebanyak 13
pasien (38%). TURP menjadi pilihan utama pada tindakan pembedahan yaitu
sebanyak 34 pasien (97%). Profil penggunaan terapi antibiotika tunggal (95%)
dan kombinasi dua antibiotika (5%). Antibiotika tunggal yang banyak digunakan
adalah golongan sefalosporin (82%). Sefalosporin Generasi 3 merupakan
antibiotik tunggal paling banyak digunakan yaitu sebanyak 20 pasien (69%).
Ceftriaxone menjadi paling banyak digunakan yaitu 33% dengan dosis 1 gram
setiap 12 jam. Kombinasi dua antibiotika golongan sefalosporin yang digunakan

vii

adalah ceftriaxone + cefpirom sebanyak 1 pasien (33%), ceftriaxone +
ciprofloxacin sebanyak 1 pasien (33%), dan ceftriaxone + metronidazole sebanyak
1 pasien (33%). Lama perawatan pasien BPH paling banyak yaitu 6-8 hari dengan
jumlah 19 pasien (56%). Keadaan klinik pasien saat KRS paling banyak dalam
keadaan sembuh yaitu sebanyak 21 pasien (62%).

viii

ABSTRAK
STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN
SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
(Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)
Latar Belakang: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan suatu kondisi
terjadinya ketidakseimbangan antara proliferasi sel dan apoptosis dalam prostat
sehingga dapat memperbesar dua jaringan yaitu jaringan kelenjar prostat dan
stroma. Antibiotik pada pasien BPH diberikan dengan tujuan untuk mengurangi
prevalensi infeksi luka operasi dan membunuh atau mengambat pertumbuhan
bakteri. Sefalosporin merupakan antibiotik digunakan pada kasus pembedahan
karena spektrumnya luas dan toksisitasnya yang rendah.
Tujuan: Mengetahui pola penggunaan antibiotik golongan sefalosporin pada
pasien Benign Prostatic Hyperplasia dan mengkaji pola penggunaan antibiotik
golongan sefalosporin terkait dosis, rute, frekuensi, interval, dan lama pemberian
yang dikaitkan dengan data laboratorium dan data klinik.
Metode: Penelitian ini bersifat observational yaitu berupa studi retrospektif
dengan metode consecutive sampling pada pasien BPH periode 1 Januari 2012
sampai dengan 31 Desember 2013.
Hasil & Kesimpulan: Penggunaan antibiotik golongan sefalosporin tunggal 82%
dan sefalosporin generasi 3 sebanyak 69%. Antibiotik tunggal yang banyak
digunakan ceftriaxone 33%. Antibiotik tunggal yang diswitch paling banyak yaitu
ceftriaxone diswitch ciprofloxacin sebanyak 14%. Kombinasi dua antibiotika
terdiri dari ceftriaxone + cefpirom, ceftriaxone + ciprofloxacin, dan ceftriaxone +
metronidazole. Profil pengunaan antibiotik sefalosporin paling banyak dengan
dosis 2x1g secara intravena sebanyak 29%.
Kata Kunci: BPH (Benign Prostatic Hyperplasia), Sefalosporin, Antibiotik.

ix

ABSTRACT
DRUG UTILIZATION STUDY OF CEPHALOSPORIN
ANTIBIOTICS IN PATIEN BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASIA
(Research at Hospital of Dr. Saiful Anwar Malang)
Background: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a condition of the imbalance
between cell proliferation and apoptosis in the prostate so as to enlarge the two
tissue, namely prostate gland tissue and stroma. BPH patients given antibiotics in
order to reduce the prevalence of post-surgical wound infections and inhibit the
growth of bacteria. A cephalosporin antibiotic used in surgical cases due to broadspectrum and low toxicity.
Objective: The study aims to determine pattern of cephalosporin antibioticcs
utilization in BPH (Benign prostatic Hyperplasia) patients and to examine the
relationship cephalosporin antibiotics therapy related to the dose, route,
frequency, duration and timing of administration associated with laboratory data
and clinical data.
Methods: The study is a retrospective observational with consecutive sampling
method in BPH patients from January 2012 to December 2013.
Result & Conclusion: This study use of a single antibiotic cephalosporins 82%
and 3rd generation cephalosporins as much as 69%. Antibiotics are widely used
single ceftriaxone 33%. Antibiotics were switched single most immediate is
switched ciprofloxacin ceftriaxone as much as 14%. Combination consists of two
antibiotic ceftriaxone + cefpirom, ceftriaxone + ciprofloxacin, and ceftriaxone +
metronidazole. Profile cephalosporin antibiotic most widely 2x1g intravenously at
a dose of as much as 29 %.
Key word: BPH (Benign Prostatic Hyperplasia), Cephalosporin, Antibiotic.

x

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...................................................................................................... i
Lembar Pengesahan .......................................................................................... ii
Lembar Pengujian ...........................................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... . iv
RINGKASAN ................................................................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................................ 5
1.4.2 Bagi Rumah Sakit.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6
2.1 Benign Prostatic Hyperplasia ........................................................... 6
2.1.1 Definisi BPH ........................................................................... 6
2.1.2 Etiologi BPH ........................................................................... 6
2.1.3 Epidemiologi BPH .................................................................. 7
2.1.4 Fisiologi Normal Kelenjar Prostat........................................... 7
2.1.5 Patofisiologi BPH ................................................................... 9
2.1.6 Manifestasi Klinik BPH ........................................................ 11
2.1.7 Pemeriksaan dan Diagnosa BPH ........................................... 12

xi

2.1.8 Faktor Resiko BPH................................................................ 13
2.1.9 Terapi BPH ............................................................................ 14
2.1.9.1 Watchfull Waiting..................................................... 14
2.1.9.1 Terapi Farmakologi................................................... 15
2.1.9.2.1 Antagonis adrenergik-α ................................... 15
2.1.9.2.2 Inhibitor 5α-reduktase .................................... .. 16
2.1.9.3 Terapi Intervensi................................................... .... 16
2.1.9.3.1 Minimally Invasive Theraphy ........................... 16
2.1.9.3.2 Surgical Therapies .................................... ....... 17
2.2 Infeksi Nosokomial ......................................................................... 20
2.2.1 Infeksi Luka Operasi ............................................................. 21
2.2.2 Infeksi Saluran Kemih (ISK)................................................. 22
2.3 Bedah Urologi ................................................................................. 22
2.4 Tinjauan Tentang Antibiotika ......................................................... 23
2.4.1 Penggolongan Antibiotika ..................................................... 24
2.4.1.1 Berdasarkan Spektrum Aktivitasnya........................ 24
2.4.1.2 Berdasarkan Tempat Kerja...................................... . 24
2.4.2 Penggunaan Antibiotika pada BPH ....................................... 25
2.4.2.1 Antibiotik Fluoroquinolon........................................ 25
2.4.2.2 Antibiotik Kloramfenikol.................................. ....... 25
2.4.2.3 Antibiotik Penisilin.................................................. . 26
2.4.3 Definisi Antibiotika Sefalosporin.......................................... 26
2.4.4 Mekanisme Kerja Sefalosporin ............................................. 30
2.4.5 Mekanisme Resistensi Bakteri Sefalosporin ......................... 31
2.4.6 Efek Samping Antibiotik Sefalosporin ................................. 32
2.4.7 Penggunaan Antibiotik Sefalosporin pada BPH ................... 33
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ....................................................... 36
3.1 Bagan Kerangka Konseptual......................................................... 36
3.2 Skema Kerangka Operasional ....................................................... 37
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................ 38
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampel ..................................................................... 38

xii

4.2.1 Populasi ................................................................................. 38
4.2.2 Sampel................................................................................... 38
4.2.3 Kriteria Data Inklusi ............................................................. 38
4.2.4 Kriteria Data Eksklusi ........................................................... 39
4.3 Bahan Penelitian ........................................................................... 39
4.4 Instrumen Penelitian ..................................................................... 39
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 39
4.6 Definisi Operasional ..................................................................... 39
4.7 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 40
4.8 Analisa Data .................................................................................. 41
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................... 42
5.1 Jumlah Sampel Penelitian ............................................................. 42
5.2 Data Demografi Pasien ................................................................. 42
5.2.1 Distribusi Berdasarkan Usia .................................................. 42
5.2.2 Status Asuransi Pasien .......................................................... 43
5.3 Jenis Operasi pada BPH ................................................................ 44
5.4 Identifikasi Mikrobiologi .............................................................. 44
5.4.1 Distribusi Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi ....................... 44
5.4.2 Distribusi Hasil Kultur Urin .................................................. 44
5.5 Terapi Antibiotika yang Diterima Pasien BPH ............................. 45
5.5.1 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal ................................. 46
5.5.2 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal yang Diswitch .......... 47
5.5.3 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika ...................... 48
5.5.4 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika Diswitch ....... 48
5.6 Profil Penggunaan Antibiotika Golongan Sefalosporin ................ 49
5.7 Lama Perawatan pada Pasien BPH .............................................. 50
5.8 Keadaan Klinik Pasien BPH pada Saat Keluar Rumah Sakit ....... 50
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................ 51
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 61
7.1 Kesimpulan ................................................................................... 61
7.2 Saran ............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

II.1 Kategori BPH berdasarkan Gejala dan Tanda Penyakit ............................. 12
II.2 Pengobatan untuk pasien dengan gejala ringan sampai berat pada BPH ... 14
II.3 Patogen-patogen Utama Penyebab Infeksi Luka Operasi .... ......................22
II.4 Struktur Kimia Sefalosporin .................................................................. .....27
II.5 Antibiotika yang direkomendasikan untuk prosedur bedah tertentu .......... 35
V.1 Distribusi Berdasarkan Usia Pasien BPH................................................... 42
V.2 Status Asuransi Pasien BPH ....................................................................... 43
V.3 Tabel Berdasarkan Jenis Operasi pada Terapi BPH .................................. 44
V.4 Distribusi Jumlah Pemeriksaan Mikrobiologi Pasien BPH ....................... 44
V.5 Distribusi Hasil Kultur Urin Pasien BPH ................................................... 44
V.6 Komposisi Antibiotika pada Pasien BPH .................................................. 45
V.7 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal yang Diterima Pasien BPH ........... 46
V.8 Distribusi Terapi Antibiotika Tunggal yang Diswitch pada Pasien BPH .. 47
V.9 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika yang Diterima Pasien
BPH ............................................................................................................ 48
V.10 Distribusi Terapi Kombinasi Dua Antibiotika yang Diswitch pada
Pasien BPH ................................................................................................ 48
V.11 Profil Penggunaan Antibiotika Sefalosporin pada 34 Pasien BPH .......... 49
V.12 Lama Perawatan Pasien BPH ................................................................... 50
V.13 Keadaan Klinik Pasien BPH .................................................................... 50

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Normal Prostat .............................................................................................. 8
2.2 Benign Prostatic Hyperplasia ...................................................................... 8
2.3 Struktur Prostat ............................................................................................. 9
2.4 Mekanisme terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia (1)........................... 10
2.5 Mekanisme terjadinya Benign Prostatic Hyperplasia (2)........................... 10
5.1 Distribusi Berdasarkan Usia Pasien BPH ................................................... 43
5.2 Komposisi Antibiotika pada Pasien BPH ................................................... 45

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Daftar Riwayat Hidup…………………………… .................................. 65
2. Surat Pernyataan………………………………....................................... 66
3. Keterangan Kelayakan Etik...................................................................... 67
4. Surat Penghadapan Penelitian .................................................................. 68
5. Daftar Nilai Normal Data Klinik dan Data Laboratorium ....................... 69
6. Lembar Pengumpul Data Pasien BPH di Instalasi Rawat Inap
RSU Dr. Saiful Anwar Malang ............................................................... 71
7. Tabel Induk Pasien BPH di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Saiful Anwar
Malang ................................................................................................... 117

xvi

DAFTAR SINGKATAN
ACA

= Aminosefalosporinat

APPT

= Activated Partial Throboplastin Time

ARI

= Alpha Reductase Inhibitor

AUA

= American Urological Association

BAK

= Buang Air Kecil

BB

= Berat Badan

BOO

= Bladder Outlet Obstruction

BPE

= Benign Prostatic Enlargement

BPH

= Benign Prostatic Hyperplasia

BPO

= Benign Prostate Obstruction

BUN

= Blood Urea Nitrogen

Chol. HDL = Cholesterol High Density Lipoprotein
Chol. LDL = Cholesterol Low Density Lipoprotein
CRP

= C-Reactive Protein

DHT

= Dihydrotestosterone

DRE

= Digital Rectal Examination

FDA

= Food and Drug Administration

GCS

= Glasgow Coma Scale

GD2PP

= Gula Darah 2 Jam Post Prandial

GDA

= Gula Darah Acak

GDP

= Gula Darah Puasa

HAI

= Hospital Acquired Infection

Hb

= Hemoglobin

Hct

= Hemotokrit

ILO

= Infeksi Luka Operasi

IM

= Intra Muscular

IPSS

= International Prostate Symptom Score

ISK

= Infeksi Saluran Kemih

IV

= Intra Vena

KRS

= Keluar Rumah Sakit

LED

= Laju Endap Darah

xvii

LUTS

= Lower Urinary Tract Syndrome

MCH

= Mean Corpuscular Hemoglobin

MCHC

= Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration

MCV

= Mean Corpuscular Volume

MIC

= Minimum Inhibitory Concentration

MPV

= Mean Platelet Volume

MRS

= Masuk Rumah Sakit

p.o

= Peroral

PCT

= Procalcitonin

PDW

= Platelet Distribution Width

PLT

= Platelet

PPT

= Plasma Protein Time

PSA

= Prostate Spesific Antigen

RBC

= Red Blood Cell

RDW

= Red Distribution Width

RMK

= Rekam Medik Kesehatan

RR

= Respiratory Rate

RSSA

= Rumah Sakit Saiful Anwar

RSU

= Rumah Sakit Umum

SGOT

= Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase

SGPT

= Serum Glutamic Piruvic Transaminase

SSI

= Surgical Site Infection

TB

= Tinggi Badan

TD

= Tekanan Darah

TUIP

= Transurethral Incision of the Prostate

TUMT

= Transurethral Microwave Thermal Therapy

TUNA

= Transurethral Needle Ablasion

TURP

= Transurethral Resection of the Prostate

TUVP

= Transurethral of the Prostate

WBC

= White Blood Cell

WHO

= World Health Organization

xviii

DAFTAR PUSTAKA
Al-Grawi, J.G.A., 2008. Hafnia Alvei Urinary Tract Infection., The Iraqi
Postgraduate Medical Journal., Vol. 7. No. 1
Amalia Rizki. 2010. Faktor-faktor Resiko Terjadinya Pembesaran Prostat
Jinak (Study Kasus di RS Dr. Kariadi, RS Roemani, dan RSI Sultan Agung
Semarang).
Anonim, 2003. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia, Ikatan Ahli Urologi
Indonesia. Di akses http://iaui.or.id/ast/file/bphpdf/. Diakses tanggal 23
November 2013.
Anonim, 2005. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH). Lithicum: American
Urological Association Foundation.
Anonim, 2006. Prostate Enlargement : Benign Prostatic Hyperplasia. National
Kidney and Urologi Disease Information Clearing House.
Ascobat, P. 2011. Androgen, Anti Androgen & Anabolik Steroid. In: Gunawan,
S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi., dan Elysabeth (Eds.). Farmakologi dan
Terapi. Ed.
, Jakarta: Badan Penerbit FKUI, hal 468-480.
Carter, J.M., 2008. Prevention and Control of Hospital Acquired Infection. Office
of the Auditor General of Ontario.
Coyle, A.E., and Prince, A.R., 2008. Benign Prostatic Hyperplasia. In: Dipiro,
J.T., Talbert, R.L.,Yee, G.C., Matzke, G.R., Well, B.G., and Posey, L.M
(Eds). Pharmacotherapy Handbook, Ed.
, New York: The McGrawHill Co.
Ducel, G., Fabry, J., and Nicolle, L., 2002. Prevention of Hospital-Acquired
Infection: A Practical Guide. Ed
, World Health Organization.
Emberton, M., Cornel, E.B., Bassi, P.F., Fourcade, R.O., Gomes, J.M.F., and
Castro, R., 2008. Benign Prostatic Hyperplasia as a Progressive Disease : A
Guide to The Risk Factors and Options for Medical Management. Int. J.
Clin. Prac., Vol 62 No. 7, pp. 1076-1086.
Fauci, A.S., 2008. Clinical Syndromes: Healthcare-Association Infection. In:
Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L.,
Localzo, J. (Eds). Harrison’s Principles of Internal Medicine, Ed.
,
U.S. of Amerika: The McGraw-Hill Co.
Hamasuna, R., Takahashi, S., Yamamoto, S., et al., 2011. Guideline for
Prevention of Health Care-associated Infection in Urological Practice in
Japan. The Japanese Urological Association, Vol. 18, pp. 495-502.
Istiantoro, Y.H., and Gan, V.H.S., 2011. Penisilin, Sefalosporin, dan Antibiotik
Betalaktam Lainnya. In: Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi., dan
Elysabeth (Eds.). Farmakologi dan Terapi. Ed.
, Jakarta: Badan
Penerbit FKUI, hal 678-687
Kanji, S., and Devlin, J.W., 2008. In: Dipiro, J.T., Talbert R.L., Yee, G.C.,
Matzke, G.R.,Wells, B.G., and Posey, L.M., Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach,
edision, New York: McGraw-Hill Co.,
pp. 2027-2040.
Kapoor, Anil., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) Management in The
Primary Care Setting. The Canadian Journal of Urology., Vol. 19 No. 1,
pp. 10-17.

xix

Kumala, S., Raisa, N., Rahayu, L., dan Kiranasari, A., 2009. Uji Kepekaan
Bakteri yang Diisolasi dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Terhadap Beberapa Antibiotika pada Periode Maret-Juni. Majalah Ilmu
Kefarmasian., Vol. 6 No. 2, pp. 45-55.
Lee, Mary. 2008. Management of Benign Prostatic Hyperplasia. In: Dipiro, J.T.,
Talbert R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R.,Wells, B.G., and Posey, L.M.,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach,
edision, New
York: McGraw-Hill Co., pp.1387-1397
McEvoy, G.K., 2008. AHFS Drug Information Book 1. United State of
America: America Society of Health System Pharmacist,
McPhee, S.J., 2006. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical
Medicine, Ed
, San Francisco: The McGraw-Hill Co.
McVary, K.T., and Roehrborn, C.G., et al. 2010. American Urological
Association Guideline: Management of Benign Prostatic Hyperplasia.
American Urological Association.
Ocviyanti, D., and Fernando, D., 2012. Tatalaksana dan Pencegahan Infeksi
Saluran Kemih. Journal Indon Med Association. Vol. 62, No. 12, pp. 482486
Pakasi, R.D.N., 2009. Total Prostate Specific Antigen, Prostate Specific Antigen
Density and Histophatologic Analysis on Benign Enlargement of Prostate.
The Indonesian Journal of Medical Science., Vol. 1 No. 5, pp. 263-274.
Petry, W.A., 2006. Antimirobial Agent. In: Brunton, L.L., Lazo, J.S., Parker, K.L.
(Eds). Goodman&Gilman’s The Pharmacology Basic of Therapeutics.
Ed
. New York: McGraw-Hill Co.
Rajput, N., Dumka, V.K., and Sandhu, H.S., 2012. Disposition Kinetics and in
vitro plasma protein binding of cefpiromin cattle. Veterinarski Arhiv., Vol.
82, No. 1, pp. 1-9
Rosette, J.D.L., Alivizatos, G., Madersbacher, S., et al. 2006. Guidelines on
Benign Prostatic Hyperplasia. European Assosiacion of Urology.
Sarma, A.V., and Wei, J.T., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia and Lower
Urinary Tract Symptoms. The New England Journal of Medicine., Vol
363 No. 3, pp. 248-257.
Setiabudy R., 2010. Golongan Kuinolon dan Fluorokuinolon. In: Gunawan, S.G.,
Setiabudy, R., Nafrialdi., dan Elysabeth (Eds.). Farmakologi dan Terapi.
Ed.
, Jakarta: Badan Penerbit FKUI, hal 718-722
Siswandono., dan Soekardjo, B., 2008. Kimia Medisinal. Edisi ke-2, Surabaya:
Universitas Airlangga Press.
Thirion, D.J.G., and Guglielmo, B.J., 2009. Antimicrobial Prophylaxis for
Surgical Procedures. In: Kode-Kimble, M.A., Young, L.Y., Alldredge, B.K.,
Corelli, R.I., Guglielmo, B.J., Kradjan, W.A., Williams, B.R (Eds.).
Applied Therapeutics: The Clinical Use of Drug, Ed.
, Philadelphia.
Turner, B., Aslet, Ph., Drudge-Coates, L., Forristal, H., Gruschy, L., Hieronymi,
S., Mowle, K., Pietrasik, M., and Vis, A., 2011. Transrectal Ultrasound
Guided Biopsy of The Prostate. European Association of Urology Nurses.
Ventura, S., Oliver, V.L., White, C.W., et al. 2011. Novel Drug Targets for The
Pharmacotherapy of Benign Prostatic Hyperplasia. Britist Journal of
Pharmacology., Vol 163, pp. 891-907.

xx

Wolf, J.S., Bennett, C.J., Pearle, M.S., et al. 2007. Urologic Surgery
Antimicrobial Prophylaxis. American Urological Association Education
and Research, Inc.
Yamamoto, S., Shima, H., and Matsumoto, T., 2008. Controversies in
Perioperative Management and Antimicrobial Prophylaxis in Urologi
Surgery. The Japanese Urological Association, Vol. 15, pp. 467-471.
Yoo, T.K., and Cho, H.J., 2012. Benign Prostatic Hyperplasia: from Bench to
Clinic. Korean Jurnal of Urology., Vol. 53, pp. 139-148.

xxi

Dokumen yang terkait

Karakteristik Pasien Benign Prostate Hyperlasia (BPH) yang Menjalani Transurethral Resection of Prostate (TURP) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Periode Januari 2012-Desember 2013

9 79 79

Profil Pasien Benign Prostate Hyperplasia yang Dilakukan Ultrasonografi di Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Periode Bulan Juli 2012 Hingga Desember 2012

4 48 49

STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN STATIN PADA PASIEN STROKE ISKEMIK (Penelitian di Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang)

0 14 24

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH) (Penelitian di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

2 32 30

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

4 81 27

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN RAWAT INAP PNEUMONIA (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. SAIFUL ANWAR Malang)

0 29 29

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN KUINOLON PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

0 7 26

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA GOLONGAN SEFALOSPORIN PADA PASIEN PATAH TULANG TERBUKA (Open Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

8 59 23

STUDI PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN STROKE ISKEMIK (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

0 9 30

STUDI PENGGUNAAN OBAT GOLONGAN ACE–INHIBITOR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

1 27 31