30.5 Situasi konsumsi pangan dan status gizi anak balita peserta program orangtua asuh gizi di Kabupaten Bireuen Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

1.241. Data jumlah kehamilan menunjukkan bahwa terdapat 19.6 persen ibu balita mengalami kehamilan 4 kali. Hal ini menunjukkan masih terdapat ibu yang beresiko mengalami pendarahan. Tabel 7 Sebaran ibu berdasarkan riwayat kehamilan anak balita Jumlah Riwayat Kehamilan n Umur ibu saat hamil -Beresiko -Tidak beresiko 8 38 17.4 82.6 Total 46 100.0 Jumlah Kehamilan 1 2 3 4 8 18 11 9 17.4 39.1 23.9 19.6 Total 46 100.0 Jarak Kehamilan 0 1-2 3-4 5-6 8 17 14 7 17.4

36.9 30.5

15.2 Total 46 100.0 Jarak Kehamilan. Agar kondisi tubuh setelah kehamilan kembali seperti sebelumnya, kesehatan ibu akan mundur secara progresif. Persalinan yang terjadi berturut-turut dalam jangka waktu singkat menyebabkan rahim menjadi kaku dan kontraksinya menjadi kurang baik pada saat persalinan. Berdasarkan jarak kehamilan Tabel 7 menunjukkan bahwa hampir separuh ibu balita 36.9 memiliki jarak kehamilan yang mempunyai resiko. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Hal ini disebabkan ASI terpaksa dihentikan. Riwayat Kelahiran Umur Persalinan. Bayi yang lahir secara prematur mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi Depkes RI 2000. Berdasarkan umur persalinan anak balita Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar 93.5 balita mengalami umur persalinan cukup bulan, sedangkan sebagian kecilnya 6.5 mengalami umur persalinan kurang bulan. Pertolongan Saat Melahirkan. Berdasarkan pertolongan saat melahirkan Tabel 8, sebagian besar 89.1 kelahiran anak balita ditolong oleh tenaga kesehatan, sedangkan sebagian kecil 10.9 kelahiran anak balita ditolong oleh dukun beranak dengan alasan biaya lebih murah. Pertolongan persalinan oleh dukun beranak dikhawatirkan karena sanitasi kurang baik sehingga dapat mengakibatkan infeksi pada ibu dan balita, misalnya mengunakan gunting yang tidak steril. Tempat Persalinan. Berdasarkan tempat kelahiran Tabel 8, sebagian besar 80.4 anak balita dilahirkan di rumah sendiri. Banyaknya kelahiran di rumah sendiri terkait dengan sarana transportasi dan menghemat biaya yang dimiliki responden. Tabel 8 Sebaran ibu berdasarkan riwayat kelahiran anak balita Jumlah Riwayat Kelahiran n Umur Persalinan -Cukup bulan 43 93.5 -Kurang bulan 3 6.5 Total 46 100.0 Pertolongan Kelahiran -Tenaga kesehatan 41 89.1 -Dukun 5 10.9 Total 46 100.0 Tempat Persalinan -Rumah ibu 37 80.4 -Rumah bidan desa 6 13.1 -Puskesmas 3 6.5 Total 46 100.0 Penyakit Infeksi Sehat atau tidaknya seseorang dapat dilihat dari ada atau tidaknya penyakit infeksi yang diderita seseorang. Berdasarkan riwayat sakit dalam satu bulan terakhir, lebih dari separuh anak balita 58.7 pernah sakit dalam satu bulan terakhir seperti yang ditampilkan pada Tabel 9. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan anak balita masih belum terjaga. Fenomena ini juga ditandai dengan adanya anak balita yang menderita sakit sampai tiga kali dalam satu bulan terakhir. Tabel 9 Sebaran anak balita berdasarkan riwayat sakit dalam satu bulan terakhir Jumlah Anak Balita Riwayat sakit n Pernah Sakit 27 58.7 Tidak Pernah sakit 19 41.3 Total 46 100.0 Rata-rata 1.6 ± SD 0.5 Berdasarkan jenis penyakit yang dialami dalam satu bulan terakhir Tabel 10, hampir separuh anak balita mengalami demam 40.7. Lebih dari seperempat 25.9 anak balita juga mengalami batuk pilek. Hal ini sejalan dengan Soemanto 1990 yang menyatakan bahwa jenis penyakit yang sering diderita oleh anak balita adalah batuk, pilek, dan panas badan demam. Penyakit-penyakit tersebut umumnya dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal agar tidak menjadi sarang penyakit yang dapat membahayakan pertumbuhan anak balita. Tabel 10 Sebaran anak balita berdasarkan jenis penyakit yang dialami dalam satu bulan terakhir Jumlah Anak Balita Jenis Penyakit n Lama Sakit Hari Batuk pilek 7 25.9 7 Batuk biasa 4 14.8 4 Pilek 3 11.1 4 Demam 11 40.7 4 Diare 2 7.5 2 Total 27 100.0 21 Keikutsertaan dalam Program Orang Tua Asuh Gizi Seluruh masyarakat khususnya di Kabupaten Bireuen dapat berperanserta dalam program Orang Tua Asuh Gizi OTAG. Semua pihak yang bersedia menjadi donatur memberikan sumbangan materi untuk pembelian bahan makanan seharga Rp 600.000 selama 90 yang diperkirakan mampu mengangkat status gizi Anak Asuh Gizi AAGi. Tabel 11 Sebaran anak balita berdasarkan keikutsertaan dalam program OTAG Jumlah Anak Balita Jenis n Anjuran ibu ikut program OTAG -Saran kepala desa kader posyandu -Saran bidan desa -Kesadaran sendiri -Diajak tetangga 12 32 2 26.0 70.0 0.0 4.0 Terpilih sebagai program OTAG -Gizi buruk -Keinginan 44 2 96.0 4.0 Rutin ikut program OTAG -Ya -Tidak 42 4 91.0 9.0 Keikutsertaan dalam penyuluhan -Ya -Tidak 42 4 91.3 8.7 Kesesuaian topik penyuluhan -Ya -Tidak 44 2 96.0 4.0 Berdasarkan data keikutsertaan dalam program OTAG Tabel 11 terlihat bahwa sebagian besar ibu balita 70.0 mengikuti program OTAG atas anjuran bidan desa wilayah setempat. Hampir seluruh 96.0 orangtua anak balita terpilih sebagai peserta program OTAG dikarenakan anak balita termasuk gizi buruk. Hampir seluruh 91.0 ibu balita juga rutin mengikuti program OTAG. Sebagian besar 91.3 ibu balita ikut serta dalam penyuluhan dan hampir seluruh 96.0 ibu balita juga menilai topik penyuluhan yang diberikan oleh perwakilan dari dinas kesehatan sesuai dengan maksud program Orangtua Asuh Gizi OTAG. Situasi Konsumsi Pangan Kebiasaan Makan Anak Balita Seseorang perlu makan untuk menjaga tubuhnya agar tetap sehat dalam melakukan segala proses fisiologi. Makanan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup karena ada yang berfungsi sebagai sumber tenaga, pembangun, dan pelindung serta pengatur berbagai proses didalam tubuh Irianto 2004. Menurut Suhardjo 1989 bahwa kebiasaan makan pada akhirnya akan membentuk pola makan suatu masyarakat atau daerah. Berdasarkan data pemberian kolostorum Tabel 12 terlihat bahwa hampir seluruh anak balita 95.7 diberikan kolostorum setelah dilahirkan dan hampir seluruh 89.1 anak balita diberikan Air Susu Ibu ASI dengan frekuensi sering. Hampir seluruh anak balita 84.8 diberi ASI usia penyapihan selama dua tahun, sedangkan jika dilihat dari kebiasaan makan anak, hampir seluruh 80.4 cara ibu atau pengasuh dalam menghadapi anak yang tidak mau makan adalah dengan cara membujuk anak agar mau makan. Berdasarkan orang yang biasa memberi makan Tabel 12, seluruh anak balita 100.0 yang memberi makan adalah ibu. Selain itu hampir seluruh 98.0 ibu balita juga mengajarkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan. Sebagian besar 76.1 anak balita terbiasa mengkonsumsi makanan yang beragam. Sebagian besar 87.0 anak balita juga terbiasa makan secara teratur dan hampir seluruh 95.7 anak balita terbiasa makan tiga kali sehari. Berdasarkan jenis makanan yang disukai Tabel 12, hampir separuh 41.3 anak balita menyukai nasi, telur, sayur dan tahu, sedangkan hampir separuh 45.7 anak balita memiliki makanan selingan yang paling banyak disukai adalah kue. Data yang disajikan padaTabel 12 juga memperlihatkan bahwa lebih dari separuh anak balita 69.2 tidak memiliki makanan pantangan, sedangkan hampir separuh anak balita 30.4 memiliki makanan pantangan seperti ikan tongkol, udang, indomie dan telur. Bahan makanan tersebut dianggap berbahaya karena menyebabkan alergi. Dari kenyataan tersebut nampak bahwa alasan mereka tidak mengkonsumsi makanan tersebut tidak rasional, karena bahan makanan yang dipantang adalah sumber protein yang sangat diperlukan oleh tubuh terutama untuk pertumbuhan anak. Jika dilihat dari sikap ibu, sebagian besar 73.9 ibu balita merasa senang jika anak menghabiskan makanan. Tabel 12 Sebaran anak balita berdasarkan kebiasaan makan Jumlah Anak Balita Jenis n Pemberian kolostrum -Ya -Tidak 44 2 95.7 4.3 Frekuensi ASI -Sering -Jika menangis 41 5

89.1 10.9