3.2.2 Pengumpulan Telur Nyamuk
Telurdikumpulkan menggunakan ovitrap yaitu berupa kaleng kecil yang dicat warna hitam. Cara pemasangannya adalah mengisi kaleng ovitrap dengan air
sampai ± setengah 250ml, lalu masukkan kertas saring mengelilingi kaleng ovitrap
, kemudian disimpan di tempat-tempat gelap yang diduga sebagai tempat persembunyian nyamuk, misalnya bawah kolong tempat tidur, bawah meja, atas
lemari dan sebagainya. Pengambilan ovitrap dilakukan 5 hari kemudian dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dihitung jumlah telurnya. Telur yang
sudah di hitung tersebut tersebut ditetaskan di laboratorium dan dipelihara atau rearing
sampai dewasa. Dari data pengumpulan telur tersebut dapat dihitung Ovitrap Index
.Pemasangan ovitrap dilakukan 2 kali dalam seminggu pada rumah penduduk yang tidak didapatkan larva maupun nyamuk dewasa.
3.2.3 Pengumpulan Larva Nyamuk
Pengumpulan larva nyamuk dilakukan dengan mengamati semua wadah atau tempat penampungan air yang berada di dalam maupun di luar rumah
penduduk yang diperiksa. Tempat penampungan yang dimaksud berupa bak mandi dan WC, ember, drum, tempayan, kaleng dan ban bekas, kelopak daun dan
lain-lain.Pengamatan ada atau tidaknya larva nyamuk dilakukan secara visual dengan menggunakan alat bantu berupa senter dan pipet. Jika positif, maka larva
tersebut diambil dengan menggunakan cidukan atau gayung dan dipindahkan ke dalam plastik dengan menggunakan pipet.Larva dari setiap wadah yang positif
dipisahkan, diberi label dan dibawake laboratorium untuk diidentifikasi.Kemudian wadah positif tersebut dicatat jenis, bahan, dan warna.Kepadatan larvadari
lapangandihitungIndex Larvayaitu Angka Bebas Jentik ABJ, House index HI, Container index
CIdan Breteau index BI. Pengumpulan larva dilakukan 2kali seminggu selama 4 bulan dari jam 06.00 sampai jam 18.00.
3.2.4 PengumpulanNyamuk Dewasa
Nyamuk dewasa diperoleh dengan cara penangkapan menggunakan metode HumanLanding Collection HLC
atau umpan orang dan Resting Collection RC. Setiap rumah terdapat 2 orang penangkap, 1 orang menangkap nyamuk di dalam
rumah dan 1 orang lagi menangkap di luar rumah.Penangkapan nyamuk dengan umpan orang dilakukan selama 20 menit per rumah dan 5 menit selanjutnya
menangkap nyamuk yang sedang istirahat. Tiap penangkap duduk dengan celana digulung sampai lutut dan menunggu 20 menit untuk digigit nyamuk. Nyamuk
yang hinggap langsung ditangkap dengan aspirator dan dimasukkan dalam gelas kertas atau paper cup dibedakan per rumah dan metode penangkapan, kemudian
dibawa ke laboratorium dan dimasukkan freezer -20°C.Keragaman spesies dan kepadatan nyamuk yang tertangkap dihitung Landing Rate LR, Man Biting Rate
MBR, Resting Rate RR.Pengumpulan nyamuk dewasa dilakukan 2 kali seminggu selama 4 bulan dari jam 06.00 sampai jam 18.00.
3.2.5 Identifikasi Nyamuk
Nyamuk yang telah dikumpulkan tersebut, diidentifikasi sesuai kunci identifikasi Depkes 2008.Nyamuk dipisahkan berdasarkan jenis, waktu, lokasi
pengambilan dan dimasukkan kedalam tabung eppendorf sebanyak 5-25 ekor per tabung, laludimasukkan freezerdengan suhu -80°C sampai dilakukanRT-PCR.
3.2.6 Deteksi Virus Chikungunya Pada Nyamuk
Pemeriksaanvirus chikungunya dalam tubuh nyamuk di lakukan terhadap semua nyamuk hasil penangkapan dari lapangan dengan
RT-PCR
. Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1 Ekstraksi RNA virus; 2 Pengujian
RT-PCR
Ekstraksi RNA Virus
Ekstraksi RNA virus diawali dengan menggerus nyamuk menggunakan pestle
kemudian ditambahkan media BA1 sesuai jumlah nyamuk. Sebanyak 10- 25 nyamukditambahkan BA1 1ml; 5-10 nyamukditambahkan BA1 500 µl; dan
bila kurang dari 5 nyamukditambahkan BA1 250µl. Gerusan diaduk sampai larut, setelah itu sentrifuse dengan kecepatan 10.000 rpm selama 3 menit, kemudian
140 µl supernatan diambil untuk ekstraksi RNA virus dengan tahapan sebagai berikut: Pertama, sebanyak 560 lysis mix yang terdiri atas 560 µl AVL dan 5.6µl
RNA-carrier dimasukkan ke dalam tabung eppendorf1.5ml, lalu ditambahkan
sampel 140µl, kemudian vortexselama 15 detik, setelah itu di inkubasi dalam room temperature
RT selama10 menit;Kedua, selanjutnya langkah pertama
tersebut ditambahkan ethanol sebanyak 560µl, lalu vortex selama 15 detik dan sentrifuse
5 detik; Ketiga, sebanyak 630µl larutan tersebut dipindahkan ke dalam spin column
yang terpasang pada collection tube, dan sentrifuseselama 30 detik, kemudian collection tube dibuang dan diganti dengan collection tubeyang baru
langkah tersebut diulangi sampai campuran habis;Keempat, selanjutnya ditambahkan 600µl AW1, lalusentrifuseselama 30 detik, dancollection tube
dibuang sertadiganti, kemudian ditambahkan lagi 600µl AW2, lalu sentrifuse
selama 30 detik, lalu collection tube dibuang dan diganti, setelah itusentrifusedengan kecepatan maksimum 1 menit dengan tujuan untuk
mengeringkan, collection tube dibuang dan spin column dipindahkan ke eppendorf 1.5 ml.Kemudian ditambahkan buffer AVE 60µl tepat ditengah tanpa
menyentuh dinding atau filter,lalu didiamkan selama
3 menit dansentrifusedengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit.Hasil ekstraksi RNA
tersebut dapat langsung digunakan sebagai template
RT-PCR
atau dapat simpan pada suhu -80°C bila tidak digunakan.
RT-PCR
DeteksiRNA virus chikungunya dengan menggunakan pasangan Primermenggunakan Primer forward CHIKnsP1-S dengan sekuens 5’-TAG-
AGC-AGG-AAA-TTG-ATC-CC-3’ dan Primer reverse CHIKnsP1-C dengan sekuens 5’-CTT-TAA-TCG-CCT-GGT-GGT-AT-3’ Rohani
et al. 2005.Sebelum di lakukan RT- PCR, perlu disiapkan campuran PCR Master Mix
PCR di atas cold block dalam biosafety cabinetuntuk volumereaksi 12.5µl, yang terdiri atas beberapa reagen sebagai berikut: dH20 1.25 µl, 2x buffer6.25 µl,
Primer forward 200 pmole 0.25 µl, Primer reverse 200 pmole 0.25 µl, Enzyme 0.25 µl. Masukkan 8.5 µl campuran PCR kedalam masing-masing tabung PCR
dan ditambahkan 4 µl template untuk setiap sampel.Tabung tersebut ditutup rapat dan disentrifuse, kemudian tempatkan
pada mesin PCR untuk amplifikasi.Amplifikasi dilakukan pada total volumereaksi 12.5 µl menggunakan
Superscript III one-step RT-PCR kit Invitrogen dengan 200 pmol primers dan 4
µl template RNA.Kondisi PCR diawali dengan tahapreverse traskripsi pada suhu 48°C selama 30 menit, yang diikuti dengan 35 siklus denaturasi pada 94°C selama
1 menit, Anneling pada 54°Cselama 90 detik dan ekstensi pada 72°Cselama 2
menit serta diakhiri ekstensi final pada 72°Cselama 7 menit Rohani et al. 2005; Thavara et al. 2009.
Elektroforesis
Produk amplifikasi selanjutnya diseparasi pada 1 gel agarose. Gel agarose 1 dibuat dengan cara mencampurkan 1 gram agarose dengan 100ml TAE buffer,
kemudian dipanaskan pada microwave sampai larut, diaduk rata dan didinginkan pada air mengalir sampai hangat. Selanjutnya ditambahkan 5 µl etidium bromida
0.5 µl10 ml agarosa kemudian diaduk rata. Gel tersebut dimasukkan ke dalam cetakan, dibiarkan dingin dan mengeras ±30 menit. Setelah agarose mengeras,
dimasukkan ke dalam tangki chamber elektroforesis yang berisi buffer TAE.Berikutnya disiapkan 1 µl loading dye 6x, ditambahkan produk PCR 5 µl
dan diaduk sampai merata di atas kertasparafilm, kemudian dimasukkan ke dalam sumuran pada gel agarose, lalu masukkan pula berturut-turut5 µl Ladder DNA 1
kb diletakkan sesuai kebutuhan,5 µl kontrol negatif dan 5 µl kontrol positif pada sumur-sumur berikutnya.Kontrol positif adalah hasil amplifikasi PCR yang berisi
master mix yang dicampur dengan RNA virus chikungunya yang diperoleh dari
Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor PSSP-IPB.Kontrol negatif adalah hasil amplifikasi PCR yang berisi master mix yang dicampur dengan
RNAase-free water. Elektroforesis dengan arus listrik 120 Vselama 45 menit,
DNA akan bergerak dari kutup negatif ke kutub positif.
Visualisasi
Setelah dielektroforesis, gel agarose diletakkandi atas transluminator ultra violet
untuk melihat hasil amplifikasi. Pita molekul yang terlihat pada gel agarose menandakan adanya segmen DNA. Pita DNA tersebut kemudian dibandingkan
dengan pita yang ada pada kontrol positif dan Ladder atau marker.
3.2.7 Survai Perilaku Masyarakat