Kerangka Pemikiran LANDASAN TEORI

commit to user 16 perbandingan sitokinin auksin yang tinggi baik untuk pembentukan daun, sedangkan perbandingan yang rendah baik untuk pembentukan akar Wetherell, 1982: 48. Dalam penemuannya K.V. Thimann menyatakan bahwa hormon-hormon sitokinin mampu melawan efek pertumbuhan tunas apikal. Dan mereka berhasil membuktikan, bahwa kinetin bersifat memacu pertumbuhan tunas lateral yang biasanya tidak terlihat nyata akibat memacu pertumbuhan tunas apikal pucuk tumbuhan. Hal inilah yang selanjutnya menjadi dasar fisiologis dalam upaya meningkatkan jumlah cabang lateral, yang seperti diketahui sangat penting artinya bagi pembiakan secara in vitro Wetherell, 1982: 3.

B. Kerangka Pemikiran

Penanganan intensif sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pisang. Salah satu alternatif cara yang dapat digunakan dan terbukti keberhasilannya dalam mengembangbiakkan tanaman adalah teknik kultur jaringan. Propagasi in vitro atau teknik kultur jaringan semakin memegang peranan penting di bidang teknologi bercocok tanam modern. Teknik ini mampu melipat-gandakan sel dan jaringan berasal dari satu induk untuk ditumbuhkan menjadi sejumlah besar tanaman sempurna. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pembiakan in vitro adalah ditemukannya formulasi media, jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang sesuai untuk perbanyakan tunas. Faktor ini pada umumnya bersifat khas-spesies, atau bahkan khas-kultivar. Zat pengatur tumbuh dibutuhkan untuk menginduksi pembelahan sel. Kombinasi auksin dan sitokinin berperan penting pada berhasil tidaknya kultur jaringan karena kedua zat tersebut mengatur pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikulturkan. Auksin dalam media mampu merangsang pertumbuhan kalus, merangsang pertumbuhan sel dan akar serta mengatur morfogenesis. Kadar auksin yang optimal untuk merangsang pembentukan primordial akar biasanya terlalu tinggi untuk merangsang pemanjangan akar. Dalam konsentrasi rendah auksin commit to user 17 merangsang pemanjangan sel, tapi dalam konsentrasi tinggi berfungsi sebaliknya. Kadar sitokinin yang optimal untuk pertumbuhan tunas dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan akar. Karena itu pemilihan sitokinin dan ukuran harus diperhatikan. Sitokinin dalam fungsinya berinteraksi dengan auksin sehingga pemakaian keduanya secara bersama-sama harus mempertimbangkan kadar dan perbandingan dalam media. Oleh karena itu dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui besar konsentrasi yang sesuai untuk menumbuhkan pisang secara in vitro. Dari uraian di atas dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut : B A B A - B B 1 A B 1 B 2 A B 2 B 3 A B 3 B A 1 B A 1 - B B 1 A 1 B 1 B 2 A 1 B 2 A B 3 A 1 B 3 B A 2 B A 2 - B B 1 A 2 B 1 B 2 A 2 B 2 B 3 A 2 B 3 B A 3 B A 3 - B B 1 A 3 B 1 B 2 A 3 B 2 B 3 A 3 B 3 Gambar 1. Paradigma Penelitian Keterangan : A : NAA A : Tanpa auksin NAA A 1 : NAA konsentrasi 1 ppm A 2 : NAA konsentrasi 2 ppm commit to user 18 A 3 : NAA konsentrasi 3 ppm B : Kinetin B : Tanpa Kinetin B 1 : Kinetin konsentrasi 2 ppm B 2 : Kinetin konsentrasi 4 ppm B 3 : Kinetin konsentrasi 6 ppm Adapun kombinasi antara perlakuan auksin dan sitokinin adalah sebagai berikut: A B : Tanpa pemberian NAA dan Kinetin A B 1 : NAA 0 ppm, Kinetin 2 ppm A B 2 : NAA 0 ppm, Kinetin 4 ppm A B 3 : NAA 0 ppm, Kinetin 6 ppm A 1 B : NAA 1 ppm, Kinetin 0 ppm A 1 B 1 : NAA 1 ppm, Kinetin 2 ppm A 1 B 2 : NAA 1 ppm, Kinetin 4 ppm A 1 B 3 : NAA 1 ppm, Kinetin 6 ppm A 2 B : NAA 2 ppm, Kinetin 0 ppm A 2 B 1 : NAA 2 ppm, Kinetin 2 ppm A 2 B 2 : NAA 2 ppm, Kinetin 4 ppm A 2 B 3 : NAA 2 ppm, Kinetin 6 ppm A 3 B : NAA 3 ppm, Kinetin 0 ppm A 3 B 1 : NAA 3 ppm, Kinetin 2 ppm A 3 B 2 : NAA 3 ppm, Kinetin 4 ppm A 3 B 3 : NAA 3 ppm, Kinetin 6 ppm commit to user 19

C. Hipotesis