prioritasnya adalah intensitas tutupan lahan, sistem utilitas, bebas dari gangguan geo-biologis, orientasi, topografi, dan jenis tanah. Hasil analisis pendapat para
pakar menunjukkan hasil sebagai berikut: a. Intensitas tutupan lahan 32,3
Intensitas tutupan lahan adalah ukuran kepadatan bangunan dalam tiga dimensional, dikaitkan dengan luas kapling. Intensitas digunakan sebagai
instrumen untuk mengendalikan kepadatan bangunan. Untuk ukuran horisontal, digunakan BCR Building Coverage RatioKDB Koefisien Dasar
Bangunan. Koefisien Dasar Bangunan ini bertujuan untuk mengatur besaran luasan bangunan yang menutupi permukaan tanah
dan agar memungkinkan RTH Pekarangan sebagai ruang penghijauan.
b. Sistem utilitas 21,3
Sistem utilitas, terkait perilaku bijak dalam mengelola sumberdaya air, yaitu air bersih maupun air buangan dan membatasi sampah dapat membantu
mengurangi kerusakan lingkungan.
c. Bebas dari gangguan geo-biologis 13,9
Secara umum, variabel komponen tapak terebas dari gangguan geo-biologis yang terkait dengan keamanan bangunan beserta manusianya dan
kenyamanan serta kesehatan penghuni. Terkait dengan keamanan bangunan tapak seharusnya berada di area yang stabil, maksudnya relatif
kecil kemungkinan terkena bencana yang dahsyat. Area tapak dipastikan tidak terletak pada kawasan banjir, atau daerah rawan tsunami, tanah
longsor. Selain Longsor perlu pula diwaspadai adanya bangunan yang dibangun didaerah patahan. Secara umum kota-kota di Indonesia terletak
didaerah yang rawan gempa, sehingga untuk jaminan keamanan, struktur bangunan diperkuat disertai dengan bentukan bangunan yang sederhana
sebagai antisipasi agar dapat bertahan menghadapi gempa sampai lebih dari 9 skala richter.
Faktor bahaya biologis datang dari hewan maupun vegetasi. Dari hewan yang terkait dengan keamanan bangunan adalah rayap dari jenis
Coptotermes formosanus. Perlu kewaspadaan dan ketelatenan. Waspada untuk mencegah dan terhadap tanda-tanda kehadiran rayap serta telaten
dalam upaya untuk membasminya. Vegetasi sangat berperan dalam upaya penghematan energi. Keberadaan
vegetasi dapat menjadi ancaman karena faktor kelalaian manusia.
Perakaran jika tidak disediakan lahan yang cukup akan mengganggu vegetasi tersebut karena mengurangi kekokohannya dan membahayakan
manusia karena akan mudah tumbang. Perakaran dapat mengganggu pondasi bangunan. Peletakan vegetasi yang kurang tepat menghalangi
sinar dan angin, berpotensi meningkatkan kelembaban ruang karena sirkulasi udara terhalang. Keberadaan vegetasi berpotensi mengundang
hama-hama tanaman. Pemeliharaan secara rutin seperti penyiangan, pemangkasan,
pemupukan teratur,
penyemprotan jika
terserang diusahakan dengan bahan non-kimiawi.
d. Orientasi 13