18 Ambang nyeri didefenisikan sebagai tingkat level pada mana nyeri
dirasakan untuk pertama kalinya. Dengan kata lain intensitas rangsangan yang terendah pada saat seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang
nyerinya adalah konstan. Atas dasar kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
a. Analgetika perifer non-narkotik
b. Analgetika narkotik Tan dan Rahardja, 2008.
2.2.1 Analgetika perifer
Analgetika perifer yaitu analgetika yang merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer.
Penggolongan analgetika perifer dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yakni: a.
Parasetamol b.
Salisilat: asetosal, salisilamida dan bernorilat c.
Penghambat prostaglandin NSAID; Ibuprofen, dll. d.
Derivat antranilat: mefenaminat, glafenin e.
Derivat pirazolinon: propifenazon, isopropilaminofenazon dan metamizol f.
Lainnya benzidamin Tantum Obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
mempengaruhi ssp atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis danatau antiradang.
Efek samping paling umum adalah gangguan lambung-usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, dan juga reaksi alergi kulit. Efek samping terjadi
terutama pada pengguna lama atau dalam dosis tinggi. Sehingga penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.
19 Interaksi kebanyakan analgetika memperkuat efek antikoagulansia, kecuali
parasetamol. Obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasikan dengan aman untuk waktu maksimal dua minggu Tan dan Rahardja, 2008.
2.2.2 Analgetika narkotik
Analgetik narkotik disebut juga opioid adalah obat-obat yang daya kerjanya meniru opiod endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-reseptor
opioid. Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah dikurangi Tan dan Rahardja,
2008. Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yakni:
a. Agonis Opiat yang dapat dibagi dalam:
i. Alkaloid candu: morfin kodein, heroin, nikomorfin.
ii. Zat-zat sintetis: metadon dan derivatnya, petidin, tramadol dan derivatnya.
b. Antagonis Opiat: Nalokson, nalorfin, pentazosin dan buprenofrin.
c. Campuran: nalorfin, nalbufin Tan dan Rahardja, 2008.
2.2.3 Interaksi obat analgetika
a. Interaksi obat analgetika non-narkotik Salah satu analgetika non narkotik yang banyak terlibat dalam interaksi
obat adalah NSAID. NSAID berinteraksi dengan beberapa obat dan dengan NSAID sendiri. Interaksi obat paling penting melibatkan NSAID adalah interaksi
dengan heparin dan antikoagulan oral. Pemberian bersamaan diketahui meningkatkan risiko perdarahan. Hal ini disebabkan karena kemampuan NSAID
untuk menghambat agregasi platelet dan memindahkan senyawa antikoagulan dari tempat ikatan protein plasmanya sehingga meningkatkan efeknya. Selain itu,
20 pemberian bersaamaan NSAID apa pun dengan probenesid menyebabkan
peningkatan efek NSAID. Interaksi obat lain yang melibatkan NSAID adalah interaksi dengan diuretik loop dan antihipertensi. Pemberian bersamaan NSAID
dan senyawa diuretik atau antihipertensi menyebabkan penurunan efikasi senyawa tersebut Mozayani dan Raymond, 2012.
Interaksi yang melibatkan parasetamol yaitu interaksi dengan obatkelas obat meliputi, kotrasepsi oral diketahui dapat menurunkan efikasi dari
parasetamol, sedangkan untuk probenesid dan propanolol diketahui dapat meningkatkan keefektifan parasetamol Mozayani dan Raymond, 2012.
b. Interkasi obat analgetika narkotik Analgesik opioid dan obat lain berinteraksi melalui beberapa mekanisme.
Banyak interaksi hasil dari induksi atau inhibitor sitokrom P450 sistem mono- oksigenase hati. Eliminasi opioid sebagian besar tergantung pada metabolisme
hati, sehingga dapat menjadi signifikan secara klinis. Carbamazepine, phenytoin dan barbiturat dapat meningkatkan metabolisme opioid berkaitan dengan
metabolisme hati. Interaksi yang melibatkan mekanisme farmakodinamik lebih umum daripada yang farmakokinetik. Interaksi tersebut diwujudkan secara klinis
sebagai sebagai adiktifsinergis atau antagonis, efek farmakologis yang sama atau berlawanan pada sistem tubuh yang sama
Maurer dan Bartkwoski, 1993.
21
2.3 Rumah sakit