Analisis wacana pemberitaan final piala suzuki AFF 2010 di media Indonesia

(1)

ANALISIS WACANA PEMBERITAAN FINAL PIALA

SUZUKI AFF 2010 DI MEDIA INDONESIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Dita Amelia

NIM: 107051102726

KONSENTERASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Dita Amelia NIM: 107051102726

Di bawah bimbingan,

Rulli Nasrullah, M. Si NIP. 19750318 200801 1008

KONSENTERASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./2011 M.


(3)

DI MEDIA INDONESIA Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh Dita Amelia NIM: 107051102726

Di bawah bimbingan,

Rulli Nasrullah, M. Si NIP. 19750318 200801 1008

KONSENTERASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H./2011 M.


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 Juni 2011


(5)

Skripsi berjudul Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 di Media Indonesia telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 7 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Program Studi Konsenterasi Jurnalistik.

Jakarta, 11 Juni 2011 Sidang Munaqasah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Wahidin Saputra, MA Ade Rina Farida, M. Si NIP.19700903 199603 1001 NIP. 1977005132007012018

Penguji I, Penguji II,

M. Hudri, M. Ag Gun Gun Heryanto, M. Si NIP.19720606 199803 1003 NIP. 19760812 200501 1 005

Pembimbing

Rulli Nasrullah, M. Si NIP. 19750318 200801 1008


(6)

i

Euforia masyarakat dalam menyaksikan laga Piala Suzuki AFF 2010 bisa dikatakan sebagai salah satu acara akhir tahun yang menghebohkan. Hampir seluruh lapisan masyarakat menyambut pertandingan ini dengan pengharapan sebuah kemenangan pada tim kesebelasan yang didukung. Disamping itu, berbagai media massa berusaha untuk meliput, mengolah, serta mempublikasikan peristiwa ini menjadi sebuah wacana yang penting. Bahkan di beberapa media massa nasional, peristiwa ini menjadi headline pemberitaan.

Bagaimana teks yang dikonstruksi Harian Umum Media Indonesia pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010? Bagaimana kognisi sosial yang dikonstruksi Harian Umum Media Indonesia pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010? Bagaimana konteks sosial yang dikonstruksi Harian Umum Media Indonesia pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010?

Pemberitaan tersebut dikonstruksi dengan menggunakan bahasa yang menarik dan persuasif sehingga membentuk wacana yang dapat menggambarkan kondisi pertandingan. Wartawan Media Indonesia menulis berita tersebut seolah-olah masyarakat Indonesia mendukung sehingga diharapkan dapat nanti menimbulkan rasa percaya diri para pemain timnas indonesia. Media Indonesia mengcover fenomena tersebut dalam berita yang ditujukan agar mendapatkan dukungan dari masyrakat Indonesia, terlebih saat timnas Indonesia mengalami kekalahan dalam leg pertama dan kedua yang menghasilkan kekalahan pada akhir pertandingan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriftif. Jenis riset ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Jenis deskripsi peneliti digunakan untuk memberikan gambaran mengenai analisis wacana yang dipaparkan oleh Teun A Van Dijk, meliputi teks, kognisi sosial,serta konteks sosial.

Berita yang disajikan merupakan kategori berita olahraga yang cenderung ada beberapa kata yang menjadi ciri khas bahasa berita olahraga. Pilihan kata atau diksi yang digunakan sangat bervariasi, tujuannya agar pembaca tidak merasa jenuh dalam membaca informasi yang disajikan. Sementara itu, informasi-informasi yang disampaikan bisa dijadikan persepsi untuk membangkitkan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia untuk mendukung timnas Indonesia dalam pertandingan Final Piala Suzuki AFF 2010.


(7)

ii

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur dipanjatkan

kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta memberi kekuatan dan kemampuan bagi penulis. Berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis berhasil menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 Di Media Indonesia”. Shalawat serta salam juga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat dan keluarganya.

Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis yang disusun guna melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata Satu (S1) Konsenterasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sayarif Hidayatullah Jakarta.

Penyelesaian skripsi ini tentunya telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Mahmud Jalal, M.A. selaku Pembantu Dekan bidang Kepegawaian, Drs. Studi Rizal, LK. M.A. selaku Pembantu Dekan bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Rubiyanah, M.A. selaku Ketua Konsenterasi Jurnalistik dan Ibu Ade Rina farida, M.Si. selaku Sekretaris Konsenterasi Jurnalistik.

3. Bapak Rulli Nasrullah, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta morilnya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku ketua penguji skripsi, M. Hudri, M. Ag selaku penguji I skripsi, dan Gun Gun Heryanto, M. Si. Selaku penguji II skripsi.

5. Kedua orang tua penulis, Bapak Komat dan Ibu Wawat Sarwati yang telah memberikan dukungan serta kasih sayangnya selama ini. Skripsi ini ditujukan untuk impian Ayahanda tercinta.


(8)

iii

7. Untuk kedua adik tersayang, Irfan Maulana dan Syauqi Ahmad Masvu, terima kasih buat senyum dan canda tawa yang selalu membuat penulis sangat bersyukur memiliki mereka. Dan penulis berharap mereka bisa menjadi lebih dari apa yang penulis capai sekarang.

8. Teman-teman jurnalistik 2007, Ririn, Ika, Cahya, Sintia, Lola, Nana, Nunu, Mawa, Silvia, Zeto, Yanti, Zahra, Zabrina, Nia, Kiki, Helmi, Ajat, Era, Dodo, Taufik, Reza, Ipunk, Ibenk, Admiral, Alan.

9. Niswatul Khoiriyah dan Santi Susanti, yang selalu bertanya “kapan sidang?” dan pertanyaan itu menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Sepupu-sepupu penulis, Ratna, Eva, Dika, Danil, Dina dan aboy, terima kasih untuk semua dukungannya kepada penulis.

11.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ciputat, 11 Juni 2011


(9)

iv

Abstrak………i

Kata Pengantar………..……ii

Daftar Isi……….………..…...…..iv

Daftar Tabel………...vi

Bab I Pendahuluan……….1

A. Latar Belakang masalah……….………..1

B. Batasan dan Perumusan Masalah……….3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………....3

D. Metodologi Penelitian………..4

E. Tinjauan Pustaka………..8

F. Sistematika Penulisan………..……….8

Bab II Tinjauan Pustaka……….10

A. Teori Konstruksi Sosial………..10

B. Konsep Berita……….………18

1. Pengertian Berita..………18

2. Nilai Berita………...20

3. Komposisi Berita………..22 4. Kategori Berita……….22

5. Berita Olahraga………25

C. Konsep Wacana……….……….26

1. Pengertian Wacana………...26

2. Analisis Wacana Menurut Teun A. Van Dijk…………..………27


(10)

v

C. Struktur Organisasi Media Indonesia……….35

D. Sejarah Singkat Piala Suzuki AFF……….36

Bab IV Hasil Temuan dan Analisa Data………39

A. Analisis Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 Di Harian Umum Media Indonesia dari Segi Teks……….39

B. Analisis Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 Di Harian Umum Media Indonesia dari Segi Kognisi Sosial……….53

C. Analisis Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 Di Harian Umum Media Indonesia dari Segi Konteks Sosial……….56

Bab V Penutup………..59

A. Kesimpulan………...……….59

B. Saran………..60 Daftar Pustaka


(11)

vi

1. Tabel 2.1……….12

2. Tabel 2.2……….30

3. Tabel 4.1……….42

4. Tabel 4.2……….45

5. Tabel 4.3……….49


(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dunia persepakbolaan di akhri tahun 2010 telah menjadi pusat perhatian masyarakat Indonesia. Perhelatan akbar di wilayah Negara-negara ASEAN ini merupakan acara yang ditunggu oleh sebagian masyarakat, khususnya pecinta sepak bola.

Euphoria kemenangan Tim Nasional (timnas) Indonesia akhir-akhir ini menjadi berita hangat di kalangan masyarakat Indonesia. Kemenangan atas pertandingan semi final melawan Filipina menjadi awal timnas untuk mengharumkan nama Indonesia dalam memenangkan kejuaraan Piala Suzuki AFF 2010. Walaupun sebelumnya sejarah mencatat Indonesia sudah tiga kali masuk final Piala AFF.

Di antara unsur penting yang bisa menarik perhatian perhatian pembaca dari peristiwa olahraga adalah karena adanya unsur pertentangan (conflict). Pertentangan antara siapa yang menang dan siapa yang kalah merupakan salah satu kekuatan pendorong pembaca untuk mencari tahu melalui media massa.1

Media massa adalah alat-alat komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen.2

Pertentangan dalam peristiwa di atas kini menjadi berita utama yang disajikan oleh media massa. Informasi-informasi mengenai peristiwa tersebut menjadi sorotan utama. Khalayak akan bertanya-tanya siapakah yang akan menjadi juara.

1

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pedekatan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Logos, 1999), h. 140-141

2


(13)

Dukungan pun tak henti-hentinya mengalir dari masyarakat Indonesia, khususnya pencinta persepakbolaan Indonesia. Tak heran ini menjadi peristiwa yang sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Satu langkah lagi mengalahkan Malaysia dalam pertandingan final dan menjadi juara baru dalam pertandingan Piala Suzuki AFF 2010.

Peristiwa akbar ini menjadi headline di beberapa media massa, baik lokal maupun nasional. Hampir setiap edisi selama pertandingan tersebut digelar, media massa memberitakan peristiwa tersebut. Hal ini menjadi sesuatu sajian yang menarik, karena pada umumnya berita olahraga jarang diangkat menjadi berita headline atau berita utama dalam media massa, kecuali media massa yang berbasis keolahragaan.

Berita utama adalah berita surat kabar, majalah, radio atau televisi, yang dinilai terpenting untuk suatu masa penyiaran.3

Sehubungan dengan pemberitaan tersebut, banyak pihak yang menyibukkan diri untuk mencari dukungan dari masyarakat Indonesia. Tak terkecuali pihak media massa, baik cetak, elektronik maupun on line. Media massa yang selalu menjadi tumpuan utama dalam memberikan informasi kepada masyarakat memang memilki cara untuk mempengaruhi masyarakat dalam mendukung suatu peristiwa tertentu.

Berkaitan dengan fenomena yang telah diuraikan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Analisis Wacana Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010.

3


(14)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa serta kajian selanjutnya, penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus pada pandangan Harian Umum Media Indonesia mengenai Final Piala Suzuki AFF 2010.

Peneliti membatasi pemberitaan tentang Final Piala Suzuki AFF 2010 dari edisi 27 Desember 2010 sampai edisi 30 Desember 2010. Dari edisi ini terdapat beberapa berita mengenai Final Piala Suzuki AFF 2010.

Table 1.1 Pemberitaan

Edisi Judul

27 Desember 2010 Timnas Mencemaskan

28 Desember 2010 Euforia masih Membara

29 Desember 2010 Timnas Janjika Gol Cepat

30 Desember 2010 Euforia Berakhir Duka

Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1) Bagaimana teks yang dikonstruksi Harian Umum Media Indonesia pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010?

2) Bagaimana kognisi sosial yang dikonstruksi Harian Umum Media Indonesia pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010?

3) Bagaimana konteks sosial yang dikonstruksi Harian Umum Media Indonesia pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian


(15)

1) Untuk mengetahui bagaimana konstruksi teks pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 di Harian Umum Media Indonesia.

2) Untuk mengetahui bagaimana kognisi sosial pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 di Harian Umum Media Indonesia.

3) Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial pada pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 di Harian Umum Media Indonesia.

2. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset terutama di bidang komunikasi massa dengan fokus pada tehnik analisis wacana.

2) Manfaat Praktis

Kajian tentang kuasa bahasa ini diharapkan memberikan kontribusi positif dalam penelitian berita. selain itu, penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan.

D. Metodologi Penelitian D.1 Paradigma Penelitian

Dalam penelitian tentang wacana pemberitaan ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan. Rancangan konstruktivis melihat realitas pemberitaan media sebagai aktivitas konstruksi sosisal.4

Menurut pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari segi gramatikal, tetapi juga melihat apa isi atau makna yang terdapat dalam bahasa itu, sehingga analisis

4

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2004), cet. Ketiga, h. 204


(16)

yang disampaikan menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar maksud-maksud dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan.5

D.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, perilaku,persepsi,motivasi,tindakan,dan lain-lain,secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa,pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.6

D.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi adalah suatu cara penulisan untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.7

Observasi teks dalam hal ini di bedakan menjadi dua bagian yaitu teks berupa data primer dan data sekunder.

a. Data primer, yaitu teks berita seputar pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 di Media Indonesia.

b. Data sekunder, yaitu berupa buku-buku dan jurnal-jurnal maupun tulisan lain yang berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini.

5

Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta:UIN JakartaPress, 2006), h. 83

6

Lexy J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.6

7


(17)

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.8

Wawancara dilakukan dengan wartawan dan redaktur Media Indonesia terkait peristiwa Final Piala Suzuki AFF 2010 dalam upaya menghimpun data yang akurat sesuai dengan penelitian ini, sedangkan data-data yang diperoleh adalah dengan cara tanya jawab secara lisan ataupun melalui surat elektronik.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji buku-buku. Majalah-majalah, website dan literature-literatur lain yang ada relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan argumentasi.

D.4 Teknik Analisa Data dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari

8


(18)

wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah.9

Struktur/elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:10

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen

Struktur Makro

Tematik (Apa yang dikatakan)

Topik

Superstruktur

Skematik (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai)

Skema

Struktur Mikro

Semantik (Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)

Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi Struktur Mikro Sintaksis (Bagaimana pendapat disampaikan) Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

Struktur Mikro

Stilistik (Pilihan kata apa yang dipakai)

Leksikon

Struktur Mikro

Retoris (Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan)

Grafis, Metafora, Ekspresi

Setelah menganalisis data, peneliti mengolah data yang telah terkumpul dari edisi 27 Desember 2010 sampai dengan edisi 30 Desember 2010.

9

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001) h.4

10

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 74


(19)

Edisi Judul

27 Desember 2010 Timnas Mencemaskan

28 Desember 2010 Euforia masih Membara

29 Desember 2010 Timnas Janjika Gol Cepat

30 Desember 2010 Euforia Berakhir Duka

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menentukan judul skripsi ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Penulis tertarik dengan satu judul penelitian yaitu

“Analisis Wacana Pemberitaan Film „Fitnah‟ Karya Geert Wilders Di

Harian Umum Republika (edisi 29 Maret-4 April 2008)” yang disusun oleh Sofwan Tamami.

Selain itu, penulis juga tertarik pada judul skripsi yang ditulis oleh Soraya Bunga Larasati dengan judul “Analisis Wacana Konflik Antaragama dalam

Novel Lajja Karya Taslima Nasrin”.

Meskipun penulis melakukan rujukan terhadap kedua skripsi tersebut, penelitian yang dilakukan tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis membahas mengenai bagaimana konstruksi teks berita, kognisi sosial, serta konteks sosial yang dilakukan oleh Media Indonesia seputar pemberitaan final Piala Suzuki AFF 2010.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, maka sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan penyusunan sebagai berikut:


(20)

BAB I PENDAHULUAN membahas tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA membahas tentang Teori Konstruksi Sosial, Konseptual Berita, serta Konseptual Wacana Menurut Teun A. Van Dijk.

BAB III PROFIL HARIAN UMUM MEDIA INDONESIA membahas tentang berdirinya Harian Umum Media Indonesia, Visi dan Misi Media Indonesia, Struktur Organisasi Redaksi Media Indonesia, Sejarah Singkat Piala Suzuki AFF.

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISA DATA membahas tentang konstruksi terhadap pemberitaan Final Piala AFF 2010 pada Media Indonesia yang diihat dari aspek teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

BAB V PENUTUP bab terakhir ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam skripsi ini.


(21)

10

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Konstruksi Sosial

Kebanyakan orang menganggap bahwa media massa sebagai sumber terpercaya untuk memperoleh berita. Semua peristiwa yang disampaikan oleh media massa, baik media cetak maupun elektronik, dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat tanpa melihat bagaimana berita itu dibuat. Apa yang dikatakan media dan bagaimana media itu memandang suatu pemberitaan, maka itu juga yang akan dipandang oleh masyarakat. Akan tetapi, bagi sebagian masyarakat

yang “kritis” akan suatu pemberitaan akan menilai lebih, yakni dalam setiap

penulisan berita ternayat tersimpan unsur subjektivitas seorang penulis.

Kenyataan ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi media massa. Memberitakan suatu peristiwa dengan menggunakan sudut pandang media, yaitu dengan mengkonstruksi isi berita sesuai dengan apa yang diinginkan media. Sehingga masyarakat juga akan mengikuti apa yang menjadi cara pandang media tersebut.

Berita-berita yang disajikan oleh media telah mengalami konstruksi atau pembangunan ulang terhadap isi beritanya. Bukan fakta mentah dari lapangan yang disajikan namun fakta-fakta tersebut terlebih dahulu diolah oleh media dengan menekankan pada bagian tertentu atau mengalami perubahan sudut pandang. Secara tidak sadar, kita mengkonsumsi berita-berita hasil dari konstruksi media tersebut.


(22)

Isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai dasarnya, sedangkan bahasa bukan saja alat mempresentasikan realitas, tetapi juga menentukan relief seperti apa yang hendak diciptakan bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.1

Pada dasarnya tujuan dari konstruksi isi pemberitaan tersebut adalah untuk menyamakan pandangan antara media massa yang mengkonstruksi berita dengan masyarakat yang membaca hasil konstruksi berita tersebut, yang pada akhirnya menciptakan opini masyarakat terhadap berita tersebut.

Konstruksi pemberitaan atau konstruksi realitas di media massa menjadi kegiatan wajib bagi media. Karena hal ini bisa dijadikan untuk mempertahankan ideologi media tersebut.

Teori konstruksi realitas sosial ini dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Luckmann (1965) adalah bagian dari konstruksi sosial media massa. Konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebrannya merata. Realitas sosial yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.2

Menurut Berger realitas sosial eksis dengan sendirinya dan dalam mode strukturalis dunia sosial tergantung pada manusia yang menjadi subjeknya.3 Selain

1

Ibnu Hamad, Muhamad Qadari dan Agus Sudibyo, Kabar-kabar Kebencian,( Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, PT Sembrani Aksara Nusantara, 2001), h.74-75

2

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 288

3

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, cetakan ke 6, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 299


(23)

itu, Berger berpendapat bahwa realitas sosial secara obyektif memang ada (ingat Durkheim dan persfektif fungsionalis) tetapi maknanya berasal dari dan oleh hubungan subyektif (individu) dengan dunia obyektif (suatu persfektif yang dianut Mead dan para pengikut interaksionis simbolis terutama Blumer).4

Table 2.1

Sumber: Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 204

Menurut Peter L Berger dan Thomas Luckman, seperti yang digambarkan pada bagan di atas, proses konstrksi sosial media massa berlangsung dalam suatu proses sosial yang simultan, yakni eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Eksternalisasi. Dalam proses eksternalisasi, mula-mula, sekelompok manusia menjalankan sejumlah tindakan. Bila tindakan-tindakan tersebut dirasa tepat dan

4


(24)

berhasil menyelesaikannya persoalan mereka bersama pada saat itu, maka tindakan tersebut akan diulang-ulang.5

Objektivasi. Tahap objektivasi produk sosial terjadi dalam dunia intersubjektif masyarakat yang dilembagakan. Pada tahap ini sebuah produk sosial pada proses instituniolisasi, sedangkan individu oleh Berger dan Luckman (1990: 49), dikatakan memanifestasikan diri dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennnya, maupun bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai melampaui batas tatap muka di mana mereka dapat dipahami secara langsung.6

Internalisasi. Melalui internalisasi, manusia menjadi produk daripada (dibentuk oleh) masyarakat. Internalisasi memiliki fungsi mentransmisikan institusi sebagai realitas yang berdiri sendiri terutama kepada anggota-anggota masyrakat baru, agar institusi tersebut tetap dapat dipertahankan dari waktu ke waktu – meskipun anggota masyarakat yang mengonsepsikan institusi sosial itu sendiri juga terus mengalami internalisasi, agar status objektifitas sebuah institusi dalam kesadaran mereka tetap kukuh.7

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckmann telah direvisi dengan melihat variable atau fenomena media massa menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi, subjektivasi, dan internalisasi. Proses konstruksi sosial media massa lahir melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

5

Geger Riyanto, Peter L Berger: Persfektif Metateori Pemikiran, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009), h. 110

6

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 197-198

7

Geger Riyanto, Peter L Berger: Persfektif Metateori Pemikiran, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009), h. 111


(25)

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi

Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi:

a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan modal. Dengan demikian, media massa tidak ada bedanya dengan supermarket, pabrik kertas, pabrik uranium, dan sebagainya. Semua elemen media massa, termasuk orang-orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideology mereka adalah membuat media massa yang laku di masyarakat.

b. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah juga untuk ‘menjual berita’ dan menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis.

c. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati diinya, namun slogan-slogan tentang visi ini tetap terdengar.

2. Tahap Sebaran Konstruksi

Pada umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, dimana media massa menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengkonsumsi informasi itu.


(26)

Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dianggap penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

3. Pembentukkan Konstruksi Realitas

Untuk media massa, realitas citra media dikonstruksi orang oleh desk dan redaksi, namun merupakan bagian dari rekonstruksi sosial masyarakatnya. Karena itu, ketergantungan mereka yang hidup dalam realitas media adalah orang-orang yang selalu memiliki kesadaran realitas ini, sebagaimana ia menyadari dirinya sebagai bagian dari realitas itu sendiri.

4. Tahap Konfirmasi

Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa member argumentasi dan akuntabilitasi terhadap pilihanya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk member argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial.8

Pemaknaan terhadap suatu realitas sosial sangat dipengaruhi oleh subjektifitas kesadaran manusia. Kesadaran terhadap hal-hal yang ada di luar dirinya sehingga menimbulkan interpretasi di dalam dirinya.

Menurut Alex Sobur, isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat mengiterpretasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief

8

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 205-212


(27)

seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya.9

Kesadaran manusia ini memaknai dirinya dan objek-objek dalam kehidupannya berdasaran sifat-sifat yang didapatnya atau sensasi yang dialaminya saat berhubungan dengan obyek tersebut. Tetapi dalam kehidupan manusia yang setiap saat merasakan sensasi karena terus berhubungan dengan obyek di luar dirinya, dapat dibayangkan bagaimana makna-makna akan terus mengalir dalam kesadarannya.10

Bentuk dari konstruksi sebuah pemberitaan adalah wacana. Wacana yang terdapat di media massa merupakan sarana komunikasi massa atas informasi yang disampaikan. Peristiwa yang terjadi akan dikonstruksi ke dalam bentuk wacana dengan menggunakan bahasa.

Wacana merupakan praktik sosial (mengkonstruksi realitas) yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis antara peristiwa yang diwacanakan dengan konteks sosial, budaya, ideologi tertentu. Di sini bahasa dipandang sebagai faktor yang sangat penting untuk mereprentasikan maksud si pembuat wacana.11

Bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahsa juga menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik.

9

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 88

10

Geger Riyanto, Peter L Berger: Persfektif Metateori Pemikiran, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2009), h. 106-107

11

Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, cetakan ke 2, (Jakarta: Kencana , 2007), h. 258


(28)

Menurut Stuart Hall, “Media massa pada dasarnya tidak memproduksi, melainkan mennetukan (to difine) realitas melalui pemakaian kata-kata yang terpilih. Makna tidak secara sederhana dianggap sebagai reproduksi dalam bahasa, tetapi sebuah pertentangan sosial (social struggle), sebuah perjuangan dalam memenangkan wacana. Maka, pemaknaan yang berbeda merupakan

arena pertarungan tempat memasukkan bahasa didalamnya.”12

Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa

diartikan sebagai “alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shares means for expressing ideas). Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences that could be generated according to the rules of its grammars), setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana

kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberikan arti.”13

Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangat menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak ( pembaca, pendengar, penonton ) secara jelas. Sebaliknya, bahasa yang kacau dalam menyampaikan informasi akan menyulitkan khalayak untuk memahami informasi itu.14

Bahasa yang digunakan manusia pada dasarnya dibedakan atas dua jenis, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan dan tulisan memiliki syarat-syarat yang berbeda. Bahasa tulisan digunakan tanpa bantuan intonasi, gerak, dan situasi yang dapat dimanfaatkan oleh bahasa lisan. Dalam bahasa tulisan kita hanya dapat

12

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, Analisis Framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 40

13

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 276

14


(29)

menggunakan kata-kata konvensional, yang berdasarkan sistem konvesional dapat dijadikan kalimat.15

B. Konsep Berita

1. Pengertian Berita

Istilah “berita” berasal dari bahasa Sansekerta, yakni Vrit yang kemudian masuk dalam bahasa Inggris menjadi Write, yang memiliki arti “ada” atau

“terjadi”. Sebagian ada yang menyebutnya Vritta artinya “kejadian” atau “yang

telah terjadi”. Vritta masuk dalam bahasa Indonesia menjadi “berita” atau

“warta”.16

Ada yang mengartikan berita itu dengan istilah man bites dog (orang menggigit anjing).17 Dengan kata lain jika dog bites man itu merupakan bukan berita. Karena anjing menggigit orang itu merupakan hal yang biasa, tetapi jika orang yang menggigit anjing itu merupakan keanehan dan dikategorikan sebagai berita.

Konsep dasar dari news atau berita adalah “apa-apa yang diberitakan oleh

wartawan dan termuat dalam media”. Artinya, berita adalah informasi yang sudah

diolah oleh wartawan dan dinilai punya keunggulan relatif, kadang bersifat objektif kadang bersifat subjektif.18

15

Ashadi Siregar, dkk, Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa, (Yogyakarta : Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerbitan Yogya (LP3Y), kanisius,1998), h. 89

16

Totol Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 46.

17

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktik, cet-2 (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 108.

18

Indiwan Seto Wahju Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: LPJA Press Jakarta, 2006), h. 39.


(30)

Keunggulan dari sebuah berita banyak ditentukan oleh apakah berita tersebut mempunyai nilai, walaupun terkadang bersifat subjektif, tergantung siapa yang melihat dan memanfaatkannya.

Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa).19

Kemudian berita dalam bahasa Indonesia mendekati istilah “bericht (en)” dalam bahasa Belanda, besar kemungkinan karena indonesia lama dijajah Belanda. Dalam bahasa Belanda istilah “bericht (en)” dijelaskan sebagai “mededeling” atau pengumuman.20

Batasan yang diberikan tokoh-tokoh lain, yang dikutip Assegar (1983), antara lain sebagai berikut:21

M. Lyle Spencer, dalam buku News Writing menyebutkan berita merupakan kenyataan atau ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pemabaca.

Willard C. Bleyer, dalam buku Newspaper Writing and Editing mengemukakan, berita adalah sesuatu yang termassa dipilih wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik pembaca-pembaca media cetak tersebut.

19

Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis untuk Pemula, cet-6 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 3.

20

Kustadi Sunandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, (Bandung: Nuansa, 2004), Cet-I, h.103

21

Mondry, Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 132-133


(31)

William S. Maulsby, dalam buku Getting in News menulis, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

Eric C. Hepwood menulis, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting dan dapat menarik perhatian umum.

Meskipun pemaparan dari berbagai tokoh diatas berbeda-beda, akan tetapi semuanya memiliki persamaan yang mengaitkan mengenai berita, yakni menarik perhatian, peristiwa terbaru, dan peristiwa yang luar biasa.

Sehubungan dengan itu, seorang penulis jurnalistik kenamaan bernama Frank Luther Mott dalam bukunya New Survey of Journalism menyatakan bahwa paling sedikit ada delapan konsep berita yang meminta perhatian kita. Konsep tersebut adalah sebagai berikut:

Berita sebagai laporan tercepat (news as timely report) Konsep ini menitikberatkan

2. Nilai Beita

Sesuatu bisa disebut sebagai berita jika mengandung nilai-nilai berita/jurnalistik, yakni: aktual, penting, berdampak, kedekatan, luarbiasa, konflik, ketegangan/drama, tragis, ketokohan, seks, dan humor.

 Aktual. Wartawan memilih sesuatu, baik peristiwa maupun pernyataan yang benar-benar baru terjadi sebagai berita.

 Penting. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap penting terutama untuk diketahui khalayak pembaca dan pemirsa.


(32)

 Berdampak. Wartawan juga memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap mempunyai dampak atau akibat yang ditimbulkannya bagi masyarakat, baik negatif maupun positif.

 Kedekatan. Wartawan memilih sesuatu sebagai berita karena sesuatu itu secara geografis dekat dengan khalayak pembaca atau pemirsanya. Karena nilai kedekatannya (proximity), khalayak merasa tertarik untuk mengetahuinya.

 Luar Biasa. Wartawan juga memilih sesuatu sebagai berita karena sesuatu itu luar biasa.

 Konflik. Wartawan memilih peristiwa sebagai berita karena di dalamnya terdapat konflik, baik fisik maupun emosional.

 Ketegangan/Drama. Wartawan juga memilih peristiwa yang mengandung ketegangan sebagai berita.

 Tragis. Tragisme mengandung nilai jurnalistik yang tinggi karena melibatkan emosional dan nurani kemanusiaan.

 Ketokohan. Wartawan juga memiliki sesuatu atau peristiwa karena terkait dengan tokoh atau orang terkenal.

 Seks. Wartawan juga sangat tertarik memberitakan peristiwa yang mengandung seks karena nilai jurnalistiknya cukup tinggi.

 Humor. Sesuatu atau peristiwa yang mengandung humor juga dianggap layak sebagai berita.22

22

Zaenuddin HM, The Journalist, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h. 155-158


(33)

Dalam berita ada beberapa karakteristik instrinsik yang dikenal sebagai nilai berita (news value). Nilai berita ini menjadi ukuran yang berguna, atau yang biasa diterapkan untuk menentukan khalayak berita (news worthy).23

Newsworthiness dibutuhkan untuk menentukan apa yang dianggap menarik dan penting bagi audiens, dan pada praktiknya membantu gatekeepers (penjaga gawang) untuk menyeleksi berita secara konsisten.24

Suatu peristiwa dikatakan memiliki nilai berita jika mengandung konflik, bencana dan kemajuan, dampak, kemashuran, segar dan kedekatan, keganjilan, human interest, seks, dan aneka nilai lainnya.25

Selain itu, Suhaimi dan Ruli Nasrullah dalam bukunya yang berjudul Bahasa Jurnalistik mengatakan bahwa tidak semua fakta, peristiwa, kejadian, atau fenomena bisa dijadikan berita. Meliput dan menulis berita harus memerhatikan beberapa elemen berita yang menjadikan sebuah peristiwa itu memiliki daya tarik.26

3. Komposisi Berita

Suatu berita utama dalam media massa cetak seperti surat kabar terdiri dari judul berita, lead, tubuh berita (isi berita), dan penutup berita. Unsur-unsur tersebut banyak terdapat pada berita yang bersifat langsung. Seperti berita politik, ekonomi, olahraga, kriminal, dan sebagainya.

Secara sederhana judul berita adalah kepala berita. Dalam bahasa Inggris judul berita disebut headline. Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut kop.27

23

Luwi Iswara, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, cet-3 (Jakarta: Kompas, 2007), h. 53.

24

Wibowo, Dasar-dasar Jurnalistik, h. 41.

25

Ibid., h. 53.

26

Suhaimi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 31.

27


(34)

Dalam suatu berita, judul berita dimaksudkan untuk mempromosikan berita tersebut. Dia dituntut semenarik mungkin sehingga dapat menimbulkan dan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membaca. Selain untuk mempromosikan berita, judul beita berfungsi untuk memperkenalkan isi berita kepada khalayak pembaca.

Ada beberapa syarat dalam pembuatan sebuah judul berita. Menurut fungsinya syarat judul berita adalah:

a. Judul mengandung inti terpenting dari seluruh isi berita. Ini berarti, judul tidak boleh berbeda dengan isi berita. judul berita mengandung inti terpenting sebagaimana adanya. Sebaliknya, judul berita ditulis sesudah inti berita/lead. Tujuannya, agar judul berita sesuai dengan inti berita, bahkan keseluruhan isi berita. Selain itu, agar dalam penulisan berita wartawan tidak terpaku pada judul, tetapi berpatokan pada lead.

b. Judul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat dan menarik. Judul yang panjang tidak dapat memperkenalkan isi berita dalam waktu sekilas. Untuk membuat judul berita yang mudah dipahami pembaca, padat dan menarik, wartawan harus menguasai Bahasa Indonesia Jurnalistik yang baik dan benar. Selain itu, perbendaharaan kata-katanya harus kaya.28

Unsur selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraph pertama yang membuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan uraian berita.29

28

Hoeta Soehoet, h.77 29


(35)

Teras berita berisi bagian berita yang paling penting. Teras berita (lead) dalam berita yang tidak berbentuk features umumnya berisi 5W+1H (who, what, when, where, why, dan how). Sehingga pembaca akan mudah mengetahui bagian terpenting dari berita yang disajikan.

Unsur selanjutnya dalam berita adalah body atau tubuh berita dan kaki berita (penutup berita). Tubuh berita berisi hal-hal yang cukup penting dan mendukung pada lead berita. Terakhir adalah kaki berita (penutup berita), yakni bagian-bagian yang kurang penting dimasukkan dalam kaki berita.

Susunan komposisi berita tersebut umumnya dinamakan “Piramida Terbalik”.

Bagian atas piramida terbalik merupakan bagian terpenting, semakin ke bawah makin kurang penting. Bentuk

4. Kategori Berita

Hard News. Kisah berita ini merupakan desain utama dari sebuah pemberitaan. Isinya menyangkut hal-hal penting yang langsung terkait dengan kehidupan pembaca, pembaca, atau pemirsa. Kisah-kisahnya biasanya adalah hal-hal yang dianggap penting, dan karena itu segera dilaporkan oleh Koran, radio, atau televisi dari semenjak peristiwanya terjadi.

Feature News. Berita feature adalah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan). Peristiwanya bisa jadi bukan termasuk yang teramat penting harus diketahui masyarakat, bahkan kemungkinan hal-hal yang telah terjadi beberapa waktu lalu.

Sport News. Berita-berita olahraga bisa masuk ke kategori hard news atau feature. Selain dari hasil-hasil pertandingan atau perlombaan atau rangkaian kompetisi musiman, pemberitaan juga meliputi berbagai bidang lain yang terkait


(36)

sport, seperti tokoh-tokoh olahragawan, kehidupan para pemain olahraga yang hendak bertanding, kesiapan-kesiapan kelompok olahraga di dalam masa pelatihan, sampai para penggemar olahraga tertentu yang fanatik.

Social News. Kisah-kisah kehidupan sosial, seperti sport, bisa masuk ke dalam pemberitaan hard atau feature news. Umumnya, meliputi pemberitaan yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dari soal-soal keluarga sampai ke soal perkawinan anak-anak.

Interpretive. Di kisah berita interpretive ini, wartawan berupaya untuk memberi kedalaman analisis, dan melakukan survey terhadap berbagai hal yang terkait dengan peristiwa yang hendak dilaporkan.

Science. Dalam kisah berita ini, para wartawan berupaya untuk menjelaskan dalam bahasa berita, ikhwal kemajuan perkembangan keilmuan dan teknologi.

Consumer. Para penulis a consumer story ialah para pembatu khalayak yang hendak membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, baik yang bersifat kebutuhan primer dan sekunder, seperti peralatan rumah tangga sampai aksesoris pakaian.

Financial. Para penulis financial news memokus perhatiannya pada bidang-bidang bisnis, komersial, atau investasi. Para penulisnya umumnya mempunyai referensi akademis atau kepakaran terhadap subyek-subyek yang dibahasnya.30

5. Berita Olahraga

Berita olahraga. Di antara unsur penting yang bisa menarik perhatian perhatian pembaca dari peristiwa olahraga adalah karena adanya unsur pertentangan (conflict). Pertentangan antara siapa yang menang dan siapa yang

30

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 21-22


(37)

kalah merupakan salah satu kekuatan pendorong pembaca untuk mencari tahu melalui media massa. Dalam setiap event pertandingan olahraga, si pembaca akan selalu bertanya tentang siapa yang keluar sebagai pemenangnya. Lebih-lebih pada saat di mana sedang berlangsung pesta olahraga, baik regional, nasional, maupun internasional, pemberitaan olahraga bisa mencapai saatnya yang memuncak. Kita bisa menyaksikan antusiasme masyarakat ketika sedang berlangsung PON, Asian Games, ataupun Olimpiade. Atau ketika sewaktu-wkatu ada peristiwa pertandingan tinju di luar pesta olahraga di atas. Perhatian hampir seluruh lapisan masyarakat terpusat pada informasi olah raga. Kondisi psikologis seperti inilah untuk mendorong setiap media untuk selalu memneritakan olah raga, sesuai denagn salah satu fungsinya untuk melayani kebutuhan informasi bagi masyarakat pemirsa/pembacanya.31

Penyajian Berita Olahraga. Disamping pertandingannya sendiri, baik pertandingan besar maupun kecil, terdapat bahan-bahan berita rutin yang layak dimuat di halaman Koran, seperti data statistik, jadwal, pergantian pemain, fasilitas, pemain-pemain yang cedera, dan sebagainya.32

C. Konsep Wacana 1. Pengertian Wacana

Dalam buku Eriyanto, banyak yang mendefinisikan pengertian wacana. Di antaranya:

a. Wacana adalah komunikasi verbal, ucapan, percakapan, sebuah perlakuan formal dari subjek dalam ucapan atau tulisan, sebuah unit teks yang

31

Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pedekatan Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Logos, 1999), h. 140-141

32

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet-3, h. 209


(38)

digunakan oleh linguis untuk menganalisis satuan lebih dari kalimat. (Collins Concise English Dictionary, 1998)

b. Wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran dai antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. (Hawthorn 1992)

c. Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk didalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman. (Roger Fowler 1997).33

2. Analisis Wacana Menurut Teun A. Van Dijk

Wacana oleh Teun A. Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.34

1) Segi Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, Struktur Makro, ini merupakan makna global dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.35

33

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001) h.2

34

Ibid,. h. 224 35


(39)

Kedua, Superstruktur, merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka teori suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, Struktur Mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.36

Untuk lebih jelas, dibawah ini elemen-elemen yang digunakan untuk menganalisis sebuah wacana berita dalam segi teks:

a. Tematik

Tematik adalah hal yang diamati dalam struktur makro analisis wacana Van Dijk. Secara etimologi tematik berasal dari kata Yunani yaitu tithenai yang berarti menempatkan atau meletakkan. Sedangkan dilihat sebagai sebuah tulisan, tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui tulisannya.37 Topik merupakan elemen yang terdapat dalam tematik. Topik menunjukkan inti pesan atau informasi yang paling penting yang ingin disampaikan komunikator dalam hal ini penulis headline. Dengan topik, kita dapat mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh penulis headline dalam mengatasi masalah.

b. Skematik

Pada bagian ini menggambarkan bagaimana susunan berita itu dirangkai. c. Semantik

Semantilk menunjukkan bagaimana makna suatu teks berita yang ingin ditekankan oleh penulis.

36

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001) h.226

37


(40)

Dalam buku analisis wacana, Alex Sobur menjelaskan mengenai semantik dalam pandangan van Dijk dikategorikan sebagai makna lokal, yaitu makna yang muncul dari hubungan makna tertentu dalam suatu bangunan teks.38

d. Sintaksis

Bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun menjadi kesatuan yang memiliki arti. Elemen yang diamati dalam sintaksis adalah bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti.

e. Stilistik

Stilistik adalah cara penulis membuat wacana denagn menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa dalam pengertian disini mencakup pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, dan citraan dan sebagainya. Elemen dalam bentuk stalistik adalah leksikal merupakan pemilihan dan pemakaian kata atau frasa dalam menyebut sesuatu ataupun peristiwa dengan menggunakan kata lain yang memiliki

persamaan (sinonim), seperti kata “meninggal”, yang memiliki kata lain mati,

tewas, gugur, terbunuh, mneghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Pilihan kata yang digunakan menunjukan sikap dan ideology tertentu.39

f. Retoris

Strategi retoris yang dimaksud disini adalah yang diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris berhubungan erat dengan bagaimana suatu pesan disampaikan kepada khalayak. Retoris berfungsi persuasive (mempengaruhi).40 Muncul dalam bentuk grafis, metafora, dan ekspresi. Ekspresi, dalam suatu dimensi teks dimaksudkan untuk membantu menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari teks yang tengah disampaikan. Elemen ini

38

Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 78

39

Ibid, h 83

40


(41)

merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seorang penulis yang dapat diamati dari teks.

Van Dijk mengemukakan struktur wacana sebagai berikut:

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen

Struktur Makro

Tematik (Apa yang dikatakan)

Topik

Superstruktur

Skematik (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai)

Skema

Struktur Mikro

Semantik (Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)

Latar, detail, maksud, praanggapan,

nominalisasi

Struktur Mikro

Sintaksis (Bagaimana pendapat disampaikan)

Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti

Struktur Mikro

Stilistik (Pilihan kata apa yang dipakai)

Leksikon

Struktur Mikro

Retoris (Bagaimana dan dengan cara apa

penekanan dilakukan)

Grafis, Metafora, Ekspresi

Table 2.2 2) Segi Kognisi Sosial


(42)

Tidak hanya membatasi perhatiannya pada struktur teks, Van Dijk juga memperhatikan bagaimana suatu teks diproduksi. Yang ia sebut Kognisi Sosial, kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut.41

3) Segi Konteks Sosial

Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.42

41

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001) h.260

42

Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2001) h.270


(43)

32 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Media Indonesia

Media Indonesia pertama kali diterbitkan pada tanggal 19 Januari 1970. Sebagai surat kabar umum pada masa itu, Media Indonesia baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang amat terbatas. Berkantor di Jl. MT. Haryono, Jakarta, disitulah sejarah panjang Media Indonesia berawal. Lembaga yang menerbitkan Media Indonesia adalah Yayasan Warta Indonesia.

Tahun 1976, surat kabarr ini kemudian berkembang menjadi 8 halaman. Sementara itu perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan terjadi. Salah satunya adalah SIT (Surat Izin Terbit) menjadi SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Karena perubahan ini penerbitan dihadapkan pada realitas bahwa pers tidak semata menanggung beban idealnya tapi juga harus tumbuh sebagai badan usaha.

Dengan kesadaran untuk terus maju, pada tahun 1988 Teuku Yousli Syah selaku pendiri Media Indonesia bergandeng tangan dengan Surya paloh, mantan pimpinan surat kabar Prioritas. Dengan kerjasama ini, dua kekuatan bersatu: kekuatan pengalaman bergandeng dengan kekuatan modal dan semangat. Maka pada tahun tersebut lahirlah Media Indonesia dengan manajemen baru dibawah PT. Citra Media Nusa Puranama.

Surya Paloh sebagai Direktur Utama sedangkan Teuku Yousli Syah sebagai Pemimpin Umum, dan Pemimpin Perusahaan dipegang oleh Lestary Luhur.


(44)

Sementara itu, markas usaha dan redaksi dipindahkan ke Jl. Gondandia Lama No. 46 Jakarta.

Awal tahun 1995, bertepatan dengan usianya ke 25 Media Indonesia menempati kantor barunya di Komplek Deta Kedoya, Jl. Pilar Mas Raya Kav.A-D, Kedoya Selatan, Jakarta Barat. Di gedung baru ini semua kegiatan di bawah satu atap, Redaksi, Usaha, Percetakan, Pusat Dokumentasi – Perpustakaan, Iklan, Sirkulasi dan Distribusi serta fasilitas penunjang karyawan.

Sejarah panjang serta moto “Pembawa Suara Rakyat” yang dimiliki oleh Media Indonesia bukan menjadi motto kosong dan sia-sia, tetapi menjadi spirit pegangan sampai kapan pun.

Sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah paying PT Citra Media Nusa Purnama, banyak pertanyaaan tentang apa yang menjad visi harian ini dalam industry pers nasional. Terjun pertama kali dalam industry pers pada tahun 1986 dengan menerbitkan harian prioritas. Namun, prioritas memang kurang bernasib baik, karena belum cukup lama menjadi Koran alternatif bangsa, SIUPP-nya dibatalkan Departemen Penerangan. Antara Prioritas dan Media

Indonesia memang ada “benang merah”, yaitu dalam karakter kebangsaannya.

Surya paloh sebagai penerbit Harian Umum Media Indonesia, tetap gigih berjuang mempertahankan kebebasan pers. Wujud kegigihan ini ditunnjukkan dengan mengajukan kasus penutupan Harian Prioritas ke pengadilan, bahkan menuntut Menteri Penerangan untuk mencabut Peraturan Menteri No.01/84 yang dirasakan membelenggu kebebasan pers di tanah air.

Tahun 1997, Djafar H. Assegaff yang baru menyelesaikan tugasnya sebagai Duta Besar di Vietnam dan sebagai wartawan yang pernah memimpin beberapa


(45)

harian dan majalah, serta menjabat sebagai Wakil Pemimpin Umum LKBN Antara, oleh Surya Paloh dipercayai untuk memimpin Harian Media Indonesia sebagai Pemimpin Redaksi. Saat ini Djafar H. Assegaff dipercayai sebagai Corporate Advisor. Sejak 2005 Pemimpin Redaksi dijabat oleh Djadjat Sudradjat. Sedangkan Pemimpin Umum yang semula dipegang langsung oleh Surya Paloh, di tahun 2005, dijabat oleh Saur Hutabarat dan Wakil Pemimpin Umum dijabat oleh Andy F. Noya.

Pada tahun 2006 sampai dengan saat ini, terjadi bebebrapa perubahan struktur organisasi. Posisi jabatan saat ini, sbb: Direktur Pemberitaan dijabat oleh Saur Hutabarat, Direktur Pengembangan Bisnis dijabat oleh Alexander Stefanus sedangkan Direktur Utama dijabat oleh Rhani Lowhur-Schad.1

B. Visi dan Misi Media Indonesia

Visi Harian Umum Media Indonesia adalah menjadi Surat Kabar independen yang inovatif, lugas, terpercaya, dan paling berpengaruh.

Independen, yaitu menjaga sikap non partisipan; di mana karyawan tidak menjadi pengurus partai politik; menolak segala bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektivitas; dan mempunyai keberanian bersikap beda.

Inovatif, yaitu terus menerus menyempurnakan dan mengembangkan kemampuan teknologi dan Sumber Daya Manusia; serta terus menerus mengembangkan rubrik, halaman dan penyempurnaan perwajahan.

Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung. Terpercaya, yaitu selalu melakukan check dan recheck; meliputi berita dari dua pihak dan seimbang; serta selalu melakukan investigasi dan pendalaman.

1


(46)

Paling Berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan; memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan; mampu membangun kemampuan antisipatif; mampu membangun network nara sumber; dan memiliki pemasaran/distribusi yang andal.

Sedangkan misi Harian Umum Media Indonesia yang pertama adalah menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan. Kedua, mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar. Ketiga, membangun sumber daya manusia dan manajemen yang professional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan.2

C. Struktur Organisasi Media Indonesia

Struktur organisasi Media Indonesia terbagi menjadi dua, yakni struktur organisasi PT Citra Media Nusa Purnama dan struktur organisasi redaksi Harian Umum Media Indonesia.

PT Citar Media Nusa Purnama sebagai perusahaan yang menerbitkan Harian Umum Media Indonesia dengan Komisaris Utama Harry Kuntoro dan Direktur Utamanya adalah Surya Paloh.

Sedangkan struktur organisasi redaksi Harian Umum Media Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama yakni Rahni Lowhur Schad yang dibantu oleh Direktur Pemberitaan Saur M Hutabarat dan Direktur Pengembangan Bisnia Alexander Stefanus.

Selain itu, di bagian Dewan Redaksi Media Group yang di ketuai oleh Elman Saragih dan beranggotakan Ana Widjaya, Andy F. Noya, Bambang Eka Wiajya,

2 Lampiran


(47)

Djatdjat Sudrajat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryo Pratomo, dan Toeti Adhitama.

Di bagian Redaktur Senior terdiri dari Elma Saragih, Saur M. Hutabarat, dan Laurens Tato. Usman Kansong menduduki posisi Deputi Direktur Pemberitaan, sedangkan Kleden Suban menempati posisi Kepala Divisi Pemberitaan. Divisi Kepala Pemberitaan memiliki asisten yang beranggotakan Ade Alawi, Fitriana Siregar, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, dan Rosmery C. Sihombing.

Kepala Divisi Content Enrichment ditempati oleh Gaudensius Suhandi, sedangkan Abdul Khohar menempati Deputi Kepala Divisi Pemberitaan. Dan Sekretaris Redaksi dipercayai kepada Teguh Nirwahyudi.

D. Sejarah Singkat Piala Suzuki AFF

Sejarah piala AFF merupakan sejarah asosiasi persepakbolaan ASEAN. AFF singkatan dari ASEAN Footbal Federation yang merupakan bagian dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). AFF didirikan pada tahun 1984 oleh Thailand, Filiphina, Brunei, Singapur, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar. Semuanya merupakan Negara-negara di ASEAN.

Sebelumnya piala AFF bernama piala Tiger, yang berasal dari nama sponsor kejuaraan ini yakni perusahaan Bir Singapura atau Tiger Beer. Lalu pada tahun 2007, diganti menjadi Kejuaraan Sepak Bola ASEAN, dan tahun 2008 berubah lagi menjadi piala Suzuki AFF.

Jadi awalnya itu ya tahun 91 kita terakhir juara seagames itu pelatihnya pelatih rusia namanya anatomi kholsim setelah itu kita ga pernah juara lagi dalam seagames atau piala tiger. AFF ini dulu namanya tiger, tapi sekarang dirubah


(48)

menjadi piala AFF. AFF itu pertandingan sepak bola Asia Tenggara atau Assotiation football federation. Indonesia itu tidak pernah menang dan ini momentum. Materi bagus, pelatih bagus dan menjadi tuan rumah, seharusnya bisa. Ini yang dikonsenkan oleh liga untuk mendorong supaya timnas Indonesia itu menjadi juara. Seharusnya bisa karena di final kan ketemunya Malaysia yang pernah kita kalahkan di babak penyisihan dengan skor 5-1. Tapi ternyata Malaysia semakin baik sehingga Indonesia semakin kalah di stadion bukit jalil kuala lumpur dan Cuma menang 2-1 ya. Tapi apapun itu sudah ada progress kami, kita mengharapkan setelah AFF itu ka nada seagames, dalam seagames itu kan kita menjadi tuan rumah juga kan di Jakarta dan Palembang. Ini juga menjadi kesempatan kedua untuk juara.3

Pertama kalinya Piala Tiger diselenggarakan di Singapura tahun 1996 yang dimenangkan oleh Thailand dengan skor 1-0 mengalahkan Malaysia. Sedangkan tahun 1998 Piala Tiger dijuarai oleh Singapura yang mengalahkan Tuan Rumah Vietnam dengan skor 1-0.

Dalam kejuaraan selanjutnya, Thailand berhasil mengalahkan Indonesia di tahun 2000 dan 2002. Setelah kejuaraan di tahun 2002, Piala Tiger menyelenggarakan kejuaraannya di dua negara. Piala Tiger tahun 2004 menggunakan sisten tandang kandang dengan menghasilkan juara baru yakni Singapura yang mengalahkan Indonesia. Selain itu, tahun ini juga mencatat keikutsertaan anggota baru yakni negara Timor Leste.

Tahun 2007 yang merubah nama menjadi Kejuaraan Sepak Bola ASEAN ini diselenggarakan di Singapura dan Thailand. Pertandingan tahun ini merupakan

3


(49)

final antar Tuan Rumah yang dimenangkan oleh Singapura dengan bermain imbang di kandang Thailand dan mengalahkan Thailand di kandang Singapura. Piala Suzuki AFF tahun 2008 dijuarai kembali oleh Vietnam yang mengalahkan Thailand di final.

a. Tahun 1996, Thailand vs Malaysia, skor 1-0, tempat pertandingan di Singapura.

b. Tahun 1998, Singapura vs Vietnam, skor 1-0, tempat pertandingan Hanoi.

c. Tahun 2000, Thailand vs Indonesia, skor 4-1, tempat pertandingan Bangkok.

d. Tahun 2002, Thailand vs Indonesia, skor 2-2 (leg pertama) dan 4-2 (leg kedua), tempat pertandingan Jakarta Indonesia.

e. Tahun 2004, Singapura vs Indonesia, skor 3-1 (leg pertama) dan 2-1 (leg kedua), tempat pertandingan Vietnam dan Malaysia.

f. Tahun 2007, Singapura vs Thailand, skor 2-1 (leg pertama) dan 1-1 (leg kedua), tempat pertandingan Thailand dan Singapura.

g. Tahun 2008, Vietnam vs Thailand, skor 2-1 (leg pertama) dan 1-1 (leg kedua), tempat pertandingan Thailand (Phuket) dan Indonesia (Jakarta).4

4


(50)

39

A. Analisis Pemberitaan Final Piala Suzuki AFF 2010 Di harian Umum Media Indonesia dari Segi Teks

Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi sangat berperan penting dalam proses penyampaian informasi. Baik komunikasi antar personal maupun dalam komunikasi massa, bahasa menjadi patokan berhasil atau tidaknya pesan yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Begitu pula dalam media massa, seperti media cetak, penggunaan bahasa dengan susunan kalimat dan pemakaian kata-kata yang tepat dapat berpengaruh terhadap pemahaman pembaca pada informasi yang diterima.

Euphoria yang ditunjukkan oleh pedukung timnas Indonesia telah tergambar dalam beberapa media massa, terutama dalam surat kabar Media Indonesia. Penggambaran fenomena ini ditunjukkan dengan bahasa-bahasa media yang mengkonstruksi realita tersebut. Mungkin memang benar adanya realita tersebut, memngingat Media Indonesia merupakan salah satu bagian media massa yang fungsinya sebagai media persuasif.

Untuk selanjutnya, penulis akan menganalisi berita dari segi teksnya.

Analisis berita 1 : “Timnas Mencemaskan” 27 Desember 2010. 1. Tema


(51)

Tema berita ini adalah kekalahan timnas Indonesia dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010 yang disebabkan oleh kehilangan konsenterasi saat bertanding.

2. Segi Skematik

Judul berita ini adalah Timnas Mencemaskan. Berita ini didahului dengan pernyataan bahwa timnas Indonesia mengalami kekalahan dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010 yang diselenggarakan di Stadion Bukit Jalil, Malaysia.

Di bagian ini berisi tentang kekalahan timnas dikarenakan teror sinar laser yang diarahkan ke para pemain timnas oleh supporter timnas Malaysia dan banyaknya jumlah pendukung timnas Malaysia yang hadir di Stadion Bukit Jalil. Kedua hal ini membuat timnas Indonesia menjadi gugup dan kehilangan konsenterasi, sehingga pada akhirnya timnas Indonesia melakukan kesalahan-kesalahan dalam pertandingan.

Untuk menggambarkan peristiwa tersebut, pada bagian selanjutnya dijelaskan mengenai jalanya pertandingan final Piala Suzuki AFF 2010 leg pertama. Di bagian ini digambarkan bagaimana para pemain timnas Indonesia maupun timnas Malaysia berlomba-lomba dalam melakukan gol ke gawang lawan. Selain itu, di bagian ini juga digambarkan bagaimana dalam jalanya pertandingan ini banyak faktor penghambat yang mengganggu pertandingan, seperti sorotan sinar laser dari para supporter.

Bagian selanjutnya dijelaskan bahwa kekalahan timnas di final leg pertama ini merupakan kekalahan semua pihak, baik pemain timnas maupun PSSI.


(52)

“ Aksi sempurna tim nasional (timnas) Indonesia di penyisihan dan semifinal AFF Suzuki Cup 2010 dihentikan Malaysia di final, tadi malam. Di tengah teror sinar laser dan tekanan 70 ribu suporter Malaysia yang memenuhi Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Firman Utinan dan kawan-kawan takluk 0-3…”

Bagian ini ditutup dengan komentar dari Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum melalui akun Twitter-nya. Anas meminta agar timnas Indonesia berkonsenterasi penuh dalam pertandingan dengan tidak melakukan kegiatan lain, seperti undangan makan, foto-foto, liputan khusus, istighasah, dan lainnya yang dapat mengganggu konsenterasi persiapan pertandingan.

3. Segi Semantik

Makna yang dimaksud dalam berita ini adalah kondisi timnas Indonesia sangat mencemaskan saat final Piala Suzuki AFF 2010 leg pertama yang diadakan di Stadion Bukit Jalil, Malaysia. Kekalahan pada leg pertama ini disebabkan oleh dominasi suporter timnas Malaysia dan sinar laser yang diarahkan ke timnas Indonesia sehingga membuat tekanan psikologis dalam timnas Indonesia. Akhirnya, permainan timnas Indonesia menjadi kacau dan mengalami kekalahan.

Latar berita bagian ini adalah adanya teror sinar laser yang diarahkan ke pemain timnas Indonesia serta dominasi suporter Malaysia.

Bagain detil berita ini terdapat pada kalimat: “…Celakanya, suasana itu membuat anak asuh Alfred Riedl amat gugup. Koordinasi antarpemain kacau sehingga kesalahan demi kesalahan pun terjadi”

4. Segi Sintaksis

Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik. Konjungsi-konjungsi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf


(53)

menunjukkan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya. Konjungsi yang digunakan dalam berita ini menunjukkan makna yang berbeda seperti pertentangan, perbandingan, kesetaraan, dan lain-lain.

Bentuk kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat yang mendahulukan pelaku sebelum penderita dan biasanya diawali dengan awalan me-.

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yakni kata-kata yang mudah dimengerti. Akan tetapi, ada beberapa kata-kata kiasan yang digunakan dalam berita ini, seperti harimau Malaya, merah putih.

Tabel 4.1: “Timnas Mencemaskan”

Struktur Wacana Elemen Keterangan

Struktur Makro Tema kekalahan timnas Indonesia dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010 yang disebabkan oleh kehilangan konsenterasi saat bertanding.

Superstruktur Skematik - Di awali dengan pernyataan bahwa timnas Indonesia mengalami kekalahan dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010 yang diselenggarakan di Stadion Bukit Jalil, Malaysia.

- pada bagian selanjutnya dijelaskan mengenai jalanya pertandingan final Piala Suzuki AFF 2010 leg pertama. Di bagian ini digambarkan bagaimana para pemain timnas Indonesia maupun timnas Malaysia berlomba-lomba dalam melakukan gol ke gawang lawan. Selain itu, di bagian ini juga digambarkan bagaimana dalam jalanya pertandingan ini banyak faktor penghambat yang mengganggu pertandingan, seperti sorotan sinar laser dari para supporter.


(54)

komentar dari Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum melalui akun Twitter-nya. Anas meminta agar timnas Indonesia berkonsenterasi penuh dalam pertandingan dengan tidak melakukan kegiatan lain, seperti undangan makan, foto-foto, liputan khusus, istighasah, dan lainnya yang dapat mengganggu konsenterasi persiapan pertandingan.

Struktur Mikro Latar - Teror sinar laser yang diarahkan ke pemain timnas Indonesia serta dominasi suporter Malaysia.

Detil - Terdapat pernyataan bahwa Susana pertadningan tersebut membuat kondisi pemain timnas Indonesia menjadi gugup.

Maksud - terdapat pada paragraph 3: “…Celakanya, suasana itu membuat anak asuh Alfred Riedl amat gugup. Koordinasi antarpemain kacau sehingga kesalahan demi kesalahan pun terjadi” Koherensi - Koherensi antar kata atau kalimat

yang digunakan cukup baik. Konjungsi-konjungsi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf menunjukkan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya.

Bentuk kalimat - Bentuk kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat yang mendahulukan pelaku sebelum penderita dan biasanya diawali dengan awalan me-.

Leksikon - Ada beberapa kata-kata kiasan yang digunakan dalam berita ini, seperti harimau Malaya, merah putih.

Analisis berita 2 : “Euforia masih Membara” 28 Desember 2010. 1. Tema

Tema berita ini adalah banyaknya dukungan dari suporter timnas Indonesia walaupun mengalami kekalahan dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010.


(55)

Judul berita ini adalah Euforia masih Membara. Berita ini didahului dengan pernyataan bahwa suporter Indonesia masih memberikan dukungan terhadap timnas Indonesia walaupun mereka mengalami kekalahan dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010 yang diselenggarakan di Stadion Bukit Jalil, Malaysia.

Di bagian tengah digambarkan mengenai kondisi timnas Indonesia pasca mengalami kekalahan. Ekspresi wajah pemain timnas yang menunjukkan kekecewaan ketika tiba di Bandara, disamping itu mereka mendapatkan penyambutan dari para suporternya. Untuk menegaskan peristiwa tersebut, pada bagian selanjutnya dicantumkan kutipan langsung dari pelatih Alfred Riedl.

Inti dari berita ini terletak di awal berita, terdapat pada kalimat :

“…Pelatih Alfred Riedl pun sangat bangga dengan suporter Indonesia. “saya bangga. Kami terus disambut ratusan suporter. Saya pernah mendapat dukungan suporter sewaktu di Vietnam, tetapi tidak seperti para suporter Indonesia yang begitu setia. Ini bisa memberi dorongan semangat bagi para pemain di leg kedua.”

Berita ini ditutup dengan komentar dari Pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl, bahwasanya pihak timnas Indonesia tidak menganalisis penyebab kekalahan pada leg pertama. Tetapi mereka lebih berfokus untuk mengembailakn mood pemain agar bisa mengikuti pertandingan di leg kedua.

3. Segi Semantik

Makna yang dimaksud dalam berita ini adalah suporter timnas Indonesia yang sangat setia mendukung timnas Indonesia walaupun timnas mengalami kekalahan pada leg pertama.


(56)

Latar berita bagian ini adalah antusias para suporter terhadap kedatangan pemain timnas Indonesia di Bandara Halim Perdanakusuma.

Bagain detil berita ini terdapat pada kalimat: “…Ratusan suporter berjejal di luar pagar lapangan untuk menyaksikan timnas berlatih. Suasana sangat riuh.”

4. Segi Sintaksis

Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik. Konjungsi-konjungsi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf menunjukkan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya. Konjungsi yang digunakan dalam berita ini menunjukkan makna yang berbeda seperti pertentangan, perbandingan, kesetaraan, dan lain-lain.

Bentuk kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat yang mendahulukan pelaku sebelum penderita dan biasanya diawali dengan awalan me-.

5. Segi Stilistik

Pilihan kata yang digunakan pada seluruh kalimat dalam bagian berita ini adalah kata-kata denotatif, yakni kata-kata yang mudah dimengerti. Akan tetapi, ada beberapa kata-kata kiasan yang digunakan dalam berita ini, seperti harimau Malaya, merah putih, Pasukan Garuda, mood. Penggunaan kata-kata ini dimaksudkan memberikan variasi kata agar tidak membuat jenuh para pembaca.

Table 4.2: “Euforia Masih Membara”

Struktur Wacana Elemen Keterangan

Struktur Makro Tema Banyaknya dukungan dari suporter timnas Indonesia walaupun mengalami kekalahan dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010.

Superstruktur Skematik - Berita ini didahului dengan pernyataan bahwa suporter Indonesia masih memberikan dukungan terhadap


(57)

timnas Indonesia walaupun mereka mengalami kekalahan dalam leg pertama final Piala Suzuki AFF 2010 yang diselenggarakan di Stadion Bukit Jalil, Malaysia.

- Di bagian tengah digambarkan mengenai kondisi timnas Indonesia pasca mengalami kekalahan. Ekspresi wajah pemain timnas yang menunjukkan kekecewaan ketika tiba di Bandara, disamping itu mereka mendapatkan penyambutan dari para suporternya. Untuk menegaskan peristiwa tersebut, pada bagian selanjutnya dicantumkan kutipan langsung dari pelatih Alfred Riedl.

- Berita ini ditutup dengan komentar dari Pelatih timnas Indonesia, Alfred Riedl, bahwasanya pihak timnas Indonesia tidak menganalisis penyebab kekalahan pada leg pertama. Tetapi mereka lebih berfokus untuk mengembailakn mood pemain agar bisa mengikuti pertandingan di leg kedua. Struktur Mikro Latar - Antusias para suporter terhadap

kedatangan pemain timnas Indonesia di Bandara Halim Perdanakusuma.

Detil - Terdapat pernyataan bahwa banyaknya suporter yang berjejalan di luar lapangan saat timnas berlatih. Maksud - Bagain detil berita ini terdapat

pada kalimat: “…Ratusan suporter berjejal di luar pagar lapangan untuk menyaksikan timnas berlatih. Suasana sangat riuh.”

Koherensi - Koherensi antar kata atau kalimat yang digunakan cukup baik. Konjungsi-konjungsi yang digunakan baik antar kata, kalimat, maupun paragraf menunjukkan hubungan yang saling terkait satu sama lainnya.

Bentuk kalimat - Bentuk kalimat dalam berita ini ialah bentuk kalimat aktif. Bentuk kalimat yang mendahulukan pelaku sebelum penderita dan biasanya diawali dengan awalan me-.

Leksikon - Ada beberapa kata-kata kiasan yang digunakan dalam berita ini, seperti


(1)

monoton. Tempo itu bahasanya enak dibaca, kalimatnya pendek-pendek, struktur bahasa yang bagus. Tempo itu sebetulnya bagus ya kalau menurut saya cara merangkai kata-kata, pemilihan diksi, tempo lebih jago.

Gaya bahasa yang digunakan setiap wartawan memiliki karakter masing-masing, apakah hal tersebut harus disesuaikan dengan aturan karakter bahasa yang ada di Media Indonesia?

Semua punya karate sendiri-sendiri, punya gaya sendiri-sendiri, tapi ketika sudah menjadi Koran harus satu gaya bahasa satu aturan. Mba misalkan reporter kan, saya redakturnya, nanti kan yang mengedit saya nih, saya yang menentukan gaya bahasanya yang merapihkan. Menulis itu belum tentu dari A samapi Z murni kan, pasti ada perubahan sentuhan dan lain-lain. Itulah tugas redaktur, redaktur juga menjadi wakil pembaca. Kalau tulisanmu, reporter itu tidak dimengerti oleh saya itu artinya pembaca juga tidak mengerti. Jadi tugas saya adalah menyempurnakan tulisan. Pembaca itu membaca kok tulisannya jelek sih, bukan tulisannya kita kok tapi tulisannya media Indonesia kok jelek karena yang dibawa adalah nama institusi.


(2)

Re:

From: "irvan@mediaindonesia.com" <irvan@mediaindonesia.com>

To: Dita Amelia <tata_dweekz@yahoo.com>

1. mengapa anda menggunakan judul "timnas janjikan gol cepat" pada pemberitaan pra final piala suzuki AFF 2010 leg kedua?

Sebab, Pelatih Indonesia Alfred Rield mengisyaratkan seperti itu. Mencetak gol terlebih dahulu ke gawang lawan dalam waktu yang relatif cepat diharapkan dapat memompa motivasi para pemain dalam mengejar kemenangan.

2. dalam penggunaan kebahasaan, anda menggunakan kata-kata pengganti seperti "skuat merah putih" "hidup mati" "pasukan garuda" dan lainnya, mengapa

demikian?

Pasukan Garuda dan Skuat Merah Puh merupakan julukan yang biasa ditujukan buat tim nasional Indonesia. Wartawan olah raga biasa menggunakan julukan-julukan seperti itu supaya berita lebih indah, luwes dan menarik. Alasan

keindahan, keluwesan, dan menarik juga ditujukan untuk penggunakaan kata-kata Hidup Mati. Dengan begitu, diharapkan pembaca tertarik membacanya.

Dalam penulisan berita olah raga (preview dan review pertandingan), tidak diharamkan memasukkan opini dalam kadar tertentu.

3. dalam struktur skema pemberitaan yang anda tulis, penulisannya diawali dengan membahas mengenai timnas Indonesia dan di akhiri dengan komentar-komentar dari pihak malaysia mengenai timnasnya. mengapa berita ini

diskemakan demikian?apakah ada alasan-alsan tertentu?

Salah satu unsur nilai berita adalah proximity atau kedekatan dengan pembacanya. Pembaca Media Indonesia adalah orang Indonesia. Mereka diasumsikan ingin lebih dahulu mengetahui bagaimana kondisi tim nasionalnya. Baru setelah itu Malaysia yang menjadi calon lawan Indonesia.

4. bagaimana pendapat anda mengenai pemberitaan tersebut?

Untuk yang ini, saya kurang menangkap maksud pertanyaan Anda. Setahu saya, pemberitaan tersebut tidak ada masalah sama sekali. Bagus dan diharapkan bisa menyemangati pembaca Media Indonesia sehingga terus mendukung tim kesayangan mereka berlaga.

Sent from my BlackBerry®


(3)

From: Dita Amelia <tata_dweekz@yahoo.com> Date: Wed, 27 Apr 2011 17:27:08 -0700 (PDT) To: <irvan@mediaindonesia.com>

Subject: Re:

saya udah bikin dan wawancara dengan redaktur MI, bapak eko rahmawanto. tapi saya lupa untuk mewawancarai penulis artikel tersebut. karena kebetulan saya mengejar waktu sidang skripsi, saya berinisiatif untuk mewawancarai via email dan ini sudah didiskusikan denagn dosen pembimbing saya.

--- On Wed, 4/27/11, irvan@mediaindonesia.com <irvan@mediaindonesia.com> wrote:

From: irvan@mediaindonesia.com <irvan@mediaindonesia.com> Subject: Re:

To: "Dita Amelia" <tata_dweekz@yahoo.com> Date: Wednesday, April 27, 2011, 6:16 AM Kalau bikin surat dari kampus dulu bisa? Trims

Irvan

Sent from my BlackBerry®

powered by Sinyal Kuat INDOSAT

From: Dita Amelia <tata_dweekz@yahoo.com> Date: Wed, 27 Apr 2011 06:07:41 -0700 (PDT) To: <irvan@mediaindonesia.com>

Dengan hormat pak irvan,

saya Dita Amelia, mahasiswi UIN Jakarta semester 8.

saya ingin minta bantuan bapak untuk saya wawancarai sebagai dokumentasi data skripsi saya. kebetulan skripsi saya membahas tentang artikel yang anda tulis di Media Indonesia, yang judulnya "Timnas Janjikan Gol Cepat". jika bapak berkenan, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan.

1. mengapa anda menggunakan judul "timnas janjikan gol cepat" pada pemberitaan pra final piala suzuki AFF 2010 leg kedua?

2. dalam penggunaan kebahasaan, anda menggunakan kata-kata pengganti seperti "skuat merah putih" "hidup mati" "pasukan garuda" dan lainnya, mengapa

demikian?

3. dalam struktur skema pemberitaan yang anda tulis, penulisannya diawali dengan membahas mengenai timnas Indonesia dan di akhiri dengan


(4)

komentar-komentar dari pihak malaysia mengenai timnasnya. mengapa berita ini diskemakan demikian?apakah ada alasan-alsan tertentu?

4. bagaimana pendapat anda mengenai pemberitaan tersebut?

sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas bantuan bapak karena telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi saya. saya sangat berharap bapak bisa merespon permintaan saya.


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENYOSOKAN PSSI TERKAIT LAGA PIALA AFF SUZUKI CUP 2010 DALAM MAJALAH TEMPO PENYOSOKAN PSSI TERKAIT LAGA PIALA AFF SUZUKI CUP 2010 DALAM MAJALAH TEMPO (Analisis Framing Penyosokan PSSI Dalam Majalah Tempo Edisi 3-9 Januari 2011).

0 2 12

PENDAHULUAN PENYOSOKAN PSSI TERKAIT LAGA PIALA AFF SUZUKI CUP 2010 DALAM MAJALAH TEMPO (Analisis Framing Penyosokan PSSI Dalam Majalah Tempo Edisi 3-9 Januari 2011).

0 2 37

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN PENYOSOKAN PSSI TERKAIT LAGA PIALA AFF SUZUKI CUP 2010 DALAM MAJALAH TEMPO (Analisis Framing Penyosokan PSSI Dalam Majalah Tempo Edisi 3-9 Januari 2011).

0 3 16

KESIMPULAN DAN SARAN PENYOSOKAN PSSI TERKAIT LAGA PIALA AFF SUZUKI CUP 2010 DALAM MAJALAH TEMPO (Analisis Framing Penyosokan PSSI Dalam Majalah Tempo Edisi 3-9 Januari 2011).

0 14 94

WACANA PEMBERITAAN PARTAI DEMOKRAT DALAM MEDIA INDONESIA : Analisis Wacana Kritis.

0 3 26

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KEKALAHAN TIMNAS INDONESIA MELAWAN MALAYSIA PADA FINAL AFF 2010 (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kekalahan Timnas Indonesia Melawan Malaysia Pada Final AFF 2010 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 27 Desember 2010 – 30 Desember 20

0 0 94

REALISASI MAKNA IDEASIONAL DALAM TEKS KOMENTATOR SEPAKBOLA FINAL PIALA AFF 2016

0 0 19

OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN KEKALAHAN TIMNAS INDONESIA MELAWAN MALAYSIA PADA FINAL AFF 2010 (Analisis Isi Objektivitas Pemberitaan Kekalahan Timnas Indonesia Melawan Malaysia Pada Final AFF 2010 di Surat Kabar Jawa Pos Edisi 27 Desember 2010 – 30 Desember 20

0 0 20

ANALISIS GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA PADA LAGA FINAL PIALA AFF SUZUKI CUP 2016 - repository perpustakaan

0 2 12

ANALISIS GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA PADA LAGA FINAL PIALA AFF SUZUKI CUP 2016 - repository perpustakaan

0 0 32