Adanya Dana Untuk Pengembangan Komunitas

xlii profesional yang terbentuk, tetapi pengoptimalan daya dukung masyarakat sekitar. Paket karawitan membentuk value added sebesar 50, tersebar pada item upah pelatih, sewa gamelan, sewa joglo dan latihan gejok lesung. Pada paket ini, value added yang terjadi juga merupakan penghasilan langsung yang memiliki potensi keterkaitan kedepan yang tidak cukup besar. Kemudian penghasilan langsung yang tercipta juga pada paket ngenger seperti yang dijelaskan pada sub bagian sebelumnya. Secara keseluruhan, 70 dari total item transaksi dapat menciptakan value added , atau sebanyak 17 pos item dari 27 pos item yang ada dapat menciptakan nilai tambah. Sebesar 30 yang lain memiliki kemungkinan yang cukup kecil untuk menciptakan value added , karena alokasi terserap penuh kepada keperluan pemenuhan total cost .

c. Adanya Dana Untuk Pengembangan Komunitas

Peran Desa Wisata Kebon Agung tidak hanya terasa dengan adanya aliran dana langsung sebagai tambahan pendapatan masyarakat, tetapi juga dengan adanya pembangunan-pembangunan baik fisik berupa bangunan fisik maupun non-fisik berupa pelatihan- pelatihan langsung ke warga kampung. Posisi Kebon Agung sebagai xliii desa wisata yang cukup memberikan manfaat bagi komunitas mengakibatkan timbulnya perhatian berbagai pihak terkait. Tercatat sejak tahun 2009 Desa Wisata Kebon Agung menjadi salah satu Desa Wisata penerima PNPM Pariwisata dengan total dana yang masuk sebesar Rp. 50.000.000,-. Keperuntukkan dana secara teknis dialokasikan untuk peningkatan SDM lokal terkait kepariwisataan, tetapi kemudian dengan musyawarah antara pengelola dan warga disepakati dana tersebut untuk memperkuat aset yang dimiliki oleh Desa Wisata Kebon Agung. Beberapa pengeluaran yang tercatat adalah untuk pengadaan lesung, sound system , panggung, gazebo, seragam dan gamelan pendukung gejok lesung. Selain PNPM, pemerintah Kabupaten setempat melalui Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pihak-pihak luar juga kerap mengadakan pelatihan-pelatihan untuk pengelola maupun masyarakat sekitar. Eka Supriyadi, Kepala Desa Kebon Agung membenarkan hal tersebut. Berdasarkan wawancara lebih lanjut dengan jajaran Kepala Dusun, mereka juga menjelaskan tentang adanya pelatihan-pelatihan yang cukup banyak dari berbagai bidang termasuk untuk kepariwisataan di Kebon Agung yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat LSM lokal maupun perguruan tinggi lokal. Hal ini disambut positif oleh warga dengan adanya antusiasme yang cukup tinggi. Warga setempatpun merasa senang dan merasakan manfaatnya dari adanya aliran dana yang masuk kepada komunitas xliv karena adanya Desa Wisata Kebon Agung. Hanya saja banyak dari beberapa program khususnya terkait pelatihan, yang dirasa oleh warga sangat mendukung tetapi tidak ada keberlanjutannya. Selain dana pengembangan komunitas terkait adanya Desa Wisata Kebon Agung dari pihak luar, kegiatan wisata yang terjadi juga ikut menyumbangkan dana pengembangan komunitas. Profit yang tercipta dari kegiatan kepariwisatan langsung dimasukan pada kas pengelola ataupun koperasi yang dibentuk oleh pengelola. Kas yang terkumpul maupun dana yang terkumpul pada koperasipada akhirnya akan kembali ke komunitas dalam bentuk yang beragam.

D. Keterbatasan Konsep CBT di Desa Wisata Kebon Agung